Mengapa Gampang Mengeluh?

Karena memang mengeluh itu gampang, sangat gampang. Kita tinggal menyalahkan keadaan dan mulai mencari perbandingan. Mengeluh lebih mudah dilakukan daripada harus mencari solusi dari permasalahan yang menyebabkan keluhan. Mengeluh terjadi karena keadaan yang kita alami tidak sesuai dengan kondisi ideal yang kita inginkan. Mengeluh itu menghabiskan banyak energi dan emosi. Semua tersita dan mendadak kita merasa seperti tidak ada daya, karena hanya berfokus pada satu hal yang sebenarnya gampang diselesaikan. Ya, keluhan dapat diselesaikan dengan mencari jalan keluar, bukan diam mematung sambil menatap nanar pada masalah yang ada dihadapan.

Awal mula saya datang ke Belanda, tiap hari selalu ada saja keluhan yang terlontar dari mulut saya. Mengeluh karena cuaca yang sangat dingin. Mengeluh susah belajar bahasa Belanda. Membandingkan segala macam barang yang harganya (nampak) lebih mahal daripada Indonesia. Mengeluh susah cari bahan-bahan untuk memasak makanan Indonesia. Mengeluh susah, mahal, dan rasanya tidak enak kalau makan direstoran Indonesia yang ada disini. Intinya selama (mungkin) 2 minggu pertama tiada hari tanpa keluhan. Mengeluh karena toiletnya tidak ada semprotan seperti di Indonesia. Ada saja bahan untuk saya keluhkan. Dari hal yang sederhana sampai hal yang besar (menurut saya). Beruntungnya suami punya stok kesabaran yang (mudah-mudahan) banyak, jadi setiap hari mau mendengarkan istrinya yang mengomel segala macam ini dan itu. Namun, perlahan saya kok merasa seperti orang yang tidak waras karena sering uring-uringan sendiri.

Ketika memutuskan menikah dan akan pindah ke Belanda, saya sudah tahu konsekuensinya apa saja yang akan terjadi. Adaptasi memang tidak mudah karena saya orang yang susah masuk pada lingkungan baru. Tapi saya tidak punya pilihan, ya harus beradaptasi dan mulai melebur segala kebiasaan yang dulu menjadi sekarang. Jangan membuat perbandingan karena memang semuanya tidak bisa dibandingkan.

Lalu saya mulai merubah cara berpikir. Kalau saya terlalu banyak mengeluh, maka energi akan habis tanpa ada jalan keluarnya. Mengeluh dan hanya diam ditempat tanpa mencari jalan keluar sama saja seperti orang tidak waras, karena hal itulah yang saya rasakan. Bayangkan kalau kita mengeluh ini itu tapi badan dan pikiran tidak mau bergerak untuk mencari solusinya, bukankah hal itu sama saja membuang energi dengan percuma. Kalau mulai dingin, saya memakai baju rangkap lebih banyak. Memang ruwet diawal, tapi setelahnya menjadi terbiasa. Kalau saya merasa semua harga disini mahal, ya itu kesalahan terbesar karena membandingkannya dengan Indonesia. Perbandingan yang tidak pada tempatnya. Setelah tahu Haagse Markt dan setiap minggu mulai berbelanja disana, perlahan saya mulai memasak makanan Indonesia karena dipasar Haagse semua bumbu-bumbu Indonesia mudah ditemukan. Jadi saya tidak mengeluh lagi tentang makanan direstauran Indonesia disini yang tidak terlalu enak rasanya karena saya sudah bisa masak sendiri sesuai selera. Manfaatnya adalah saya mulai bisa belajar masak apapun yang dulu tidak pernah saya bayangkan akan bisa dilakukan. Dan beruntungnya suami memang selalu makan apapun yang saya sajikan, termasuk aneka sambel, ikan asin, bahkan pete juga doyan. Bahkan kalau saya (sering) malas memasak, dia dengan senang hati bergantian tempat untuk memasak. Susah belajar bahasa Belanda? ya tetap harus dilakukan meskipun sulitnya bukan main. Saya memutuskan tinggal disini, maka saya juga ingin bisa dengan lancar berbicara dan menulis menggunakan bahasa Belanda. Salah satu cara yang saya lakukan adalah belajar bahasa Belanda disekolah dan langsung praktek ketika bertemu dengan orang Belanda, meskipun dengan kalimat yang masih terbata. Bahkan sekarang saya sudah mulai belajar membuat surat lamaran menggunakan bahasa Belanda meskipun masih sederhana.

Sambat = Mengeluh dalam bahasa Jawa
Sambat = Mengeluh dalam bahasa Jawa

Ketika berusaha mencari jalan keluar dari segala macam keluhan yang terlontarkan, saya menjadi sibuk memperbaiki diri, dan tidak ada waktu lagi untuk mengeluh. Apakah saya sekarang tidak pernah mengeluh lagi? Saya manusia biasa dan mengeluh itu manusiawi sekali. Jadi ada saatnya saya tetap mengeluh, hanya saja porsinya semakin mengecil dan tidak berlama-lama tertimbun diantara keluhan.

Hidup itu memang tidak gampang, namun bukannya tidak mungkin juga untuk dijalani. Masalah memang selalu ada, tapi bukan hal yang mustahil untuk diselesaikan. Klasik memang, tetapi dengan mengeluh saja tidak akan pernah membuat hidup menjadi lebih baik. Selesaikan dan cari jalan keluarnya. Semakin kita sibuk memperbaiki diri, semakin kita sedikit waktu untuk mengeluh. Bersyukur dan berusaha dengan cerdas untuk menjadi lebih baik akan membuat kita sadar bahwa keluhan membuat hidup semakin ruwet. Membandingkan keadaan kita dengan orang lain itu wajar dengan catatan bahwa hal tersebut menjadikan wadah introspeksi kepada diri sendiri. Rumput tetangga seringkali memang lebih hijau. Tetapi jika kita merawat, menyirami, dan memberi pupuk pada rumput dipekarangan sendiri, niscaya hal tersebut tidak akan membuat kita sibuk untuk selalu melihat rumput tetangga.

Mengeluh memang manusiawi. Tetapi sibuk mengeluh di sosial media tidak akan menjadikan apa yang kita keluhkan menjadi terselesaikan. Tidak perlu dunia tahu apa yang terjadi dengan “dapur” kita. Simpan “pakaian kotor” kita pada tempat yang sesuai, itu jauh lebih bijaksana.

Selamat berakhir pekan dengan ceria dan tanpa keluhan.

-Den Haag, 28 Mei 2015-

Gambar dipinjam dari sini dan sini.

32 thoughts on “Mengapa Gampang Mengeluh?

  1. Setuju Mbak Deni… Sosmed adalah forum yang baik untuk menjaga ikatan silaturhami dan berkenalan dengan teman teman baru… namun bukan ajang yang tepat untuk dijadikan ajang berkeluh kesah atau konselling pribadi… Mengeluh pun tidak menyelesaikan masalah… Biarlah yang mengasihani kita adalah Sang Pencipta bukan sesama manusia yang kadang campur tangannya tidak membuahkan apa apa

    1. Iya, saya juga sependapat dengan Mbak Tirsa. Untuk mengeluh ataupun ingin mengadu jika sedang lelah sudah ada tempatnya, yaitu Sang Pencipta.

  2. mba den,,awalnya aku sering ngeluh di status bbm tapi aku di ingatkan sm seorang teman tidak baik hanya mengeluh…lebih baik bersyukur saja..
    setelah mengeluh di sosmed rasanya seperti lega memang walau masalah tdk terselesaikan tetapi setidaknya dng komentar teman,saudar bs menjadi motivasi bt saya..

    1. Semakin saya bertambah umur, frekuensi saya mengeluh didunia maya semakin berkurang. Saya mikirnya seperti ga ada guna saja. Mending saya curhat sama Yang Kuasa dan pemilik hidup. Lebih terasa leganya dan curhat langsung dengan orang yang saya percaya misalkan ibu atau suami. Tapi masing2 orang memang beda cara. Yang penting banyak bersyukur dan tidak berputus asa

    1. Ojok Na, wong liyo yo soale males nerimo kleweran klambi kotor, trus diklewerno maneh nang sing liyane. Akire tambah dowo urusan. Disimpen dewe ae. Diadukan kepada pemilik hidup. Insya Allah luwih ayem 🙂

  3. hehe aku sih dari jaman Pemilu kemarin udah bersih bersih FB Mba (ngga punya soc-med lain), biar timeline bikin hati adem terpaksa semua hater dan pengeluh ku – unfollow

    selamat berpuasa ya Mba Deny, semoga dimudahkan ..kebayang disana lama banget puasanya. Mendapat berkah Ramadhan, amin

    1. Iya, memang cara unfollow itu yang paling ampuh. Kebanyakan baca drama bikin kita juga makin mendaram 😀
      Selamat berpuasa juga yaaa. Disini puasa 19 jam. Dijalani saja dengan hati riang gembira :). Iya benar. Berkah Ramadhan. Amin

  4. Aaaaah Deeeen!!! MAturnuwun yaaaaaa. Kemaren setelah aku posting sambatan eh lhakok malah sikasih kesempatan datang bertubi-tubi. Wkwkwkwkwk. Sambatanku ya tentang blog padahal ini salah satu yang emang kurintis biar eksis. Hahahaha. Suwun ya Deeeen. Pokoke dilarang sambat! Gak ngerti kenopo bar moco poster dilarang sambat dadi pengen ngomong jowoan! :)))

    1. Podo-podo Dan. Saling mengingatkan. Wes ga usah sambatan. Urip mung pisan, laopo soro-soro sambat. sesekali gpp, buat pelecut diri supaya lebih maju. Tapi lek sering sambat yo kenemenen jenenge, ora bersyukur. Yo tho? *yo gpp jowoan, ancene wong jowo. Mosok arep ngomong boso tagalog :p

  5. Nikmati aja mbak.. tapi memang semua butuh waktu untuk penyesuaian kan. Mengeluh memang gampang, tapi yo ra menyelesaikan masalah. Eh kalau guyonane kenalanku, wong Belanda ki hobine klagen, nek ana lomba klagen, mereka menang hahahaha –grapje–

    1. Hahaha onok2 ae guyonane. Tapi yo ancene bener, dinikmati ae. Wong pilihane dewe pindah mrene. Arep nyalahne sopo

  6. Waktu awal2 menetap diluar tanah air, yg paling aku keluhkan adalah ga nemu teman indonesia. Ga ngerti bhs setempt,, org2 ketawa bikin aku mikir yg negatif aja. Kultur shock cuma 3 bln setelahnya berusaha menyesaikan diri dg lingkungan. Skrg aku malah suka banget tinggal disini 🙂 .

    1. Iya bener Nel, sekarang jadinya suka banget tinggal disini. Udaranya bersih dan ga terlalu rame. Bandinginnya sama Surabaya dan Jakarta soalnya hehe. Akhirnya balik lagi ya, bersyukur itu memang lebih menyenangkan daripada menggerutu 🙂

  7. Salah satu hal yang membuat aku mengeluh di Irlandia adalah harga-harga yang kelewatan mahalnya. Kalau lagi bayar-bayar itu ngenes lihat ATM digesek-gesek. Tapi dipikir-pikir aku kerja kan uang gak tak bawa mati jadi ya kalau memang perlu gak usah disayang-sayang.

    Tapi kalau dipkir-pikir lagi aku lebih banyak excitednya ketimbang ngeluh. Senang melihat tempat baru.

    1. Iya bener banget. Awal-awal ngeluh kalau belanja. Tapi setelahnya dibawa seneng aja. Banyak hal baru yang bisa dilihat ditempat baru. Banyak belajar juga jadinya. Jadi akhirnya ngeluh perlahan mulai sedikit porsinya. Dibawa bahagia saja.

  8. “Aduuuuhhh..kenapa hidupku koq enak banget siihhh…?!? Kan jadi gak enak hati sama tetangga yg hidupnya susah”
    Hahaha..kira-kira ada gak ya yg ngeluh kayak gitu.. *langsung ditimpuk kubis busuk..*

    1. Ide cemerlang Em, kapan-kapan ahhh nyoba nulis gitu hahaha *ditimpuk bayem nyaris busuk 😀

  9. namanya jg hidup pasti ada drama nya, tp lebih baik drama nya itu gak usah dibuat lebay di social media, kesian yg baca aja sih, mereka pun buanyaakk drama :))

  10. Aku juga nih Den, salah satu keinginan makin dewasa ini, supaya nggak sering ngeluh lagi. Sekarang sudah sadar2 gitu kalo lagi ngeluh. Dulu sih parah sampe gak kerasa kalo sedang mengeluh…. semoga ke depannya nih mulut dan tangan, jadi lebih baik 🙂

    1. Nambah umur, nambah sadar diri ya Mar. Semogaaa kita makin baik aja kelakuannya 🙂

    1. Iya, bersyukur dan selalu memperbaiki diri jadi lebih baik akan lebih nyaman rasanya Ji 🙂

      1. Iya Mba betul, 🙂 kadang rumput tetangga lebih hijau haha. Tapi kadang tetangga lihat rumput kita loh yang lebih hijau 😀

        1. hahaha, padahal tetangga kan ga tau disela rumput ijo itu ada yang kering, cuman ketutupan aja hihihi

    1. Pengingat aku juga nih Lis biar bisa jaga tangan ga nulis macem-macem di Sosmed. Ga ada guna juga kan 😀

  11. Mungkin krn mengeluh, membuat beban hidup jadi terasa lebih ringan. Walopun teeeuteeeup ndak nyelesain masalah. Salam kenal mbak

    1. Mungkin juga, karena memang cara tiap orang berbeda. Salam kenal, terima kasih ya 🙂

  12. “Sibuk mengeluh di sosmed” banyak lho ini yg ngeluh beneran atau ngeluh biar dibilang keren. Misal: ngeluh pas groceries shopping bayar mahal padahal si temen ini tinggal di sing. Gatel pengen komen: talk to my hand. Thanks Allah bisa aku tahan untuk gak komen. LOL

    1. Haha Iya Frany, sebenarnya nulis apapun diblog itu juga sebagai pengingat diri sendiri, jangan sampai ngelakuin hal yang sama dengan yang kita sudah tuliskan. Aku juga sering jengah baca keluh kesah di sosmed. Mudah2an tangan dan mulut kita tetap bisa terjaga ya 🙂

Thank you for your comment(s)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.