Cerita Pemilu 2019 di Belanda

13 April 2019 menjadi tanggal yang tidak akan saya lupakan sebagai WNI yang tinggal di Belanda karena hari sabtu tersebut saya mempergunakan hak pilih pada pemilu tahun 2019 yang bertempat di Sekolah Indonesia Den Haag di Wassenaar. Setelah sempat ragu beberapa waktu sebelumnya apakah saya bisa datang atau tidak, lalu mendengar kabar bahwa pemilik katering Padang favorit akan membuka stan di sana, saya jadi bersemangat ingin datang. Ya, sejujurnya motivasi utama saya karena ingin membeli masakan padang (pemiliknya tidak punya restauran hanya melayani pemesanan dan makan ramai ramai di rumahnya). Salah satu variabel kebahagiaan saya adalah makanan. Jadi ya, langsung berbinar ketika tahu bisa menyantap masakan padang setelah mencoblos. Namun sesungguhnya saya pun ingin menyaksikan dan merasakan secara langsung bagaimana suasana dan keadaan pemilu di Belanda. Saya bilang ke diri sendiri bahwa ini akan jadi bagian sejarah hidup saya, pertama kali merasakan dan ikut pemilu di Belanda setelah tidak tinggal di Indnesia.

Pagi hari saya mempersiapkan diri di rumah. Cuaca cerah, matahari bersinar, langit biru dengan suhu 3°C. Dingin sekali pagi itu. Tapi tidak menyurutkan niat saya untuk datang. Setelah diantar suami dan sampai di tempat pencoblosan, mendadak agak surut langkah. Antrian mengular sampai di luar area sekolah. Namun saya tetap langsung masuk di antrian.

Antrian sampai luar area sekolah
Antrian sampai luar area sekolah

 Setelah beberapa saat, akhirnya bisa melewati pintu pemeriksaan tas. Antrian bergerak perlahan. Saya tidak akan ceritakan secara detail ya apa yang terjadi kemaren selama mengantri. Karena akan sangat panjang

Antrian di dalam. Terlihat ya mengular panjang
Antrian di dalam. Terlihat ya mengular panjang

Saat ada panitia lewat, saya sempat bertanya apa tidak ada jalur atau antrian khusus untuk Lansia, orang sakit, wanita hamil, orangtua yang membawa balita (atau Ibu yang membawa bayi yang masih menyusui), disabilitas. Ibu panitia menjawab bahwa jalur khusus hanya untuk wanita hamil. Lalu saya bertanya lagi bagaimana Ibu yang membawa bayi dan butuh menyusui apakah tidak bisa dimasukkan jalur khusus. Dijawab : antri saja. 

Selama mengantri, sebenarnya banyak sekali hal-hal lucu sampai menjengkelkan yang saya temui. Ini saya bagi ceritanya beberapa saja ya :

  1. Ketika sudah 1.5 jam mengantr dan itupun masih panjang antrian di depan (belum setengahnya), saya mengeluh kepada orang di samping kenapa jalur khusus hanya untuk Ibu hamil saja. Lalu seseorang menyelutuk “lho saya hamil tapi kok tidak tahu kalau bisa langsung masuk tenda pendaftaran?” Lalu saya bilang : langsung saja Bu ke tenda. Ibu tersebut keadaannya segar bugar ya, bukan Ibu hamil yang pucat. Lalu Ibu tersebut diantar suaminya langsung ke tenda pendaftaran dan si suami ikut mengantri di belakangnya. Panitia yg di dalam tenda bertanya : Bapak juga hamil? Kalau tidak, silahkan kembali le antrian yang di luar. Saya sebenarnya ingin tertawa, tapi saya tahan.
  2. Ada seorang Bapak lewat di depan antrian saya. Orang-orang di sekitar saya langsung menyalami Bapak tersebut. Saya hanya melihat sambil berpikir keras siapa ya Bapak itu. Kayaknya pejabat tapi siapa. Lalu saya tanya ke sebelah saya. Ohh ternyata Bapak Dubes haha. Duh, kok saya tidak hapal ya muka Bapak Dubes. Padahal pernah sekali ketemu di Pasar Raya tahun lalu. Orang-orang sekeliling saya memandang tak percaya kalau saya tidak tahu bahwa Beliau adalah Pak Dubes. Duh biasa aja sih, ga usah dipandang aneh gitu.

Singkat cerita ya, akhirnya setelah 1.5 jam dalam antrian dan seorang panitia melihat, saya disuruh masuk ke dalam tenda pendaftaran. Jadi kalau ada yang bertanya berapa lama saya mengantri, saya jawab 1.5 jam karena memotong antrian yang normal. Kalau dengar cerita dari Crystal, dia antri 3 jam. Lalu kemudian di forum saya baca ada yg sampai 6 jam mengantri. 

Setelah di tenda pendaftaran, lalu masuk ruang tunggu per TPS, lalu masuk ke TPS. Saya mencoblos di TPS 1. Wah terharu juga ya akhirnya mencoblos dengan perjuangan ngantri, dingin, berangin dan sempat gerimis (kata teman sorenya bahkan hujan es dan salju). Melalui pintu keluar TPS, saya lalu tidak sabar beli sate Padang. Duh nikmatnya, karena perut sangat lapar. Selain gembira karena sudah mencoblos, makan sate padang dan bungkus pulang rendang serta ikan bakar, saya juga senang bisa bertemu beberapa teman di sana termasuk Crystal dan Yayang yang bertemu di bis menuju pulang. Bis menuju dan pulang dari Wassenaar gratis disediakan oleh KBRI. Berdasarkan pengalaman tahun ini, untuk pemilu selanjutnya, saya mencoblos lewat pos saja. Tak sanggup antri segitu lamanya.

Lapek Jo is the best!
Lapek Jo is the best!
Sate padang yang membuat saya terharu
Sate padang yang membuat saya terharu
Nasi Padang untuk sepupu
Nasi Padang untuk sepupu

Ada beberapa hal yang menjadi perhatian saya dan sudah tersampaikan kepada salah satu panitia. Ini yang hanya berhubungan dengan yang saya alami. Karena sesungguhnya banyak sekali yang perlu diperbaiki dalam pelaksanaan pemilu di Belanda kali ini :

  1. Perlu diadakan antrian khusus untuk Lansia, Ibu hamil, orang tua, orang sakit, disabilitas, orangtua yang membawa balita (termasuk di dalamnya Ibu yang membawa bayi yang masih menyusui). 
  2. Tidak ada nursery room. Saya lihat ruang di tempat tenda-tenda makanan masih luas sehingga masih memungkinkan untuk mendirikan satu tenda supaya orangtua bisa mengganti popok anaknya atau Ibu yang mau menyusui bayinya. Di cuaca dingin, sangat kasihan melihat beberapa balita ganti popok di ruangan terbuka dan menangis kedinginan.
  3. Masukan saja, lebih baik sejak pintu masuk sudah dipisah antrian berdasarkan TPS, antrian khusus dan antrian buat mereka yg tidak membawa C6. Kemungkinan dengan antrian sudah dipecah sejak awal akan mengurangi keruwetan dan antrian yang mengular sampai ke jalan raya.

Bagaimanapun juga, terima kasih untuk tim panitia atas kerja kerasnya. Semoga ke depan lebih baik lagi pelaksanaannya dengan memperhatikan masukan-masukan yang ada sebagai bahan evaluasi dan perbaikan.

Saya benar-benar terharu akhirnya ikut merasakan pesta demokrasi Indonesia di negara Belanda. Tidak menyangka bahwa saya akhirnya mempergunakan hak pilih. Diantara banyak hal yang terjadi selama di sana, komentar-komentar tak penting dan menyebalkan yang saya terima, tetaplah saya gembira sudah merasakan dan menyaksikan secara langsung suasana pencoblosan. Kelak, bisa saya ceritakan pada anak-anak kami, bahwa mereka bagian dari saksi sejarah ini.

Ada yang tahu saya yang mana dalam antrian? Foto milik KBRI
Ada yang tahu saya yang mana dalam antrian? Foto milik KBRI

Semoga presiden yang terpilih nanti amanah. Dan segala perseteruan tak penting antara teman, saudara, sahabat berakhir damai. Ingat, beda pilihan itu biasa, apalagi pilihan berpolitik, namun jangan sampai meretas apa yg sudah terjalin baik selama ini. Setiap orang berhak atas pilihannya masing-masing. Mari saling menghormati saja. Tak perlu menjelek-jelekkan di belakang.

Buat pemilih di Indonesia, semoga apapun pilihan politik kalian tanggal 17 April 2019, selamat berpesta demokrasi. Gunakan hak pilih dengan bijak. 

Sah mencoblos langsung
Sah mencoblos langsung

-Nootdorp, 14 April 2019-

23 thoughts on “Cerita Pemilu 2019 di Belanda

  1. Pingback: mp3 juices
  2. Untungnya bapak Dubes aku, Tantowi Yahya, jadi gak bakal salah ngenalin hahaha.. Aku lewat pos, milihnya.. Soalnya mayan jauh ke kota gedenya, plus belum tentu ada banyak jualan makanan hihi..

    1. Inly, aku malah baru tahu kalau Tantowi Yahya itu Dubes pas ada kejadian Bom di NZ. Sebelum itu, aku ga tahu haha ga gahulll. Sampai aku nanya temen2ku bagaimana ceritanya Tantowi Yahya kok bisa jadi Dubes

      1. Aku gak tahu sejak kapan sih dia jadi Dubes, cuma waktu sebelum pindah, aku sempat baca kalau Dubesnya Tantowi Yahya. Terus aku dulu suka pantengin IG artis2 ke NZ, nah suka silahturahmi ke Tantowi.. hehe..

  3. Mbak Deny, waktu itu kita ketemu ya gak sengaja, hehehe. Kayaknya kalau 5 tahun lagi aku diberi kesempatan nyoblos, lebih pengen nyoblos via pos. Kesananya untuk makan-makan saja…

    1. Iya, kirim pos saja dan datang ke tempat nyoblos kalau katering masakan padang buka stan. Kalau ga buka stan, ga mau datang

  4. Wuah, lama ya ngantrinya, bisa 1,5 jam bahkan lebih! Untung aku kemarin memilih untuk nyoblos via pos aja. Praktis! Huahaha 😆 .

    1. Jangan salah, ada yang sampai 6 jam! Ini aku beruntung sekali cuma 1.5 jam. Iya, 5 tahun lagi mending kirim pos aja.

    1. Iya Ail, aku baca ceritamu beneran ikut sedih dan gregetan. Kesel juga sih. Moga2 ada perbaikan kedepannya

    1. Ini karena tempat nyoblosnya deket dari rumah Nel jadi sok2an datang langsung. Tapi begitu lihat antriannya, nyaris pengen balik pulang kalau ga ingat pengen beli masakan padang haha. Ada yg antri sampai 6 jam Nel. Aku masih untung cuma 1.5 jam. 5 tahun lagi aku kirim lewat pos aja.

  5. Wah, seru juga cerita ikut nyoblosnya dan foto foto makanannya sangat menggiurkan Selamat ya, Deny udah menggunakan hak pilihnya. Aku jadi ga sabar untuk menggunakan hak pilihku besok lusa

    1. Selamat juga ya Inong buat kamu yang sudah menggunakan hak pilih. Sekarang tinggal tunggu saja hasilnya

  6. Wah, lama juga ngantrinya. Aku juga jadi nggak sabar buat ikut pemilu hari Rabu ini. Soalnya taun ini jadi pemilu pertamaku.

    1. Selamat ya karena sudah menggunakan hak pilih kamu yg pertama. Pengalaman pertama selalu berkesan

Thank you for your comment(s)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.