Tajamnya Pisau Gosip

Tulisan pendek ini sebagai pengingat buat siapapun, terutama buat saya sendiri untuk tidak terjebak dalam pergulan yang isinya hanya menggosipkan orang saja. Saya pernah berpikir, apa sebenarnya awal mula seseorang bisa begitu sibuknya untuk mengulik sedemikian hingga kehidupan orang lain sampai detail, diikuti setiap langkahnya supaya ada bahan untuk dijadikan pembicaraan dibelakang yang bersangkutan? Apakah karena iri, iseng, atau memang dia tidak ada kegiatan yang lebih bermanfaat lainnya disamping membicarakan orang lain? Yang bisa menjawab ya hanya si tukang gosip tersebut. Mungkin karena sudah sehari-hari bergelut dengan segala aneka rupa membicarakan orang, dia tidak sadar atau pura-pura tuli bahwa yang dilakukannya adalah perbuatan menggosipkan orang atau dia merasa bahwa menggosip adalah perbuatan yang lumrah, normal.ย 

Misalkan : Seseorang tidak suka dengan postingan seorang teman disosial media, dan merasa terganggu, sebenarnya gampang saja jalan keluarnya. Tersedia tombol unfriend, unfollow, bisa block sekalian atau langsung utarakan kepada yang bersangkutan kenapa tidak suka. Segampang itu sebenarnya, sehingga tidak perlu mengobral “analisa” pribadi kesana kemari yang menjurus kearah fitnah hanya dari sebuah postingan. Ya, seperti itulah tajamnya pisau gosip, bisa menimbulkan fitnah. Namun kembali lagi, tukang gosip ini tidak akan pernah merasa bahwa sebenarnya dia sudah membicarakan orang, karena ya kehidupannya setiap hari diisi dengan mencari segala macam bahan gosipan. Kalau tidak ada bahan, mungkin akan terasa gatal lidahnya.

Satu yang selalu saya ingat pesan dari Ibu sejak awal mula merantau ketika saya berusia 15 tahun : pandai-pandailah dalam berteman. Tidak perlu banyak, satu atau dua saja cukup yang penting mereka adalah sebenar-benarnya teman daripada banyak tapi saling menikam dibelakang. Dan pesan itulah yang saya selalu pegang sampai kapanpun, bahkan ketika pindah ke Belanda. Jika seseorang hadir dengan menawarkan pertemanan, tetapi yang dibahas dalam setiap pembicaraan adalah kejelekan orang lain, maka tidak menutup kemungkinan suatu hari kitapun akan dijadikan bahan menggosipnya kepada orang lain. Sikap waspada itu perlu, bukan berburuk sangka, tetapi lebih kepada berhati-hati dalam pergaulan.

Everyone who gossips to you, they will gossips about you

Tajamnya pisau gosip, bisa menyayat jalinan pertemanan, persaudaraan, bahkan orang yang tidak dikenal.

*ternyata tulisannya tidak terlalu pendek.

Selamat berakhir pekan, dan mudah-mudahan kita bisa menahan lidah serta tangan untuk tidak berbicara maupun menulis sesuatu yang bersifatย ngomongin orang dibelakang. Pasti ada masanya khilaf, tapi khilaf juga jangan keseringan, karena itu namanya doyan.

Apakah saya tidak pernah “khilaf?” Pernah pastinya. Dan meskipun seringnya khilaf dengan memberikan komentar tentang berita artis, mudah-mudahan hal tersebut tidak menjadikan saya doyan. Tapi tulisan saya ini lebih fokus pada gosip dalam lingkaran pertemanan, atau yang mengaku sebagai teman. Dan tulisan ini juga sebagai pengingat saya untuk berhati-hati dalam menjaga lidah serta tangan, karena dijaman serba digital sekarang ini, gosip rentan datang dari jemari yang tidak terkontrol.

Diomongin dibelakang itu rasanya ga enak. Karenanya jauhkan diri ngomongin orang dibelakang juga.

-Den Haag, 7 Agustus 2015-

26 thoughts on “Tajamnya Pisau Gosip

  1. aku sampe trauma begitu tau digossipkan, krn digossipkan oleh orang yg aku anggap paling ramah dan baik banget ama aku, sampai aku anggap kakak sendiri. Dan ternyata Tuhan menunjukkan tdk melalui orang lain, tapi oleh dia sendiri, beliau mengirim wa yg maksudnya dikirim pada temannya tapi malah terkirim ke telepon ku.
    Terima kasih sudah diingatkan untuk tidak bersosialisasi, aduh curhat aku termasuk ngomongin ga hehehe

    1. Hahaha iya, kalo namanya curhat pasti termasuk ngomongin Yang. Gpp Yang, kalau ada yang baca komen ini jadi pembelajaran bersama. Aku kurang lebih sama lah Yang kayak kamu ceritanya. Traumanya sampai sekarang, dampaknya jelek sih, jadinya suka suudzon kalo ketemu orang baru ๐Ÿ™‚ tapi ya, butuh waktu memang untuk mengembalikan kepercayaan.

  2. Yang aku ga setuju adalah gossip di sosial media entah itu komen or posting status di FB atau sampai bikin postingan di blog. Mending kalo mo gossip langsung aza ke yg bersangkutan

    To be honest, aku juga sering blog walking dan baca2 postingan blogger2 yang isinya secara tidak langsung sebenarnya sedang membicarakan orang lain, itu kan gossip juga bukan secara tidak langsung? Seperti yg Deny tulis diatas, kl memang ga setuju dengan opini seseorang atau ga suka, yah unfollow aza ga usa pake dijadiin tulisan yg mana kemudian komentatornya ikutan jadi kompor Itu perna kejadian sama aku dulu banget. Sempat masuk blog seseorang, ditulis, dan yg komen heboh bener dey, padahal cerita sebenarnya bukan seperti itu! Sampe sekarang kl inget itu masih bt dan ilfil sama orang itu meskipun di dunia nyata kita masih suka ketemuan

    1. Iya aku juga sepakat Ria dengan mengutarakan langsung kepada yang bersangkutan. Minimal kasih tau pendapat kita secara langsung, bukan asal main sindir atau bikin status atau postingan yang ternyata isinya sama saja “rasan-rasan”. Atau kalau misalkan mau dibuat ide tulisan atau status atau apapun itu, alangkah lebih eloknya kalau idenya diutarakan juga dari siapa. Jadi transparan aja, ga main belakang. Tetapi terkadang serba salah juga, karena apa yang menurut kita rasa2nya itu seperti gosip, yang bersangkutan bilangnya menulis untuk memberikan informasi, berbagi wacana atau opini. Jadi mungkin untuk lebih bijaksananya yang kasih komen juga lebih cerdas, ga asal main setuju aja. Atau sebagai yang nulis juga lebih elok kalau mau menulis sesuatu yang benar2 informatif dan datang dari hati.

      1. Memberi info tentang sesuatu dan mengecam cara perilaku seseorang itu beda banget ya Den. Kalo isi tulisan mengandung informasi pembaca akan mendapat asupan informasi baik buruk dari suatu produk misalnya. Meng-judge seseorang atas cara hidupnya atau yg dilakukan, informasi yg di dapat oleh pembaca hanya hal2 negative aza mengenai orang tersebut. Sebaiknya sebelum meng-judge sesuatu dan membuat tulisan, pikirin dulu plus minusnya dan tempatkan diri sendiri di posisi orang tersebut. Nobody perfect in this world, right Dunia blogging bukan untuk sindir menyi dir atau meng-judge orang lain. Kalo ga ada ide untuk menulis sebaiknya jangan asal nulis hanya untuk mendapatkan popularitas.

        Tapi pribadi seseorang bisa kliatan koq Den dari cara penulisannya. Dan tinggal terserah pembaca menilai. Ini hanya pemikiran aku pribadi aza loh. Blogging should be fun and light hearted not full of bitterness

        1. Pemikirankupun sejalur denganmu Ria. Aku selalu berprinsip bahwa apapun yang selalu datang dari hati, akan mendapatkan hasil yang sepadan juga, ga perlu menempuh jalan pintas untuk menjadi tenar. Begitupun dengan menulis, dalam hal ini kita ambil contoh diblog. Kalau kita menuliskan dari hati, tulisan kita berbobot informatif dan banyak manfaatnya, bukan karena ingin mencari sensasi atau sesuatu yang fenomenal, pembaca akan datang sendiri kok. Kalau kata suamiku “Kalau tulisan kamu bagus, mereka akan tetap baca dan akan kembali lagi ke blog ini. Komen itu bonusnya. Yang penting pesan dari tulisan tersampaikan dengan baik dengan cara yang baik juga”. Nobody is perfect, iya bener sekali. Semua orang punya perbedaan pendapat, betul itu. Jadi sebelum menyuarakan kedalam sebuah tulisan, lebih bijaksananya untuk balikin lagi kondisi kita diorang yang akan kita jadikan bahan tulisan. Rasanya bagaimana. Misalnya seperti yang aku rasakan, ga enak ternyata digosipin dan ketahuan kalo kita diomongin dibelakang. Sakit banget karena tidak sesuai kenyataan yang ada, dan menjurus fitnah. Kedepannya, aku akan berpikir berulangkali ketika sudah mendekati atau didekati oleh keadaan untuk menggosipkan orang. Lebih baik menghindari. Kalau didunia blog ini, jemarimu adalah pedangmu. Berhati2lah sebelum menuliskan sesuatu, atau berkomentar sesuatu. Tujuan ngeblog masing-masing orang memang berbeda. tetapi ga seharusnya juga kan menuliskan perihal yang buruk dari oranglain dan diangkat jadi tulisan yang nampak “fenomenal”
          Terima kasih banyak ya Ria untuk tukar pendapatnya. Aku sangat senang diskusi seperti ini.Jadi tahu cara pandang oranglain. Dan bisa belajar banyak hal juga tentang point of view :). Dunia blog memang seharusnya menyenangkan, bukan sikut2an ^^

  3. oiya lupa. ada juga gosip yg diperbolehkan…curhat org dizalimi, utk mencari solusi, untuk tahu siapa seseorg sebelum dinikahi, juga bila seseorang memang sengaja “memamerkan” ke publik sebuah kelakuan yg sebetulnya tdk baik. itu, sih, memang minta digosipin yak…wkwk

  4. “apa awal mula..” kalau dari segi ilmiah terutama kaum perempuan ya mrk memiliki kemampuan komunikasi lebih besar, ketertarikan hubungan antar manusia, serta kebutuhan bicara 80.000 kata sehari, perpaduan itu menyebabkan kecenderungan curhat dan bergosip cukup tinggi.

    digosipin itu iya engga enak, pernah bertemu orang-orang yang kurang mampu menjaga mulutnya, saya melihat mereka umumnya bukan org yg berhasil2 amat, bahkan seringkali sebenarnya sangat menyedihkan. kemungkinan gosip bisa mengeluarkan mereka sejenak dari kenyataan hidup sehari-hari yg tragik, bahwa dibalik kesuksesan orang lain yg mereka irikan selalu punya noda. Dan itu merupakan kenikmatan sendiri, melihat mata orang terpikat, serta semua mata memperhatikan ucapan2.

    kalau di cerita2 detektif gosip merupakan informasi yang sedikit memberi petunjuk dalam kasus pembunuhan….hahaha…dan artis2 senang digosipkan karena bikin mereka jadi dapat sorotan gratis.

    suka digosipin? ya enggak, rugi lah..tapi enggak perlu sampai jadi stress juga, kan lumayan bisa bakar dosa dan menyeleksi teman. buat yang ingin imagenya tampak sempurna mungkin itu adalah siksaan berat. buat yg merasa enggak sempurna2 amat, maybe it’s no big deal.

    menggosip? ini agak menakutkan sebetulnya, semua orang sebetulnya punya aib, berkah dan keberuntungan yang membuat aib itu jd tertutup. tapi aib itu bisa kebuka salah satu syaratnya adalah…kita sering membuka aib org lain. ini percaya nggak percaya. jadi hati2 banget, ngeri sama dampaknya.

    1. Terima kasih banyak Fee buat informasinya. Baru tahu kalau kebutuhan bicara wanita 80.000 kata perhari. Banyak juga ya. Sejak pindah, mungkin kebutuhan bicara secara verbalku berkurang, ga punya teman banyak buat diajak ngomong. Tapi kebutuhan jari mengetik (berselancar didunia maya maksudnya) lumayan melampaui batas, sebagai kompensasi mungkin karena ga ada teman. Sejauh itu membawa manfaat buatku, aku tidak mempermasalahkan. tapi kalau cuman buat gosip2an ya mending dikurangi atau dihentikan saja.

      Iya bener banget. Barangsiapa yang menutupi aib saudaranya, dia juga aibnya akan ditutupi. Begitu juga sebaliknya. Ini juga sebagai bahan renungan buatku. Mungkin dimasa lalu secara sadar ataupun mungkin keceplosan mengumbar aib orang lain. Semakin dewasa usia seseorang, semakin sempit waktu untuk belajar. Tapi semakin terbuka kesempatan untuk membenahi diri, karena diharapkan pengalaman menjadi guru yang terbaik ๐Ÿ™‚

  5. Deeeen, ini Dila Den.. aku coba buka dari browser hihihihi..
    Aku pernah terjebak dalam situasi kaya gini Den, temen di suatu kantor lah.. aku sampe stress bgt karena tiap hari yang diomongin gosipppp terus. Lama2 aku ilfil dan was2 dong, lhawong temen deketnya banget kok dikuliti gosip dapur rumah tangganya sama aku..
    Alhamdulillah gak lama2 sekantor sama dia.. dan ternyata benar adanya, suatunhari aku denger juga kalo aku diomonging di belakang. :”(
    Alhamdulillah cepet dijauhin.. kalo deket2 terus bisa kasih aura negatif jugaaa…
    Thanks ya Den, postingannya skalian buat self reminder buat akuuuuu

    1. hai Diiillll, Duuhh rasanya pengen koprol blogku dikomen sama SeleBlogger hahaha. Thanks for dropping your comment here *halaahh gaya pake bahasa Inggris :))) Nah, itu kamu ada pengalaman juga. Nyata malahan. Jadi benar adanya kan kalo kita harus sebisa mungkin menghindari gosip. Dikelilingi aura negatif itu beneran ga enak banget Dil. Sesak napas rasanya. Sama2 ya Dil untuk saling mengingatkan. Hidup sekali, yuk ga usah menggosip ๐Ÿ™‚

  6. Hahahaha…. bener Den. Si Matt juga kan suka gosip sama aku haha. Trus aku bilang “kamu nih gosip banget sih, pasti kamu diomongin orang juga deh” trus dia jawab “iya aku udah tau, makanya aku gosip juga” haduh…. muter aja hahaha.
    CUman kadang2 bergosip itu emang seru sih asal jangan tiap saat aja, bosen juga kalau kebanyakan.

  7. Imam al-Ghazali berkata: โ€œKeimanan dan kekufuran seseorang tiada terang dan jelas, selain dengan kesaksian lidah. Lidah mempunyai ketaatan yang besar dan mempunyai dosa besar pula. Anggota tubuh yang paling durhaka kepada manusia ialah lidah. Sesungguhnya lidah alat perangkap syaitan yang paling jitu untuk menjerumuskan manusia.โ€

    Teteh berusaha menghindari gosip, kalau sudah ada yg nyerempet bakalan ngomongin kejelekan orang, ganti topik atau menjauh, pura2 ambil minum..atau ke Toilet…hehe

    1. Ahhhh terima kasih Teteh.Duhh langsung adem deh baca yang dikatakan Imam al-Ghazali. Semoga kita dijauhkan dari hal-hal yang merugikan ya Teh *peluk

      1. Aamiin…..
        Jempolmu adalah pedangmu …sekarang begitu kali yah… Eeeh kalau pakai Hp

        Oktober masih lama ya Den…pengen ketemu beneraaaan…

        1. Iyaa, 2 bulan lagi teh. Hayuuuk atuh kopdaran kita. 18 oktober teh. Masih lama, jadi bisa diplanning dari sekarang ๐Ÿ™‚

  8. yaaah jujurly gw pun kadang mendengar gosip dengan seksama, buat “jaga jarak”
    cuma setuju, kalo tiap ketemu gosipin orang terus…males….mau banyak yang muji dia cantik, pintar, keluarga harmonis, beasiswa terus sekolah ke luar angkasa, punya binis pulak…males gw temenin ;))

    1. Iya Mbak, males banget kalau ada dilingkungan pergaulan yang ngomongin orang muluuu. Kayak ga punya pengetahuan lain aja yang bisa dibikin bahan pembicaraan. Atau memang pengetahuannya itu2 aja ya haha

    1. Kalau kita yang digosipin bagaimana Ji? Ahh ya kita tinggal masak ajalah susah amat ya ๐Ÿ˜€

Thank you for your comment(s)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.