Ramadan Ketiga di Belanda

Saat saya menulis ini, Ramadan sudah memasuki malam ke-27. Bersyukur masih diberikan umur yang berkah dan kesehatan yang baik untuk kembali bertemu dengan Ramadan tahun ini dan menuliskan kembali pengalaman Ramadan di tanah rantau. Ramadan yang jatuh pada musim semi tidak serta merta membuat cuaca lebih sejuk dibandingkan tahun kemarin yang jatuh pada musim panas. Sejak awal puasa, cuaca di Belanda sudah sangat panas. Meskipun beberapa kali hujan mengguyur, tetapi selebihnya kembali panas. Pada hari pertama Ramadan, saya ingat betul waktu itu saya sedang ke Roermond bersama beberapa teman dan suhu mencapai 33°C. Musim semi rasa musim panas. Selama dua minggu terakhir cuaca stabil panas bahkan seminggu ini sampai 32°C. Saya kalau sepedahan ke tempat kerja sampai harus berhenti “ngiyup” kata orang Jawa saking ga kuat kepala -pening- dan gobyos berkeringat. Durasi Ramadan tahun ini kurang lebih tidak terlalu berbeda jauh dengan tahun kemarin, rata-rata 19 jam setiap hari. Semoga yang menjalankan ibadah puasa Ramadan selalu diberikan kekuatan dan kelancaran selama sebulan ini. Hari ini adalah hari pertama resmi musim panas dan juga sebagai siang terpanjang.

Jadwal puasa Ramadan dari KBRI di Den Haag
Jadwal puasa Ramadan dari KBRI di Den Haag

Setiap bulan puasa selalu istimewa untuk saya, khususnya sejak tinggal di Belanda. Ada saja pengalaman spesial yang saya dapatkan, juga berkah dan rejeki. Tidak terkecuali Ramadan tahun ini yang juga spesial untuk kami. Kegiatan selama Ramadan sekarang masih seputar kegiatan rutin bekerja, jalan-jalan, bersih-bersih taman, bersih-bersih rumah, dan kembali produktif baca buku (mudah-mudahan nanti saya sempat membuat review beberapa buku yang sudah saya baca). Yang masih belum kembali produktif yaitu memasak. Namun karena tanggal 18 Juni kemarin adalah Father’s Day, saya bertanya ke suami dia mau hadiah apa. Trus suami menjawab, “Kalau kamu sudah mood masak, aku kangen makan soto ayam buatan kamu. Itu saja kado yang aku minta.” Duh Mas, kok yo melas men tho. Saya antara kasihan dan ingin tertawa sebenarnya mendengar jawabannya. Terakhir saya memasak soto ayam buat dia sekitar 3.5 bulan lalu kalau tidak salah. Biasanya paling tidak sebulan sekali saya masakkan karena memang soto ayam adalah makanan favoritnya (bahkan sebelum menikah dengan saya). Akhirnya saya melihat stok bumbu di freezer, lha kok ndilalah masih ada satu porsi bumbu yang tersisa. Lalu saya membuat printilan lainnya seperti sambal dan kentang goreng. Karena malas memasak nasi, saya perbanyak saja bihunnya. Setelah saya hidangkan, dia lama sekali melihat saya lalu makan perlahan soto ayam tersebut. Lha trus orang ini kok ga ada komentarnya, diam khusyuk makannya. Lalu saya tanya, gimana apa enak soalnya saya tidak mencicipi. Dia bilang terharu sekali rasanya akhirnya bisa makan soto ayam setelah berbulan-bulan libur. Jadinya dia makan penuh perasaan. Owalaahhh saya ngikik haha.

Oh ya, di awal saya sempat cerita tentang pergi ke Roermond. Jadi Roermond ini kota di selatan Belanda yang terkenal dengan outlet brand-brand terkenal gitu (katanya ya) dengan harga agak miring dan terkenal diantara orang-orang Indonesia yang tinggal di sini ataupun mereka yang datang ke Belanda dengan tujuan berlibur dan berbelanja. Nah, beberapa kali teman saya mengajak ke sana, tetapi karena saya tidak suka berbelanja barang-barang kalau sedang tidak butuh, maka ajakan mereka selalu saya tolak. Pertengahan Mei, saya ingat kalau punya tiket kereta yang saya beli saat ada penawaran khusus dan bisa dipakai keliling Belanda satu hari penuh selama akhir pekan. Dan tiket ini akan hangus akhir bulan Mei. Wah, sayang, pikir saya kalau tidak digunakan. Saya lalu menghubungi salah satu teman jalan dan bertanya apakah ada rencana jalan bulan Mei ini. Dia lalu mengusulkan ke Roermond (kembali). Saya pikir daripada tiket hangus tidak dipakai, mending dipakai. Akhirnya saya setuju yang penting ketemu teman-teman dan makan-makan di rumah salah satu teman saya setelah jalan-jalan. Jadi agenda makan-makan lebih penting untuk saya haha. Saya sudah membayangkan kalau di Roermond nanti pasti penuh sesak dan akan bertemu dengan banyak orang Indonesia. Ternyata setelah memutari keseluruhan lokasi Outlet Roermond, tidak terlalu ramai dan tidak banyak saya jumpai orang Indonesia. Di salah satu outlet, ketika saya sedang melihat-lihat (dan berencana membeli), tiba-tiba ada yang menyapa saya, “Mbak Deny ya?” Lho, saya kan jadi kaget kok mak bedundug ada yang menyapa. Dia lalu memperkenalkan diri dan memberi tahu kalau dia adalah pembaca blog kami. Jadi ketika dia melihat saya, dia menebak kalau itu adalah saya. Ada gunanya juga memajang foto di blog haha. Hai Sari, kalau kamu membaca tulisan ini, maaf waktu itu tidak sempat pamitan. Terima kasih sudah menyapa saya. Semoga lancar kuliah kamu. Selain jalan-jalan ke Roermond, pada tulisan sebelumnya saya bercerita tentang liburan kami ke beberapa kota. Selebihnya pada akhir pekan kami habiskan ngadem  di rumah dan jalan-jalan ke danau atau hutan didekat rumah. Rencana untuk ke pantai sejauh ini masih sebatas rencana karena saya masih tidak kuat kalau panas cetar begini harus ke pantai. Kalau cuaca bagus seperti ini, di danau dekat rumah pun penuh dengan orang yang sedang berjemur atau berenang atau BBQ an. Jadinya ya di mana-mana intinya ramai karena semua orang keluar rumah menikmati sinar matahari.

Danau dekat rumah ketika sedang sepi
Danau dekat rumah ketika sedang sepi

Kalau sudah mendekati lebaran begini, ada perasaan sedih yang menyelinap. Tidak bisa dipungkiri kalau saya sangat rindu merasakan suasana lebaran terutama di desa kelahiran saya. Suasana malam takbir, suasana setelah sholat Ied, suasana saling silaturrahmi dan kumpul keluarga, dan yang paling ditunggu adalah momen makan-makan dengan masakan khas keluarga seperti jangan laos, pecel pitik, lodho, jangan lodeh tempe tahu yang super pedes, dan kue kue lebaran khas keluarga di desa. Rindu semuanya. Semoga diberikan umur yang berkah dan kesehatan yang baik untuk kami sekeluarga bisa berlebaran di Indonesia dan marasakan syahdunya berlebaran bersama seluruh keluarga di sana.

Untuk yang sedang bersiap mudik ataupun sudah dalam perjalanan, semoga diberikan kelancaran dan selamat berkumpul bersama seluruh keluarga di hari lebaran. Semoga kita semua dipertemukan kembali dengan Ramadan dan Lebaran tahun-tahun selanjutnya dalam keadaan yang lebih baik. Bagi yang tidak bisa kumpul keluarga saat lebaran nanti karena beberapa hal misalkan jauh dari tanah air seperti saya, tetap Semangat!!

-Nootdorp, 21 Juni 2017-

20 thoughts on “Ramadan Ketiga di Belanda

  1. lama gak main kesini, minal aidzin wal faidzin ya mbak deny sama suami mohon maaf lahir bathin….

  2. hai Denny, Taqabbalallaahu minna wa minkum. 33° C itu kalo kita di jakarta dah biasa ya hahaha. awal dan menjelang akhir ramadhan aku juga selalu ada perasaan sedih. gak bikin nastar den? 😉

    1. Hai Ru, Taqobbal ya kariim. Kalau di Surabaya malah biasanya 39 derajat dan aku survive. ga tau nih di sini di atas 30 derajat aja sudah gerahnya ampun2an. Soalnya memang panasnya beda. Ga bikin kue sama sekali aku haha. Nyerah kalau masalah kue kue lebaran.

  3. baca suamimu menatapmu sebelum menyantap soto kok rasanya seperti bayangin film romantis. Haha. hari raya memang selalu memgingatkan tanah air ya. Btwy selamat merayakan lebaran yang tinggal hitungan hari Den

    1. Iyaaa, suami emang suka ngegoda2 aku gitu, sok2 kocak haha. Terima kasih Helena 🙂

  4. yaituuuh… makanya Stan yg biasanya muales masuk outlet iki malah ndeprok trus nyuruh lama2 cuci mata… (((cuci mataaaaaaa))).. ke Museum doooong… atau kuliner… kalau engga si bocah bisa protessss…

  5. Salut sama yang puasa lebih lama dari Jakarta. Amiiin, semoga selalu diberikan umur yang sehat dan barokah Mba, supaya bisa ngerasain lebaran di kampung halaman.

    1. Sama2 ya Ji, amiiinn juga buat kamu. Jadi nanti pas aku pulang bisa ketemuan kita, Yiaayy!!

    1. Haha yang dikangenin soto ayam.
      Menyiasati waktu yang pendek antara berbuka dan sahur, kalau aku selama dua tahun berturut kemarin ada dua cara : 1. Pas buka, langsung minum air anget trus makan buah lalu setelah sholat maghrib makan makanan yg berat setelahnya tidur. Nanti pas waktunya sahur bangun lalu sahur pakai buah. Cara ke dua : kalo males bangun pas sahur, waktu tidurnya aku mundurin. Jadi setelah buka, aku sekalian nunggu waktu isya lalu setelah tarawih baru tidur (sekitar jam 1). Jadi buka dan sahurnya dijadikan satu. Seringnya cara kedua ini yg aku lakukan, soalnya suka malas dan ngantuk sekali kalau musti bangun jam 2 untuk sahur.

  6. Lebaran tinggal menghitung hari lagi den..semoga nanti kita semua bisa ketemu lagi dilebaran berikutnya ya biarpun cuma sebatas chit chat di blog ini..sehat terus ya deny..

    1. Amiiinn, semoga kita semua selalu sehat ya Ulfa, dan tetap jaga silaturrahmi walaupun masih sebatas lewat blog. Mudah2an ada kesempatan dan jodoh bertemu.

  7. Kok kita belum ketemuan juga sih… huh… Juli ya Juli…

    btw minggu lalu aku ke roermond, niatnya ke museum kastil, tapi ternyata belanjanya lamaaaaaaa eh liat2nya yg lama tepatnya, hahaha… batal ke museumnya… untung puasanya engga batal juga kena panas nan dahsyat..

    Selamat puasa ujung2 yaa.. semangaaaat!

    1. Yuukk yuukk Juli ya pas adikku datang. Jadi kita bisa double date jalan2 kemanaa gitu *halah haha. Eh tapi serius ya iki, aku Juli khusus jadi guide e adikku tapi yo sik durung onok rencana arep nang endhi. Semoga berjodoh kita ketemu.
      Ya ampuuunn, dirimu huebaatt. Poso2 ke Roermond yang panasnya Ampun DJ. Tapi minimal isok ngademlah yo nang njerone Outlet haha.
      Semangat puasa untuk kalian, tinggal 3 hari lagi.

Leave a Reply to Nadia KhaerunnisaCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.