Minggu Kelabu

Harusnya hari ini, minggu 13 Mei 2018, adalah hari yang menyenangkan. Di Belanda (dan beberapa negara lainnya) hari ini diperingati sebagai Hari Ibu. Saya sudah membayangkan pagi hari saya akan dapat kejutan (entah itu apa) lalu sorenya kami sekeluarga akan ke rumah Mama karena memang sudah tradisi kalau Hari Ibu, seluruh keluarga akan kumpul di rumah Mama, yang artinya bisa ngobrol ngalur ngidul dengan semua dan tentu saja banyak makanan. Nyatanya, hari minggu ini menjadi minggu kelabu yang mampu memporakporandakan perasaan saya. Sedih sampai menangis, bingung sampai bengong, hati rasa tercabik-cabik mendengar dan membaca berita duka datang silih berganti.

Sekitar jam 3 dini hari (waktu Belanda) saya terbangun, lalu jam 4 saya kembali tertidur. Seperti biasa, saya buka dulu sebentar twitter untuk membaca berita apa yang ada di Indonesia atau dunia. Sebenarnya mata saya sudah sepet mengantuk, jadi membaca beberapa berita dengan setengah sadar. Saya tersentak begitu membaca ada berita bom meledak di beberapa Gereja di Surabaya. Seperti tidak percaya, Surabaya?! Bagaimana mungkin?!. Kota yang sempat saya tinggali selama 13 tahun adalah kota yang adem ayem meskipun penghuninya terkenal dengan keras dan cepat panasnya. Tapi percayalah, kota itu meskipun nampak galak dan garang, sesungguhnya sangatlah adem ayem. Masyarakatnya hidup berdampingan dengan segala perbedaannya. Bahkan saat kerusuhan di Jakarta tahun 98, di Surabaya ya aman dan adem ayem. Saya lalu menuliskan di grup wa sahabat-sahabat saya apakah benar ada bom di Surabaya. Lalu karena memang mengantuk sekali, saya tertidur kembali sampai jam 7 bangun. Dan kembali membuka twitter dan wa, ternyata benar adanya bom itu. Hati saya retak. Sedih campur kesal. Hal tersebut sempat teralihkan karena saya diberi kejutan satu buket bunga dan coklat sebagai hadiah dihari Ibu.

Sekitar jam 9 pagi, Ibu berkirim pesan di wa, menanyakan kabar kami sekeluarga. Setelahnya Ibu menyampaikan berita duka. Salah satu teman SMP saya yang juga rekan kerja Ibu, pagi dini hari meninggal dunia. Teman saya ini meninggalkan satu anak perempuan yang masih kecil dan seorang istri. Hati saya kembali remuk. Walaupun saya tidak dekat dengan dia, tapi saya kenal dengan baik bagaimana betapa baiknya dia, pintar dan juga pekerja keras sehingga dia bukan hanya PNS tetapi juga mempunyai beberapa usaha yang sukses. Saya ingat betul, sewaktu Ibu sedang dioperasi, ternyata Bapak dia juga sedang sakit. Kamar pasien saling berhadapan. Waktu itu dia sering menghibur saya untuk sabar menghadapi ujian hidup. Padahal keadaan dia tidak lebih baik dari keadaan saya, tapi dia tetap memberikan semangat untuk saya. Pada saat saya kawin, dia datang ke kawinan kami. Itu terakhir saya bertemu dia. Sewaktu Ibu ke Belanda, Ibu menyampaikan salam dari dia. Katanya kalau saya pulang, minta dikabari karena ingin berjumpa. “Belum juga aku sempat pulang As, kamu sudah pergi. Gone too soon! Semoga kamu tenang ya disisiNya dan semoga keluargamu diberikan kekuatan dan ketabahan.” Saya sedih jika teringat anak perempuannya, sudah kehilangan seorang Bapak diusia yang masih belia.

Menjelang siang, kembali saya sekilas membuka twitter. Begitu membaca bahwa ada anak-anak yang menjadi korban, perasaan saya kembali berkecamuk sedih. Anak-anak itu pasti dengan semangat bangun pagi dan senang karena akan beribadah di Gereja. Sesampainya di sana, ada bom meledak. Apa yang salah dengan mereka? Mereka ingin beribadah, berucap syukur pada Tuhan, ingin berdoa. Apa yang salah dengan mereka sehingga mereka yang tak tahu apa-apa ikut menjadi korban? Lalu saya kembali membaca bahwa dua orang anak kecil diajak Ibunya untuk membunuh, meledakkan diri. Kegilaan apalagi ini. Anak-anak itu masih kecil. Kenapa harus melibatkan mereka. Tugas mereka hanyalah bermain, bersenang-senang dengan teman-temannya. Kenapa harus diajak membunuh orang-orang yang akan beribadah? Sebenarnya apa sih yang dicari oleh para pembunuh ini? Apa yang sebenarnya mereka benci sehingga harus membunuh. Sebegitu bencikah mereka sampai harus membunuh? Punya hak apa mereka sebagai sesama makhluk Tuhan dengan pongahnya bisa bertindak sebagai pencabut nyawa? Tidak bisakah hidup berdampingan dalam perbedaan. Toh yang menciptakan berbeda juga Tuhan, lalu mengapa harus dilenyapkan perbedaan itu?

Sore hari kami ke rumah Mama. Begitu pintu terbuka, Mama langsung memberondong dengan banyak pertanyaan terkait Bom di Surabaya. Sudah saya duga akan banyak pertanyaan terlontar dan ada banyak pasang mata menunggu penjelasan dari saya. Yang keluarga kami sesalkan dan juga seperti kekesalan saya adalah kenapa harus melibatkan anak-anak?! Kenapa?!

Sore hari menjelang malam, kembali ada berita ledakan di Sidoarjo. Hari yang melelahkan terus terang untuk saya mendengar banyak berita duka dari tanah air. Banyak pertanyaan berkecamuk silih berganti datang dan pergi.

Terkait teman saya yang meninggal, saya kembali berpikir bahwa memang usia adalah rahasia Ilahi. Bahkan sedetik kedepan kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Hal ini semakin mengingatkan saya untuk mempergunakan waktu yang tersisa sebaik dan sebermanfaat mungkin. Nikmati secara maksimal waktu bersama orang-orang yang kita cintai dan sampaikan rasa sayang kita pada mereka. Berbuat hal-hal yang bermanfaat, karena kita tidak pernah tahu kapan saat itu akan datang. Kalau ingat kematian, rasanya ga ada nyali untuk sombong. Apa yang akan kita sombongkan karena semua ini memang hanya titipan, apa iya kita akan bawa semua ini ke liang kubur?

Terkait teroris, pertanyaan yang selama ini mengganjal saya adalah : banyak yang bilang bahwa terorisme itu jangan dikaitkan dengan agama karena perbuatan teror itu tak mengenal agama. Tapi kenapa selama ini teroris yang ada di Indonesia (saya hanya ingin fokus yang di Indonesia, karena mengamati hanya di Indonesia) selalu menggunakan atribut atau berpakaian secara Islam? Meneriakkan kalimat-kalimat yang ada di agama Islam? Lalu dengan kenyataan seperti itu, apakah tetap tidak bisa dikatakan bahwa teroris itu tidak beragama Islam? Toh nyata-nyata yang mereka lakukan katanya adalah jihad. Jihad macam apa, tujuannya apa? Kalau mereka ingin masuk surga dengan cara seperti itu dan ingin mengapling surga hanya untuk kaum mereka saja, monggo silahkan. Lebih baik saya tidak ada kaplingan di manapun daripada hidup saya merugikan orang lain dan membuat kerusakan saja. Sebenarnya apa yang mereka benci? Mengapa mereka sangat benci sehingga harus membunuh banyak orang? Oh Tuhan, banyak sekali hal-hal yang berkecamuk di kepala saya sampai saat ini lebih dari jam 10 malam saya masih belum bisa tidur. Masih memikirkan anak-anak kecil tak berdosa itu.

Doa saya teriring untuk para korban dan keluarga korban.

Dan untuk para pembunuh, Damn you Teroris!

-Nootdorp, 13 Mei 2018-

31 thoughts on “Minggu Kelabu

  1. Saat dengat berita ini aku juga gak percaya. Surabaya yang selama ini tenang2 saja. Saat dengar salah satu gerejanya adalah gereja yang sering kukunjungi kalau ke Surabaya, bikin kaget setengah mati. Langsung tanya kabar beberapa kerabat mama yang bergereja di situ. Sedih sekali kalau dengar berita yang semacam ini ya mbak.

    1. Semoga kedepannya semakin aman ya Negara kita ini. Berharap orang2 yang seperti itu tersadarkan niatnya kembali ke jalan yang benar.
      Wah, ternyata gerejanya kamu kenal dengan baik. Semoga yang jadi kenalan mu sekeluarga ga ada yang jadi korban ya Gy. Tapi sedih sih aku kalau ingat anak-anak itu.

  2. Aku sudah speechless Den:(( sudah TDK tau harus ngomong apa lagi, terlalu bingung, terlalu tak masuk akal.

    1. Iya Lu. Kotamu sekarang jadi ga aman ayem tentrem lagi. Sedih kesel campur jadi satu. Semoga orang2 yang kayak gini makin sadar kalau jalan mereka keliru

  3. Urun pendapat : di setiap kaum, selalu ada oknum / segelintir kaum yang blunder. Hal tsb sudah ada sejak jaman Nabi Adam as. Ketika anaknya ada yang membunuh anak lainnya karena godaan setan. Teroris = setan = menyesatkan. Islam sebagai mayoritas di Indonesia menjadi sasaran empuk pemecah belah bangsa. Kejadian bom di Indonesia menjadi ujian seberapa solid bangsa kita, segampang itukah ditelan bulat – bulat bahwa Islam identik dengan teroris. Butuh tidak hanya pengetahuan namun juga intelektualitas untuk mencernanya.

    Orang luar Indonesia pada umumnya menilai Islam / orang yang beratribut Islam seperti niqab adalah teroris. Karena mereka gak paham tentang Islam.

    Saya pikir kembali memilih dan memilah mana hal yang bisa ditelaah lebih dalam baik dari sisi agama (utamanya) dan sisi umum. Karena makin bersliweran berita hoax. Prihatin, kecewa, dan mengutuk tentu saja dengan kejadian mulai dari penyerangan mako brimob hingga bom Surabaya. Semoga ujian ini segera terlewati. Aamiin.

    1. Terima kasih Fran untuk pendapatnya. Kita sebagai muslim juga harus legowo mengakui kalau yang melakukan tindakan terorisme selama ini (di Indonesia) adalah muslim juga. Bagian dari kita. Bedanya adalah mereka salah dalam mengintepretasikan ajaran Islam. Jadi kalau dibilang teroris itu tidak beragama, salah besar. Justru mereka menggunakan ajaran agama yang salah diinterpretasikan untuk membunih orang2 yang tidak sepaham atau dengan kata lain umat beragama lain (meskipun korban2nya juga ga selalu umat beragama selain Islam). Islam identik dengan teroris jelas itu tidak benar. Tapi karena selama ini yang melakukan adalah orang yang beragama Islam, akhirnya pendapat seperti itu makin terpupuk. Bukan hanya butuk intelektualitas kalau sudah ngomongin tentang teroris. Tapi tunjukkan dengan sikap dan perbuatan supaya makin banyak yang tahu bahwa sesungguhnya Islam itu adalah agama yang damai. Smeoga hal ini ga semakin berlarut2 di negara kita dan di manapun

  4. sedih yaa Den.. anaknya guruku.. anaknya adik kelasku.. temannya temanku.. tetangganya temanku.. bertubi2 kabar2 kelabu itu kuterima.. Surabaya lo, yaaa, Surabaya!

    semoga Surabaya dan sekitarnya kuat.. semoga ini segera berlalu..

    1. Kotamu ini, yang selama ini adem ayem meskipun wonge garang2, eh kok yoooo saiki dadi ngene. Melibatkan anak kecil pula dan korbannya anak2 yang akan beribadah. Kesel dan sedih campur jadi satu. Semoga kita semua dilindungiNya ya.

  5. Semua berduka, semua lelah, semua tak habis pikir ya mbak Den. Membayangkan anak 9 tahun itu diajak ortunya bunuh diri, lalu terbayang anak sulungku di rumah, yang juga seusia dia. Duh hati ibu mana yang gak hancur mbak…ini aku nulis komen mataku berkaca-kaca lagi.

    1. Pengakuan..: mataku juga berkaca-kaca pas tau kejadian ini.. Setiap tragedi macsm gini itu mengerikan, tapi khusus yg ini, aku ngerasa kayak “dikhianati abis-abisan”.. Sedih dan patah hati yg tiada duanya.. Apa justifikasinya “memanipulasi” anak sedemikian rupa sampe mau jadi suicide bomber gitu..
      Semoga keluarga korban diberikan kekuatan dan ketabahan.. Aamiiin..

      1. Iya Em, untuk kejadian yang kali ini, bener2 meremukkan hati karena ada anak2 kecil yang tak tahu apa2 ikut dilibatkan di dalamnya. Korbannya juga anak2. Oh Tuhan, kegilaan apa yang sudah dilakukan orangtua macam itu

    2. Aku bisa membayangkan Mbak apalagi yang punya anak seumuran. Bisa merasakan kok bisaaa anak seusia itu diajak mati bareng lho. Apa yang ada dipikiran orangtuanya. Kesel dan sedih sekali. Dan korbannya anak2 yang akan beribadah. Orang beribadah lho kok malah dibom. Semoga orang2 yang salah langkah gini ga makin banyak kedepannya dan insyaf!

  6. Sangat sedih dan prihatin dengan serangkaian kejadian yang terjadi belakangan, Mbak.:(
    Dan barusan ada berita lagi bom di Polrestabes Surabaya, Mbak.:(

    1. Semoga mereka yang salah langkah bisa kembali ke jalan yang benar. Sudahlah buat apa ngebom2 kayak gitu.

  7. kemarin hari yang kelabu banget memang mbak, melelahkan. seharian di TV memberitakan mengenai pengeboman. salah satu rekan kerjanya suami, waktu itu mau berangkat ke salah satu gereja yg dibom, tapi entah ada suatu urusan lain beliau ga jadi berangkat.
    mbuh, aku juga ga habis pikir. orang tua mengajak anaknya berbuat demikian.

    1. Semoga yaaa mereka yang salah langkah tersadar dan ingat bahwa membunuh orang bukanlah ajaran agama manapun. Semoga kita semua dilindungiNya dari orang2 seperti ini

  8. Sangat sangat sangat sedih dan prihatin.. Kebetulan beberapa hari yg lalu aku sempat galau tentang banyak hal yg berujung dgn pemikiran: “aku lebih suka Indonesia waktu zaman aku SMP”.. Orang Indonesia yg masa kecilnya sebelum dekade 90an pasti tahu maksudnya..

    1. iya Emm….kuingin kembali ke masa itu. Walopun semua yang berkaitan dengan kebebasan berpolitik serba terkekang tapi ndilalah kita hdup damai setiap hari ya Emm. Bring back my childhood 🙁

      1. Aku ngerti tiap masa itu ada plus minusnya, tapi seandainya aku bisa milih, aku pengennya kesantunan zaman dulu yg dibarengi dgn keterbukaan masa sekarang.. Sayang gak bisa milih

        1. Kalau masa sekarang itu kebebasan yang kebablasan. Kalau dulu kebebasan dikekang tapi semua jadi rapi terkendali. Sekarang dibebaskan jadi awur2an ke sana sini tanpa santun. Ya benar, andaikan bisa memilih

    2. Iya, terkadang juga mikirnya gitu Em. Kok jaman dulu rasanya adem ayem ya. Tapi sebenarnya juga banyak pembunuhan karena kebebasan bener2 dikekang ya. Tapi adem ayemnya itu lho ya yang beneran rasanya enak. Sekarang karena bener2 bebas, jadinya malah ga karuan. Ga santun dan semuanya semau sendiri.

  9. Teroris bisa mengatasnamakan siapa saja. Kalau Islam memang mengajarkan kekerasan, Indonesia sdh lama jadi medan perang dong kan mayoritas muslim? Mrk pecahan2 dr pembuat kacau di negara asal yg kini mulai cari basis di negara2 lain. Tujuannya memang menyebar teror ketakutan, membuat ketidakstabilan, mengajak kita curiga satu sama lain dan memecah belah. Seharusnya jelang event sekelas Asian Game dan pemilu kewaspadaan hrs tinggi. Mereka anggap itu momen utk mendapat perhatian.

    1. Tapi teror kayak gini bukan pengalihan isu menurutku. Apapun bentuk teror yang sampai merenggut nyawa orang, patutlah dikutuk dan dihukum seberat2nya.

  10. Begitupun masih ada yang tega memberi opini kalau ini semua adalah rekayasa. Mau rekayasa apa tidak, ADA KORBAN YANG MENINGGAL. Dan itu ada anak anak pula. Ga ngerti lagi deh manusia macam apa semua itu

    1. Bener Helena. Manusia macam apa mereka itu! bawa anak2 dan ngebom orang yang akan beribadah pula. korbannya anak2 juga.

Thank you for your comment(s)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.