Tentang “Me Time”

Saya ini aslinya anak rumahan. Lebih senang menghabiskan waktu senggang di rumah daripada keluyuran. Enak banget kalau bisa leyeh-leyeh di kasur, baca buku, mendengarkan musik, tidur, makan, ulangi berkali-kali. Sewaktu masih di Indonesia dan berstatus karyawati, hari yang saya tunggu jelasnya adalah sabtu dan minggu. Di dua hari itu saya bisa sepuasnya tinggal di kamar. Syukur-syukur kalau dikasih makan sama Ibu kos, jadi saya tidak perlu masak atau sampai ke luar rumah beli makan. Bersantai di kamar itupun dengan catatan saya tidak ada pekerjaan ke luar kota pada akhir pekan. Yang pada kenyataannya malah sering ke luar kota. Me time saya dulu itu adalah ke toko buku, nonton bioskop, bersemedi di kamar, ke perpustakaan, lari pagi, ngelamun di beberapa taman di Jakarta (Taman Suropati lebih seringnya, nonton orang-orang latihan musik), ke pasar, masak, dan ke TMII nonton pertunjukan gratis di sana. Seringnya dulu me time itu beneran sendiri, karena saya memang lebih suka ke mana-mana sendiri. Jarang punya temen sih sejak dulu kala. Dan ya, tetap hidup damai sentausa sampai sekarang walaupun yang namanya teman bisa dihitung dengan jari tangan.

Nah, sejak menikah, tetap donk saya membutuhkan me time. Namanya juga awalnya seorang individu ya, jadi begitu menikah pun tetaplah jiwa individunya ada. Bersyukurnya saya mendapatkan suami yang satu pemikiran tentang hal ini. Jadi setiap bulan, kami pasti mempunyai waktu untuk sendiri. Entah saya yang ke luar rumah, dia yang ke luar rumah, atau kami berdua ke luar rumah dengan rute yang berbeda.

Nah, walaupun pada dasarnya saya orang rumahan, tapi saya juga tipe yang petakilan. Apalagi di Belanda ini kan matahari nongol bisa dihitung maksimal hanya beberapa hari dalam setahun. Jadi begitu matahari muncul apalagi kalau angin tidak begitu kencang, pastilah kaki saya gatal ingin ke sana ke mari. Selama hampir 4 tahun menikah, me time yang saya lakukan seringnya adalah saya yang ke luar rumah. Maklum, suami lebih orang rumahan dibanding saya.

Ke luarnya seringnya tidak jauh-jauh juga. Ke kota lain sekitaran kota kami tinggal. Tapi me time yang paling jauh saya lakukan adalah ke Berlin beberapa hari pada tahun 2016.

Kenapa sih masing-masing daru kami butuh waktu sendiri? Seperti yang saya tulis sebelumnya, karena walaupun kami menikah, tetapi tidak setiap waktu kami harus selalu runtang runtung terus bersama. Me time itu seperti nge-charge. Kami biasanya mulai “berpisah” tidak ketemu sebelum makan siang sampai setelah makan malam baru kembali bertemu. Kalau saya atau suami dalam perjalanan pulang, baru kami saling berkirim kabar kira-kira jam berapa sampai di rumah. Jadi selama satu hari tidak barengan itu, kami tidak saling berkirim kabar. Benar-benar menikmati waktu sendiri.

Rasanya bagaimana? Senang jelasnya. Kami sehari-hari sudah sangat disibukkan dengan kegiatan masing-masing dan kegiatan bersama yang berhubungan dengan rumah tangga. Jadi begitu ada kesempatan untuk melakukan sesuatu yang disukai tanpa harus bersama pasangan, pastinya senang. Tapi tidak semua merasa ini hal yang wajar lho, maksudnya keluar rumah tanpa suami menikmati kegiatan yang diinginkan. Tidak bergerombol bersama kenalan atau teman yang lain ya. Beberapa kali saya berjumpa dengan orang Indonesia dan ketika tahu saya kelayapan tanpa suami, langsung dikomentari ini itu (yang agak mengganggu telinga). Bahkan saya sering lho nonton bioskop sendiri. Lha wong nonton konser saja sendiri, suami tidak menemani. Ah ya wes lah. Wes biyasa dapat komentar apapun. Saya dari dulu memang tidak suka runtang runtung bergerombol. Lebih nyaman ke sana sini sendirian kalau tidak ditemani suami.

Kembali lagi ke hal me time. Sehari jauh dari masing-masing pasangan tentu saja membuat kangen lho. Entah, rasanya seperti kangen kayak masa muda dulu itu. Kalau sudah dekat dengan rumah, deg-degan rasanya mau ketemu suami sendiri hahaha norak ya. Tapi memang betul itu yang saya rasakan. Me time yang bisa menimbulkan kupu-kupu beterbangan di perut ketika kami bertemu kembali saat malam di rumah.

Beberapa minggu lalu, saya keluar rumah ke Den Haag hampir seharian tanpa suami. Kali ini jalan-jalan dan kulineran sekitaran Den Haag dengan 3 orang teman dekat. Dari jam 10 pagi sampai jam 8 malam sampai rumah. Ketika akan pulang menunggu tram, saya bilang suami kalau tramnya masih tunggu 5 menit lagi. Jadi kira-kira sampai rumah jam 8 malam. Saat sudah sampai di halte terakhir dekat rumah, keluar tram suami sudah menunggu. Lho saya terkejut, tumben dijemput padahal jalan kaki ke rumah cuma 5 menit. Lalu kami berjalan kaki bareng dan seperti biasa dia menggandeng tangan saya, lalu saya menggoda dia,”kok tiba-tiba kamu nongol. Tumben jemput.” Dia jawab,”iya nih sepi rumah. Aku kelimpungan padahal sudah menyibukkan diri ini itu.”

Dikasih kejutan dengan dia menjemput tanpa pemberitahuan saja sudah membuat saya tersenyum simpul pipi menghangat sepanjang jalan menuju rumah.

Kalau menurut kalian, apakah perlu punya me time? Kalau yang sudah berpasangan atau punya anak (-anak me time seperti apa sering dilakukan dan berapa lama?

-Nootdorp, 27 Mei 2018-

42 thoughts on “Tentang “Me Time”

  1. Penting punya me time, meskipun sdh menikah dan atau punya anak. Karena kita adalah satu individu yg kadang butuh waktu sendiri. Suami tentu saja boleh ikut acara kantor, makan di luar dengan kolega/temannya, ke rumah kakak/adiknya tanpa aku mbak. Aku beberapa kali juga pergi ke luar kota sendiri tanpa dia. Tapi mmg sejak menikah belum pernah ke luar Belanda sendirian aku hehehe.

  2. kalo istriku, me timenya kayaknya pijet deh
    wkwkwk
    kalo aku sih cuman nongkrong di tukang nasi goreng
    wakakakak

    ijin follow ya

    1. Terima kasih sudah mampir ke sini. Wah enak tuh nongkrong di tukang nasi goreng.Kangen beli nasi goreng

  3. aku sama suami me time sendiri di rumah kadang2 hahahahaa, dia ngapain aku ngapain dan sama2 ga saling ganggu. Memang kadang butuh waktu untuk enjoy hobby masing2 demi kewarasan bersama 😀

  4. Sangat perlu me time itu. Hal sepele seperti nyetrika baju saat anak anak sekolah udah termasuk me time buat ku. Sebelum menikah aku sering pergi pergi sendiri termasuk pergi ke Belanda dan Jepang. Setelah menikah, tetiba hamil, melahirkan dan harus terus bersama si kembar, sampe mereka berumur setahun dan aku dah bisa jalan lama, untuk pertama kalinya aku lepas dari si kembar, pergi ke mastrich sendirian. Setelah itu lebih bebas lg, krn si kembar fine fine saja dgn papanya di tinggal seharian bahkan hingga dua hari (saat pergi ke jerman, belgi atau prancis). Bagi kami waktu untuk sendirian sangat lah perlu. Krn suami kadang ingin sendirian pula dan dia adalah orang rumahan jadi kami bertiga lah yg pergi dr rumah. Secara si kembar sudah besar dan suka naik kereta.

    1. Kapan2 me time sama aku ya Yang *lah bukan me time donk, samen tijd haha.
      Thanks Yang sharing pengalamannya. Memang musti ada waktu sendiri ya, biar agak bernapas lega.

  5. Tergantung pribadi masing masing. Ada org yg cara ngechargenya dengan kumpul sama org lain…ada org yg cara ngechargenya dengan sendirian…asal saling memahami, mengerti, tidak jaim dan tidak menghakimi…sehingga semua aman tentram damai sejahtera..kalau saya pribadi masuk golongan yg ngechargenya sendirian.

  6. Aku dulu bukan orang rumahan, kalau di rumah kelamaan kaki mulai gatel hehe. Tapi sekarang jadi orang rumahan 😀 Mungkin karena sejak aku sakit sering di rumah, tapi aku sangat menikmati di rumah sekarang. Terutama kalau sudah asik baca buku atau painting, duh udah ogah diajak keluar hahaha.

    1. Mungkin faktor umur juga kali ya Gy. Makin bertambah umur makin seneng klesetan di rumah apalagi kalau ka luar panas dan macet. Iya, kamu produktif banget baca bukunya. Aku sampai ternganga lihat update anmu di GR :))

      1. Aku juga nih, sejak punya hobi painting, rasanya males banget keluar rumah! Yang bikin bete kadang kalo hari Sabtu pacarku mo ke pusat kota, pokoknya dia punya prinsip “dalam satu hari, harus pergi keluar rumah” Sementara aku bertolak belakang. Jadi akhirnya kita kompromi, aku ikut dia ke pusat kota, tapi cuma stay 1-1,5 jam aja karena tangan aku gatel pegang kuas

  7. me time ku jalan2 entah jalan kaki, sepedaan, nge-bis, atau naik kereta.. baca, tidur, nyamil, cuci mata dan kena udara luar deh pokoknya.. suka susah ijin sm anak krn dia suka ngerasa jalan2ku tuh asyik hahaha, jadi dia suka baper mau ikutan..

    1. Hahaha iya ya nyamil itu juga masuk me time. Mustinya kumasukin juga :)))
      Enak anak lanang sudah besar, jadi bisa ngintil Mamanya. Eh ga juga ya, kan mamanya pengen me time tanpa diintilin haha. Salam buat Stan!

  8. Eciieee Mas Ewald romantis gimana gitu ya. hahaha… Aku me time kalo Mas Eri pergi keluar kota, atau dia ada pekerjaan di weekend. Paling aku kelilingan mall atau baca buku atau ketemu temen 😀

    1. Hahahah ya gitu itu dia Puji cara romantisnya. Atau kadang tiba2 pulang bawa tempe. Itu dah romantis banget :))) Tawaf Mall ya Ji weekend :)))

  9. “Me time” menurutku perlu banget apapun status kita.. Apesnya aku sebagai perempuan yg sudah bersuami dan beranak, kadang ada bbrp orang yg menganggap aku egois kalo masih perlu me time., Jadi dianggapnya kalo udah jadi emak-emak gak layak lagi punya waktu utk kesenangan/ketenangan pribadi, semua waktuku harus buat keluarga.. Padahal mereka gak tau, me time itu sederhana, sama seperti bahagia itu sendiri. Contohnya buatku: bisa ke WC tanpa diikuti Bear plus gedoran/teriakannya di pintu aja udah me time banget.. Aku dan suami juga punya me time masing-masing, kami bisa saja berada di rumah seharian, melakukan kesukaannya sendiri-sendiri tanpa perlu istilahnya dempet-dempetan 24/7 hanya karena kami suami istri misalnya..

    1. Iya bener Emmy, masih banyak yang menganggap wanita berkeluarga yang mau me time itu dianggapnya egois dan katanya masih ga siap untuk ngurus keluarga. Lah apa hubungannya. Justru karena sudah ngurus keluarga itulah perlu yang namanya waktu istirahat untuk diri sendiri. Ini aku juga ga paham konsep egois kalau mau me time.
      Hahahah Bear! lucu banget sampe gedor2 gitu. Tapi aku banyak denger cerita memang kalau sudah beranjak gede, anak akan selalu ngintili kemanapun ortunya pergi (terutama Ibunya). Bahkan rela tiduran depan kamar mandi cuma buat nungguin Ibunya selesai mandi :)))

      1. Mungkin karena ada persepsi yg salah tentang me time yg sering diartikan sebagai “sendirian aja bersenang-senang sejauh mungkin tanpa keluarga”.. Padahal kan artinya luas namun sederhana, penerapannya bisa berbeda-beda tergantung pada banyak hal..
        “Bahkan rela tiduran depan kamar mandi cuma buat nungguin Ibunya selesai mandi :))” Ini mah si Bear banget..hahaha.. Makanya kalo dia lagi di Day Care atau lagi diasuh bapaknya, nikmat banget deh yg namamya mandi itu.. *HidupMeTime!!

  10. Aku sama pacar sejujurnya jarang ketemu dirumah, karena jam kerja kita beda. Aku pagi2 udah ngabur, siang / sore udah dirumah, terus ngabur lagi ke studio pilates kalau ga lari, sementara dia masuk kantor baru siang, pulang malem. Ketemu jam 8 malem, makan, terus aku nya tidur cepet, jadi sehari ketemu cm 2 jam-an.

    Wiken pun kita ngapa2in bareng pun biasanya tiap wiken kedua, soale wiken yang lain dia pasti ada acara sama temen2nya di Swedia, ataupun ngelembur, jadi pas lah buat aku. Kadang kita pun dirumah berdua ga ngobrol berjam2 karena sama2 baca buku.

    Aku sendiri orangnya rumahan banget Den, ga keluar rumah 2 hari pun gapapa, makanya kadang itu resah kalau wiken pas dia dirumah, karena dia pasti pengen kesini pengen kesitu, jadi klo pas wiken dia ngelembur atau sama temennya aku yang seneng karena bisa leyeh2 tiduran seharian di rumah 😛

    1. Kamu nulis ga keluar dua hari pun gpp, jadi ingat aku sendiri jaman ngekos haha. Karena sudah numpuk makanan di kamar kos, jadi beneran 2 hari itu ga keluar kamar. Sampai digedor Ibu kos, dipikir ada apa2 hahaha.
      Enak Va kalau punya pasangan yang punya kegiatan sendiri. Jadi ga harus selalu bareng. Bosan juga soale yo barengan terus. Lha wes serumah mosok kegiatan yo musti barengan

  11. Aku jaraaanggg banget me time. Pergi sendiri kalo rapat orang tua, ambil rapor, ketemu temen (yang mana juarang), atau ikut pelatihan parenting islami. Itu mah bukan me time ya. Karena nyalon rambut atau sekedar waxing pun Teona kuajakin. Hmm, punya atau gak punya me time. Menurutku yang penting bahagia dan selalu bersyukur

    1. Aku sebenarnya ragu kalau orang ga punya me time. Mandi tanpa gangguan itupun sebenarnya sudah masuk me time dan itu bikin bahagia sekali. Ga perlu me time yang terlalu bagaimana sebenarnya. Di rumah bisa baca buku khusyuk satu jam aja itu juga me time

  12. titin juga me time nya seneng di rumah, bahkan kadang klo lg sumpek banget, baru sampe kantor udah pengen jam lima lagi ahaha

    jd sabtu ahad adalah waktu paling ditunggu :D. diem di rumah, masak, atao ngapain ajah

    1. Enak banget emang Tin kalau di rumah. Berasa duuhhh bisa sepuasnya leyeh2 atau melakukan kegiatan yang diinginkan, termasuk masak ya.

  13. Me time ini bener banget deh, meski kadang pergi tanpa suami suka dikasakkusuki ini itu. Yo wes ben 🙂

    Suamiku gemar banget nonton konser musik rock, ke ibukota pun dijabanin barengan sama teman2nya. Aku nda ikut mba, hawong syebel denger yg gedubrak2 gitu. Ntar kalau aku malah rewel gimana hehehee… Sebaliknya, kalau pas di dalam kota ada konser KLa Project, gantian aku pergi sendiri. Suamiku blas ga mau nemenin, soalnya nda suka. Yg begitu itu biasa aja sih kalau di keluarga kami. Masing2 punya me time yg menyenangkan 🙂

    1. Waaahhh impianku itu nonton konsernya Kla Project. Belum kesampaia sampai sekarang.

      Iya, enak banget memang kalau punya pasangan yang ga harus nempel kayak perangko. Mereka punya kegiatan sendiri. Soalnya aku merasa sendiri kalau ada waktu buat pisah sebentar gitu pasti ada rasa kangen. Kalau selalu runtang runtung kan kangennya ga kelihatan, ini yang aku rasakan ya.

  14. Aku n Suamiku juga sukanya di rumah aja. Ya pergi ngemol klo ada yg perlu dibeli dan gak bs dibeli secara online. Untuk urusan me time sih, ya yg masih membutuhkan koneksi internet lah. Dia di kamar (kerja)nya, aku di kamar anak2. Mainan HP sendiri2; atau aku nonton netflix dan dia mainan golf simulator di laptop . Itu aja sih cukup. Eh tambahan buatku: me time ku adalah bs mandi, keramas & mengeringkan rambut secara paripurna dgn hairdryer 🙂

    1. Tyk, dirimu berarti ga bisa lepas sama sekali dari koneksi internet ya. Manusia masa kini banget ya semua terhubung lewat internet hahaha. Aku masih belum bisa memaksimalkan belanja online. Sejauh ini yang aku percaya banget belanja online itu cuma buku. Yang lain2 terutama baju, sepatu, tas musti aku raba dulu, jajal baru beli kalo cocok. Aku masih manusia tempoe doeloe hahaha. Kalau ke luar rumahpun hampir selalu koneksi internet aku matikan kecuali kalau tiba2 harus pakai google maps atau butuh ber wa kalau janjian. Selain itu, mending aku matikan biar khusyuk di luar :)))

      Oh iya bener itu masalah mandi. Aku yo kalo pas niat mandi pengennya yang beneran mandi. Masalahe akeh malese, jadi mandi ya se moodku aja hahaha. Aku memang males mandi sejak kecil, jadi makin terpupuk ketika dewasa :)))

      1. Bs dibilang aku ini internet junkie, bhahaha. Oke lapo kok ngguyu iki, padahal asline aku yo miris. Anyway, aku seneng mandi lho. Ya at least sehari 2x lah. Itu salah satu cara memperbaiki moodku. Klo badan pliket semua, rasane koyok arep ngewalik rombong’e wong, LOL. Ya tau sendiri lah Suroboyo ongkep e koyok opo. Klo di Sydney pas Winter sih bs lah ga mandi sama sekali, kan ga panas dan ga pliket.

        1. Aku di Sby 13 tahun, yo jarang adus. Di sini sudah sebulanan ini lagi panas membara hawa kayak Sby, yo jarang adus. Jadi kebayang kan kalau winter aku bagaimana? Sampai aku sering takon bojoku, kiro2 aku terakhir mandi iku hari opo hahahaha *yo rodok bangga sih jarang adus, menjaga bumi

  15. Me time penting supaya refresh. Kalau aku me time nya tergantung musim dalam kehidupan. Musimnya bekerja me time nya ya santai di rumah. Musim di rumah me time nya keluar hunting atau ngumpul2. Jadi definisinya lebih ke kegiatan individu yang diluar segala rutinitas.

    1. Setuju dengan definisi me time nya. Kegiatan individu yang dilakukan diluar rutinitas.

  16. Aku sama banget kayak mbak. Jaman single dulu, kalo weekend pasti cuma pengen di rumah, nonton Netflix, tidur2an seharian, kadang ga mandi :p Bahkan di Indonesia aku kebiasaan nonton bioskop sendiri, ngafe sendiri, dll. Sejak tinggal sama R, awalnya emang takut privasiku keganggu, dan awal2nya emang keganggu hahahaha, tapi lama2 kita bisa me time sendiri di rumah. Misalnya dia di ruang TV nonton serial yang aku ga suka, aku di ruang makan, nge lukis kek, main game di laptop kek. Atau di sofa yang sama tapi dia ngapain, aku ngapain. Lama2 ya enak aja, gak semuanya harus bareng2.

    1. Kami ga punya Netflix di rumah karena sama2 jarang nonton TV haha. Jaraaanggg banget nonton TV.Kamu ga mandi itu kadang? Wah aku hampir selalu hahaha. Bukan kadang lagi (kok bangga ya).
      Iya, me time itu sebenarnya ga perlu yang jauh2. Saling ada di rumah aja itu me time. Yang penting ga selalu nempel kayak lem. Nanti ketemu2 pas jam makan.

      1. Iya, bisa lho weekend 2 hari aku gak mandi. Kebiasaan yang sangat jelek, sampe sekarang aku pun mandi dilongkap2. Kalo hari ini mandi, besok gak. Gitu seterusnya, hahaha! (Kok bangga ya?)

Thank you for your comment(s)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.