Ramadan Kedua di Belanda

Sudah 24 hari terlewati pada Ramadan kedua saya di Belanda, artinya kurang 6 hari lagi lebaran. Yiaayy!! *girang (padahal ya ga bisa makan masakan khas lebaran juga). Tahun kemarin, saya menuliskan pengalaman Ramadan pertama di Belanda tepat pada hari ke 21. Kalau Ramadan tahun kemarin masih meraba masalah pengaturan jadwal ibadah malam, penyesuaian sahur dan buka puasa juga sempat berganti antara jadwal Mekkah dan jadwal Den Haag, serta penyesuaian dengan cuaca yang panas karena masuk musim panas. Intinya tahun kemarin masih dalam rangka penyesuaian dan belajar sana sini.

Bersyukurnya tahun ini saya lebih pintar karena belajar dari pengalaman tahun sebelumnya. Secara keseluruhan tidak terlalu berbeda signifikan dengan kegiatan sehari-hari, hanya jumlah makan dalam sehari dan jadwal tidur yang tidak sama. Tahun kemarin sempat muncul di TV NasionalΒ  dalam rangka berbagi cerita pengalaman Ramadan pertama di Belanda, tahun ini sepi tidak ada tawaran haha. Suami sampai bercanda dia sudah siap jadi manager dadakan selama Ramadan kalau ada wawancara sana sini, tahunya adem ayem.

PENGATURAN MAKAN DAN ISTIRAHAT

Sekadar informasi, untuk bulan puasa tahun ini waktu Maghrib di Den Haag pukul 10 malam, Isya pukul 12 malam, Subuh pukul 3 pagi, matahari mulai terbit pukul 5 pagi, Dzuhur pukul 13:5, Ashar pukul 6 sore. Maju mundurnya menit kurang lebih 5 menit dari awal Ramadan sampai akhir. Beda kota di Belanda, beda menit saja. Dengan waktu yang sudah saya jabarkan tadi, jeda antara waktu Maghrib dan Subuh adalah 5 jam sehingga waktu berpuasa adalah selama 19 jam. Ramadan sekarang waktunya jatuh saat akhir musim semi dan awal musim panas. Meskipun pukul 10 sudah Maghrib dan bisa berbuka puasa, tetapi sesungguhnya pada saat tersebut langit masih belum benar-benar gelap. Langit menjadi gelap antara pukul 22.30 sampai 23.00. Jadi saya berbuka puasa ditemani semburat langit yang berwarna oranye. Merasa belum terbiasa berbuka puasa dengan langit yang masih samar terang.

Ramadan tahun ini saya mempunyai dua macam pengaturan makan saat berbuka puasa dan sahur serta istirahat. Secara umum yang saya lakukan ini tidak ada bedanya dengan makan sehari-hari, maksudnya jenis makanan yang masuk ke badan.

  • Cara Pertama

Tepat saat berbuka puasa, saya pasti minum perasan jeruk nipis dicampur air hangat. Air perasan jeruk nipis hangat bagus untuk lambung yang kosong beberapa jam lamanya. Selain supaya perut tidak kaget juga bagus untuk kerja liver. Diluar bulan puasa, saya juga melakukan ini saat pertama bangun tidur, pasti pertama kali yang saya minum adalah perasan air jeruk nipis hangat. Kembali ke buka puasa, setelah minum air jeruk nipis hangat, saya berhenti dulu sejenak sekitar 5 menit lalu melanjutkan dengan makan buah. Beberapa jenis buah yang biasanya saya makan adalah pisang, apel, jeruk, atau apapun yang ada di kulkas. Makannya pun harus pelan-pelan mengunyahnya supaya tercampur baik dengan air liur. Saya makan beberapa jenis buah ini kira-kira setengah jam. Setelah makan buah selesai, saya sholat Maghrib.

Setelah sholat Maghrib baru saya makan besar. Maksudnya makan besar disini adalah makan komplit dengan karbohidrat, sayur dan protein. Protein yang saya konsumsi seringnya nabati seperti tahu dan tempe karena memang saya tidak mengkonsumsi ayam dan daging. Makan ikan dan telur sesekali saja. Yang pasti sayuran yang saya makan sebisa mungkin adalah sayuran segar, tidak melalui proses memasak supaya kandungan vitaminnya tetap ada. Karbohidrat juga saya variasikan tidak hanya dari nasi saja (saya sudah 3 bulan ini tidak mengkonsumsi nasi putih, tetapi nasi coklat) tetapi juga dari kentang, ubi, singkong, quinoa, couscous, sesekali juga mie. Sebenarnya mengkonsumsi karbohidrat dari sumber yang berbeda ini saya lakukan bukan dalam rangka bulan puasa tetapi sejak pulang dari Perancis memang sudah diniatkan untuk belajar tidak makan nasi putih saja sebagai sumber karbohidrat. Ternyata bisa dan lebih enak ke badan. Oh iya, selama waktu buka puasa saya juga minum air secara bertahap. Saya minum satu gelas besar setelah makan buah, satu gelas sebelum makan, satu gelas setelah makan dan saat sahur dua gelas.

Setelah makan selesai, istirahat dulu sebentar lalu sekitar jam setengah 12 saya tidur. Jam 2 pagi bangun tidur lalu minum perasan jeruk nipis hangat, lalu sholat Isya dan tarawih (plus tahajjud kalau masih ada waktu dan kalau sedang tidak malas). Setelah sholat selesai saya sahur dengan buah. Saya sejak beberapa tahun lalu kalau sahur memang eksklusif buah saja karena perut tidak bisa makan dengan menu lengkap (misalnya yang ada karbohidratnya). Buah yang saya wajib makan kalau sahur adalah pisang, opsional adalah apel, jeruk dan lainnya seperti ketika berbuka. Tetapi seringnya saya hanya makan pisang saja saat sahur. Dengan hanya makan buah saja, saya bisa beraktivitas seperti biasanya sampai waktu berbuka puasa, tidak gampang lapar ataupun lemas. Selesai sahur, saya menunggu waktu Subuh dan setelah sholat saya tidur sampai jam 6 untuk melakukan aktivitas harian.

  • Cara Kedua

Cara kedua ini sebenarnya saya lakukan kalau malas bangun untuk sahur. Jadi ketika berbuka puasa, saya sudah merencanakan akan bangun sahur atau tidak. Kalau berencana bangun sahur, maka cara yang pertama saya lakukan. Kalau sekiranya saya malas untuk bangun sahur, maka waktu makan dan waktu tidur saya mundurkan lebih lama. Jadi saya akan makan besar ketika buka puasa sekitar jam setengah dua belas malam, lalu jam dua belas sholat Isya dan tarawih kemudian jam satu saya tidur. Sekitar jam 4 atau jam setengah 5 pagi bangun untuk sholat Subuh dan setelahnya tidur lagi sampai jam 6. Tetapi beberapa kali karena terlalu khusyuk tidur, saya sholat Subuh nyaris mendekati matahari terbit. Kasur dan udara dingin memang cobaan berat.

Dari kedua cara di atas, yang sering saya lakukan adalah cara kedua. Tak lain alasannya karena saya malas bangun untuk sahur.

CUACA DI BELANDA

Sejak hari pertama Ramadan, cuaca di Den Haag benar-benar bersahabat, tidak panas menyengat maupun tidak yang sangat dingin, jadi berada ditengah. Suhu berkisar antara 17Β°C – 26Β°C. Tetapi seperti biasa ya Belanda ini kalau cuaca tidak berganti 4 kali sehari bukan Belanda namanya. Ada satu hari, menjelang masuk musim panas, matahari bersinar terik sekali, tiba-tiba hujan es. Iya, hujan es dengan suara klotak klotak di bawah matahari yang bersinar terik. Beberapa saat kemudian langit menggelap lalu turun hujan biasa. Sorenya langit cerah, tetapi tidak panas, angin bertiup sepoi. Dengan cuaca yang tidak sepanas tahun lalu (sampai 38 derajat), sangat membantu sekali melewati waktu puasa 19 jam sambil melakukan aktivitas seperti biasa. Bahkan karena cuacanya yang nyaman, sampai tidak terasa waktu berbuka puasa sudah tiba.

KEGIATAN SETIAP HARI

Jika tahun kemarin kegiatan saya adalah sekolah bahasa Belanda, belajar di rumah, dan melakukan pekerjaan rumah tangga seperti biasanya, maka Ramadan tahun ini kegiatannya berbeda. Ramadan kedua di Belanda saya disibukkan dengan bekerja, belajar bahasa Belanda, mengikuti kegiatan diskusi di perpustakaan dekat rumah maupun perpustakaan pusat Den Haag, melakukan pekerjaan rumah tangga, nulis blog (dan blogwalking) sambil menunggu buka puasa dan mengikuti kegiatan sukarelawan. Dengan beraktivitas menjadikan saya tidak merasakan lemas, capek, atau bosan menunggu waktu berbuka. Tetapi tetap saja rasa haus memang lebih cepat menghampiri, apalagi kalau jadwal saya bekerja atau ada jadwal diskusi di perpustakaan seminggu dua kali, itu isinya ngomong terus. Namun semuanya baik-baik saja, tidakΒ  ada yang berbeda dengan kegiatan sebelum puasa.

Ada yang bertanya apakah saya mengikuti kegiatan bersama sesama orang Indonesia lainnya, misalnya berbuka puasa bersama, tadarusan atau tarawih. Jawabannya tidak. Seperti tahun kemarin, saya tidak mengikuti kegiatan buka puasa bersama, tarawih ataupun kegiatan keagamaan lainnya. Semua yang berhubungan dengan ibadah saya lakukan sendiri. Kalau buka puasa bersama waktunya terlalu malam. Tarawih, masjidnya jauh dari rumah, pun sudah jam 12 malam. Jadi saya merasa lebih nyaman untuk melakukan ibadah di rumah.

BEBERAPA PERTANYAAN SEPUTAR RAMADAN

Pada saat awal Ramadan, saya dikirim pelatihan oleh tempat bekerja. Peserta pelatihan dari beberapa cabang kantor semuanya orang Belanda, kecuali saya. Saya baru pertama berkenalan dengan mereka. Saat istirahat makan siang, ada satu panitianya memberitahu bahwa sudah disiapkan makanan khusus untuk saya. Makanan khusus disini maksudnya yang halal. Wah, saya terkejut kok sampai disiapkan khusus. Ternyata bagian HRD memberitahu pihak panitia sebelum pelaksanaan pelatihan kalau saya adalah muslim jadi tidak boleh makan babi dan mereka minta disiapkan satu makanan yang halal. Karenanya makanan saya dipisah dengan makanan peserta yang lain (saya satu-satunya peserta muslim di pelatihan tersebut). Saat itu saya merasa kaget sekaligus terharu karena bagian HRD sebelumnya tidak pernah membicarakan hal ini dan saya juga tidak menyangka kalau sampai diperhatikan sedemikian rupa padahal saya tidak meminta apapun sebelumnya.

Karena Ramadan dan sedang berpuasa, saya memberitahu panitia kalau saya tidak makan siang. Mereka baru tahu tentang ini dan mulai bertanya tentang Ramadan. Ketika menjelaskan, ada beberapa orang yang mendengar dan tertarik dengan pembicaraan kami tentang Ramadan. Akhirnya beberapa orang tersebut mengelilingi saya dan mendengarkan dengan khusyuk penjelasan saya (meskipun saya menjelaskan dengan terbata-bata menggunakan bahasa Belanda). Ada beberapa yang melontarkan pertanyaan seperti apakah badan saya baik-baik saja tidak diisi makanan dan minuman selama 19 jam, apakah puasa 19 jam tidak bahaya untuk kesehatan, kapan pertama kali saya puasa Ramadan, apakah ada perbedaan puasa di Indonesia dan Belanda, apa yang saya makan karena mereka melihat saya nampak segar bugar bukan seperti orang yang sedang lapar atau haus, bahkan sampai pertanyaan apakah saya baik-baik saja melihat yang lain makan dan minum di depan saya. Semua pertanyaan tersebut saya jawab segamblang mungkin menggunakan kalimat dan penalaran yang gampang dimengerti. Buat orang yang tidak pernah merasakan puasa selama 19 jam, pasti akan banyak pertanyaan dibenak mereka. Jadi sebisa mungkin saya menjelaskan dengan kalimat yang mudah dimengerti. Akhirnya makanan yang disiapkan untuk makan siang ditaruh tempat agar saya bisa membawa pulang. “Untuk buka puasa,” kata mereka.

Lain lagi ketika saya mengikuti diskusi yang diadakan oleh perpustakaan. Setiap diskusi pasti disediakan makanan kecil dan minuman gratis. Pada awal Ramadan, saya pertama bergabung dengan kelompok diskusi ini. Jadi, diskusi yang diadakan secara gratis oleh perpustakaan ini bertujuan untuk melatih berbicara menggunakan bahasa Belanda secara baik dan benar. Pada saat salah satu mentornya menawari teh, saya menjawab terima kasih dan bilang sedang tidak makan dan minum. Dia langsung bilang “oh Ramadan ya?” saya menganggukkan kepala sambil tersenyum. Lalu dia bertanya kembali apakah tidak masalah saya berada diantara orang-orang yang sedang makan dan minum.

Pertanyaan tersebut bukan sekali atau dua kali saya terima. Saya selalu menjelaskan bahwa saya tidak pernah ada masalah dengan siapapun yang makan dan minum di sekitar saat saya sedang berpuasa. Kalau memang sudah niat akan berpuasa, apapun godaan di sekitar, harusnya tidak akan mengganggu ibadah. Puasa itu bentuk ibadah yang sunyi, tidak usah gembar gembor rame riuh supaya semua orang harus tahu dan minta orang yang sedang tidak puasa menghormati yang sedang puasa. Kalau ditanya ya dijawab sedang puasa, kalau tidak ditanya ya diam saja. Puasa itu sederhana menjalaninya, tidak usah menuntut ini dan itu agar dimengerti.

Begitulah cerita saya tentang Ramadan tahun kedua di Belanda. Alhamdulillah lancar jaya tanpa suatu kendala apapun yang berarti. Lebaran tinggal menghitung hari. Semoga kita semua dipertemukan kembali dengan Ramadan selanjutnya bersama orang-orang tercinta, mengisinya dengan ibadah penuh rasa damai dan semoga ibadah yang telah kita lakukan membawa berkah dan kebaikan. Selamat mudik bagi yang akan menjalani ritual mudik. Jangan lupa kunci pintu dan memeriksa segala listrik dan kompor di rumah sebelum ditinggalkan. Selamat makan-makan enak selama lebaran, berkumpul bersama keluarga besar. Tidak usah kesal kalau ditanya “kapan kawin” atau “kok belum hamil” atau “kapan punya anak kedua, ketiga dst” atau pertanyaan-pertanyaan penuh basa basi lainnya. Jawab saja apa yang ingin dijawab, misalnya “bukan urusanmu” <– haha ini jawaban saya sih :D. Yang penting bahagia bersama orang tercinta, tidak usah diperdulikan dengan bombardir pertanyaan tersebut. Anggap saja angin ribut.

Dengan ini saya dan suami sekalian mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri untuk semua yang merayakan. Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan yang baik dan umur barakah untuk menuju Ramadan dan Idul Fitri selanjutnya. Semoga setelah saling bermaafan dan silaturahmi, kita tidak menodai hari yang fitri tersebut dengan “keceplosan” mengeluarkan pertanyaan basa basi “kapan kawin” atau “kok belum hamil” atau “kapan punya anak kedua, ketiga dst” atau “kok belum lulus kuliah” atau “kok belum dapat kerja” atau “kok belum punya pacar.” Atau misalkan mendengar ada yang menanyakan hal tersebut, boleh lho diingatkan untuk lebih kreatif mencari pertanyaan lainnya yang lebih baik dan bermutu.

-Den Haag, 30 Juni 2016-

48 thoughts on “Ramadan Kedua di Belanda

  1. nasi coklat sama nasi merah iku beda ta mba?
    takpikir podho….tapi sing jelas memang gak seenak nasi putih dan sambel yaaa
    *dibalang magic jar*

    btw aku salut dengen kemandirianmu mba…kadang aku lek dewean akeh malese hehehe

    1. Bedo Dit, rasane podo2 ga enak hahaha iyo bener enak an nasi putih didulitno sambel plus tempe goreng.
      Tapi tetep sih Dit, lek males dan pengen peyeh2 ya aku leyeh2. Ora mekso. Tapi ojok keterusan, ga mangan lak an, gak onok warung soale haha

  2. 19 jam ??? Kaesang pasti lelah dan kelaparan hahaha.

    Makjleb banget yaaaa, ibadah itu sunyi ngak usah di gembar gemborkan, ssmua nya tergantung niat … Aku setuju sekali #LopeLope

  3. Selamat lebaran ya Deny dan suami πŸ™‚ maaf lahir bathin. Gimana cerita lebarannya tahun ini? hehe ditunggu pos selanjtunya :), aku udah lama nggak BW nih.. ngeblog juga lagi jarang hehehe.

    1. Selamat lebaran juga Christa. Aku juga baru hari ini nulis lagi, baru pulang liburan soalnya πŸ˜€ jadi selama liburan juga ga BW. Cerita lebaran baru saja diposting πŸ™‚

    1. Hai Penganten baru, Selamat idulfitri yaa. Semoga kita dipertemukan lagi dengan Ramadan dan Lebaran berikutnya

  4. selamat idul fitri buat deny dan suami…semoga ada yg wawancara lagi disana…
    haha paragraf terakhir…kalau ada yg ngucapin, kita salamin lagi saja…”dimaafin lagi yg itu”

    1. Fakta yang harus di hadapi setiap lebaran datang Key haha. Terima kasih Key ucapannya πŸ™‚

  5. Wah tipsnya ok banget, tapi saya blm pernah merasakan puasa di luar negri πŸ™

    Salam kenal dr blogger ala2

  6. Den, aku kok ya nggak kepikiran ya minum jeniper alias jeruk nipis peres pas buka. Soalnya hari2 biasa aku juga melakukan itu saat bangun tidur hehehe.. Boleh di coba di hari2 terakhir puasa.
    Nggak kerasa ya ternyata lebarannya tanggal 5 juli eheheehe bentar lagi, kue kering mana nih belom bikin :P.
    Btw aku suka banget caramu njelasin ke lingkungan soal puasa, Den. Terus tahun ini mau nongol di tv nesyenel lagi nggak? Aku masih inget yang tahun lalu lhooo hihihi.

    Selamat berpuasa ya, Den

    1. Aku ikut lebaran yang 6 juli Dil, ngikut KBRI Den Haag. Tahun ini nongol depan suami aja Dil hahaha
      Selamat lebaran ya Dil

  7. Seru baca cara sahur dan puasa ala Deny! sama Den, aku juga udah jarang makan nasi putih, dan yang minum air jeruk itu aku juga udah biasa, tapi bedanya aku tambahin madu dan aku nelen bawang putih hehe. BTW; selamat hari raya idul fitri ya, mohon maaf lahir bathin taqaballahu mina waminkum ya Den.

  8. Ternyata di Belanda dan Jerman mirip ya Mbak waktu puasanya. Pernah baca tulisan teman yang tinggal di Jerman waktu puasanya kalau nggak salah ya sekitar 19 jaman gitu.
    Wah ikut seneng deh denger Mbak Deny ikut aktivitas sekalian dakwah kecil2an. Kalau mereka tertarik masuk Islam karena dengar penjelasan Mbak Deny soal puasa itu luar biasa lho. Insyaallah…

    Oh iya, lebaran tinggal beberapa hari lagi… sekalian aja Selamat Idul Fitri ya Mbak…mohon maaf lahir dan batin

    1. Iya, Belanda dan Jerman tidak terlalu jauh perbedaan waktunya karena letaknya berdekatan.
      Sebenarnya saya tidak berpikir sejauh sampai mereka masuk islam. Saya hanya menjelaskan apa yang saya ketahui, pahami, dan yang saya lakukan saja. Selebihnya, saya tidak berpikir sampai yang bagaimana2.

      Selamat idulfitri juga yaa πŸ™‚

    1. Thanks Crystal. Pertanyaan yang aku rangkum disini yang pernah kualami soalnya πŸ˜€

  9. Mbak .. kapan aku dikirimin kue lebaran ??hehehehe *terus kabur takut ditimpuk mbak Den* πŸ˜€

    Selamat Idul Fitri juga mbak Deny, mohon maaf lahir dan batin. Mohon maaf kalau dalam bersilaturahim selama ini ada salah-salah kata yaa ^_^

    1. Nunggu kamu kirimin pempek dulu Nina πŸ˜€
      Terima kasih Nina ucapannya πŸ™‚ Semoga kita suatu saat bisa silaturahmi secara nyata ya πŸ™‚

    1. Terima kasih Puji πŸ™‚ merinding karena sakralnya lebaran atau karena akan menghadapi pertanyaan2 hahaha. Santai Jii, santaaii πŸ™‚

    1. Suwun Mel πŸ™‚
      Justru karena aku belum lancar ini Mel jadinya kerja keras supaya bisa lancar ngomongnya. Bahasa kan masalah biasa dan diasah, nah ini aku sedang mengasah supaya terbiasa bicara bahasa Belanda πŸ™‚

    1. Terima kasih Adhya. Selamat lebaran juga buatmu dan suami ya. Akhirnya lebaran bareng keluarga ya Adhya *eh aku lupa dulu pas balik Indonesia sebelum atau sesudah lebaran. Selamat makan2 enaaakk πŸ™‚

  10. Hebat sama kemandirian Mbak Deny. Aku sih cemen, 2 tahun lalu pas mulai puasa kembali pasca melahirkan & menyusui. Suamiku sholat tarawih sendiri ke masjid, aku mutung. Aku kan juga pengen ibadah walopun ada tanggung jawab jaga anak. Akhirnya diambil jalan tengah, tahun lalu kami jamaah sholat tarawih di rumah, tahun ini kami sholat tarawih di musola, suami yg imam-in. Memang pernikahan never ending process ya. Selamat berlebaran untuk Mbak Deny dan umat muslim di sana.

    1. Mandiri terasah karena sudah terbiasa Frany, dan juga berkompromi dengan keadaan. Banyak hal tidak ideal dan berubah kalau kita mempunyai kehidupan baru. Dulu adanya cuma aku, sekarang adanya kami atau kita. Dan aku juga ga terlalu berekspektasi terlalu tinggi selama di sini. Jalani saja, santai tapi pasti πŸ™‚
      Terima kasih Frany ucapannya πŸ™‚

  11. Gak kebayang deh puasa 19 jam. Salut deh buatmu Den.
    Kalo saya berbuka ritualnya begini: kumur-kumur dengan air, minum air putih setengah gelas, makan 5 butir kurma. Dilanjutkan dengan cemilan. Saya paling suka dengan tempe goreng. Tapi sering juga makan kolak dan bubur kacang.

    1. Bisa karena terbiasa Pak Alris, juga cuaca dan kegiatan yang mendukung, jadinya tidak terasa.
      Aduh, Pak Alris ngomong tempe goreng saya jadi kangen mendoan hahaha. Saya makanan yang cenderung manis ga terlalu suka Pak, makanya nyediain yang gurih2 di rumah. Padahal kurma itu bagus ya buat berbuka puasa, tapi mulut dan lidah saya menolak, ga terlalu suka rasa dan baunya. Jadinya nyomot tempe aja hehe

  12. Aku selalu salut dengan orang yang berpuasa, Mbak. Aku yang biasa makan siang jam 12, pas jam 3 sore perut sudah kerucukan lagi.hahaha
    Aku sudah sekitar 3 tahun ga makan nasi putih lagi diganti ke nasi merah, Mbak. Berasa lebih enakan di badan dan lambung jadi ga begah.
    Wah kalau aku ngejawabin “bukan urusanmu”, bisa dicabein mulut ku, Mbak.hahahah
    Selamat Hari Raya Idul Fitri buat Mbak dan suami ya. Mohon maaf lahir dan batin.:)

    1. Herannya nih ya Wulan, kalau sedang ga puasa, aku juga gampang lapar lho. Maksudnya kalau jam 12 sudah makan siang, sekitar jam 5 gitu sudah lapar, padahal makan malam baru jam 6. Tapi kalau puasa ga kepikiran makanan sama sekali. The power of niat ya haha.
      Waahh salut sama kamu Wulan sudah 3 tahun makan nasi merah. Di sini nasi merah mahal, makanya divariasikan dengan sumber karbohidrat yang lain. Dan bener, enak ya ke badan ternyata ga konsumsi nasi putih. Lebih enteng dan berat badan terkendali juga rasanya lebih sehat.
      Sesekali jawaban itu perlu dilontarkan Wulan karena memang bukan urusan mereka untuk bertanya seperti itu. Kalau mereka bilang kita ga sopan, lha wong pertanyaan mereka juga ga sopan gitu.
      Terima kasih Wulan untuk ucapannya πŸ™‚

      1. Bener sih ya Mbak, semua balik lagi ke niat.:D
        Aku lebih salut lagi sama Mbak yang sudah lama food combining.:D
        Disana kalau dibandingkan dengan nasi putih juga jauh lebih mahal nasi merah ya, Mbak?
        Iya Mbak, badan jadi lebih enteng sih. Porsi makan nasi aku kan banyak banget Mbak, pas awal-awal aku diet dengan ganti ke nasi merah, pagi sarapan oatmeal dan malam makan buah dalam 3bulan aku turun 15kg. Tapi abis itu makan mulai ga dijaga, dan makan nasi 3x (tetap nasi merah) dan sering makan mi tapi berat aku ga naik Mbak, cenderung stabil. Padahal kalau dulu coba diet, pas makannya kacau lagi naiknya malah lebih parah.hahahaha
        Kalau masih yang seumuran sih aku berani ngejawab Mbak, tapi kalau yang ngomongin kakaknya papa, doh saya memilih diam sambil mesem-mesem aja deh (daripada orangtua yang kena sasaran, ntar dibilangin ga bener ngedidik anak).:D
        Sama-sama Mbak.:)

        1. Iya, nasi merah lebih mahal, sama kayak di Indonesia dan tempat2 lain kayaknya. Aku belum pernah beli nasi merah selama di sini, makan ubi sama singkong aja seringnya haha. Wow! 15 kg itu amazing. Tapi musti diimbangi dengan olahraga biar badan juga bugar.

          1. Aku beli nasi merahnya di pasar, Mbak. Jadi ga semahal yang ada di mall. Penasaran kepengen cobain nasi hitam atau coklat kapan-kapan, abis mahal Mbak.hahahaha
            Ubi sama singkongnya direbus aja gitu ya, Mbak?
            Nah itu salahnya Mbak, aku ga olahraga. Bawaannya kalau olahraga itu malah jadi ngantuk dan nguap-nguap mulu, badan malah berasa lemas, sugestinya salah ini.:D

  13. Wah Den gak kebayang puasa selama 19 jm. Salut dengan dirimu deh! Ngomong2 nasi merah di Belanda seperti apa ya Den, soalnya di sini sulit sekali cari nasi beras merah, adanya beras coklat yang gak gitu enak. Balik deh ke beras putih

    1. Bisa karena terbiasa Mar πŸ™‚
      Aku belum pernah makan nasi merah selama di sini, yang aku tulis di atas itu nasi coklat. Jadi suamiku selama ini makannya nasi coklat, jadi aku nebeng haha. Kalau yang kulihat, nasi merah di sini sama kayak nasi merah di Indonesia, bentuknya maksudku. Bahkan ada nasi hitam juga. Aku ga pernah beli karena mahal (lupa berapa pastinya) dan isinya sedikit haha. Aku lebih milih makan quinoa. Tapi pengen sih kapan2 nyoba. Akhir2 ini aku sering makan ubi sama singkong, karena di pasar dan supermarket banyak yang jual. Makanan desa di Indonesia disini jadi makanan sehari2 :)))

Leave a Reply to WulanCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.