Pecel dan Cerita Akhir Pekan

Mengapa judulnya Pecel? Ceritanya setelah lari pagi bareng suami, saya tiba-tiba kangen makan pecel dengan segala sayur-sayuran yang direbus plus ikan asin dan tahu goreng serta lodeh tewel. Saya kangen makan sambel pecel buatan Ibu yang pedasnya super dan rasanya tidak ada duanya enaknya (ya bagi siapapun, masakan ibu kita pasti tidak ada yang bisa mengalahkan kenikmatan rasanya). Hari minggu saya lari jam 8 pagi dengan Mas Ewald, udaranya dingin sekali dan berangin. Target lari saya kali ini 5km. Ditengah-tengah sedang berlari, tiba-tiba saya lapar dan entah kenapa terpikir ingin makan pecel dengan laut pauk komplitnya. Kemudian saya ingat, sebelum berangkat ke Belanda, ada teman SMA yang tinggal di Jakarta mengirimkan sambel pecel kepada saya. Buat tombo kangen kalau sudah di Belanda, katanya. Yiaayyy terima kasih Nuril untuk sambel pecelnya!! Berarti saya bisa makan pecel untuk makan siang. Saya selesaikan lari dengan sangat bersemangat 🙂

Untung saja Jumat malam kami sudah berbelanja aneka macam sayuran. Saya dan Mas Ewald memang wajib makan sayur disetiap makan siang dan malam. Kalau pagi saya sarapan buah, sementara Mas Ewald makan roti dan keju, seperti umumnya orang Belanda. Dalam rentang seminggu kemarin juga menjadi ajang pengenalan saya ke beberapa tempat belanja yang biasa didatangi Mas Ewald. Karena saya sekarang sudah punya sepeda, maka sudah tidak ada alasan untuk tidak pergi berbelanja ke tempat yang agak jauh. Selama ini saya berbelanja di Toko Indonesia dekat rumah, di Nootdorp, karena bisa saya jangkau dengan berjalan kaki. Selain alasan dekat, saya sudah kenal dengan Ibu yang ada di Toko tersebut, sering berbincang pengalaman beliau sukses lulus ujian NT2 serta memberi semangat serta selalu meyakinkan saya bahwa saya bisa melalui ujian dengan baik, dan ujung-ujungnya Ibu tersebut sering memberi saya bonus-bonus dan diskon harga. Yang saya sebutkan terakhir tersebut adalah alasan tambahannya, yang terpenting adalah saya sudah punya kenalan dan tempat untuk berbelanja.

Saya ceritanya loncat-loncat tidak masalah ya. Karena saya terbangun jam 1 dini hari,  tidak bisa tidur lagi, dan mati gaya, akhirnya memutuskan untuk bercerita seputaran akhir pekan saja. Iya, jam tidur saya masih kacau. Hanya bisa tidur sekitar 3-4 jam saja. Mungkin masih beradaptasi.

Sabtu sore saya dan Mas Ewald pergi ke Zoetermeer, 10 menit berkendara dari tempat kami tinggal, untuk melihat Dance Competition. Senang sekali rasanya berbaur dengan masyarakat sekitar, dari segala jenis umur, segala kalangan. Malah saya sempat berbincang dengan beberapa orang, menggunakan bahasa Belanda yang belum lancar dicampur dengan bahasa Inggris tentunya. Bersyukurnya mereka mengerti bahwa saya baru pindah dan sedang berusaha keras untuk belajar bahasa Belanda dan sedang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Hal tersebut yang juga menjadi tujuan Mas Ewald menyuruh saya untuk mandiri, pergi kesana sini sendiri. Karena saya orangnya tidak bisa diam, maka saya sering sekedar jalan-jalan untuk mengerti lingkungan sekitar bagaimana. Sudah beberapa kali pergi sendiri naik kereta, trem ataupun bus. Pergi sendiri paling jauh ke Utrech, mengunjungi seorang teman. Saya juga sudah familiar dengan aplikasi Reisplanner dan Google Map yang mempermudah saya untuk mengetahui dan mendapatkan info tentang kendaraan umum apa yang harus digunakan untuk pergi kesuatu tempat serta jadwalnya. Mertua saya selalu mencemaskan, takut kalau saya kesasar. Tapi saya selalu mengatakan kepada beliau bahwa saya bisa survive dengan segala angkutan umum di Jakarta dan di Surabaya yang jauh lebih tidak teratur dibandingkan dengan Belanda, mestinya saya juga bisa survive di Belanda 🙂

Hari minggu sore, setelah sibuk beres-beres rumah, kami memutuskan untuk bersepeda ke Delft, menunjukkan rute tempat berbelanja yang lainnya. Sebelum ke Delft, kami mampir ke rumah mertua, ingin menunjukkan ke Pappa dan Mamma kalau saya sudah punya sepeda dan akan sering-sering mengunjungi mereka meskipun tidak dengan Mas Ewald karena saya sudah tahu rute bersepedanya. Pappa dan Mamma sangat senang melihat saya dengan sepeda baru, juga senang mendapatkan kunjungan dari anak dan menantunya. Pappa dan Mamma juga sangat disiplin mengajari saya berbahasa Belanda. Meskipun mereka bisa berbahasa Inggris, bahkan Mamma bisa berbahasa Indonesia, karena pernah tinggal lama di Jakarta, tapi mereka selalu mengajak saya untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda. Mamma bahkan sangat telaten selalu membimbing saya untuk memperlancar kemampuan berbicara. Jadinya, mau tidak mau setiap hari saya harus memperbanyak kosakata dan pelan-pelan mempraktekkan dengan Suami meskipun porsinya masih sering menggunakan bahasa Inggris. Setelah dari rumah Mertua, kami melanjutkan bersepeda menuju Delft. Sore yang dingin dan berangin. Membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai ditempat kami berbelanja. Sepanjang jalan, Mas Ewald menerangkan berbagai macam rambu bersepeda. Pemandangan yang sangat mengagumkan sepanjang bersepeda, membuat saya sering menghentikan kayuhan sejenak untuk mengabadikannya. Setelah selesai berbelanja sayuran dan roti, saya juga menyempatkan untuk jalan-jalan disekitar Stadhuis. Entah kenapa, saya selalu suka dengan suasana Delft.

Kambali ke Pecel, ternyata ini kali pertama Mas Ewald merasakan makan dengan menggunakan sayuran yang diguyur Sambal Pecel. Awalnya sempat berkerut dan sayurnya hanya dimakan sedikit. Tapi lama kelamaan dihabiskan, malah nambah bumbu pecelnya. Sayur yang saya gunakan juga seadanya dikulkas. Dan semuanya mentah (kacang panjang, wortel, timun, rucula kecuali bimi yang saya celup sebentar di air mendidih). Saya sendiri puas dengan makan lalapan sambal trasi. Meskipun tidak memenuhi pakem pecel sesuai aslinya, saya senang Mas Ewald menikmati pengalaman pertamanya makan pecel. Walaupun tidak ada ikan asin ataupun sayur lodeh tewel yang saya inginkan, tapi sudah cukup puas makan dengan tahu goreng.

Dari cerita gado-gado tentang akhir pekan saya, senang rasanya kembali mempelajari hal-hal yang baru. Senang juga orang-orang disekitar saya mendukung proses adaptasi, dari Mas Ewald yang selalu mengajarkan saya untuk mandiri, mengenalkan saya kepada kegiatan-kegiatan baru dan rute-rute perjalanan yang baru, Mertua yang selalu berusaha untuk memperlancar komunikasi bahasa Belanda saya, sampai saya sendiri yang memang bertekad kuat untuk mengalahkan segala kekhawatiran yang ada. Selalu ada sesuatu yang baru, dan setiap hari akan ada hal-hal baru yang bisa kita pelajari sebagai bagian dari perjalanan hidup. Mungkin akan banyak hal yang tidak sesuai yang kita harapkan, tapi itulah hakikat beradaptasi, menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada.

Hari ini tepat 6 bulan usia pernikahan kami. Memang masih seumur jagung dan kami menyadari bahwa proses pengenalan menjadi pembelajaran yang tidak akan pernah berakhir, selalu terjadi setiap saat, menemukan hal-hal baru dari pasangan, sampai kapanpun juga. Seperti halnya pecel yang terdiri dari beberapa sayuran, dan tidak lengkap jika hanya satu sayuran saja, maka kami selalu berdoa, apapun perbedaan yang ada diantara kami, mampu saling melengkapi satu sama lain, saat ini dan nantinya.

Selamat Hari Senin, dan semoga cerita akhir pekan kalian juga menyenangkan ^^

-Den Haag, 9 Februari 2015-

Beruntung dikirim sambel pecel oleh teman SMA yang di Jakarta. Mengobati kangen makan pecel pas makan siang di Surabaya
Beruntung dikirim sambel pecel oleh teman SMA yang di Jakarta sebelum saya berangkat ke Belanda. Mengobati kangen makan pecel ketika makan siang di Surabaya
Menuju Delft naik sepeda bareng suami, meskipun dingin banget dan berangin, tapi tetap senang karena pemandangannya menyenangkan
Menuju Delft naik sepeda bareng suami, meskipun dingin banget dan berangin, tapi tetap senang karena pemandangannya menyenangkan
Setelah belanja sayuran selesai, jalan-jalan sebentar diseputaran Stadhuis Delft
Setelah belanja sayuran selesai, jalan-jalan sebentar diseputaran Stadhuis Delft
Bangunan ini apa ya namanya. Dua kali datang kesini lupa terus mau cari tahu tentang namanya. Nanya Suami katanya Gereja
Bangunan ini apa ya namanya. Dua kali datang kesini lupa terus mau cari tahu tentang namanya. Nanya Suami katanya Gereja

Pict1

Pict2

22 thoughts on “Pecel dan Cerita Akhir Pekan

  1. enak ya di sana ada toko bahan2 indonesia jadi bisa belanja apa sja yang berbau indonesia,,di italia sini gak ada deh setauku sih,hehe
    ya ampun peceeel,,,minta dong 😀

    1. Mungkin karena pendatang dari Indonesia banyak Adhya akhirnya banyak yang menyediakan bahan-bahan Indonesia. Ini aku beruntung sekali dekat dengan Toko Indonesia. Meskipun ga komplit, lumayan kalau lagi kangen2 sesuatu ada disini. Mampir sini yaa kalo ada kesempatan ke Belanda, makan pecel bareng hehe

  2. Ngomongin soal follow, awalnya aku juga susah nih buat follow blog mba den hihihih tapi akhirnya bisa juga, dbedewei aku mau dong pecelnya disini kekurangan bahan makanan :(( banjiiiiirrr mbaeee

    1. Thanks yaaa Syifna buat kesabaranmu 🙂 iyaaa banjir ya disana. Stay safe ya… Aku kirim virtual aja klo gitu pecelnya hehehe

  3. Rupanya bukan aku aja yang punya masalah teknis dengan blogmu Den. Foto pecelnya sangat menggiurkan by the way hehehe…di Belanda kan bumbu2 Asia/Indo gampang, tenang aja ntar klo sambel pecelnya dah habis pasti bisa bikin sendiri hehehe…senangnya hari-hari bersama suami ya.

    1. itu kayaknya masalah setiap orang yang mampir ke blogku Mikan hahaha. Bersyukur kalian cukup sabar (saat ini hihi). Iya di DH lengkap ternyata. segala macam berbau Indonesia ada. Cuman masih cari2 belimbing wuluh belum tau tempatnya yang jual. Hahaha, iyaa baru ngerasain hidup bersama ternyata lucu jugaa hehehe

    1. Woohh iya kaahh? Ihhh tosss kita Fe *toss Virtual. Tapi kamu lebih canggih Ih. Bikin bumbu sendiri. Aku belum pernah malahan. Nanti kalo bumbu jadi ini sudah habis, mau ga mau harus belajar bikin sendiri. Bisa karena terpaksa ceritanya haha

  4. Itu pecelnya sangat menggiurkan Den…yummo! Kamu vegetarian kah?
    Foto2 pemandangannya bagus, jadi serasa pengen nyemplung ke foto itu, abis disini lagi panas bener 🙂
    Maaf ya kalo jarang komen soalnya kalo mau komen di blog Deny harus ke komputer dulu, sementara aku lebih sering buka pake Iphone 🙂

    1. Iya, Obat kangen pecelnya 🙂 Aku dari dulu ga makan segala unggas dan daging. Tapi masih doyan banget sama seafood, makanya ngiler lihat foto kepitingmu 🙂 Ahhh iyaa, disana lagi musim menggelapkan kulit, disini lagi musim membungkus badan dengan pakaian tebal hahaha
      Ga masalah Ria, santai saja. Blogku juga sih yang sulit terkoneksi dengan WP.com. Aku senang berbagi cerita kok. Dibaca saja sudah cukup, apalagi kalau dikomentari hahaha tetep *kidding “)

  5. Aduh tahu goreng! Aku inget betapa kangennya dulu sama tahu goreng waktu pas di Inggris. Kalopun beli tahu, tahu nya impor dari Belanda hihihi. Seneng liat update mu Den, ayo semangat belajar bahasa Belanda nya 🙂

    1. Hahaha, semua jadi ebih berharga kalau susah mendapatkannya ya Christa, bahkan tahu sekalipun. Iyaa, lagi struggling ini, kayak orang baru belajar ngomong, susah merangkai kata, terpatah-patah. Tapi semuanya kan selalu dimulai dari tidak bisa menjadi bisa. Thanks Christa, Semangat!! Aku juga menunggu update-anmu menghitung mundur hari bertermu kekasih nih hehehe

    1. Hahaha, iya bener banget. Tak eman-eman sampai ngambilnya penuh perhitungan, dan makannya kalau lagi pengen2 aja hehehe

    1. Enak banget rasanya. Namanya juga kangen hehehe. Iya, towel itu nangka Muda. Saya ya ga tau bahasa indonesia nya biasa nyebut tewel di bahasa jawa

    1. Aku pakai wordpress, tapi yang dot Org bukan yang dot Com. Ga ngeh dari awal bedanya apa karena ujug2 blog ini sudah dibikinkan suami. Banyak yang protes juga karena susah follow. Tapi karena sudah terlanjur nulis disini, jadinya diterusin aja hehe.

      Follow yang pasti lewat masakin Alamat email, Atau nampaknya bisa lewat feed diatas sendiri itu (entah ya yang feed ini) Tapi Kalau mau komen, tetap musti langsung diblog, ga bisa ke aplikasi WP.com. Maaf ya ribet banget 🙂

Leave a Reply to DenaldCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.