Menyusuri Leiden

Hari minggu kemarin rencananya tidak pergi kemana-mana. Ingin baca-baca buku dirumah sambil menemani Suami yang sedang mengerjakan tesis. Tiba-tiba sabtu malam Suami mengutarakan niat untuk mengajak saya ke Leiden hari minggunya karena ada beberapa literatur yang harus dipinjam dari perpustakaan. Wah saya senang sekali karena bisa napak tilas jejak Lintang salah satu tokoh dibuku Negeri Van Oranje. Karena buku inilah obsesi saya untuk melanjutkan kuliah di Belanda semakin menjadi. Ternyata jalan cerita berubah, ke Belanda bukan karena kuliah, tetapi menikah 🙂

Hari minggu 15 Februari 2015, cuaca cerah, 6 derajat celcius, matahari bersinar terang, tetapi angin masih membawa hawa dingin yang menggigit. Kami tiba di Leiden Centraal jam 1 siang. Rencananya makan dulu, karena belum ada makanan masuk perut pada saat siang. Apa daya restoran yang ingin dituju belum buka. Akhirnya kami memutuskan langsung menuju perpustakaan sambil jalan-jalan menyusuri beberapa tempat yang sering dikunjungi wisatawan. Kincir angin tempat Museum De Valk. Kami tidak masuk kedalamnya, hanya melewati sepintas. Museum De Valk juga merupakan salah satu icon Leiden. Kemudian kami juga berkunjung ke de Burcht, benteng yang menyerupai kastil dibangun pada tahun 1150 sebagai tempat pertahanan warga Leiden dari bahaya banjir pada saat itu (menurut informasi yang tertera dipapan pintu masuknya). Dari atas de Burcht kita juga bisa melihat keindahan sekeliling kota Leiden dan melihat dengan jelas objek-objek wisata penting ko­ta itu mulai dari gedung Balai Kota, Gereja Pieterkerk, St Pancras­kerk, Museum Windmill, Morrspoort, Academy Building sampai Hortus Botanicus. Bahkan ada yang menyebutkan, jika singgah ke Leiden tetapi belum ke de Burcht, sama saja belum berkunjung ke Leiden.

Setelahnya kami menyusuri jalan disebelah kanal melihat gedung pemerintahan, Gereja dan Universitas Leiden. Karena saya tidak mempunyai kartu anggota jadi tidak boleh masuk kedalam perpustakaan (bisa masuk setelah mengisi form, tapi kemarin saya belum melakukannya. Mungkin kunjungan berikutnya), maka saya jalan-jalan sekitaran kampus saja. Leiden juga terkenal sebagai kota kelahiran Rembrandt van Rijn, dan kemarin begitu ketemu dengan rumahnya malah lupa difoto. Ada museum yang terkenal lainnya juga di Leiden yaitu Rijksmuseum van Oudheden (kami tidak masuk, hanya lewat didepannya saja). Selain itu, di Leiden juga terkenal dengan dinding-dinding yang bertuliskan puisi sastrawan terkenal dunia. Saya juga menjumpai masjid di lingkungan Universitas Leiden.

Hortus Botanicus merupakan tempat yang kami kunjungi terakhir. Jadi, menurut keterangan yang ada di papan pintu masuknya, Hortus Botanicus ini adalah kebun raya tertua di Belanda dan salah satu yang tertua didunia. Hortus Botanicus mempunyai hubungan sejarah dengan Kebun Raya Bogor yang didirikan oleh C.G.L Reindwart pada tahun 1817 yang dikemudian hari manjadi salah satu pejabat di Hortus Botanicus. Karena masih musim dingin, tidak banyak bunga yang bisa kami temui. Satu yang berkesan yaitu rumah kaca yang beriklim tropis mengingatkan saya akan tegalan rumah mbah didesa. Masuk kedalam Hortus Botanicus ini membayar 7 euro atau gratis jika mempunyai kartu tanda mahasiswa di Universitas Leiden.

Dibawah ini beberapa foto hasil jalan-jalan di minggu siang 🙂

Kincir angin tempat Museum De Valk
Kincir angin Museum De Valk

IMG_0247

Kantor pemerintahan Leiden. Sedang proses Renovasi
Kantor pemerintahan Leiden. Sedang proses Renovasi
Karena hari minggu kemarin matahari sedang cerah ceria, banyak yang mencari kehangatan sambil ngobrol-ngobrol. Meskipun udara tetap dingin, tetapi lumayan dapat sinar matahari
Karena hari minggu kemarin matahari sedang cerah ceria, banyak yang mencari kehangatan sambil ngobrol-ngobrol. Meskipun udara tetap dingin, tetapi lumayan dapat sinar matahari
de Burcht. Benteng di Leiden yang dibangun pada tahun 1150 sebagai tempat pertahanan warga Leiden dari bahaya Banjir
de Burcht. Benteng di Leiden yang dibangun pada tahun 1150 sebagai tempat pertahanan warga Leiden dari bahaya Banjir
Pemandangan kota yang bisa dilihat dari atas benteng De Burcht
Pemandangan kota yang bisa dilihat dari atas de Burcht
De Burcht. Burcht sendiri artinya adalah Benteng
de Burcht. Burcht sendiri artinya adalah Benteng

IMG_0301

Hortus Botanicus Universiteit Leiden
Hortus Botanicus Universiteit Leiden
Rumah kaca yang beriklim tropis. Asli mirip banget dengan tegalan mbah di Jember
Rumah kaca yang beriklim tropis. Asli mirip banget dengan tegalan mbah di Jember
Bunganya masih kecil
Bunganya masih kecil
Disekitar Hortus Botanicus
Disekitar Hortus Botanicus
Karena tidak boleh masuk kedalam perpustakaannya, akhirnya saya muter-muter diseputar kampusnya.
Karena tidak bisa masuk kedalam perpustakaannya, akhirnya saya muter-muter diseputar kampusnya.
Lingkungan kampus Universitas Leiden
Lingkungan kampus Universitas Leiden
Lingkungan kampus Universitas Leiden
Lingkungan kampus Universitas Leiden
Terdapat Masjid dilingkungan kampus Universitas Leiden : Masjid Al Hijra
Terdapat Masjid dilingkungan kampus Universitas Leiden : Masjid Al Hijra
Gerbang Leiden sebelah barat. Lambang dari Leiden adalah dua kunci merah yang saling menyilang dengan latar belakang putih. Leiden disebut sebagai "Sleutelstad" ("kota kunci")
Gerbang Leiden sebelah barat. Lambang dari Leiden adalah dua kunci merah yang saling menyilang dengan latar belakang putih. Leiden disebut sebagai “Sleutelstad” (“kota kunci”)
Jalan setapak menuju Gereja
Jalan setapak menuju Gereja
Gereja sekaligus menjadi tempat berlangsungnya beberapa kegiatan pemerintahan
Gereja sekaligus menjadi tempat berlangsungnya beberapa kegiatan pemerintahan
Menurut Suami, ini pompa air letaknya disamping Gereja
Menurut Suami, ini adalah pompa air yang usianya sudah sangat tua, letaknya disamping Gereja
Bangunan sebelah kiri Rijksmuseum van Oudheden
Bangunan sebelah kiri Rijksmuseum van Oudheden

IMG_0238

Kapal yang bersandar di Kanal pada aliran sungai Rijn
Kapal yang bersandar di Kanal pada aliran sungai Rijn

KULINER :

SELERA ANDA

Setelah puas berjalan-jalan, juga karena sudah sangat lapar, maka selanjutnya adalah makan. Pilihan jatuh di Restoran Indonesia Selera Anda. Letaknya dekat sekali dengan Leiden Centraal, sekitar 5 menit jalan kaki. Restoran ini menyediakan makanan yang langsung bisa dipilih dari etalase, kemudian dipanaskan menggunakan microwave. Paketnya juga bermacam. Secara rasa, menurut kami standar, tidak ada yang istimewa, dan tidak ada rasa khasnya. Ruangannya bersih terdiri dari 5 meja. Dari pengamatan, yang datang ke Selera Anda kebanyakan membeli dibawa pulang. Pelayanannya ramah, sempat berbincang juga dengan bapak-bapak yang menunggu didepan restoran.

Selera Anda
Selera Anda
Variasi makanannya
Variasi makanannya
Nasi, 2 jenis lauk, 2 jenis sayur dan telur = 10.75 Euro
Salah satu paketnya : Nasi, 2 jenis lauk, 2 jenis sayur dan telur = 10.75 Euro
Suasana dalam restorannya
Suasana dalam restorannya

ES KRIM

IMG_0357

"Forget Love... I'd rather fall in Chocolate!"
“Forget Love… I’d rather fall in Chocolate!”
Pilihan Es Krimnya
Pilihan Es Krimnya
Yummmyy!!
Yummmyy!!

Dan jalan-jalan 4 jam hari itu ditutup dengan es krim coklat yang lezat. Kami berdua memang penggemar es krim. Jadi bisa dipastikan kalau sedang jalan-jalan yang dicari es krim.

Semoga foto-foto yang tersajikan tidak membosankan meskipun ceritanya hanya sekilas saja.

Semua foto yang ada disini adalah dokumentasi pribadi

-Den Haag, 18 Februari 2015-

22 thoughts on “Menyusuri Leiden

  1. Pingback: Fortnite hacks
  2. Hallo mbak deny, salam kenal ya.. aku juga udah baca beberapa yang mbak post dan itu menginspirasi sekali. apalagi tulisaan ini, membuat aku semakin dekat dengan mimpiku kuliah di Leiden, menurutku Leiden itu kota kecil yang indah ya.

    1. Hai Nurul Anissa, terima kasih ya sudah mampir ke blog kami 🙂 salam kenal juga.
      Semoga didekatkan dengan impiannya dan terkabulkan yang dihajatkan 🙂

  3. Mbak Den, sementara aku baru baca novel Negeri van Oranje. Baca bagian Lintang bikin aku cekikikan karena semua nama kafe di novel itu ada di Leiden semua!

    1. Hahaha, iyaaa Christal karena memang ceritanya based on true story jadinya semacam napak tilas kalau datang ke kota-kota yang ada dibuku itu. Dan karena buku itulah cita-citaku untuk kuliah di Belanda semakin menjadi. Untuk sementara ngikutin jalan cerita Tuhan dulu datang ke Belanda karena nikah. Siapa tahu cita2 terpendam ke TU Delft suatu saat jadi nyata 😀 btw, bentar lagi ada filmnya tuh buku

  4. Hallo Mbak Deny, salam kenal! Saya sudah membaca beberapa postingan blog ini, bagus dan menginspirasi. Beberapa tahun yg lalu saya pernah ke Belanda, pernah ke Keukenhof dan Den Haag juga. Lihat foto-foto ini jadi kangen sama Belanda. Hehe.. Sudah pernah ke Rotterdam belum Mbak? Ayo ke sana kalo belom Mbak, saya titip foto Erasmus University ya, hehehehe..

    1. Hai Nathania, salam kenal! Terima kasih sudah mampir ke blogku :). Dulu pernah kuliah disini ya? Aku masih 5 minggu disini, belum ke Rotterdam. Insya Allah kalau berkesempatan saya fotokan 🙂

      1. Hallo Mbak Deny, nggak kok, saya cuma jalan-jalan aja tapi sekarang jadi berminat kuliah di Rotterdam, makanya titip foto sama Mbak, itung-itung penyemangat, hihihi.. 😀

  5. Kampusnya luas ya mba, ah cantiknya pemandangan di foto2 Mba Den. Kapaan yaa aku bisa lihat pemandangan seperti itu, beda dgn Djakardah 😀

    1. Iya, kampusnya luas karena pencar-pencar tempatnya. Insya Allah, kalau memang waktunya pasti ada ajaaa kok jalannya suatu saat melihat yang Indah-indah. Semangaattt!!. Indonesia juga banyak dan ga kalah indah kok 🙂

  6. wah udah explore Belanda ya…maksi nya mihil banget ya tapi di Belanda mah gampang aja ketemu warung Indonesia ya….

    1. Ini juga karena ngikut suami ke kampus, jadi sekalian jalan-jalan. Kata suamiku, harga segini standar kalo di Belanda. Padahal kalo dirupiahkan sudah dapat berapa kali makan di Indonesia ya dengan menu serupa haha. Alhamdulillah disekitar kami tinggal masih gampang dapat bahan-bahan masakan Indonesia, restoran-restoran Indonesia

    1. kebetulan ambil spot yang dikit orangnya. Aslinya dipinggir2 itu banyaakk banget haha, mumpung lagi ada matahari

    1. Barusan sudah aku tambahin Teh keterangannya hehe, tidak bisa masuk karena ga punya kartu anggota. Bisa masuk sebenarnya jika mengisi form, tapi kemaren aku memilih jalan-jalan saja disekitaran kampus. Mungkin kunjungan berikutnya kalau ikut suami lagi ingin masuk ke perpustakaannya. Alhamdulillah kalau teteh suka :). Oh iya, aku lupa masukin foto Masjid kemaren. Barusan aku update Teh. ada Masjid dilingkungan Kampus Leiden 🙂 Rasa masakannya standar Teh, nampaknya lebih enak masakanku *hahaha, digaplok sama yang punya restoran

      1. Achsoo gitu…

        Siip…siip.. sebentar teteh lihat lagi

        Tapi emang beneran deh Den…teteh ngga tertarik buat makan di restoran Indonesia dimana pun, soalnya rasanya kayanya enakkan buatan kita sendiri gitu hehehe
        Beda rasa deh sama RM di Indonesia ya Den… Mari kita berdua buka Restoran Indonesiaaaa

        1. Beda banget teh, malah menurutku rasanya masih nampol warung2 tegal dekat kampusku dulu haha. Ya soalnya kalo di negara orang, musti menyesuaikan dengan lidah orang setempat ya. Jadi rasanya serba nanggung. Hayuukkk atuh teh dilaksanakeuunn kolaborasi jerman Belanda. Ntar aku magang dulu di restoran teteh, setelahnya baru pede buka restoran sendiri haha *amiiinn impian indah 🙂

    1. Iya, pas ada matahari meskipun aku tetap saja menggigil. Tapi bersyukur sekali bisa bersorak gembira dibawah hangat matahari. Alhamdulillah kerasan dan masih harus belajar banyak hal. Belajar dari kamu juga nih nantinya sebagai yang sudah lama tinggal di Belanda :). Kalau kata ibuku, dimanapun kita berada, disanalah kita harus belajar untuk adaptasi, harus berjuang di negara orang 🙂

Leave a Reply to nengwieCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.