Bersepeda Menyusuri Keindahan Ladang Tulip di Belanda

Memasuki musim semi artinya bunga-bunga mulai menunjukkan keindahan warnanya. Tidak hanya bunga, pepohonan pun mulai berwarna warni dengan indahnya. Sejak pindah ke Belanda, saya menjadi seseorang yang menyukai bunga. Dulu saya tidak terlalu memperhatikan aneka rupa bunga, tetapi sejak tahun lalu, salah satu kesenangan saya adalah berlama-lama di pusat penjualan bunga dan pernak perniknya karena memang lokasinya dekat dengan rumah. Kalau tidak mengingat dirumah tidak terlalu banyak tempat untuk menaruh bunga, pasti pulang dari sana saya selalu menenteng pot bunga. Salah satu bunga yang sukai saat musim semi adalah tulip.

Tulip merupakan salah satu ikon negara Belanda. Tempat yang terkenal dengan beraneka macam tulip dan segala jenis bunga lainnya adalah Keukenhof, yang mampu menyedot turis dari segala penjuru dunia sejak pertengahan maret sampai pertengahan mei setiap tahunnya. Pesona Keukenhof pula yang membuat saya ingin mengunjungi Belanda, melihat tulip dalam wujud nyata, tidak hanya dari majalah Colours setiap saya naik Garuda ketika sedang ada urusan kerja. Dulu saya membayangkan bagaimana rasanya berada diantara jutaan tulip dan bunga-bunga lainnya. Bersyukur pada tahun 2014 akhirnya semesta mewujudkan hal yang selama ini menjadi impian, langkah kaki sampai juga ke Keukenhof. Saya pernah menuliskan pengalaman mengunjungi Keukenhof disini. Ada yang membuat saya penasaran ketika sedang didalam Keukenhof, mata saya tidak lepas memandang ladang tulip diluar area Keukenhof. Warna warni tulip berjejer rapi membentuk bentangan indah selayak karpet alami. Saat itu saya hanya berkata dalam hati, suatu saat ingin mengunjungi ladang tulip tersebut.

Dua tahun berselang, tepatnya satu bulan lalu, saya kembali teringat apa yang saya batin. Saya kemudian mengutarakan ide ke suami tentang mengunjungi ladang tulip. Suami sangat setuju. Akhirnya diputuskan pada akhir pekan pertengahan April kami berpetualang menyusuri ladang tulip dengan bersepeda. Ya, kami berangkat dari rumah di Den Haag menuju area ladang tulip disekitar Lisse, Sassenheim, Noordwijk, dan Noordwijkerhout. Yang saya sebutkan tadi adalah nama kota-kota yang masuk area Duin en Bollenstreek, yang merupakan wilayah pesisir antara Wassenaar dan Haarlem yang memiliki bukit pasir dan budidaya umbi bunga. Kombinasi pantai, bukit, ladang bunga, sejarah peternakan, danau, istana dan perkebunan membuat daerah ini sangat menarik untuk dikunjungi.

Jam 11 siang kami memulai petualangan satu hari bersepeda. Saya sebenarnya agak tidak terlalu yakin apakah sanggup bersepeda dengan radius lebih dari 50km, tapi rasa penasaran akan keindahan ladang tulip mengalahkan rasa tidak yakin tersebut. Senangnya kalau bersepeda adalah kami bisa berhenti ditempat-tempat yang diinginkan sewaktu-waktu. Jadi kalau merasa capek, ya berhenti dulu sambil foto sana sini. Kalau haus, tinggal cari kran air dan langsung minum air langsung dari sana. Kalau melihat tempat wisata seperti danau atau kebun yang penuh burung, langsung masuk tanpa dipungut biaya. Dan suguhan pemandangan selama perjalanan sangat menyenangkan, selain alamnya juga bisa melihat domba, sapi, kuda dimana-mana.

Sapi sedang merumput
Sapi sedang merumput
Domba
Domba
Memotret sambil bersepeda. Tangan kanan memegang stang sepeda, tangan kiri memegang Hp, kaki mengayuh, mata memandang kedepan supaya tetap fokus ke jalan dan tidak tiba-tiba nubruk :D
Memotret sambil bersepeda. Tangan kanan memegang stang sepeda, tangan kiri memegang Hp, kaki mengayuh, mata memandang kedepan supaya tetap fokus ke jalan dan tidak tiba-tiba nubruk 😀
Kalau ditengah perjalanan haus, tidak usah khawatir. Di beberapa ruas jalan ada keran bisa langsung minum air dari sini.
Kalau ditengah perjalanan haus, tidak usah khawatir. Di beberapa ruas jalan ada keran bisa langsung minum air dari sini.

Dari Den Haag, kami menuju Leiden terlebih dahulu. Karena suami sudah hafal luar kepala jalur bersepeda menuju Leiden, kami tidak menggunakan peta atau aplikasi Fietsknoop. Sebenarnya tanpa menggunakan aplikasi ataupun peta juga bisa karena disetiap titik jalur bersepeda selalu tersedia peta dan bisa dilihat kita sedang dititik nomer berapa kemudian melihat pada peta kita ingin ke titik nomer berapa. Petunjuknya sangat jelas, dan mudah-mudahan meminimalisir tingkat tersasar khususnya untuk orang seperti saya yang memang gampang sekali kesasar. Ditengah perjalanan, tanpa sengaja kami melewati kantor VVV di Teylingen. Jadi VVV ini adalah kantor pusat informasi tentang tempat wisata, rute bersepeda (fietsen), rute berjalan kaki (wandelen), museum, taman, dan tempat wisata lainnya yang ingin dikunjungi. Ada banyak brosur yang tersedia disini, kebanyakan gratis tapi ada beberapa yang harus beli, contohnya peta rute bersepeda ini kami beli seharga €1,20. Kalau rute jalan kaki disediakan gratis. Disini kita bisa bertanya apapun yang ingin kita ketahui tentang yang berhubungan dengan tempat wisata. VVV ini ada disetiap provinsi di Belanda. Bagi turis yang ingin bersepeda, bisa menyewa sepeda OV (OV Bicycle) di stasiun. Keterangan lebih lengkapnya bisa dilihat di website resmi mereka atau menyewa di area Keukenhof, hanya saya kurang jelas harga sewa sepedanya berapa.

Peta yang kami gunakan.
Peta yang kami gunakan.
Tanda bersepeda dan peta didepan sana yang menunjukkan pemberhentian dititik nomer berapa.
Tanda bersepeda dan peta didepan sana yang menunjukkan pemberhentian dititik nomer berapa.

Hal seru yang kami rasakan saat bersepeda adalah ketika bertemu sesama rombongan bersepeda lainnya dan kami saling bertegur sapa, saling melemparkan kata “Halo” atau “Hai” atau “Hoi.” Ada saatnya kami menolong keluarga yang nampak kebingungan harus menuju arah mana, ada saatnya kami berbincang dengan mahasiswa-mahasiswa dari Universitas Leiden yang sedang beristirahat. Hal lain yang tidak kalah menyenangkan yaitu kami membawa bekal makan siang dan beberapa makanan ringan lainnya, jadi semacam piknik. Saya yang tidak mau repot memasak, hanya membuat sushi. Kalau menuruti rasa ingin, harapannya bisa membawa nasi bakar, lalapan, ikan asin, tahu dan tempe goreng. Tapi karena rasa malas memasak sedang datang, sushi saja sudah cukup. Sebenarnya kami membawa tikar juga, tetapi karena menemukan bangku yang nyaman untuk tempat makan, maka rencana makan lesehan beralaskan tikar kami simpan dahulu. Makan siang dengan pemandangan serba hijau dan didekat kincir angin ditemani angin yang super kencang menjadi pengalaman tidak terlupakan.

Istirahat sembari menikmati bekal makan siang
Istirahat sembari menikmati bekal makan siang
Bekalnya Sushi
Bekalnya Sushi

Setelah beberapa jam bersepeda melintasi desa, akhirnya satu persatu ladang tulip bisa kami jumpai. Girang bukan kepalang saya rasakan. Ingin loncat-loncat saja rasanya melihat secara dekat hamparan warna warni tulip dan bunga lainnya yang dahulu saya lihat dari dalam Keukenhof. Sekarang saya bisa masuk kedalam ladang tulip secara langsung. Ladang-ladang tulip yang kami lalui ini sebagin besar berada pada jalur rute bersepeda maupun rute berjalan kaki. Jadi terkadang tersembunyi dari jalan besar yang dilalui mobil.

Tulip kuning. Gemes!
Tulip kuning. Gemes!
Tulip ungu
Tulip ungu
Semburat kuning dan oranye
Semburat kuning dan oranye

Secara tidak terduga, ditengah perjalanan kami menjumpai parade bunga. Kami lalu menghentikan laju sepeda dan memarkirnya untuk sesaat larut dalam kemeriahan iring-iringan parade bunga. Kalau dua tahun lalu saya harus berdesakan untuk melihat parade bunga ini di Keukonhof, namun kali ini saya berada dibarisan pertama tanpa harus berdesakan dengan penonton lainnya. Bahkan suami menonton parade bunga sembari duduk di rerumputan. Hanya sekitar 30 menit kami melihat parade ini dan kembali mengayuh sepeda untuk melanjutkan perjalanan. Informasi parade bunga atau dalam bahasa Belanda adalah Bloemencorso bisa dilihat pada website resmi mereka di Bloemencorso Bollenstreek.

Bloemencorso Bollenstreek
Bloemencorso Bollenstreek
Bloemencorso Bollenstreek
Bloemencorso Bollenstreek

Kalau melihat ladang bunga seperti ini, serta merta ingatan saya langsung tertuju pada berita rusaknya kebun bunga Amaryllis di Jogjakarta. Karena hasrat eksistensi diri atau hasrat ingin mengunggah foto di media sosial, harus dibayar dengan merusak keindahan bunga dikebun tersebut. Selama mengunjungi beberapa ladang tulip, saya melihat pengunjung lainnya bersikap santun, tidak merusak, tidak menginjak-nginjak ataupun tidur gegoleran hanya untuk mengikuti nafsu mengunggah foto diri di media sosial. Kalaupun ingin mengambil foto diantara tulip-tulip, maka mereka berjalan sangat hati-hati, memastikan bahwa kaki mereka tidak menginjak satupun bunga. Mudah-mudahan sikap seperti ini juga bisa ditiru di Indonesia. Menikmati keindahan dengan cara yang wajar dan santun, tidak hanya memuaskan hasrat eksistensi tetapi tidak mengindahkan etika dan tata krama.

Menikmati tulip melalui lensa kamera
Menikmati tulip melalui lensa kamera
Hamparan tulip
Hamparan tulip
Terpesona
Terpesona
Hyacinth
Hyacinth

Saya sudah bercerita beberapa kali melalui tulisan-tulisan terdahulu bahwa cuaca di Belanda itu sangat cepat berganti dalam satu hari, karenanya melihat prakiraan cuaca sangatlah dibutuhkan disini karena tingkat keakuratan yang tinggi. Sampai ada yang menyebut bahwa dalam satu hari bisa terjadi 4 musim. Hal ini kami buktikan selama bersepeda sabtu kemarin. Dalam satu hari melintasi kota dan desa kami harus berjuang dengan segala cuaca. Di satu kota cuaca hangat  dengan matahari bersinar cerah, kemudian di kota sebelahnya mendung gelap, hujan dan angin sangat kencang sampai saya nyaris jatuh dari sepeda beberapa kali karena tidak sanggup menahan laju angin. Setelahnya panas kembali, lalu tiba-tiba hujan es. Iya, dimusim semi seperti ini masih saja hujan es. Malah saya mendengar siaran berita dibeberapa kota dibagian utara turun salju. Pada hari minggu saat saya menulis postingan ini, hujan es tidak berhenti turun ke bumi. Tetapi dengan melalui beberapa cuaca dalam satu hari kemudian melihat pelangi muncul di ladang tulip paling akhir yang kami kunjungi, rasanya lengkap sudah petualangan satu hari bersepeda menyusuri keindahan ladang tulip. Kami berhitung sampai 3 kali melihat pelangi selama perjalanan pulang, sampai suami berseloroh ada kabar gembira apa yang sudah menunggu dengan pertanda 3 pelangi tersebut.

Pelangi di ladang tulip.
Pelangi di ladang tulip.

Belum semua tempat bisa kami kunjungi, mungkin tahun depan kami akan kembali lagi kesini, tidak melalui rute sepeda, mungkin melalui rute jalan kaki. Kami sudah rindu rasanya menghirup aroma wangi bunga yang menguar selama perjalanan, berjumpa gadis kecil yang menunggu tulip untuk dijual, ataupun membeli bunga tulip di kios tanpa penjaga dan cukup menaruh uang sesuai harga yang tertera pada kotak yang sudah tersedia. Kunjungan selanjutnya kami ingin menyusuri pantai, menyaksikan matahari terbenam dan tetap melintasi ladang tulip melewati rute lainnya. Jam 10 malam kami tiba dirumah setelah menempuh 90 km bersepeda sejak jam 11 pagi. Rasa capek terbayarkan dengan melihat kembali foto-foto selama bersepeda yang beberapa kami bagikan melalui cerita di blog ini.

Jika ada yang tertarik untuk melihat keindahan tulip, kami sarankan untuk datang pertengahan april sampai akhir april karena itu adalah waktu terbaik saat tulip sedang mekar-mekarnya. Sampai bertemu di cerita tulip selanjutnya, dan kami menunggu cerita tulip versi kalian 🙂

Taun depan kami akan mengunjungi kalian kembali wahai tulip-tulip yang indah
Tahun depan kami akan mengunjungi kalian kembali wahai tulip-tulip yang indah

-Den Haag, 24 April 2016-

Semua foto adalah dokumentasi pribadi

75 thoughts on “Bersepeda Menyusuri Keindahan Ladang Tulip di Belanda

  1. cantiknya hamparan tulip, mbak serius nih bekalnya cuma itu kan sepedaan berdua lagi capek lho 50 km
    kalau aku kurang sushi segitu #perutindonesia

    1. 90 km lebih tepatnya. Iya cuma bekal itu saja sama air. Sepedahan berdua tapi kan sendiri2 sepedahannya haha. Pulang dari menjelajah ladang tulip, langsung mampir restoran kami, isi bensin ke badan :)))

  2. Huaaa cakep bangeeeet. Ini baru Belanda 😀
    Ngebayangin sepedaan di sana, bakalan dikit-dikit berhenti tuk ambil foto. Belanda…. semoga aku bisa ke sana.

    1. Haha ini baru Belanda ya :p
      Betuuulll ini kami lama di jalan bukan karena perjalanannya yang jauh banget, tapi karena aku yang sebentar2 berhenti untuk foto2 haha. Amiinnn Om semesta mendukung

  3. bunga2nya kayak yang difoto2 wallpaper ya… cantik banget. boleh petik trus bawa pulang gak itu mba?
    btw salam kenal mba, baru pertama kali mampir sini

    1. Hai Tia, terima kasih sudah mampir kesini 🙂
      Iya, tulip2nya bener2 menggemaskan cantiknya. Ga ada yang kepikiran juga untuk memetik dan bawa pulang. Kan bukan punya kita.

  4. 50 km naik sepeda gak gempor Den?? Jauh banget hihi. Klo ada kesempatan ke Belanda lagi aku pengen ke ladang tulip deh, bakalan puas lihat2 dan potret, pas thn lalu ke keukenhof gak nyaman, buanyak orang.. jalan aja pelan2 sangking ramenya 🙁 . Mau potret sdh males krn nunggu org selesai.

    Aku sejak gak di tanah air baru gila berkebun, pas di tanah air sama sekali gak prnh pegang tanaman haha .. beli mawar semangat pas ditanam mama yg lanjut merawat.

    Mulai awal tahun ini aku bikin daftar belanja pribadi, gilee belum tengah tahun sdh ratusan euro, klo gak ada catatan gila belanja mulu aku Den apalagi rumah dekat garden center, belanja online pernak pernik berkebun juga rajin. Kalap klo lihat diskonan pot bunga haha.

    1. 90 km Nel totalnya rute sepedahan kami. Paginya lututku nyilu hahaha. Umur ga bisa bohong. Tapi suamiku kuat banget, paginya dia malah lari pagi lanjut berenang.
      Iya Nel, nanti kalau ada kesempatan ke Belanda mending puas-puasin berkeliling di ladang tulip ini aja. Sekalian bisa ajak Ben jalan kaki atau sepedahan juga. Sewa disekitar Keukenhof sepedanya.
      Kalau aku belum sampai gila berkebun Nel, tapi boros beli tanaman jadi mulu haha. Ditaruh dipot pot kecil trus ditaruh diseluruh rumah.
      Wuiiihh daftar belanja yang berhubungan dengan berkebun sampai ratusan euro Nel, totalitas sekali ya haha. Gpp Nel, menyalurkan hobi.

  5. aku suka banget sama tulip yang judulnya Terpesona itu mbak… btw, udah ketahuankah kabar gembira dari 3 pelangi itu? 😉

    1. Terima kasih Messa 🙂
      kabar gembiranya sudah diterima, 2 hari setelah dari ladang tulip 🙂 dan sedang menunggu kabar gembira yang lainnya 😉

  6. Deny, fotonya keren2 ih..mba bener2 ga jodoh ke Keukenhof, tahun lalu malah sudah beli tiket incl bus dari Schiphol, gagal berantakan. Kunjungan sebelum2nya ke Ams juga ga pernah kesampaian lihat tulip. Naik sepeda kayaknya lebih asik ya ngitar2 ladang bebas gitu…90km..waaaaaah…hebat bener

    1. Terima kasih Mbak Fe 🙂
      Wah, belum berjodoh sama tulip di Keukenhof ya Mbak. Mungkin nanti kalau ke Belanda lagi malah berjodoh sepedahan di ladang tulipnya Mbak 🙂
      Kalau naik sepeda benar malah bebas berhenti2 dan tulip2 yang mau didatangi ga terlalu banyak orang plus gratis *penting ini haha

  7. Enaknya semua teratur, ga ada yg ndeso berhasrat buat ngerusak. Ga perlu beli air mineral, bisa mampir ke tempat2 bagus gratis. Nyata bgt bedanya negara makmur sama negara berkembang 😉

    1. Iya Frany, bali lagi semua ke kesadaran diri untuk menjaga dan merawat yang bukan milik kita.

  8. iiih…Deny..pengen ngeraup tulip2nya semua..
    masih nyesel aja deh kalau ngeiat tulip, soalnya kan dulu itu nyaris banget lihat Keukenhof..
    kenapa kami dikasih waktu jalan2nya nggak pas gitu ya…, maklumlah..ke sananya juga gratisan, mau perpanjang waktu tinggal sayang nadong hepeng he..he..

    1. Iya mbak Monda, gemeshh banget kalau lihat tulip2nya. Kalau ga ingat rumah jauh dari tempat tulip2 ini dan musti ngontel pulangnya, aku masih mau berlama2 disana.
      Yang ngatur acaranya mungkin ga survey dulu mbak kapan waktunya Keukenhof, jadinya nyaris hehe.

  9. Takjub sama ladang tulipnya..warnanya seperti bunga plastik..Anda disini bisa gitu yah, pasti udahan terkenal lewat medsos..hehehe..senengnya bisa bertemu blog ini, salam kenal..

    1. Terima kasihhh Wien 🙂 Aslinya memang sudah bagus, jadi proses memfotonya juga ga perlu tenaga ekstra 🙂

  10. YA ALLAH BAGUS BANGEEEET! *nangis*
    aku pengen gegoleran ini kaaaak, gimanaaaaaa?? #savetulip #saveamaryllis
    eh jadi totalnya sepedaan brp kilo PP? luar biasaaaa

    1. *langsung laporin Raja Belanda, ada yang mau ngerusak ladang tulip hahaha.
      Iku wes tak tulis nang nduwur Dit, PP 90km *dengkul cenut2 hahaha

  11. deuuuh cantiiiik… beruntung banget pas bareng dengan parade yak…

    Eh btw, satu alasan di Belanda aku ga jadi sewa sepeda, karena ga nemu yang pakai kursi anak di atas sepeda dewasa dan sepeda ukuran kecil buat anak 7 tahun. Sebenarnya ada ga ya, den ?

    1. Iyo Mel, ga merencanakan lihat Parade malah papasan.
      Aku ga yakin Mel lek sepeda yang ada boncengan anak diatas sepeda dewasa. Tapi kemaren disekitaran Keukenhof beberapa lihat keluarga yang ngeboncengin anaknya didepan dan ada anak2 kecil yg pakai sepeda sendiri. Mbuh iki bawa sendiri atau sewa di Keukenhof. Kalau yang sewa di Stasiun, sak ngertiku sepeda dewasa. Aku ngelihat berjejer di Stasiun.

    1. Seruuu Tim sepedahan disini fasilitasnya oke, punya jalan sendiri juga, ga bakalan diserobot sama sepeda motor *huahah dendam banget aku sama sepeda motor di Indonesia yang suka nyerobot kalau lagi gowes.

    1. Iya Non, gemesshh banget rasanya ga pengen pulang pengen berlama2 didekat tulip2 ini.

    1. Iya, sebenarnya enak jalan jalan di Belanda kalau musim semi atau panas. Itu teorinya, tapi kenyataannya musim panas pun tetap hujan terus. Ini negara memang banyak stok air hujan 🙂
      Terima kasih sudah mampir 🙂

    1. Itupun yang kupikirkan kemaren, kalau ketahuan ABG2 Indonesia pasti rusak nih ladang kena wabah selfie 😀

  12. Selalu suka baca ceritamu Den, menarik banget cerita sepedaannya… pengen! Terjauh saya sepedaan 20 km, minta ampun dah, latihan lagi biar bisa sampai 90km an. Foto-fotonya makin mantap karena mengabadikan berbagai cuaca.

    Masih belum kesampean sepedaan mengitari area tulip, ntar aku tunjukin ini sama si abang dah… #kompor
    Jadi, makasih banyak ya…

    1. Terima kasih Kei 🙂
      Asyiiikk ada yang bisa dikomporin buat ngiterin Ladang Tulip disini 🙂
      Ini 90km karena start nya dari rumah Kei di Den Haag. Kalau startnya dari Leiden (kota besar yang terdekat dengan ladang2 itu) balik ke Leiden lagi, sekitar 45 km saja. Jadi ga terlalu lama. Ayookk kapan2 diagendakan sepedahan diladang2 ini 🙂

    2. Ini lagi mikir say, masih bisa nggak ya dikomporin tahun musim tulip tahun ini, udah hampir habis lagi… duh.
      ngiler banget… dari dulu belum kesampean eh. Jalan ke Belanda tapi belum lihat tulip.

      Jadi dekat dari Leiden rupanya ya Den, ponakanku yang pertama lulusan sana. pantes dia dulu selalu bilang, datang lihat tulip. dasar error saya nya nggak gitu ngeh dengarin.

      1. Kalau tahun ini masih bisa Kei, biasanya sampai pertengahan Mei atau mentok2 akhir mei. Tapi ga tahu juga apakah tulipnya masih banyak atau nggak karena yang kemaren aku kesana banyak yang sudah siap panen. Atau kalau nggak, merencanakan untuk yang tahun depan saja, sekalian ke Texel atau ke Giethoorn. Jadi direncanakan secara matang dulu biar nyaman liburannya.
        Iya, area Tulip ini sekitaran Leiden. Atau kalau mau yang deket beneran, bisa menginap disekitar Lisse (ini daerahnya Keukenhof) dengan catatan kalau bulan mei pasti harganya naik soalnya kan ada Keukenhof. Kalau disekitar Leiden juga banyak sih. Trus kalau mau beli peta yang seperti punyaku di atas, dikantor VVV. Atau kalau nggak, bisa lihat peta disetiap titik jalur sepedanya 🙂

        1. Makasih banyak untuk info nya Den, dicatat poin-poin nya! Ntar saya coba deh, tapi tau sendiri orang mereka ini, nggak pernah mau diburu-buru, harus dengan perencanaan. Yang pasti, info nya sangat membantu. Makasih 🙂

          1. Sama-sama Kei, senang bisa membantu. Kalau ada yang perlu ditanya, aku dengan senang hati menjawab, kalau aku tahu 🙂
            Buat tahun depan Kei, digodok sematang mungkin rencananya ke Belanda hehe

  13. Kalau mau mendarat di Schiphol pas bulan April gini pemandangannya memang keren, kayak karpet warna-warni gitu!! Hehehehe 😀

    1. Oh iyaa bener Ko, pas 2014 lalu, aku nengok ke jendela waktu akan mendarat, duuhh keren bangeett pemandangannya. Beneran warna warni baguuss.

  14. Waaa bagus banget ya bunga2nya Den. Foto2mu juga ciamikkkk 🙂

    Iya deh salah satu yang sangat disayangkan di Indonesia tuh banyak orangnya yang ngga bisa ngerawat yah. Padahal kalau yg cantik2 jg mungkin disini nggak kalah, tapi nggak terawat 🙁

    1. Iya Chris, ngelihat warna warni bunganya pengen berlama2 disana kalau ga ingat perjalanan balik ke rumah jauh jadi musti cepet2 pulang haha. Terima kasih Christa 🙂
      Iya, kesadarannya kurang untuk menghargai. Hanya menuruti kepuasan diri malah jadinya bikin rugi dan merusak yang sudah ada. Sayang sekali

  15. Belum rejekinya jalan ke Belanda, insyaALlah tahun depan, kayanya ngga boleh pake rencana nih, kalau mud dan oke semua, pergiiii hehe

    Foto2nya bikin pengeeeeen huwaaaa

    1. Insya Allah Teh, semoga tahun depan diberi kesempatan menclok ke Belanda 🙂
      Kalau Teteh kesini bakalan kalap deh semua pengen difotoin. Satu hari rasanya ga cukup menikmati keindahan bunga-bunga ini 🙂

  16. huwaaaaa…. mb deen, pengen teriak kenceng banget liat foto2 ituh ><
    keren2 bangeeet.

    Ya Allah smoga ada rezeki ke sana *tiap baca postingan mb den jd sekaligus ndoa 😀

  17. mmm makan sushi di ladang tulip pasti tambah nikmat ya.
    warna tulipnya bikin mata dan hati jadi seger den.

    salam
    /kayka

    1. Iya Mbak, kemaren rencananya makan sushi diladang tulip. Tapi apa daya sebelum nyampe sudah lapar duluan haha akhirnya depan lapangan hijau saja sudah senang.
      Iya Mbak, lihat warna warninya bikin hati senang 🙂

  18. Mantap surantap bersepeda 50 km heeeeem pegel nya sehari kemudian, tapi ngak rugi kalau pemandanganya kaya gitu den, kok pas banget ya ada parade bunga segala.

    Kalau yang di Yogyakarta fenomena itu dan kerusakan nya karena belum tertata saja, semoga taun depan bunga bunga itu bermekaran lagi, dan lebih tertata karena sudah banyak pihak yang membantu menata den..

    1. 90 km Ria total dari berangkat sampai pulang. Sehari setelahnya dengkul nyut-nyutan haha.
      Kalau menurutku bukan masalah ditata atau nggak Ria, tetapi lebih kepada kesadaran diri untuk menghargai dan tidak merusak. Yang ladang tulip ini ga ada yang jaga dan tebuka untuk umum tetapi pengunjung sangat berhati2 dan benar2 menjaga supaya tidak merusak bunga2 tersebut.

    1. Iya Pak Alris, bertanam tulip dan mengekspornya bisa jadi kaya 🙂
      Dikuat2in Pak gowes 90km, biar bisa cepet sampai rumah dan istirahat. Ini pertama kali buat saya sepedahan 90 km. Rekor dalam hidup haha.

    1. Iya Icha, kesampaian juga sepedahan ke Lisse dan sekitarnya 🙂 Trus kami melewati Keukenhof, dadah2 deh haha.

    1. Iya Astrid, cantiikk cantiik banget bunganya yang di ladang ini dan sepiii jarang orang datang. Kalau sudah pindah bisa dicoba kesini Astrid 🙂

  19. Waks.. kuaaaat yaaa sepedaan.. hebaaat..

    pemandangannya bagus, fotonya keren, daaaan asiknya sepedaan berduah.. hihihi *yg baper – yg baper…

    1. Wes wes, ojok dibahas sing sepedahan berdua. Aku sudah meminimalisir pembahasan berdua padahal nang postingan iki hahaha.
      Asline pantatku nyut2an, tapi lek berhenti tengah jalan kan ga nyampe omah engko. Kepikiran naik kereta dari Leiden, tapi tambah lama. Akhirnya dikuat2in nggowes :)))) *elus2 pantat.
      Suwuunn.

    1. OMG! Pecel tumpang nongol lagi disini, duh Kak Cum bikin pengen lagi deh sama pecel tumpang.

Thank you for your comment(s)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.