Berpamitan

Beberapa hari ini saya rajin sekali berkunjung, lebih tepatnya mengunjungi saudara-saudara dan para tetangga untuk berpamitan. Ya, akhirnya saat yang dinanti tiba juga. Berpamitan karena saya akan pergi dalam waktu yang lama, tinggal jauh dari mereka. Rasanya sedih karena pindah kali ini berbeda dengan pindah yang sebelum-sebelumnya. Pindah kali ini jaraknya sangat jauh, yang tidak memungkinkan untuk saya sering bertemu. Entah kapan saya bisa kembali mengunjungi mereka, karena saya berniat untuk tidak sering-sering pulang, kecuali ada kejadian khusus. Pindah kali ini terasa berat, tapi inilah pilihan hidup yang harus saya jalani.

Dan diantara acara berpamitan tersebut, yang paling berat tentu saja harus meninggalkan Ibu. Baru 3 tahun lalu kami kehilangan Bapak. Setahun setelahnya Adik saya keluar rumah karena menikah dan memilih tinggal terpisah dengan Ibu. Setahun kemudian giliran saya yang harus pergi jauh dari Ibu. Saya bisa merasakan bagaimana sedihnya Ibu, meskipun tidak pernah ditunjukkan. Saya sangat bisa memahami bagaimana Ibu akan merasa sangat kesepian karena 2 anak perempuannya tinggal berjauhan. Saya hanya bisa selalu berdoa bahwa apa yang telah saya pilih untuk dijalani sekarang ini selalu mendapat iringan restu dan doa dari Ibu. Bahwa apa yang akan saya jalani nantinya juga salah satu bentuk ketaatan kepada Ibu.

Diantara wejangan yang terlontar saat berpamitan, ada satu yang sangat melekat saya ingat

Bagaimanapun kondisinya disana, apapun yang terjadi dengan kalian berdua, seberapa hebatpun ujian yang akan kalian hadapi bersama, selalu ingat bahwa kalian menikah berucap janji setia dengan mengucap nama Allah. Jalan yang kalian lalui untuk menjadi satu itu tidaklah mudah. Banyak halangan dan rintangan yang berhasil kalian taklukkan. Ingatlah selalu perjuangan itu ketika masa sulit ada dihadapan. Semua menjadi mungkin ketika diperjuangkan bersama. Jadi, berjuanglah bersama untuk kebahagiaan dalam rumah tangga kalian. Ketika semuanya menjadi sangat sulit, serahkan pada Allah. Selalu sertakan Dia dalam segala urusan, dan kemudian Dia akan menyertakan kalian dalam kemudahan.

Benar adanya, bahwa apa yang kita dapatkan dengan penuh perjuangan, mudah-mudahan akan selalu kita pertahankan, tidak dengan mudah kita lepaskan. Semoga kami bisa meneladani Bapak dan Ibu, bersama mengarungi suka duka sampai maut memisahkan.

Dan berpamitan kali ini tetap tidak mudah, menyisakan sedih dan berat hati ketika kaki harus melangkah pergi

There’s always a goodbye in every hello, and i will find another hello

-Situbondo, 26 Januari 2015-

13 thoughts on “Berpamitan

  1. Mbak Denyyy..selamat jalan yaa Mba..semoga bisa ketemu lagi di lain kesempatan..semoga Mbak Deny dan keluarga selalu dilimpahi kebahagian dan lindungan oleh Nya. Sayang banget ga bisa ketemu Mbak..

    1. Amiiiinnnn Thanks Luli. Iya, waktu terakhir aku di kampus cuman ketemu Wiwin,jadinya pamitan sama dia aja. Kamu sukses ya dengan Tesisnya ^^

    1. Amiiinnn, Thanks Vem. Iya, yang aku pikirkan dari kemaren memang masalah adaptasi. Mudah2an ga terlalu berat. Dipikirkan sambil jalan saja hehehe. Aku juga banyak belajar dari teman-teman blogger tentang beradaptasi, termasuk kamu 🙂

    1. Asli nyesek banget Christa. Kemaren pas pamitan ke Ibu buat balik ke sby, kami pelukan lamaaaa banget. Ibu ga nangis, aku yang malah nangis ga berhenti2. Ga tega banget ninggalin Ibu sendiri.

      Berangkatnya tinggal ngitung jam. Ga sampai 48 jam lagi. Yiaayy!! Amiinnn thanks ya 🙂

  2. SEdih bacanya 🙁 aku pernah mengalami pindah tapi cuman ke Surabaya sih hehehe. Itu aja sedihnya gak ketulungan. SEmoga lancar semua ya Den 🙂

    1. Iya Noni, emang kalau pindah dan tinggal jauh dari keluarga selalu bikin sedih. Jauh dekat tetap selalu sedih. Amiinn Thanks ya Non 🙂

  3. Iya. Ibu saya bilang kalau dah jadi istri kita adalah hak suami (syarat ketentuan berlaku mnurut saya 🙂 ).
    Baik2 dinegeri orang deny, insha allah dijadikan keluarga sakinah mawaddah warahmah. Amiin

    1. Iya, aku setuju banget itu tentang syarat dan ketentuan berlaku 🙂
      Amiinnn, terima kasih Ruru buat doanya. Insya Allah 🙂

Thank you for your comment(s)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.