Indonesia Jazz Night dan Indonesia Angklung Performance di Den Haag

Dalam satu minggu ini, saya dan suami datang ke dua acara besar yang diadakan oleh KBRI di Den Haag bekerjasama dengan Rumah Budaya Indonesia (RBI) yang ada di Belanda. Rumah Budaya Indonesia sendiri terdapat di 10 negara yaitu Belanda, Amerika, Perancis, Jerman, Turki, Jepang, Timor Leste, Singapura, Myanmar, dan Australia. RBI didirikan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang bertujuan untuk menjadikan rumah publik dalam rangka memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia sehingga dapat meningkatkan apresiasi, citra, dan membangun ikatan (budaya) masyarakat Internasional terhadap Indonesia. Selain itu, di RBI masyarakat lokal bisa belajar banyak hal mengenai Indonesia seperti sejarah, bahasa, dan tentu saja keragaman budaya Indonesia. Untuk mendukung tujuan tersebut, maka RBI akan menggelar berbagai pertunjukan seni dan pameran kesenian kebudayaan Indonesia, seperti pertunjukan tari tradisional, permainan musik tradisional, dan sebagainya. Di Belanda sendiri RBI diresmikan pada tanggal 25 Juni 2015 di Amsterdam.

Dalam satu minggu kebelakang, KBRI dan RBI di Belanda mengadakan dua pagelaran besar. Semuanya tanpa dipungut biaya alias gratis untuk siapapun baik masyarakat Indonesia ataupun warga Belanda atau siapapun yang menyaksikan acara tersebut.

INDONESIA JAZZ NIGHT

Sebenarnya saya sudah telat saat mengetahui akan ada acara ini. Seorang teman yang ingin datang ke Den Haag untuk mengurus paspor mengatakan bahwa akan ada Dwiki Darmawan di Den Haag. Tetapi ketika saya mencoba mendaftar melalui website KBRI, ternyata sudah tidak bisa. Ya iyalah seminggu sebelum acara pasti sudah tidak ada tempat sisa. Singkat cerita, akhirnya saya bisa mendapatkan tiket ke acara tersebut dengan segala perjuangan. Kenapa saya begitu ingin datang ke Indonesia Jazz Night yang diadakan di Koninklijk Conservatorium Den Haag pada tanggal 20 November 2015 pukul 18.30-21.00? Karena salah satu pengisi acaranya adalah orang yang suka sejak dulu. Indonesia Jazz Night menampilkan Dwiki Darmawan, Tohpati, dan Dira Sugandi, dan beberapa musisi pendukung lainnya. Ya, saya ingin melihat Dira Sugandi karena suka mendengar suara penyanyi Indonesia yang sudah menginternasional ini. Sejak kemuculan Dira Sugandi di acara Just Alvin, saya langsung terpana dan memutuskan menjadi salah satu fansnya. Bangga banget kesannya :D. Sedangkan suami tertarik datang ke acara ini karena dia memang penyuka dan penikmat musik jazz. Maklum, darah pemusik dikeluarganya kental. Papa mertua pernah menelurkan beberapa album jazz bersama grup musik beliau. Suami juga bisa memainkan beberapa alat musik dengan baik seperti piano, gitar, dan drum. Karenanya suami senang sekali datang ke pertunjukan musik khususnya jazz.

Sajojo
Sajojo

Indonesia Jazz Night ini dibuka oleh tarian Sajojo yang (kalau tidak salah) dibawakan oleh siswa-siswa salah satu SMA di Semarang dilanjutkan oleh grup Angklung dari Eindhoven. Selanjutnya Dwiki Darmawan membawakan Jazz for Freeport dilanjutkan Paris Berantai. Dira Sugandi muncul pada urutan ketiga menyanyikan lagu IE. Saya menahan nafas melihat kecantikan Dira Sugandi dan kejernihan suaranya dalam bernyanyi. Saya lupa Tohpati muncul pada saat kapan, yang pasti pada saat membawakan lagu Lukisan Pagi, Dira Sugandi diiringi oleh petikan gitar Tohpati. Aslinya Lukisan Pagi ciptaan Tohpati ini dilantunkan oleh Shakila. Pada saat Dwiki Darmawan memberitahukan hal tersebut, suami bertanya dengan polosnya pada saya “Lho, lagu ciptaan Tohpati ini pernah dibawakan sama Shakira?”, Mas, Shakila, bukan Shakira :p

Dira Sugandi, Dwiki Darmawan. Tohpati dalam satu panggung
Dira Sugandi, Dwiki Darmawan. Tohpati dalam satu panggung

Lagu lainnya yang dibawakan oleh Dira Sugandi adalah Bubuy Bulan dan Lamalera’s Dream. Sedangkan Dwiki Darmawan beserta Tohpati dan beberapa musisi lainnya membawakan Prambanan Mood, Frog Dance (yang terinspirasi dari suara kodok ketika berlibur ke Ubud), Whale Dance, Pasar Klewer (dari album terbaru Dwiki Darwaman yang belum keluar dipasaran), Arafura, dan The Spirit of Peace.

Saya sebagai penikmat musik yang biasa saja, merasa senang dengan penampilan Dwiki Darmawan yang bersinkronisasi (aduh ini istilah opo ya) dengan petikan gitar Tohpati, tabuhan kendang, petikan bass, dan tabuhan drum musisi pendukung lainnya. Meskipun terdengar seperti berdiri sendiri ketika mereka memainkannya dan juga cepat seperti saling berkejaran, namun masih terdengar satu harmoni. Saya masih bisa menikmati. Sedangkan Suami yang memang khusyuk sekali memperhatikan, tidak bisa disenggol sedikitpun kalau musik sudah dimainkan. Bahkan saya beberapa kali dipelototi ketika mencoba mendokumentasikan dalam bentuk foto atau video. Dia semakin kesal ketika beberapa kamera menggunakan flash dan terdengar suara “cekrik” pada saat memotret. Saya juga sebenarnya sebal sekali dengan Ibu yang duduk didepan. Bukannya melihat pertunjukan, malah sibuk dengan FB dengan sinar sangat terang pada layar Hpnya. Beliau sampai ditegur oleh Ibu Belanda yang duduk disebelahnya. Disebelah suami malah dengan santainya menerima telpon dan berbincang, akhirnya ditegur oleh suami. Dia sampai tidak habis mengerti dan mengomel “Orang Indonesia ini seperti tidak tahu cara berterimakasih. Sudah diberikan pertunjukan musik gratis dengan mendatangkan orang-orang bertalenta berkelas Internasiona, bukannya duduk menyimak sebagai bentuk penghargaan, malah sibuk dengan sosial media.” Inggih Mas *kemudian melipir.

Sebelum acara berakhir, Dwiki Darmawan meminta penonton berdiri untuk hening sejenak “Mari kita hening sejenak, mendoakan para korban di Paris, korban ketidakadilan, korban perang dimanapun berada, sementara kita masih diberikan kesempatan bersenang-senang disini. Semoga kedamaian tercipta dimuka bumi ini.”

Secara keseluruhan, kami puas dengan Indonesia Jazz ini. Lebih dari puas malah saya bilang. Penampilan yang super. Kapan lagi bisa melihat penampilan 3 orang musisi yang sudah melanglang buana karyanya dikalangan Internasional, dalam satu panggung. Ditambah lagi gratis melihat acara ini dan diberikan kotak snack (lupa isinya yang pasti ada teh kotak) oleh KBRI. Hati riang, perut kenyang, pulang kerumah dalam keadaan senang πŸ™‚

INDONESIA ANGKLUNG PERFORMANCE

Indonesia Angklung Performance yang diadakan pada tanggal 25 November 2015 pukul 18:00-19:30 di Museon Den Haag, menampilkan Saung Angklung Udjo. Saya sudah lama mendengar ketenaran Saung Angklung Udjo, tapi baru kali ini melihat secara langsung bagaimana mereka pentas. Dan memang sungguh menakjubkan. Pada bulan November juga merupakan perayaan selama lima tahun Angklung ditasbihkan sebagai Intangible Heritage oleh UNESCO.

Saya janjian dengan suami distasiun yang tidak jauh dari rumah karena suami pulang kerja, jadi kami berangkat bersama-sama ketempat acara. Sesampainya di Museon, kami langsung disuguhi kotak snack, yang lagi-lagi isinya menggugah selera : lemper, pastel, nogosari dan jus jeruk. Setelahnya kami masuk keruangan. Awalnya kami duduk didepan, tapi karena saya yang tingginya pas-pasan begini, jadi tidak bisa melihat dengan jelas panggungnya. Akhirnya saya bilang ke suami untuk pindah ke bagian belakang saja karena letaknya lebih tinggi dan masih banyak tempat kosong (yang sesaat kemudian penuh ketika beberapa orang yang terlambat mulai berdatangan). Beberapa saat kemudian pertunjukan dimulai dengan beberapa orang mulai memainkan angklung dan beberapa lainnya menari. Setelahnya beberapa murid Saung Angklung Udjo unjuk kebolehan memainkan instrumen menyerupai bambu berderet yang harus dipukul alat untuk mengeluarkan bunyinya (seperti gamelan tetapi dari bambu, lupa namanya apa).

image4

Selain pertunjukan yang benar-benar meriah dan membuat yang hadir sangat antusias, ada juga workshopnya. Penonton diberi masing-masing satu angklung yang kemudian bersama-sama dipandu oleh anak Mang Udjo yang sekarang menjadi pemilik Saung Angklung Udjo. Setiap angklung mempunyai satu nada. Saya memegang angklung bernada 6, sementara suami bernada 7. Kami beberapa kali diajari cara memainkannya yang kemudian bersama-sama memainkan beberapa buah lagu dengan cara dipandu. Seru sekali bagian ini. Kami seringkali tertawa ketika beberapa orang tidak bisa mengikuti yang diinstruksikan. Antusias terlihat bukan hanya dari orang Indonesia, beberapa orang bule juga saya lihat nampak bersemangat (termasuk yang disebelah saya :D). Tak disangka setelah workshop berakhir, diumumkan bahwa kami diperbolehkan membawa Angklung. Ruangan langsung riuh dengan suara senang penonton. Kami malah membawa pulang tiga angklung karena tiba-tiba diberi oleh ibu yang duduk disebelah. Seru sekali sesi ini. Suasana Workshop yang sempat saya rekam :

Setelah Workshop selesai, dilanjutkan kembali oleh pertunjukan Angklung kembali. Dan dibawah ini adalah rekaman penutupnya yaitu Es Lilin dan tarian.

Wah kami senang sekali mendatangi dua acara diatas yang diselenggarakan dalam waktu berdekatan. Terutama pertunjukan Angklung karena bisa memperkenalkan ke suami alat musik tradisional Indonesia. Lihat saja wajah antusiasnya πŸ™‚ Dia malah bilang kalau saat pulang ke Indonesia nanti, mau mampir ke Saung Angklung Udjo di Bandung. Mau membeli Angklung semua nada. Huwooo digawe opooo Mas, ngebak-ngebaki omah ae :p

image1Senang tidak hanya warga Indonesia yang bisa menikmati suguhan budaya ini, tetapi juga beberapa warga negara kebangsaan diluar Indonesia.

Selamat berakhir pekan, semoga akhir pekannya menyenangkan bersama yang tersayang. Jadi, apa rencana akhir pekan kalian?

-Den Haag, 26 November 2015-

Semua dokumentasi adalah milik pribadi

27 thoughts on “Indonesia Jazz Night dan Indonesia Angklung Performance di Den Haag

  1. Ampuuun deh mbak. pasti seru ya mbak di den hag ada acara begitu. Orang indo yang tinggal disana pasti puas deh ya πŸ˜€

    Wkwkw suami mbak mau beli angklung semua nada πŸ˜€ ekeke kece mbak πŸ˜€ besok bisa bikin angklung sendiri deh lama-lama πŸ˜€

    1. Seruuuu banget Feb soalnya aku seneng acara2 seperti ini,plus tempatnya juga ga jauh dari rumah dan gratis pula hahaha penting ini. Iya nih, PR banget dia mau beli semua ngklung πŸ˜€

  2. aku baru ngeh kalo ternyata belom follow blog kamu sebelumnya deh Den wkwkwk (sekarang udah hihi), pantes di feed ga pernah nongol postingan kamu :p

    anyway, you are lucky to get those experience here Den!
    selama di Jakarta aku hampir ga pernah ketinggalan ikut nonton JJF dan JGTC (yang ini cuma pas jaman masih kuliah S1 si, udah lama ya wakakaka). Kebetulan juga ada beberapa temen yang suka main juga (dan tentunya pengen nonton featured musicians yang dari luar hehe). Buat aku banyak musisi jazz indonesia yang ga kalah sama yang dari luar, sayang aja kurang terekspos ya beritanya (kurang sensasi kayanya hihi)
    aku suka banget dengan Saung Angklung Udjo! kemarin hampir mau ikut nonton, tapi batal karna badan lagi agak gak enak hiks (period).

    Dulu aku pernah arrange performance mereka untuk special occasion di workshopnya Saung Udjo di Bandung untuk Asia-Africa Forum on Traditional Knowledge. Konsep mereka ga berubah, penontonnya diajak terlibat dalam performance. Makanya semua peserta jadi excited dan sepanjang performance juga ga ngebosenin. Aku amazed yang masih pitik juga jago banget main angklungnya!

    btw, suami mau bawa angklung satu set dari Indonesia, PR banget ya hahahaha, suruh nanti beli pas tongtong ajaaa, perasaan di tongtong kemarin aku liat ada yang jual deh (dengan harga menjulang tinggi tapi hihi)

    1. Iyaa Mbak Anis, pas aku di Jakarta, hampir tiap tahun selalu datang JJF. Soalnya dapat tiket gratisan dari kantor haha lucky me. Bener banget, musisi Jazz yang terkenal di Internasional cuma segelintir. Padahal banyak yang bagus.
      Kemaren aku juga dadakan dapat tiket yang Saung Udjo. masih rejeki ternyata πŸ˜€
      Waaahh kereen Mbak pernah terlibat langsung dengan performance mereka. Jadi tahu ya nyiapin acaranya seperti apa. Iya loh, anak2 kecil itu jago banget mainnya. Aku juga takjub.
      Embuh suamiku ini memang seneng banget sama alat musik. Tahun kemaren aja pas di Bali setelah lihat kecak di Uluwatu, tiba2 dia bilang mau beli gamelan trus mau dibawa ke belanda. Halah, kayak rumah selapangan bola aja. Wong rumah seiprit gini hahaha

  3. Hafuuuh.. Malu ya Den soal yang orang Indonesia gak bisa berhenti socmed-an. Termasuk aku sih. Huehehe.
    Pas acaranya pastinluar biasa itu Den bagusnya. Sampe sekarang aku juga belom pernah lihat langsung Dhira Sugandi dan Saung Angklung Mang Udjonya. Ngiri deh…

    1. Iyo Dan, isin nemen. Pengen mites ae rasane πŸ˜€ Aku punya peraturan ke diri sendiri sejak pindah Belanda ini. Kalau sedang diluar rumah, aku mematikan paket internet. Biar ga sibuk sendiri dengan Hp. Jadi kalau aku posting2 gitu, yo late post. Sesekali kunyalakan, cuma buat ngecek ada pesan di Whatsapp apa nggak. Setelahnya aku matikan lagi.
      Wah iyooo nemen apik e Dan. Kalau yang Angklung, mungkin pas ke Bandung isok mampir Dan ketempat mereka yang terbuka untuk umum. Jare koncoku mbayar 75rb plus workshopnya juga itu. Bagus buat anak-anak. Pengenalan alat musik sekalian bisa main2 dan menikmati alat musik tradisional.

  4. Mba Den, tampaknya suami terlalu sinkronisasi sampe ngira lagu Lukisn Pagi dibawain sama Shakira… gyahahahahaa XD

    Ih keren ya pas penonton diajakin buat main angklung. Itu brilian sekalih…

    Nah kan mba suami mau beli angklung, yuk rani anter yuk… haha

    1. Ga kedengeran jelas kayaknya dia karena ga ngerti ada penyanyi Indonesia yag namanya Shakila.
      Iya, jadi katanya supaya sama seperti ditempat asal yang ada workshopnya juga
      Insya Allah ya Ran, nanti kalau ada rejeki mampir ke Bandung lagi, aku kontak kamu πŸ™‚ Suami sih seneng tahun kemaren waktu ke Bandung.

      1. Iya mba den, tp respon suami lucu, aku ketawa baca ini * β€œLho, lagu ciptaan Tohpati ini pernah dibawakan sama Shakira?”, Mas, Shakila, bukan Shakira :p*. menghibur πŸ˜€

        Betul mba, jadi di hari Jumat/ sabtu ada workshop nya. tapi kalo hari biasa (senin-kamis) cuma saung angklung doang gada yg tampil gitu.

  5. Dia semakin kesal ketika beberapa kamera menggunakan flash dan terdengar suara β€œcekrik” pada saat memotret ==> iya banget. gw vidio-in suatu pertunjukan aja kadang suka kesel sendiri bukannya nikmatin aja shownya. a note to my self juga nih
    btw; angklung saung Udjo keren banget yaaa…gw ama anak anak ke sana tahun 2011; heboh banget sampe kerudung gw nyaris lepas hahahhahah SERU!

    1. Iya Mbak Ky, soalnya pakai kamera Hp gitu. Pas lagi hening2nya Dira Sugandi nyanyi akustikan sama Tohpati dan suami Dira yang drummer itu, tiba2 ada suara cekrik sama flash. Kan keseeell banget dengernya. Pas Indonesia Jazz Night itu emmang suasananya syahdu banget, makanya aku juga ga banyak ngambil foto. Menikmati suasana. Pas Angklung itu karena suasana santai, jadi sampai bisa direkam segala πŸ™‚
      Hahahaha duuuhhh kebayang serunya itu Mbak Ky sampai kerudung mau lepas *masih ngakak bacanya hahaha. Keren banget emang Saung Udjo Angklung itu. Berdecak kagum.

  6. Ah Den… bikin ngiri bisa nonton Dwiki langsung dan gratis juga…

    Fokusnya pada tulisan: Orang Indonesia gak menghargai….

    Hiksss… sedih tapi memang nyatanya gitu sih. Bukan masalah gratis gak gratis. Bahkan bayar nonton di bioskop aja gitu. Yang penting eksis kayaknya Den. Kalau kita kan bisa eksis dengan menulis di blog kita.

    1. Iya Ryan, ini berkah banget bisa melihat penampilan mereka selama 2 jam. Padahal awalnya sudah ga dapat tiketnya.
      Pas ada yang nyalain Hpnya dan layarnya nyalanya terang banget, aku langsung keingat sama tulisanmu. Kira2 mereka itu mikir ga sih ya kalo bakalan mengganggu oranglain. Kalau mau pindah tempat buat bersocmed mbok ya jangan disitu. Diberikan hiburan berkualitas malah ga dimanfaatkan maksimal demi kata eksis.

  7. Saung angklung Udjo emang bagus ya Mba πŸ™‚ Seneng denger mereka main hehe.. Lumayan ya Mba Den, sedikit terobati akan Indonesia

    1. Iya Ji, baguuuss banget. Aku masih berdecak kagum mereka mainnya oke banget. Jempol banyak deh. Lumayan Ji ada hiburan bermutu banget πŸ™‚

  8. RBI ini terobosan pak M Nuh sewaktu jadi mentri pendidikan ya. Bisa diperbanyak nih RBI biar Indonesia makin dikenal dunia.
    Saya mau memancing di laut, -offshore- akhir pekan ini.

    1. Saya juga ga paham Pak ini terobosan siapa, yang pasti baru tahun 2014 berdirinya. Iya, mungkin 10 Negara ini pilot project, kalau lancar mudah2an bisa ditambah negara lainnya.
      Waaahh enak mancing dilaut. Saya sudah kangen sekali sama panas matahari laut Pak πŸ™‚
      Selamat berakhir pekan dan selamat memancing.

  9. hehehe gak dimana nggak dimana Indonesia ini eksis ya.. sosial media kamera…, baca tulisan mbak Ailsa binibule.com juga begitu polah sodara sebangsa di negeri sendiri.
    Dira Sugandi memang hebat cantik dan pintar beruntungnya bisa lihat gratis den.
    Selamat berakhir pekan juga πŸ™‚

    1. Hai Rangi, sedang beruntung rupanya bisa komen dari Hp bisa. Kata yang lain2 nyaris ga bisa. Padahal aku pernah nyoba iseng2 komen lewat Hp pakai nama anonim, bisa. Alhamdulillah kamu akhirnya jadi yang beruntung itu πŸ˜€
      Iya, suka nyesek lihat yang ga bisa menghargai begitu. Padahal ada skala prioritas ya. Mbok kalo pengen eksis ditahan dulu. Disediakan hiburan bermutu malah disia2kan. Bener banget, Dira Sugandi cantik dan pintar. Sangat mengagumi dia aku.
      Selamat berakhir pekan juga Rangi πŸ™‚

Thank you for your comment(s)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.