Cerita Toko Buku di Belanda

Saya sejak kecil memang sudah suka membaca, mungkin karena melihat Bapak dan Ibu yang juga suka membaca. Ibu sering membawa pulang hasil kliping murid-muridnya karena memang Ibu guru Bahasa Indonesia. Senang rasanya kalau Ibu sudah membawa pulang kliping-kliping tersebut, saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam di kamar untuk melahap cerita-cerita yang ada dalam kliping. Sewaktu saya dan adik-adik masih kecil, Bapak dan Ibu berlangganan majalah Kuncup, Bobo, Donal Bebek, dan Asterix, berharapnya kami menjadi gemar membaca. Sayangnya, sampai beranjak besar, yang masih bertahan gemar membaca hanya saya, sedangkan adik-adik saya tidak ada yang mempunyai kegemaran membaca. Karena langganan Donal Bebek tersebutlah saya jadi suka dengan karakter Donal Bebek, sampai email pertama saya ada unsur “denald”, cerita lengkap tentang asal usul nama denald bisa dibaca disini.

Ada satu kebiasaan yang saya tidak bisa hilangkan sampai sekarang yang berhubungan dengan kesukaan membaca yaitu kalau makan saya harus ada yang dibaca. Jadi kalau makan tidak ada sesuatu yang bisa dibaca, saya akan mencari-cari dulu bahan bacaan. Hal ini tidak berlaku kalau saya sedang makan rame-rame atau berdua dengan suami. Eh, tapi kalau sedang makan di rumah, kami juga seringnya sibuk dengan bacaan masing-masing. Bacaan disini maksudnya adalah buku, majalah, koran, bukan membaca dari telefon pintar.

Saya tidak tahu apakah karena kegemaran membaca disembarang tempat, bahkan membaca dalam keadaan sedang rebahan dengan cahaya yang tidak bagus yang menyebabkan mata mulai bermasalah sejak SD dan resmi menggunakan kacamata ketika SMP. Sampai saat ini kedua mata saya bermasalah dengan minus 3 dan silinder 2.5. Ibu dulu rajin memberikan air wortel yang dicampur dengan madu untuk membantu menurunkan minus, tetapi tidak berhasil.

Pengeluaran terbesar saya selama ini adalah untuk beli buku. Ada yang bertanya kenapa harus membeli buku dalam bentuk nyata, kenapa tidak dalam bentuk e-book saja. Jawaban saya sederhana, karena sensasi membalik kertas, bunyi kertas, aroma kertas itu tidak bisa terganti. Untuk baju, sepatu, tas, ataupun yang lainnya saya sangat bisa hemat, tetapi tidak untuk buku. Ketika keluar rumah, di dalam tas bisa dipastikan ada satu buku. Saya sering ketinggalan Hp dan rasanya biasa saja, tetapi ketinggalan buku rasanya ada yang hilang, ganjil. Terkesan agak berlebihan ya, tetapi memang itu kenyataannya.

Bertemu suami yang mempunyai kegemaran membaca juga rasanya sangat menyenangkan. Walaupun jenis buku yang kami baca hampir berbeda 180 derajat, tetapi satu sama lain menjadi saling memahami kalau salah satu diantara kami sedang kalap membeli buku atau sedang sibuk dan tidak mau diganggu ketika asyik membaca buku. Jenis buku yang saya baca sebenarnya sangat beragam, tidak khusus pada satu topik saja, yang menarik minat. Sedangkan suami lebih suka membaca buku yang berhubungan dengan sejarah terutama sejarah Romawi. Saya kalau membaca sekilas buku-buku dia mendadak pusing, bukan hanya karena kendala bahasa, tetapi isinya juga tidak seberapa paham meskipun dia sudah mencoba menjelaskan berkali-kali. Saya memang lemah disejarah, tetapi masih ada rasa tertarik untuk hal-hal tertentu yang berhubungan dengan sejarah.

Salah satu tempat kencan favorit kami adalah tempat yang berhubungan dengan buku yaitu perpustakaan, bazar yang juga menjual buku bekas, dan toko buku. Kalau sedang jalan-jalan, kami hampir selalu menyempatkan untuk mampir ke toko buku. Sebenarnya ketika sedang ke toko buku kami tidak sepenuhnya selalu membeli, seringnya hanya membaca saja karena memang suasana toko buku di Belanda memungkinkan untuk membaca buku dalam waktu yang lama. Saya ingat ketika di Indonesia, kalau membaca buku agak lama pasti terkena tegur dari petugas toko buku tersebut. Saya sampai pindah tempat beberapa kali untuk menghindari teguran, belum lagi tempat duduk yang disediakan juga cenderung tidak nyaman. Tapi yang saya bicarakan ini adalah kondisi toko buku “besar” sebelum saya pindah ke Belanda ya. Kalau sekarang mudah-mudahan ada perbaikan dan saya lihat sudah banyak toko buku yang tempatnya nyaman. Sedangkan di Belanda, terkena tegur tidak pernah saya alami jika membaca buku dalam waktu lama, bahkan disediakan tempat duduk yang nyaman. Di beberapa toko buku juga jadi satu dengan kafe. Meskipun menjadi satu dengan kafe tetapi suasananya tetap nyaman, tidak ramai yang berisik.

Van Stockum Den Haag
Van Stockum Den Haag, ada rak khusus tentang Indonesia
Disediakan kursi untuk membaca. Saya pernah nyaris ketiduran di kursi ini karena suasana toko bukunya yang nyama, kursinya empuk, dan saya memang sedang mengantuk :p
Disediakan kursi untuk membaca. Saya pernah nyaris ketiduran di kursi ini karena suasana toko bukunya yang nyama, kursinya empuk, dan saya memang sedang mengantuk :p

Selain toko buku yang menjual buku-buku baru, kami juga rajin mendatangi toko buku yang menjual buku-buku bekas. Biasanya kami datang ke tempat ini kalau ingin mencari buku-buku yang sudah lama, selain tentu saja untuk mendapatkan buku dengan harga murah. Saya pernah membeli buku tentang traveling dan beberapa novel, 6 buah buku seharga 5 euro padahal bukunya tebal-tebal. Jangan membayangkan toko buku bekas dengan keadaan yang kotor, pengap dan sempit karena seperti yang terlihat pada foto-foto di bawah, suasana dalam tokonya rapi dan sangat nyaman. Karena itulah kami betah berlama-lama di sini. Kalau membicarakan toko buku bekas, saya teringat Blauran dan Jalan Semarang di Surabaya, dulu tempat berburu buku kuliah. Dan ketika saya kerja di Jakarta, penasaran dengan Kwitang karena AADC. Kalau ke TIM, saya pasti mampir ke toko buku milik Jose Rizal Manua.

Paagman Den Haag
Paagman Den Haag. Yang ada di rak-rak tersebut adalah buku bekas
Paagman Den Haag. Bagaimana tidak betah di toko buku, kursinya saja kece seperti itu
Paagman Den Haag. Di lantai 1 khusus untuk buku-buku baru. Bagaimana tidak betah di toko buku, kursinya saja kece seperti itu
Toko buku bekas di Delft
Toko buku bekas di Delft

IMG_9264

Toko buku bekas di Delft
Toko buku bekas di Delft

Alasan lain mengunjungi toko buku selain karena suasananya yang nyaman serta untuk mencari dan membaca buku, interior yang unik dalam toko buku juga serta sejarah dibaliknya menjadi daya tarik tersendiri. Selexyz Dominicanen yang terletak di Maastricht mendapatkan julukan salah satu toko buku yang terindah di dunia. Lihat saja interiornya, membuat yang berkunjung kesini menjadi betah. Toko buku ini awalnya adalah gereja yang didirikan tahun 1294 oleh St. Dominic. Gereja dengan arsitektur gothic tersebut sejak tahun 1794 tidak lagi berfungsi sebagai tempat menyelenggarakan kegiatan keagamaan ketika tentara Napoleon mengambil alih (menyita) yang kemudian digunakan untuk tujuan militer. Sejak saat itu, ruangan yang ada di dalam gereja ini digunakan sebagai tempat menyimpan arsip kota, gudang, bahkan untuk tempat menyimpan sepeda. Pada tahun 2005, Boekhandels Groep Nederland (BGN) memutuskan untuk memberdayakan bangunan yang dulunya adalah gereja tersebut menjadi toko buku (sumber). Tidak berlebihan kalau akhirnya Selexyz Dominicanen disebut sebagai salah satu toko buku yang tercantik di dunia karena arsitekturnya yang memukau. Didalam toko buku ini juga ada kafe. Sewaktu saya berkesempatan mengunjungi Maastricht bersama beberapa orang teman 4 bulan lalu, datang ke toko buku ini menjadi sebuah keharusan.

Dominicanen di Maastricht
Selexyz Dominicanen di Maastricht
Dominicane di Maastricht
Selexyz Dominicane di Maastricht
Cafe di Dominicanen Masstricht
Cafe di Selexyz Dominicanen Maastricht.

Sejak awal saya mulai sering melakukan perjalanan, salah satu tempat yang sebisa mungkin untuk dikunjungi adalah toko buku di negara atau kota yang saya datangi. Kalau orang lain mungkin berburu pernak pernik atau hiasan khas suatu kota ketika bepergian, saya berburu buku. Pulang ke rumah seringnya ada saja buku baru yang saya tenteng. Kegiatan tersebut sampai sekarang masih saya lakukan bersama suami. Kalau sedang tidak diburu waktu, dimanapun apakah di Belanda ataukah saat di luar Belanda, toko buku sebisa mungkin untuk kami kunjungi. Kami mempunyai impian bisa mengunjungi toko-toko buku yang mempunyai sejarah menarik maupun arsitektur yang indah di seluruh belahan bumi ini.

Kalau kalian apakah suka membaca? punya cerita menarik seputar toko buku yang pernah dikunjungi? Sekarang sedang membaca buku apa? Saya sedang membaca buku Anthony Bourdain yang berjudul A cook’s tour.

Selamat berakhir pekan

-Den Haag, 16 Juni 2016-

Semua foto adalah dokumentasi pribadi.

55 thoughts on “Cerita Toko Buku di Belanda

    1. Hai Mbak Ira. Iya, toko bukunya bikin betah. Bau kertas memang candu ya, tak tergantikan πŸ™‚

  1. Salam kenal Deni, dapat link blog ini dari blognya Si Kiky, sebagai book freak, aku langsung jatuh cinta lihat foto2 toko buku keren di Belanda, semoga suatu hari nanti bisa mengunjungi tempat2 tersebut, amin πŸ™‚

    1. Hai Riana, salam kenal juga. Semoga suatu saat bisa ke Belanda ya, dan merasakan atmosfir beberapa toko buku di sini, serta perpustakaannya yang bener2 bikin betah πŸ™‚

  2. Klo lagi backpackeran ke negara maju dan naik publik transportnya, semua orang sibuk membaca buku dan beberapa sudah pakai ebook di tablet untuk mengisi waktu di perjalanan. Kebanyakan nih klo di bandara dan pesawat aku lihat orang-orang Eropa/bule yang paling banyak bawa buku tebal-tebal untuk di baca. Pengen tahu Den, di negara maju dan Eropa emang menanamkan kebiasaan membaca buku dari usia dini itu kebiasaan keluarga aja atau ada semacam kurikulum di sekolah ya?
    Kebiasaan membaca itu benar-benar bernilai positif dan menujukkan sikap intelektual yang tinggi, ini yang aku perhatikan dari orang yang suka membaca buku, ibarat ilmu padi, makin merunduk makin berisi. Berharap banget di Indonesia makin banyak toko buku yang berkualitas juga tapi gak serem dari segi harga, karena buku bekas yang di rawat apik bisa dijual lagi dan membaca di toko buku jangan diusir sekuriti lagi hehehe, pengalaman jaman sekolah klo baca kelamaan di toko buku sini.

    1. Hai Anita, aku ga tahu sistem secara keseluruhan di Eropa, tapi aku melihat dari lingkungan keluarga dan teman2 dan aku juga melihat dari program perpustakaan di Belanda. Jadi, perpustakaan di Belanda ini tempatnya nyaman banget dan child friendly. Disetiap kota pasti ada beberapa perpustakaan yang tersebar. Misalkan Den Haag punya 15 perpustakaan. Ada program untuk anak-anak yang rutin digelar, misalkan story telling, berkesperimen bersama, jalan2 dll. Nah anak umur 0 sampai 18 tahun itu gratis memakai semua fasilitas perpustakaan plus mereka dapat kotak isinya buku2 dan mainan gratis. Makanya aku sering lihat anak-anak balita banyak banget yang main dan baca-baca buku di perpustakaan, karena memang ada ruang khusus atau pojokan khusus untuk mereka, bukunya lengkap plus ada mainannya juga. Bahkan untuk bayi disediakan tempat tidur segala di sana. Jadi anak2 sini memang sudah dibiasakan untuk mengunjungi perpustakaan sejak dini dan akhirnya terbiasa membaca buku. Perpustakaan di sini selalu ramai dengan mereka yang antusias membaca, belajar, diskusi dll. Benar2 hidup dan dimanfaatkan maksimal. Selain itu, datang dari kebiasaan keluarga juga ya. Kalau orang tuanya terbiasa membaca, anak-anak akhirnya akan terbiasa membaca juga.
      Aku sering lho dulu ditegur karyawan toko buku, kelamaan bacanya haha. Kalau di sini selama apapun ga di tegur

      1. Wahh iya itu namanya sudah membudaya ya Deny..kebayang sekarang dari kecil jadi gak segan di bawa ke perpus dengan konsep child friendly..thanks banget infonya

  3. nggak ngerti lagi harus komen apa. aku bookmark aja deh postingan ini.

    1. itu perpusnya bikin pelanggan/pembeli merasa nyaman (ada kursi) dan nggak melihat buku sebagai barang “eksklusif” (kalo di Indonesia, baru nengok tokonya dari luar aja udah malu/sungkan kali ya mau masuk juga. Dianggapnya barang2 mahal. Memang kalau di sana bebas baca buku di toko ya mbakden? meski ga beli bolehkah?

    2. petugas kasirnya aja pakai dasi. salah satu bukti bahwa mereka menganggap penting pekerjaan sekecil apapun itu, jabatan serendah apapun itu

    3. masih banyak lagi yang mau diobrolin, tapi udah ngos-ngosan haha πŸ˜€

    1. Kalau yang pencinta buku, pasti merasa surga banget ya berada ditengah2 buku yang tersusun rapi. Iya, disini bebas baca buku Sekar, meskipun ga beli. Setidaknya itu berdasarkan pengalamanku, baca buku lama ga dimarahi :D.

    1. Kuncup ini kayaknya wilayah Jatim Kak Cum. Lha tapi kan dirimu anak bupati Gresik ya, masak ga kenal Kuncup, jangan2 bacaanmu dulu sudah Intisari Kak Cum haha

  4. Aku dulu demen banget baca buku Den, terutama tentang cerita sejarah jepang seperti Geisha. Dulu pas edisi terakhir Harry Potter baru mau keluar, aku bahkan udah pesan bukunya dari jauh2 hari supaya dapat yang paling pertama, setelah sampai habis bukunya kubaca dalam 3 hari. Padahal lumayan tebal.

    Saat ini sayang nya udah mulai males, karena di uni aku harus baca terus, jadi begitu lagi istirahat aku melakukan hal lain selain baca. :p

    1. Bener banget itu Steph. Pas kemaren aku lanjut kuliah master, selama 2 tahun kayaknya ga pernah lho baca buku selain buku kuliah dan jurnal2 yang seabrek. Sudah ga ada tenaga lagi dan mabok sama tulisan haha.

  5. Sama kita, saya tak sreg kalau membaca e-book. Membaca buku hardcopy jauh lebih nikmat.
    Toko buku di Belanda keren, walau toko buku bekas sekalipun.

    Dulunya, -setelah bekerja- saya cuma rajin beli buku. Bacanya kalau lagi mood baik saja. Sampai kemudian memasuki tahun 2016 ini mewajibkan diri untuk menamatkan minimal satu buku satu bulan.

    1. Aroma kertas itu Pak yang selalu bikin kangen.
      Bener Pak, dengan ada target jadi akhirnya memaksa diri sendiri buat membaca, ga hanya beli saja haha. Ini saya mau beli buku nahan2 diri karena buku2 yg lama belum selesai dibaca.

  6. Tempat yg berbahaya…bisa bikin kalap dan menolak pulang.
    ah…lg suka buku ttg masak? Jd ingat dulu di luar prnh punya toko buku favorit isinya ttg masakan semua dari ruang bawah tanah sampai lantai atas atas…

    1. Kalau aku seringnya beli Online, karena ongkos kirimnya gratis dan pilihan bukunya lebih banyak dari toko buku. Ke toko buku cuma memuaskan keinginan melihat banyak buku haha. Suka buku memasak memang sudah dari dulu. Yang A cook’s tour itu bukan buku memasak, tetapi buku traveling yang ditulis oleh seorang Chef. Jadi selain isinya tentang traveling juga tentang makanan.
      Waahh, aku pasti kalap kalau di toko itu isinya buku tentang makanan semua πŸ™‚

  7. Aku juga minus 3 tapi gak ada silinder. Selain kacamata, aku masih sering pake softlense (demi estetika). Baca aku suka, buku yg lagi kubaca judulnya Ayah.

    1. Mataku selalu bengkak Frany kalau pakai softlens karena agak alergi mungkin ya. Dari segala macam merek sudah pernah dicoba akhurnya menyerah pakai kacamata saja supaya tidak ribet juga. Wah, selamat membaca Ayah ya. Aku selesai membaca Ayah dalam satu hari, suka ceritanya tidak terlalu berat.

  8. Aihh keren aza itu toko2 bukunya. Aku juga suka membaca Den, dan sama kyk kamu lebih suka baca buku langsung daripada e-book, aku suka liat cover books soalnya!
    Disini lumayan sih ada beberapa book cafe gitu yg suasananya asyik dan ga berisik. Secondhand bookshops juga aku suka mengunjunginya. Saat ini aku lagi baca bukunya si Dee Lestari, Intelegensi Embun Pagi, dipinjemin teman, tapi koq ga selesai2, entah kenapa aku aga jenuh baca bukunya ini.

    1. Iya Ria, bikin betah toko bukunya, Betah buat duduk disofanya haha. Toss kita Ria, suka buku asli!
      Waahh, jadi penasaran Ria book cafe disana. Ayok Ria kapan2 ditulis, pengen tahu *haha permintaan pembaca πŸ˜€
      Mungkin karena ketebalan ya IEP itu. Aku ada nih Ria IEP sudah dapat sejak bulan maret, tapi masih duduk manis di rak. Masih nunggu waktu yg tepat buat membacanya soalnya tebal sekali buku itu, butuh waktu khusus haha.
      Selamat membaca Ria πŸ™‚

    1. Thanks infonya Ko! langsung kucatat nih, kalau nanti mengunjungi Vienna harus disempatkan ke perpustakaannya berarti

  9. Tahulah Den, aku pun suka buku. Toko buku banyak sekalii disini apalagi di London, jadi sedikit susah untuk pilih favourite, dan toko buku Independent juga berbeda-beda tema. Saat ini aku lagi suka berkunjung ke Housman di Kings Cross, toko buku politic gitu. Aku lagi mencoba menghabiskan baca H.G Wells The Rights of Man, tentang hak asasi manusia.

    1. Iyaaa, aku pas browsing perpustakaan dan toko buku, banyak yang mucul dari London. Jadi gemas sendiri lihatnya. MUdah2an suatu saat bisa ke London, menjelajah toko buku dan perpustakaan πŸ™‚
      Aku langsung browsing Housman, toko buku berplang kuning. Trus ada yang nulis seperti ini : Housman, a “traditional” radical bookshop
      Wah, keren bacaannya Andin. Thanks sharingnya, aku nanti coba cari reviewnya, aku juga tertarik nih sama tema hak asasi πŸ™‚

    1. Iya Inly, kalau toko bukunya nyaman, jadi betah berlama2.
      Yang kamu tulis ini sama persis dengan yang kupikirkan pertama kali lihat Paagman yang lantai dua itu. Aku waktu itu mikirnya : wah pintar juga ya atasnya dibuat dari kaca, jadi hemat listrik kalau siang. Haha kita satu pemikiran

      1. Iyaa Den, aku suka yg kayak kaca2 hemat listrik gitu, hahaha.. Ampe kepikiran pengen punya rumah kayak gitu, cuma lah yah gerah juga kl mataharinya masuk rumah semua hahaha.. Tmpt aku tinggal di nz, pake solar panel, jd lumayan hemat listrik, trus rumahnya juga banyak kaca, jd kl siang, hemat listrik bgt, cuma buat nyalain kulkas aja..

  10. karena sensasi membalik kertas, bunyi kertas, aroma kertas itu tidak bisa terganti.===> iyes banget…..dulu.
    Sekarang karena pindah sana pindah sini, 17 kardus buku semua pusing….. =)) belum yang di rak plus majalah. Am thinking of buying tab purchase ebook jadinya. Papaku malah masih ada koleksi Novel blio dari tahun 1970-an awal 80-an bahasa belanda, rusia ama inggris. Mau gw simpan menuhin tempat, dibuang ngga tega…lebih tua dari anak-anaknya umurnya. bukunya udah coklat banget kertasnya hahahah.
    Perpustakaan yang enak dulu British Council, mash ada apa engga ya? pas masa anggota habis ngga perpanjang lagi. dulu suka kesana jaman kuliah.
    Yang aku ingati, di singapur sampai awal 2000-an ada toko buku Border, enak bangeeeeetttttt….kalo lagi liburan kesana wajib mampir deh, walaupun harganya lebih mahal dari Kinokuniya yang di Takasimaya. Soalnya nyaman banget, berasa di rumah sendiri…

    PS : belum kelar baca buku God but no God- Prof. Reza Aslan. Dari semua buku tentang sejarah Islam, ini yang paling menarik buat saya. Sejarah hijrah nabi ditulis paling indah dibuku ini. In my opinion.
    Trus kemaren pas ada Big Bad Wolf Book, beli beberapa buku pengarang dari Asia, salah satunya karangan Arvin Ardiga (yang ngarang White Tiger). Agak sulit nyari karangan dia di sini.

    btw…..panjang amat komenku…

    1. lupa mau quote ini tadi
      “Sejak awal saya mulai sering melakukan perjalanan, salah satu tempat yang sebisa mungkin untuk dikunjungi adalah toko buku di negara atau kota yang saya datangi” ===> asliiii nyesel seumur hidup bagian yang ini….ahahhahahahah.

      jadi waktu di Wina mau ke Munich, di Hopbanhoft-nya ada toko buku. aku mampir, terus mau beli buku cerita anak-anaknya kan. cuma mikir..ih buat apa ya..? sekarang pas lagi belajar bahasa German nyesel sendiri..aneh juga lagian saya, belajar bahasanya pas sudah pulang. tapi ada temen kantor cabang Singapur lagi liburan ke Wina minggu lalu, aku sempat todong, dia gila buku juga, makanya rela dititipin. Kinderbucher cuma 1 Euro/pcs! dia malah nanya “mau berapa Ky”
      aku jawab “habisin aja koin Euro loe, ngga bakal kepake juga kan mau pulang ini (hari itu blio balik ke Singapur) !” hahahah
      sekarang mikir, bukunya sih murah, 5 buku cuma 5 euro, ngambil ke Singapurnya mahalllll…..
      *Jreng*

      1. Iya Mbak, memang paling ampuh kalau mulai belajar membaca itu dari buku anak-anak karena struktur bahasanya yang tidak ruwet. Nah, aku kalau beli buku jarang berpikir panjang Mbak, apalagi kalau yang harga sekitar 1 euro. Kalau ada yang aku suka, langsung aku beli meskipun saat itu mikirnya “ini buat apaan ya” tapi akhirnya kepake juga lho haha.
        Jadi besok2 kalau pas traveling trus lihat buku pengen dibeli ya langsung beli aja mbak, daripada nyesel huahaha
        Nitip teman yang mau ke Singapura aja kalau gitu Mbak. Atau bikin pengumuman di FB atau IG atau Blog siapa yang akan ke Singapur dan mau direotin sedikit buat ambil buku. Siapa tahu ada yang mau πŸ™‚

    2. Hahaha, gpp Mbak panjang komen. Berarti postinganku menarik hasrat berkomen haha.
      Aku ini juga sering pindah-pindah, tapi ya ga kapok2 juga buat beli buku. Pas pindah dari Jakarta ke Surabaya, sampai 15 kardus ukuran besar isi buku semua. Akhirnya pas pindah Belanda, bukunya aku hibahkan semua ke rumah baca punya adik kelas. Lumayan banget dia dapat hibahan hampir 500 buku. Kata dia : kaya mendadak rumah baca kami haha.
      Eh sekarang diulangi lagi, aku numpuk buku lagi, padahal kami ada rencana pindah :))
      Aku catat Mbak yang toko buku Border, disempatin mampir kesana kalau ke Singapura.
      Waahh, terima kasih banyak Mbak yang God but no God, aku baca banyak yang nge review bagus di twitter, ntar nitip ah kalau ada yang mau ke Belanda. Ah iyaa, aku juga penasaran tuh sama White Tiger habis menang penghargaan. Sama The Vegetarian juga penasaran. Karangan Arvin Ardiga disini stok masih banyak mbak, kapan itu hampir tergoda beli yg white tiger. Tapi karena buku yang lain belum selesai baca akhirnya ditahan2in ga beli buku haha.

  11. waaa kudune baca ini dulu sebelum main ke Belanda waktu itu πŸ˜€
    keren deeen, apalagi ada lemari khusus buku Indonesia. itu berbahasa Indonesia atau tentang Indonesia? atau malah keduanya?

    1. Wah tapi kan waktu iku dirimu dibatasi oleh waktu Mel, jadi yo mending langsung makan di restoran Indonesia haha.
      Yang rak ada tulisan Indonesia itu setahuku segala buku tentang Indonesia tapi berbahasa Belanda, buku resep masakan, sejarah, novel dll. Suamiku beli buku belajar bahasa Indonesia di rak itu.

  12. Mbaak Deny, saya ngefaaans banget sama toko bukunya. Kalo di Indo menurut saya toko buku paling loveable itu di Kinokuniya. Setuju banget sama Mbak Deny, boros buat beli buku. Hahaha tapi menyenangkan sekali kalau udah nyium bau kertas-kertas di buku.

    Terimakasih Mbak Deny untuk ceritanya πŸ™‚

    1. Oh iyaaa, Kinokuya itu bagus ya. Belum pernah kesana, padahal sempat 6 tahun tinggal di Jakarta.
      Terima kasih sudah membaca cerita saya πŸ™‚

  13. Makasih sharingnya Mbak Deni..
    Selain toko buku di Groningen, aku gak banyak menjelajah toko buku selama di Belanda. Hehe. Soalnya keseringan beli buku online. Aku sering liat2 ke toko buku, baca2 sekilas, terus nyatet harganya. Abis itu aku cek di Book Depository. Hahaa.. Biasanya lbh murah.
    Yg di Maastricht itu bagus yaa. Pernah liat foto temenku yg ke sana.

    1. Sama-sama Icha πŸ™‚
      Aku dua bulan lalu ke Groningen, buanyaaakk banget ya toko buku disana, apalagi yang second hand. Aku sampai kalap beli2 buku bekas di sana. Apa karena banyak mahasiswa ya jadi toko buku juga banyak sekali disana.
      Aku juga akhir2 ini beli online di bol.com Icha, lebih lengkap koleksi bukunya dibandingkan toko buku haha, dan lebih gampang nyarinya. Ohh book depository itu aku sering denger, tapi belum pernah coba. Katanya bebas biaya kirim. Coba ah setelah ini. Thanks infonya

      1. Iya, Mbak. Baru2 ini aku juga beli di Book Depository, senangnya ke Indonesia bebas ongkir juga. Hehe..
        Wah habis main ke Groningen ya. Di Groningen ada ribs halal yg terkenal bgt di kalangan mahasiswa Indonesia nama restonya Babylon. Sempet nyobain gak Mbak? πŸ˜€

        1. Wahhh temenku yang kutemui ga bilang tentang Babylon Icha, padahal dia juga mahasiswa haha. Tapi kalaupun dia tahu aku ga bisa makan, soanya aku ga makan daging.

          1. Oh baru tahu kalau Mbak Deni gak makan daging hehe.. Dulu pernah ngajak temen yg vegetarian ke sana. Makan shawarma atau apa ya waktu itu.. pesen yg vegetarian. Dan dia suka bgt. πŸ˜€

            1. Ohh gitu. Waahh thanks infonya Icha. Mudah2a kalau ke Groningen lagi aku ga lupa mampir. Tapi mikr2 juga kalau mau ke Groningen, jauuhhh 3 jam dari Den Haag haha.

  14. kok sama ya mbak. saya empat bersaudara yang suka membaca cuma saya. juga saya mulai pakai kacamata kelas 1 smp πŸ˜€ . Di sini kalau baca lama-lama sih gak ditegur mbak, tapi kaki pegel soalnya gak ada kursi πŸ˜€

    1. Toss kita Mayang πŸ™‚
      Ga ada kursi itu juga jadi permasalahan lain selain ditegur haha

  15. hey aku juga punya cerita tentang toko/ pasar buku blog cerita alakadarmya. Maunya setiap kesatu tempat aku beli satu buku buat souvenir buku bagus yang bisa kubaca “oh buku ini aku beli disini” tidak harus bahasa setempat aku bisa bingung kalau pake bahasa lokalnya. Oohhh toko bukunya bagus-bagus Denny aku pengen kesitu, Insha allah nanti kalau ada rejeki (waktu dan tentu saja dana πŸ™‚ ). duluuuu, berapa tahun lalu ya? mungkin 10-an tahun yg lalu ada toko buku QBWorld dibelakang kantor di Thamrin, tokonya cukup luas dan ada sofa-sofa, aku suka toko ini karena yang aku tau saat itu, cuma disitu ada toko yang menyediakan sofa untuk membaca. kemudian mereka tutup dan hanya tersisa satu dikemang, ada kolom kecil disurat kabar yang menyayangkan penutupan tokonya, seperti aku yang ga punya tempat nongkrong apalagi kalo pas puasa, sekarang ga tau juga apakah dikemang masih ada.

    1. Thannks for sharing ceritanya Ru, mudah2an kalau waktunya kamu ke Belanda lagi bisa menjelajah toko-toko bukunya juga πŸ™‚
      Sama Ru kita, aku juga begitu kalau di satu tempat beli buku trus aku tulisin belinya dimana, jadi semacam oleh2 buat diri sendiri dan buah tangan unik juga kan πŸ™‚
      Aku kayaknya pernah dengar QBWorld ini deh. Atau coba ke Post Santa itu Ru, nampaknya tempatnya asyik dan kegiatannya seru2 disana, bertemu dan berbincang sesama penyuka buku. Atau coba Reading room di kemang, tempatnya juga enak banget atau bookshelf di Cinere. Dua terakhir itu selain toko buku juga ada cafe nya, jadi enak buat nongkrong
      Selamat nongkrong bersama buku Ru πŸ™‚

  16. Mbak Den, itu kursi di perpustakaannya posesif abis, apalagi kalau sambil baca buku bikin males beranjak deh

    Perpustakaanya keren2 bgts *mupeng. Sayangnya di Indonesia saya belum ketemu perpustakaan atau toko buku yang nyaman. Perpustakaan yg sering saya temui bergaya kaku, malesin. Dan toko buku yg ada selama ini hanya sekedar jadi tempat membeli buku, karena kalau baca pasti langsung dipelototin :p

    Skrg saya lagi baca Outlier Malcolm Gladwell; belum selesai2 juga. Sebelumnya saya baca Haruki Murikami – penulis Jepang yg sedang ngehits di Indonesia – tapi sepertinya saya lebih suka buku2 Enyd Blyton saja, hehehhee *lalu ditoyor fansnya Murikami

    1. Nina, ini yang kutuliskan cerita khusus tentang toko buku. Kalau ada waktu kapan2 aku ceritakan tentang Perpustakaan di Den Haag. Aku mengikuti dari twitter nampaknya mulai banyak toko2 buku yang nyaman mulai bermunculan, aku tahunya di Bandung dan Jakarta ada. Bahkan di toko buku tersebut banyak kegiatan dari komunitas yang gemar membaca. Mudah2an ga hanya dikota besar saja ya toko buku yang nyaman. Ah kamu sudah membaca Haruki ya, aku belum kesampaian. Selamat Membaca Nina πŸ™‚

      1. Iyaa sori sori toko buku. Soale terlihat nyaman begitu jadi terekam di otak itu perpustakaan . Iya beberapa ‘perpustakaan asik’ di kota lain juga pernah ditulis sama blogger2 yg lain mbak Den. Tapi sayangnya di Palembang belum ada, hopefully segera menyusul kota2 yg lain. Selamat membaca juga mbak Den

Thank you for your comment(s)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.