Bangga (Akhirnya) Bisa Menyetir Mobil (di Belanda)

Pertama kali menyetir di Belanda setelah punya SIM

Menyetir mobil ini benar – benar salah satu pencapaian terbesar dalam hidup saya. Bayangkan, dari orang yang sangat takut berkendara sendiri, bahkan naik motor saja takut, sekarang sudah bisa menyetir mobil lintas provinsi di Belanda.

Jadi, kami baru pulang liburan 4 hari. Di dalam negeri saja. Selama liburan tersebut, kami tinggal di vakantie huis (rumah yang disewakan untuk berlibur) di salah satu kota di provinsi Gelderland. Seperti biasa kalau liburan menginap beberapa hari, suami pasti akan menyewa mobil karena pasti kami mengunjungi kota – kota di sekitar tempat yang kami tinggali. Lalu suami bilang kalau liburan kali ini, bagian saya yang menyetir mobil supaya latihan dan tidak kaku.

Sebenarnya saat kami liburan awal Juli, itupun sudah direncanakan kalau saya yang akan menyetir mobil selama liburan. Waktu itu kami ke provinsi Drenthe dan Friesland. Tapi, karena SIM saya jadinya telat seminggu setelah liburan, walhasil saya tidak jadi menyetir saat itu. Akhirnya kesempatan liburan kali ini saya yang menyetir mobil.

Terakhir menyetir mobil ya waktu saya ujian praktek dan dinyatakan lulus akhir bulan Mei. Setelahnya sama sekali belum menyetir mobil lagi. Pagi hari saat mau berangkat, sempat ada rasa deg – deg an, kira – kira masih bisa tidak ya, kira – kira masih ingat tidak ya aturannya seperti apa, dsb. Sempat ada rasa khawatir sejenak. Tapi setelah saya duduk di belakang setir, semua berjalan lancar.

Jadi liburan kali ini, saya menyetir mobil lintas 4 provinsi di Belanda. Sebenarnya letak antara satu provinsi dan lainnya tidak terlalu jauh karena ya Belanda ini sebesar apa sih, negara yang kecil. Jadi, kami berhenti – berhenti di 3 provinsi : Utrecht – Gelderland – Zeeland. Berhentinya bukan hanya di Pom Bensin saja tapi masuk ke kotanya karena kami mengunjungi beberapa tempat di sana. Nah karena rumah kami ada di provinsi yang berbeda yaitu Zuid Holland, jadinya ya saya menyetir lintas 4 provinsi : Zuid Holland – Utrecht – Gelderland – Zeeland – Zuid Holland.

Sekitar 90% selama liburan, saya yang pegang setir. Sementara suami menggantikan saya menyetir cuma 1 jam sisa perjalanan saat dari Gelderland ke Zeeland yang total waktu tempuhnya 2 jam 45 menit. Jadi saya menyetir 1 jam 45 menit, sisanya suami. Selebihnya, selama 4 hari ya saya yang menyetir.

Rasanya bagaimana akhirnya bisa menyetir mobil? Bangganya luar biasa pada diri sendiri. Menengok lagi ke belakang, tidak mudah meyakinkan saya sendiri kalau menyetir mobil adalah keterampilan yang benar – benar ingin saya kuasai. Dulu waktu di Indonesia, sama sekali tidak ada keinginan dan terpikir untuk bisa menyetir mobil. Tapi saat di sini, pikiran saya jadi berubah. Saya merasa, saya harus bisa menyetir mobil supaya lebih mandiri dan pasti terpakai untuk kebutuhan lainnya. Lalu saya berkeras kepala untuk lulus ujian teori meskipun buat saya itu bahasanya sudah tingkat dewa saking susahnya (tricky dan bahasa Belanda yang dipakai formal sekali). Alhamdulillah sekali tes langsung lulus. Kemudian saya pun kembali berkeras kepala untuk lulus ujian praktek meskipun gagal dua kali dan 3 kali ujian tidak jadi karena terkena lockdown. Ujian ketiga baru saya dinyatakan lulus.

Sekarang saya bisa merasakan apa yang saya perjuangkan selama 1.5 tahun. Bisa menyetir dengan aman sesuai peraturan yang berlaku, menyetir dengan tenang dan bisa berpikir cepat apa yang harus dilakukan kalau ada kondisi yang tidak ideal.

Selama liburan kemaren, rasanya hampir semua situasi sudah saya lewati. Menyetir saat hujan deras sekali, menyetir di jalanan berkelok curam ke atas saat ke kastil, menyetir di kecepatan 120km/jam, 100km/jam saat jam sibuk, menyetir dalam kota, menyetir di sekitar pusat perbelanjaan, bermanuver di jalan tol menyalip truk – truk yang berukuran super besar, menyetir di jalanan super sempit, menyetir saat macet di dalam kota dan di jalan tol, menyetir malam hari. Alhamdulillah semua terlewati dengan baik. Dulu berpapasan dengan truk saja sudah membuat gemetaran. Sekarang setelah di belakang setir, semuanya jadi biasa. Dulu membayangkan melewati jalan berkelok curam saja ngeri, sekarang setelah dijalani sendiri, ya berani.

Kenapa saya berani? karena aturan menyetir di sini semuanya jelas dan peraturan lalu lintasnya pun jelas. Jadi orang tidak akan seenak udelnya serobot sana sini di jalanan. Selain itu, karena sudah punya SIM yang mendapatkannya penuh perjuangan, banyak uang yang sudah dikeluarkan, ya tidak ada alasan untuk tidak berani menyetir.

Suami bilang : Wah, rute selanjutnya roadtrip lintas negara nih. Selama ini, kalau kami roadtrip ya pasti dia saja yang menyetir. Karena sekarang saya sudah bisa, jadi saya juga tertantang menyetir mobil roadtrip lintas negara.

Ibu saja sampai heran, darimana keberanian yang saya dapatkan kok bisa – bisanya sekarang ga ada takutnya menyetir. Padahal dulu sudah ditawari beberapa kali untuk les nyetir mobil di Indonesia selalu saya tolak dan bilang kalau seumur hidup tidak akan pernah menyetir mobil sendiri. Sekarang saya telan omongan sendiri.

Kalau tidak merantau sejauh ini, saya tidak akan punya keberanian sebesar sekarang. Jika saya tidak berkeras kepala untuk meneruskan les menyetir sampai lulus dan mendapatkan SIM, rasanya saya tidak akan sebangga ini. Jika tidak mencoba sendiri menyetir mobil, rasanya saya tidak akan tahu bahwa saya pun bisa mengalahkan ketakutan selama ini.

Rute selanjutnya, lintas negara? Kita lihat saja nanti. Kalau menyetir mobil di Belanda saya bisa tanpa ada rasa takut, nanti di Indonesia saya serahkan saja pada ahlinya. Membayangkan lalu lintasnya saja sudah bikin saya dadah – dadah ke kamera .

-24 Agustus 2021-

Vaksin Covid – Bagian Kedua – Selesai

Sourdouh Multigrain Bread

Cerita singkat saja ya kali ini. Beberapa hari lalu, saya selesai mendapatkan vaksin kedua covid. Yang bagian pertama, bisa dibaca ceritanya di sini ya.

Berbeda dengan vaksin pertama yang masih ada sedikit efek sampingnya, vaksin kedua ini benar – benar tidak berasa ada efek setelahnya. Lengan sakit pun tidak berasa. Padahal saya sudah mempersiapkan mental kalau efek vaksin kedua ini akan berat karena mendengar cerita – cerita mereka yang sudah mendapatkan vaksin kedua.

Sama halnya dengan yang pertama, sebelum vaksin kedua ini pun saya tidak ada persiapan khusus. Makan minum seperti biasa, istirahat dan tidur pun seperti biasa, tidak mengkonsumsi vitamin apapun. Intinya, biasa saja. Ada satu yang nyaris sama dengan vaksin yang pertama : Saya nyaris lupa kalau hari itu harus vaksin. Padahal dua hari sebelumnya saya sudah mengingat – ingat kalau akan vaksin 2 hari lagi. Pas tengah malam saya baru teringat kalau besok pagi jadwal vaksin. Walah, nyaris terlewat. Padahal jadwal saya hari itu padat sekali. Harus mengerjakan Sourdough bread 4 macam yang adonannya sudah diinapkan di kulkas, masak makan siang, dan masak lodeh buat akhir pekan. Ngerinya kalau setelah vaksin efeknya berat, buyaarr semua jadwal itu. Adonan roti bisa – bisa berubah jadi adonan tape.

Selesai vaksin, sesampainya di rumah, saya masih leyeh – leyeh 30 menit. Kok tidak ada tanda – tanda sakit ya. Lalu saya mulai mengerjakan roti satu persatu. Sampai roti kedua, masih ga ada rasa sakit. Saya tidak mau jumawa. Takutnya kena tulah besokannya sakit parah. Tiga jam berlalu, 6 jam berlalu, 10 jam berlalu, tetap biasa saja. Bahkan semua rencana hari itu, bisa saya selesaikan semua. Membuat 4 macam roti, masak makan siang, masak lodeh untuk akhir pekan, jalan – jalan ke hutan, sampai beberes pun selesai semua. Hari itu, terlewati dengan mulus.

Keesokan paginya, bangun dengan tanpa badan sakit. Oh ya lupa dituliskan. Seminggu sebelum vaksin, hidung saya mulai mampet. Pilek. Sampai hari vaksin pun, hidung saya tetap mampet, pilek. Nah keesokan harinya, bangun tidur tetep mampet. Jadi kondisi setelah vaksin, tidak ngefek pada kemampetan hidung. Berharapnya agak membaik ya, tapi tetap saja. Sehari setelah vaksin, juga sama, mulus dilalui tanpa rasa sakit (bahkan sampai tulisan ini diunggah). Akhirnya saya bisa menyimpulkan bahwa untuk vaksin kedua, tidak ada efek samping apapun di badan saya. Mulus tetap berkegiatan seperti biasa.

Senang akhirnya sudah mendapatkan vaksin yang kedua. Yang membuat saya makin lega lagi, Ibu dan adik – adik saya di Indonesia, akhirnya sudah mendapatkan vaksin yang pertama. Setelah lika liku stok vaksin di daerah yang cepat habis, akhirnya mereka sudah bisa vaksin yang pertama. Rasanya benar – benar ingin sujud syukur saking senangnya mereka sudah divaksin.

Suami masih bulan depan vaksin keduanya. Apa rencana kami setelah mendapatkan vaksin lengkap? Tidak ada rencana apapun. Ya begini saja tetap tinggal di rumah karena tidak ada undangan kumpul – kumpul juga. Kehidupan berjalan seperti biasa. Tetap liburan gentayangan di Belanda. Kemaren saya menanyakan lagi ke suami, apa dia ada rencana liburan ke LN secara dia ini kalau bikin rencana liburan selalu dadakan. Dia lalu mengingatkan saya bahwa negara ini kodenya sedang merah. Jadi kami tidak mau ruwet perkara liburan di LN dengan embel – embel datang dari negara berkode merah. Dan lagi, peraturan di situasi seperti ini cepet berubah. Intinya, kami males ruwet sih. Jadinya, tetap seperti rencana semula sejak awal tahun kalau tahun ini tema liburan kami adalah explore Belanda. Lumayan, jadi lebih tau kota – kota kecil di Belanda, menjelajah museum, dan lebih mengenal hotel – hotel di sini haha.

Stay Happy and healthy ya! Doa saya tetap dan selalu sama. Semoga keadaan ini cepat membaik, kehidupan berjalan normal lagi, kita semua diberikan kekuatan lebih untuk melangkah. Turut berduka cita untuk mereka yang ditinggalkan keluarga, teman, sahabat, yang tercinta karena pandemi ini. Semoga diberikan kekuatan dan penguatan.

-25 Juli 2021-

*Cerita tambahan. Sebenarnya sangat tidak penting. Tapi tetap ingin saya tuliskan. Sewaktu diarahkan ke salah satu loket pemeriksaan kartu identitas, petugasnya ganteng sekali. Matanya bagus, giginya rapi dan bentuknya bagus sekali. Pas dia tersenyum, duh tiba-tiba jantung saya kayak yang jadi cepat gitu detaknya. Matanya bagus banget asli. Wah gawat, jangan sampai ga bisa vaksin gara – gara disenyumin lalu tensi saya melonjak. Setelah meninggalkan loket, jantung saya masih deg-degan gitu lho. Ya Allah, norak! Lemah memang saya kalau lihat mata bagus. Makanya saya lemah lihat matanya NicSap *nyebut Mbak!

Sampai rumah saya cerita suami kan. Dia cuma senyum datar aja. Komen dia : ya untung saya ga ditelpon sama GGD suruh jemput kamu yang pingsan gara – gara disenyumin anak muda dengan mata yang menurutmu bagus.

Haha!

Seputar Vaksin Covid (Efek Samping) – Bagian Pertama

Awalnya tidak terlalu ingin menuliskan pengalaman mendapatkan vaksin covid di Belanda, mengingat Ibu saya di Indonesia masih belum vaksin karena kemaren – kemaren masih suram keberadaan vaksin di daerah yang antara ada dan tiada. Saya merasa sedih karena di sini lumayan cepat distribusi vaksinnya, sedangkan keluarga saya di sana yang tinggal bukan di kota besar, akses mendapatkan vaksin semacam mengenaskan. Tapi ini mulai ada titik terang karena adik saya dua hari lalu akhirnya bisa vaksin juga. Mudah – mudahan setelah ini Ibu saya juga sudah bisa vaksin karena Ibu masih sakit jadi menunggu membaik baru akan vaksin. Kepikiran lho ini saya perkara keberadaan vaksin di kota kecil di Indonesia yang hilalnya pada saat itu belum nampak. Jadinya sedih dan nelongso mengingat keluarga saya di sana yang ingin vaksin tapi belum juga bisa menjangkau, pada saat itu -sekitar 3 minggu lalu-.

Karena mood saya sudah lebih baik (memikirkan vaksin di Indonesia yang belum merata sampai daerah saja bikin mumet dan mood berantakan tiap hari), jadi saya akan menceritakan pengalaman mendapatkan vaksin Covid di Belanda.

SEBELUM HARI H VAKSIN

Jadi, sekitar dua minggu lalu, saya sudah divaksin. Seminggu sebelum tahun lahir saya diumumkan untuk bisa mendaftar, beberapa teman dan kenalan sudah memberitahu saya kalau kemungkinan minggu depannya tahun kelahiran saya sudah bisa mendaftar untuk bisa vaksin. Sebulan sebelumnya, Suami sudah mendapatkan surat undangan untuk vaksin, tapi dia masih mikir – mikir dengan beberapa alasan yang diantaranya ya masuk akal juga, meskipun penyampaiannya agak mbulet. Ok, saya hargai keputusannya, selama dia bukan antivaksin. Sampai tulisan ini diunggah, dia akhirnya sudah mendaftar vaksin. Sujud syukur akhirnya dia dapat hidayah juga, setelah proses panjang mendapatkan wejangan dengan tatapan cemberut dari istrinya. The power of mrengut.

Awalnya, pemerintah Belanda memang mengirimkan surat undangan. Jadi, warga ya dengan sabar menunggu surat. Setelahnya, sistem diubah menjadi kita bisa mendaftar lebih dulu lewat akun DigiD jika tahun kelahiran sudah diumumkan. Surat undangan tetap dikirimkan. Jadi kitanya yang proaktif, tidak usah menunggu surat datang. Ini diluar mereka yang mendapatkan prioritas ya. Jadi berdasarkan tahun kelahiran dan tanpa resiko kesehatan.

Nah pada saat tahun kelahiran saya sudah diumumkan, saya diberitahu oleh Anis. Karena saya saat itu sibuk ngurusi pesanan cookies dan brownies juga paket untuk Father’s day di Belanda, jadinya saya terlupa untuk mendaftar. Baru ingatnya, dua hari kemudian. Itupun gara – gara ngobrol sama Anis lalu teringat belum mendaftar. Lalu mendaftarlah saya lewat akun DigiD. Gampang dan cepat prosesnya. Musti menjawab beberapa pertanyaan dulu sebelum sampai pada tanggal dan tempat di mana dan kapan bisa vaksin. Setelahnya, saya sudah mendapatkan tanggal kapan vaksin pertama dan kedua. Tempatpun sangat dekat dengan rumah, cuma 10 menit sepedahan. Tempat vaksin di stadion bola.

Perkara mendaftar, sudah beres. Beberapa hari kemudian, surat undangan untuk vaksin datang. Jadi dalam amplopnya ada formulir isinya pertanyaan – pertanyaan yang nanti harus kita bawa saat vaksin, juga ada surat yang isinya jadwal vaksin pertama dan kedua dan syarat – syarat yang harus dibawa saat vaksin. Juga ada keterangan, vaksin apa yang akan kita dapat. Disurat saya, kalau tidak salah ingat, tercantum saya akan mendapatkan Pfizer atau Moderna. Ini kalau tidak salah, kita tidak bisa memilih sendiri ya. Yang pasti nanti di tempat ya dapatnya antara 2 itu.

HARI H VAKSIN

Dalam rentang seminggu hari H vaksin itu, saya super ruwet bikin cookies dan brownies pesanan. Belum lagi packing dan memastikan tiap pesanan berada di kardus yang benar. Juga memastikan kartu – kartu tidak salah penempatan. Jadi H-1, saya benar – benar ruwet, baru tidur jam 12 malam. Baru selesai packing karena pagi akan mengirimkan ke service logistic yang dekat rumah. Itupun saya hanya tidur 4 jam karena bangun lebih awal, bikin brownies lagi. Jadi saya merasa ngantuk kurang tidur. Dua minggu lalu, seingat saya, jadwal vaksin baru keesokan harinya di sore hari. Trus saat packing terakhir jam 7 pagi, tiba – tiba saya teringat apa benar jadwal vaksin saya keesokan hari atau hari itu. Saya lalu membuka sms, membaca lagi pesan yang dikirimkan oleh GGD 2 hari sebelumnya. Pesan pengingat jadwal vaksin.

Loalaahh ternyata jadwal vaksin saya hari itu, bukan keesokan harinya. Duhhh, nyaris saja terlewat. Memang tidak saya catat di jadwal sih, mengandalkan sms pengingat dari GGD. Ternyata ya luput juga, riweh sama pesanan. Jadi saya benar – benar tidak ada persiapan khusus sebelum hari H vaksin. Tidur dan istirahat saja kurang, tidak minum suplemen khusus juga. Jadi benar – benar berkegiatan seperti biasa. Setelah beres mengirimkan paket – paket, saya beristirahat sejenak leyeh – leyeh sebelum melanjutkan masak untuk makan siang. Itu saya sudah mengantuukk sekali. Satu jam sebelum vaksin, saya berbaring di kamar. Pengennya tidur, tapi takut kebablasan.

20 menit sebelum vaksin, saya sudah siap – siap. Meskipun tempatnya dekat sekali dengan rumah, saya memutuskan berangkat lebih awal. Naik sepeda 10 menit sudah sampai. Saya sering ke tempat ini jadinya ya sudah tau jalannya ke sana. Sampai di tempat, parkir sepeda, lalu menuju gedung tempat vaksin. Sebelum masuk ke dalam, disemprot dulu di telapak tangan di depan bangunan. Setelahnya, ada petugas menanyakan apa ya kok saya lupa. Kayaknya menanyakan jam berapa jadwal saya. Setelahnya saya ditunjukkan untuk menuju loket berapa.

Sewaktu berjalan menuju loket yang dimaksud, saya merasa terharu sampai agak berkaca mata ini. Pikiran saya lalu loncat ke Maret tahun lalu saat situasi mulai genting di Belanda. Melewati tahun lalu dengan kondisi yang amburadul dan situasi yang mencekam. Segala lockdown dari jilid 1 sampai entah jilid berapa dilalui. Segala adaptasi pun dilakukan dengan kondisi saat itu, sampai kita semua menyebutnya sebagai New Normal. Alhamdulillah keluarga kami utuh sampai saat ini, sehat melewati ini semua. Itu yang benar – benar saya sangat syukuri. Jadi saat berjalan menuju loket, perasaan saya campur aduk, antara haru dan sedih. Terharu karena kok saya melihat diri sendiri seperti disebuah scene film yang saya selalu lihat yang temanya tentang virus. Melihat diri ini yang selamat dari dari virus lalu mendapatkan kesempatan vaksin. Mengingat juga keluarga saya di Indonesia yang belum tersentuh vaksin, perasaan jadi sedih. Intinya campur aduk.

Saat di loket, diperiksa kartu identitas lalu ditanya formulir yang harus dibawa. Setelah dicek ok, saya lalu diberikan surat untuk nanti dibawa saat vaksin kedua. Beres, lalu saya menuju lajur yang ditunjukkan. Tak ada antrian. Saya lalu menuju bilik. Ditanya oleh petugasnya mau lengan sebelah mana. Saya memilih sebelah kanan. Lalu saya bertanya, saya mendapatkan vaksin apa. Dijawab, Pfizer. Setelah disuntik, diusap bekas suntikan dengan kapas, lalu diberi plester. Selesai. Sempat terpikir, orang – orang yang vaksin trus bisa foto, gimana ya caranya. Ini rasanya kok tidak ada yang memfoto dan tidak ditanya juga sama petugasnya mau foto atau tidak. Ah sudahlah, bisa vaksin saja sudah sujud syukur, kok malah mikir foto segala.

Setelahnya, menuju ruang sebelah. Menunggu 15 menit duduk di sana. Kalau selama 15 menit tersebut keadaan ok, bisa meninggalkan gedung. Selama 15 menit tersebut, saya gunakan untuk memperhatikan orang – orang yang sedang menunggu juga. Saya tidak sempat mainan Hp, karena lebih tertarik memperhatikan sekitaran. Setelah 15 menit berlalu, saya pulang sepedahan lagi. Kalau yang punya buku kuning vaksin, bisa minta stempel vaksin di gerbang keluar. Karena saya tidak punya, jadi ya langsung pulang.

Sesampainya di rumah, karena memang sebelum vaksin sudah sangat mengantuk, jadi saya langsung menuju sofa. Saya langsung tidur di sofa. Benar – benar yang langsung tertidur nyenyak sampai beberapa waktu kemudian dibangunkan oleh suami. Dia membangunkan saya karena tidak mendengar saat saya sudah sampai rumah. Jadi begitu melihat saya dalam posisi tertidur di sofa, dia khawatir kalau saya pingsan setelah vaksin hahaha. Makanya dia cepat – cepat membangunkan saya. Ternyata saya tertidur kecapekan.

KONDISI DAN SITUASI H+1 JUGA EFEK VAKSIN

Menjelang malam, lengan saya mulai terasa kemeng dan njarem kalau bahasa Jawanya. Apa ya ini bahasa Indonesianya. Yang pasti bukan sakit tapi lebih ke arah pegal dan linu. Pagi sewaktu bangun tidur, njarem dan kemengnya tambah parah. Tapi ternyata cuma 2 jam saja setelah bangun. Setelahnya perlahan menghilang sampai saya sudah tidak merasakan lagi H+1. Tapi, hari itu saya mendapatkan menstruasi. Harusnya kalau menurut jadwal, menstruasi saya masih seminggu lagi. Ini maju seminggu. Oh, mungkin ini efek dari vaksin. Mendadak mens. Selebihnya H+1 tidak ada keluhan apapun. Tidak lemas, tidak sakit, tidak sakit kepala, tidak mengantuk berkepanjangan. Hanya mens saja. Ngantuk yang setelah vaksin itu, saya pikir bukan termasuk efeknya, karena sebelum vaksin pun saya sudah mengantuk parah. H+1 itu saya masih berkegiatan seperti biasa plus menyiapkan pesanan untuk keesokan hari akan diambil olah pembeli. Jadi, efek vaksin buat saya, hanya menstruasi yang datang lebih awal seminggu. Selebihnya sampai saat ini, tidak ada keluhan sakit apapun. Saya juga tidak mengkonsmsi vitamin atau suplemen apapun sebelum dan sesudah vaksin. Semua berjalan biasa saja.

Efek vaksin ini memang berbeda – beda tiap orang meskipun mendapatkan jenis yang sama. Saya mendapatkan cerita, ipar – ipar saya sampai sakit berhari – hari setelah vaksin Pfizer. Mereka usianya lebih tua dari saya. Mama mertua, yang sudah divaksin Pfizer sejak Maret, setelah vaksin sama seperti saya, tidak mendapatkan keluhan apapun, lancar mulus. Jadi, mungkin tergantung kondisi badan ya karena umur beda dengan vaksin yang sama juga tidak bisa dijadikan patokan. Ada yang bercerita umur lebih muda dari saya, efek vaksinnya baru hilang beberapa hari kemudian : badan lemas, meriang, sakit kepala, dan lapar terus.

JADI…..

Kalau kalian punya kesempatan untuk divaksin dan akses mendapatkannya mudah, segeralah vaksin jangan ditunda lagi. Kalau saya pribadi, inilah ikhtiar saya ditengah situasi yang masih tak menentu, tidak tahu kapan akan berakhir ini. Inilah ikhtiar saya melindungi diri sendiri dan keluarga. Kalau sudah vaksin bukan berarti lalu kebar virus ya. Masih bisa kok tertular virus, tapi paling tidak kondisinya tidak separah kalau belum vaksin. Jangan juga takut dengan efek setelah vaksin. Lengan pegal itu pasti. Efek selebihnya tergantung masing – masing orang karena bisa berbeda seperti yang sudah saya tuliskan sebelumnya. Kalau ada kesempatan vaksin, ga usah pilah pilih mau jenis yang mana. Semua sama baiknya selama uji klinisnya ok. Kalau sudah mendapatkan vaksin lengkap, pikir berulang kali mau vaksin lagi walaupun kesempatannya ada (misalnya dapat kesempatan vaksin lagi di LN). Vaksin di Indonesia belum merata, jadi ga usah serakah. Ingat – ingat saja itu, di negara sendiri akses vaksin masih susah. Kalau sudah vaksin, please tidak usah memandang vaksin tertentu derajatnya lebih tinggi dibanding yang lain. Wes, ga perlu itu. Pun tidak usah menunda untuk vaksin hanya karena ingin mendapatkan jenis vaksin yang dianggap derajatnya lebih tinggi. Kalau ada kesempatan vaksin sekarang, gas poll langsung vaksin.

Jadi, kalaupun sudah divaksin, please jangan petentang petenteng dulu seperti sudah kebal dengan segala penyakit. Jangan seperti memakai baju Robocop lalu gagah merasa tidak bisa dihancurkan. Wong Robocop saja bisa hancur. Kalau sudah divaksin, tolong sikap waspada masih dijalankan. Kalau sudah vaksin, tolong jangan otomatis langsung berpesta pora umplek – umplek an seolah kita sudah sangat bebas melakukan apa saja. Dunia masih belum sepenuhnya aman sekarang. Waspada, lakukan yang terbaik dan paling maksimal untuk melindungi diri dan orang – orang tersayang. Kalau sudah vaksin, biasa saja dan sewajarnya saja ya. Beritahukan pada mereka yang memang belum tergerak hatinya untuk vaksin. Saya tahu, vaksin atau tidak ini semacam kepercayaan. Memang tidak bisa dipaksakan. Tapi minimal, jika kita berusaha memberitahukan, siapa tahu yang belum tergerak, akan mendapatkan hidayah kemudian hari. Kalaupun sudah vaksin dan ingin liburan ke luar negeri, tetap waspada ya. Ini Portugal statusnya kembali kode merah (Lisbon kalau tidak salah). Intinya, meskipun sudah vaksin, waspada tetap ditegakkan.

Tadi malam saya melihat berita nasional di TV, berita tentang Indonesia sudah masuk sini. Tentang kasus positif yang melonjak tinggi dan Rumah Sakit kewalahan. Di berita tersebut, diperlihatkan pasien yang tidak mendapatkan kamar, menunggu giliran bisa masuk dengan berbaring di kasur di gang antar kamar. Sedih dan terus terang saya tegang sih mengikuti berita di Indonesia. Seperti tahun lalu saja rasanya. Mencekam. Semoga keadaan di Indonesia berangsur membaik.

Di Belanda sendiri, peraturan mulai longgar sejak lockdown ketat dicabut bulan lalu karena kasus positif harian sudah sangat berkurang banyak. Tamu di rumah sudah tidak dibatasi, masker sudah tidak diwajibkan kecuali di kendaraan umum, jam malam ditiadakan, toko – toko sudah bisa buka, perpustakaan dan museum buka kembali, restaurant dan kafe tidak ada jam malam maksimal buka, guru – guru dan murid di sekolah sudah tidak perlu memakai masker, dan peraturan lainnya. Perlahan tapi pasti di sini hidup kembali normal dengan definisi baru yaitu new normal. Itu hasil ikhtiar ketat yang negara ini lakukan selama 1.5 tahun ini. Segala lokdan lokdon setahun ini. Setiap akan ada konferensi pers dari Perdana Menteri, warga rasanya bertanya – tanya kira – kira peraturan apa lagi yang minggu depan akan diketatkan. Jadi, jangan iri ya kalau kami di sini sudah mulai longgar. Negara dan warganya sama – sama menjalani ini dengan harapan semua segera selesai, meskipun tidak bisa dipungkiri golongan tak percaya Corona pun ada, pun golongan anti vaksin.

Kami sendiri, ya karena sudah terbiasa sejak tahun kalau tidak penting – penting banget tidak ke luar rumah, saat peraturan longgar begini ya tetap sama saja. Tetap lebih banyak di rumah. Jauh haripun kami sudah memutuskan tahun ini tema liburan adalah eksplore Belanda. Belum siap ke LN dengan perjalanan menggunakan pesawat atau perjalanan panjang menggunakan kereta. Kalaupun ke LN mungkin ke Jerman atau Belgia saja, tetangga sebelah. Itupun belum direncanakan. Karena sudah terbiasa dengan ritme 1.5 tahun ini, dengan adanya pelonggaran aturan, kami ya seperti biasa saja kesehariannya. Kecuali perkara masker, kami sudah tidak memakai lagi saat ke supermarket atau tempat umum lainnya, meskipun masker tetap kami bawa ke mana – mana kalau ke luar rumah (ini karena faktor sudah terbiasa). Badan sekarang seperti sudah ada alarmnya, kalau melihat supermarket atau toko sedang ramai, ya kami tidak masuk ke dalam. Konsekuensi kami tidak memakai masker, ya berarti kami harus menghindari keramaian. Itu adalah waspada buat kami. Satu yang membahagiakan dari pelonggaran peraturan ini adalah kami bisa kembali berkunjung ke Museum dan Perpustakaan (ini sudah sejak sebulan terakhir). Rasanya legaa sekali dan senang bisa kembali ke museum dan perpustakaan.

Bagian kedua dari tulisan ini akan saya lanjutkan kalau sudah mendapatkan vaksin yang kedua, akhir Juli. Sehat – sehat selalu kita semua.

-30 Juni 2021-

Perasaan Iri Pada Hasil

Ladang Tulip di Lisse

Pagi ini, saya berbincang dengan seorang sahabat. Salah satu topik yang kami obrolkan, jadi insipirasi untuk saya tuliskan di sini. Sebenarnya hal ini juga mengusik pikiran saya akhir – akhir ini. Tentang perasaan iri pada hasil, bukan pada proses.

PEKERJAAN

Saya teringat saat masih bekerja di Indonesia. Setiap tahun, selama sekitar 13 tahun bekerja penuh waktu (pada beberapa perusahaan berbeda), saya pasti mendapatkan promosi. Terutama saat bekerja di kantor yang terakhir. Posisi dari bawah saat masuk, sampai mempunyai posisi yang lumayan saat saya memutuskan berhenti dari kantor tersebut. Sering mendengar desas desus tentang saya dari departemen yang lain, baik itu yang diucapkan langsung pada saya maupun dengar dari orang lain semacam begini : Den, enak banget ya jadi loe, tiap tahun dapat promosi. Kita – kita yang sudah lebih lama kerja, jangankan promosi, naik gaji aja seret. Iri tahu sama loe anak baru tapi karir melejit. Atau Den, kerjaan loe enak bener ya, cuma jalan – jalan tugas ke luar kota, tapi akhir tahun selalu naik jabatan. Atau yang bikin panas telinga denger dari orang lain : Deny sih ga heranlah kalau tiap tahun bisa promosi mulu, nah dia deketnya ama bos – bos gede. Gampang aja buat dia naik level, padahal kerjaannya jalan – jalan mulu. Balik kantor ngurusin claim, meeting, jalan – jalan lagi.

Mereka cuma melihat hasilnya saya tiap tahun dapat promosi, naik level, naik gaji. Yang mereka tutup mata padahal tahu dengan pasti kalau kerjaan saya tidak hanya sekedar “jalan – jalan” melainkan ya memang kerja tapi tidak di kantor. Mereka tahu pasti kalau nyaris tiap malam saya lembur dan pulang dini hari. Mereka tahu pasti kalau sedang di luar kota, saya jelas bukan jalan – jalan tapi ngurusin kerjaan di lapangan trus sampai hotel masih harus mengerjakan laporan ini itu. Mereka tahu pasti kalau saya dekat dengan bos – bos besar karena ya memang laporan saya ke mereka dan saya itu bawahan langsung mereka. Jadi, orang – orang yang menuding dan bilang iri tersebut tutup mata dengan segala proses berdarah – darah yang saya lewati, tapi yang mau dilihat bahwa saya ini enak kerjaannya sim salabim langsung naik jabatan, naik gaji padahal anak baru. Mereka padahal tau kerjaan saya tidak mudah dan apa yang saya dapatkan tiap tahun itu ya hasil dari kerja keras saya, bukan hanya leyeh – leyeh semata. Heran, gitu kok ya sempat – sempatnya iri wong saya berhak atas segala pencapaian tersebut.

Ya kalau mau hasilnya saja tapi tidak mau melewati prosesnya, akeh koncone Cak! Ini padahal yang dilihat mata tiap hari, masih saja tudingan ini itu disampaikan. Kalau mau enaknya saja tanpa mau melewati prosesnya, ya jadilah anak sultan yang tanpa bekerja keras sudah bergelimang harta macam Paman Gober.

PANDEMI

Saat ini, negara – negara di Eropa (Saya tidak terlalu mengikuti perkembangan saat ini sebenarnya untuk seluruh negara di Eropa, hanya tahu beberapa gelintir saja beritanya), sudah mulai ada pelonggaran aturan terkait pandemi. Di Belanda sendiri, sabtu besok sudah ada banyak sekali pelonggaran aturan misalkan tidak adanya lagi kewajiban memakai masker di semua tempat kecuali tempat – tempat yang susah menjaga jarak misalkan di kendaraan umum, sudah bisa menerima tamu tanpa ada batasan maksimal, sudah bisa berkumpul dengan banyak orang di luar ruangan tanpa batas maksimal dan sebagainya. Kehidupan perlahan tapi pasti sudah menuju normal. Vaksin pun di sini cepat sekali sudah menjangkau umur yang muda. Jadwal konser pun sudah mulai padat.

Lalu saya membaca sliwar sliwer status dari mereka yang di Indonesia, menuliskan semacam begini : Iriiii banget dengan Eropa yang sudah mulai berjalan normal lagi kehidupannya. Kita – kita yang di sini jalan di tempat malah nambah banyak kasus baru. Kapan deh Indonesia ini kayak Eropa, sudah enak banget sekarang bisa nonton konser, nonton bola rame – rame tanpa masker.

Kalian – kalian yang menulis itu, yang sehari – harinya tetap runtang runtung ha ha hi hi dempet – dempet an, masih doyan nongkrong bareng, senam rame – rame satu ruangan tanpa ada jarak yang cukup luas, datang ke kondangan rame – rame penuh sesak, liburan tetap jalan lintas provinsi kota negara, lalu dengan sadar menulis status tersebut iri pada keadaan Eropa saat ini. Pernah tidak timbul iri pada kami di sini yang 1.5 tahun ini berjuang mengikuti segala anjuran pemerintah. Pernah tidak terbersit iri pada kami di sini yang mau ketemu orangtua saja harus kami tahan – tahan sekian bulan lamanya padahal jarak antar rumah tidak terlalu jauh. Pernah tidak kalian iri pada kami yang tidak bisa keluar sampai malam karena ada jam malam yang kalau dilanggar denda besar menanti. Pernah tidak kalian iri pada banyak usaha di sini yang bangkrut karena pandemi berlangsung, banyak yang terkena pemutusan hubungan kerja, pada anak – anak yang tidak punya kehidupan normal bisa bermain dengan yang seusia dan harus puas main di rumah saja. Pernah tidak ada rasa iri saat kami benar – benar di rumah saja tidak bisa bertemu teman – teman, mau ke sana sini segalanya terbatas karena lokdan lokdon sampai berseri – seri. Pernah tidak kalian iri saat kami penuh rasa cemas mengirim anak ke sekolah padahal situasi masih belum aman benar, deg – degan kalau ada apa – apa nantinya dengan anak bagaimana. Pernah tidak kalian iri dengan rasa takut yang kami rasakan dengan adanya pandemi ini sehingga kami dengan sadar diri benar – benar menjaga diri di sini supaya semua cepat selesai, sadar menghindari kerumunan supaya virus tidak makin merajalela.

Yang kalian lihat saat ini adalah hasilnya dari proses yang berdarah – darah dari semua lapisan di sini selama 1.5 tahun. Kalian – kalian yang menulis status seperti itu, bisa lho seperti kami saat ini, jika kalian ambil bagian berpartisipasi tertib sadar diri untuk tidak makin memperkeruh keadaan dan suasana di Indonesia. Bisa lho ambil bagian yang paling gampang saja untuk tidak berkumpul tidak jelas kepentingannya supaya kasus positif di sana semakin menurun. Bisa lho menahan sejenak hasrat untuk tidak liburan kalau kondisi saat ini belum memungkinkan, kalau tidak ada kepentingan yang sangat mendesak. Jadi, kalian yang menulis iri pada kondisi di Eropa saat ini, sudah seberapa jauh partisipasi kalian membuat kasus positif di sana makin menurun. Sudah seberapa besar kesadaran kalian menjaga diri sendiri dan orang lain. Sebelum menuliskan kata iri pada hasil saat ini, pernahkan kalian iri pada proses yang kami jalani 1.5 tahun ini? *Iya, ini saya menuliskan dengan rasa gemas. Gregetan nemen rasane. Kalau kata sahabat saya tadi : Ikhtiarnya beda, hasilnya juga beda.

Jadi, jangan iri kalau ikhtiar kalian sebatas ongkang – ongkang kaki nangkring kanan kiri rame – rame setiap hari di tempat keramaian, trus nulis iri dengan kondisi di Eropa saat ini.

KEHIDUPAN DI LUAR NEGERI

Membaca komen dari Eva, jadi terpikir menambah tulisan ini satu poin. Saat masih tinggal di Indonesia, setiap melihat kenalan atau teman yang tinggal di luar negeri, suka terbersit rasa iri. Merasa kalau tinggal di LN seperti di Eropa atau Australia itu kok rasanya enak sekali. Berasa nyaman melihatnya, berasa kehidupan mereka kok enak sekali. Nampaknya saat itu saya termakan tampilan di film romantis yang pengambilan gambarnya tentu saja diambil bagian yang indah – indahnya saja.

Sekarang, saat sudah tinggal di Eropa, jadi tahu aslinya seperti apa. Yang ditampilkan mereka yang saya lihat dulu memang tidak salah. Sekali lagi, mereka menampilkan hanya yang ingin ditampilkan saja. Ya cerita dibaliknya biasanya disimpan dalam tumpukan baju yang belum sempat diseterika. Setelah saya mengalami sendiri saat ini tinggal di Belanda, woohhh ternyata yo ga semulus yang dibayangkan dahulu kala. Penuh perjuangan. Dari adaptasi bahasa, adaptasi cuaca, lingkungan, masyarakat sekitar dsb. Belum lagi susah minta ampun cari kerja yang sesuai minat, latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja sebelumnya. Belum lagi drama – drama pertemanan, kangen dengan makanan asli Indonesia, kangen dengan saudara – saudara, tidak punya saudara sedarah di tanah rantau, birokrasi setempat, semua dikerjakan berdua tanpa ada mbak yang membantu, mau makan tempe aja penuh perjuangan, dan segunung permasalahan yang ada.

Tinggal di sini memang enak, nyaman, dan menyenangkan. Tapiii itu semua tentu saja tidak afdol kalau tidak disertai lika liku kerikil dan sandungan. Jadi, jangan melihat enak – enaknya saja ya kalau melihat kami yang di sini. Kami setiap hari berjuang dengan segala adaptasi yang ada. Jangan melihat yang tinggal di LN itu otomatis bergelimang harta ya. Kami di sini tidak kalah kencangnya untuk menabung dan berhemat. Maklum, bukan keturunan sultan yang bisa mandi uang setiap hari. Jangan melihat mereka yang pekerjaannya sudah ok itu mendapatkannya dengan mudah ya. Ada perjuangan panjang dibaliknya, berdarah – darah sampai posisi bagus saat ini. Jangan melihat kalau menikah dengan WNA itu pasti jaminan mutu nyaman ya. WNA bukan mesin ATM yang kapanpun bisa mengeluarkan uang. Ada cerita yang sering tak ditampilkan bagi pasangan yang mengikuti tinggal di LN. Ada harga yang harus dibayar saat meninggalkan tanah air.

Jadi, tidak perlu iri dengan kami yang tinggal di LN. Kita sama, berjuang setiap hari dengan permasalahan masing – masing. Saat musim dingin, perjuangan tinggal di sini jadi semakin berlipat. Semua tempat pasti ada enak dan tidaknya. Sudah satu paket. Kita sama, bahagia tiap saat dengan berkah masing – masing. Tidak usah iri pada mereka yang menikah dengan WNA. Percayalah, yang kalian lihat nampak mulus – mulus saja, tidak selalu seperti itu. Kembali lagi, apa yang kalian lihat di media sosial, itu adalah yang memang ingin ditampilkan. Bagian gosrek WC kan ya males untuk ditampilkan di media sosial. Bagian berantem dengan pasangan masak iya musti dipamer di medsos. Banyak bagian – bagian kami simpan sendiri. Tak perlu semua orang tahu.

Hidup memang sawang sinawang. Melihat yang lain nampak lebih baik hidupnya. Padahal kalau melihat hidup sendiri, tak terhitung berkat yang bisa disyukuri. Jadi, sering – sering menengok diri sendiri ya, jangan terlalu lama melihat yang jauh dari mata. Nanti mata jadi sakit dan hati jadi jauh dari rasa syukur.

MEDIA SOSIAL

Dengan adanya media sosial yang berlomba – lomba ingin menampilkan apa yang terbaik dari penggunanya, tak hayal hal tersebut gampang memantik rasa iri dari yang melihat. Ada satu yang terlupa, bahwa yang ditampilkan mayoritas adalah hasilnya, bukan prosesnya.

Ada yang menampilkan badan jadi langsing dan berbentuk, lalu jadi iri. Membandingkan dengan diri sendiri yang badannya masih ginuk – ginuk. Sudah tanya belum pada yang bersangkutan prosesnya bagaimana badan jadi bagus begitu. Kalau sudah dikasih tau prosesnya dengan mengatur pola makan lebih sehat dan rutin olahraga, mau mengikuti tidak? Jangan – jangan tidak mau bersusah payah berusaha, hanya berhenti pada rasa iri saja lalu jadi penyakit hati.

Kalau melihat ada rumah kece dengan desain yang bagus, lalu timbul rasa iri dan merutuki diri sendiri kenapa tidak bisa punya rumah semacam itu. Sudah pernah berusaha semaksimal mungkin belum supaya punya rumah impian semacam itu? Pernah menjadikan postingan rumah bagus tersebut sebagai motivasi untuk semakin rajin menabung, rajin berinvestigasi, mencari pekerjaan yang lebih baik supaya dapat gaji yang lebih besar? Jika semua sudah dilakukan tapi rumah yang diimpikan tersebut belum terjangkau, ya sudah syukuri yang ada sekarang. Jangan merutuki diri sendiri dan melihat rumah yang ada saat ini terlihat jelek. Bagaimanapun juga, tempat berteduh yang sekarang pun hasil dari keringat sendiri, tidak mengutang, dan jadi hunian yang sangat layak. Mungkin nanti ada rejeki lebih dan berjodoh dengan rumah yang diinginkan, itu urusan nanti saja. Kalau terlalu jauh melihat, terkadang suka lupa mensyukuri yang ada di depan mata.

Kalau melihat postingan anak yang sudah pintar ini itu lalu timbul rasa iri kenapa anak sendiri tidak bisa, sudah pernah tanya prosesnya bagaimana anak tersebut sudah bisa? Sudah pernah tahu konsep bahwa tiap anak unik dengan kemampuan yang berbeda? Sudah pernah tahu proses dari orangtuanya bagaimana mengajari mereka? Apakah pernah bertanya kepada anak tersebut dia bahagia dengan apa yang dia bisa sekarang? Pernah melihat sendiri apakah mereka menikmati prosesnya? Jangan – jangan yang melihat hanya silau pada hasil karena tidak pernah ditampilkan prosesnya seperti apa. Silau pada senyuman orangtua dan si anak. Lupa bersyukur bahwa anak sendiri pun kemampuannya banyak yang bisa dibanggakan.

Hanya karena beda dengan anak orang lain di media sosial, mata jadi seperti terbutakan dengan apa yang ada di depan. Ini saya mendapatkan banyak cerita beberapa tahun lalu kalau ibuk – ibuk suka membandingkan anaknya dengan anak artis A, pesohor B atau anak siapapun yang kok dirasa pintar sekali sudah bisa salto, sudah bisa koprol, bisa menyelam sambil dansa -misalnya- sedangkan anak sendiri kok ga bisa. Lalu mengeluh dan memarahi anaknya kenapa kok ga bisa begini begitu. Lah kan ya sedih kalau begitu. Jangan begini ya para orangtua. Jangan silau dengan apa yang nampak di media sosial. Kita tidak tahu dibalik apa yang ditampilkan di sana.

Banyak hal – hal di media sosial yang bisa dijadikan contoh bagaimana hal – hal yang nampak sederhana saja gampang menimbulkan rasa iri. Kita lupa, bahwa yang tertampilkan adalah hanya apa yang ingin mereka tampilkan/ Seringnya, mereka atau kita semua menampilkan hasil akhirnya saja. Tentu saja ingin menampilkan yang indah – indah saja. Yang sepet, kita simpan sediri. Prosesnya sering tidak ditampilkan, lalu membandingkan proses dan keadaan saat ini dengan hasil yang sudah mereka capai. Ya, tidak apple to apple.

MENGELOLA RASA IRI JADI MOTIVASI

Bedakan rasa iri dan kagum ya. Kagum itu benar – benar memuji, takjub, tercengang dengan hasil yang orang lain lakukan, atau proses yang mereka sedang kerjakan. Sedangkan iri, ada rasa semacam kurang senang dengan apa yang dilihat pada orang lain, pada apa yang sedang mereka kerjakan, pada apa yang terjadi pada lingkungan sekitar lalu membandingkan dengan diri sendiri. Iri ini asosiasinya dengan rasa negatif.

Bisa lho sebenarnya menjadikan rasa iri sebagai motivasi. Ini bukan toxic positivity ya, hanya berbagi pengalaman dari saya yang dulu saat masih muda sering terbersit iri pada orang yang bisa ini itu. Seiring bertambahnya umur, pikiran jadi lebih jernih. Bisa diajak untuk berpikir lebih positif. Saya lalu mengelola rasa iri yang saya miliki menjadi rasa kagum lalu menjadikan motivasi supaya saya bisa seperti itu. Misalkan saat ini, saya punya akun IG khusus untuk jualan usaha rumahan yang saya miliki. Mayoritas, saya mengikuti akun – akun yang juga jualan kue dan roti atau mereka yang berkreasi di bidang tersebuh. Saya suka sekali dengan yang mereka lakukan. Hasil kreasinya sungguh mencengangkan sangat bagus. Alih – alih ada rasa iri, saya malah suka sekali melihat mereka berkreasi, kagum dengan proses dan hasilnya. Lalu saya memotivasi diri sendiri pasti suatu saat bisa sebagus mereka kalau banyak latihan. Jadinya sekarang saya sering latihan dengan melihat tutorial dari mereka. Saya bersemangat sekali berlatih.

Saya sering mendengar kalau IG itu toxic sekali. Dulu waktu saya masih punya akun IG (tahun 2015) rasanya ya saya santai aja tuh ga ada rasa iri dengki sama postingan orang. Sekarang punya akun jualanpun ya biasa saja. Malah sekarang senang karena dapat banyak ilmu gratis.

Medianya tidak salah. Mungkin yang salah adalah cara pandang, pikiran, hati dan salah follow orang. Kalau sudah engap di hati dan irinya semakin menumpuk jadi dengki lalu tidak bersyukur dengan apa yang dimiliki, mungkin itu saat yang tepat untuk keluar sebentar dari hingar bingar media sosial. Kembali ke kehidupan nyata dan melihat segala yang nyata di depan mata. Menapak kembali ke bumi supaya lebih sadar bahwa bagaimanapun hidup kita ini dalam dunia nyata, bukan hanya memandangi layar media sosial saja.

INTINYA

Rasa iri itu wajar, namanya juga manusia. Kalau tidak punya rasa iri malah dipertanyakan sisi kemanuasiaannya. Yang tidak wajar kalau rasa iri tersebut malah menghambat aktifitas sehari – hari dan lupa bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki saat ini. Yang jadi tidak wajar itu kalau rasa iri lalu menjadi dengki dan jatuhnya jadi fitnah sana sini, sibuk menjatuhkan pihak yang dilihat lebih cemerlang.

Iri sewajarnya, secukupnya, lalu bangkit dan lakukan yang terbaik versi kita. Irilah pada sebuah proses, bukan hanya hasil semata. Supaya bisa menjadikan rasa iri itu menjadi penyemangat. Kelola rasa iri jadi sebuah motivasi. Jadikan motivasi supaya kita makin hari semakin baik.

Selamat berakhir pekan!

*Aslinya pembicaraan tadi pagi dengan sahabat saya itu seputar pandemi. Jadinya saya malah membahas sana sini di tulisan kali ini. Saking gemese karo wong – wong sing nulis iri karo Eropa dan mbandingno karo Indonesia tapi senengane kemruyuk gerombolan ga jelas tujuane opo.

-25 Juni 2021-

Cerita Terkini – Merintis Usaha Dari Rumah – Berat Badan Turun 25kg

Perjalanan selanjutnya di Bakery Institute

Saya baru saja selesai belanja online buanyaakk banget tapi memang perlu untuk usaha yang baru saya rintis. Usaha yang masih kinyis – kinyis baru. Masih ada waktu sedikit sebelum kembali pada rutinitas harian, saya sempatkan untuk menulis blog. Ngakunya blogger kan ya, jadinya ya musti disempatkan nulis. Kalau saya bilang ke Tyke, biar blog ada isinya. Dipaksa nulis paling tidak seminggu sekali. Biar tidak kaku otak dan tangan.

Ini saya mau bercerita hal – hal yang pendek saja. Beberapa cerita yang terjadi sekitar 2 bulan terakhir. Paling tidak, banyak yang terjadi bulan Mei. Setelah saya pikir lagi, bulan Mei jadi mendadak produktif, beberapa tanpa direncanakan. Seperti mendadak kejadian baik datang bertubi.

– LULUS UJIAN PRAKTEK MENYETIR MOBIL

Ini sudah saya ceritakan secara rinci di postingan sebelum ini. Jadi, silahkan baca di sini ya. Yang pasti sekarang sudah lega, satu hal sudah selesai. Jadi punya banyak waktu untuk mengerjakan yang lainnya. Yang pasti lagi, dananya bisa dipakai untuk keperluan yang lain.

– LULUS INTERVIEW SEKOLAH PATISSERIE

Sejak pertengahan tahun lalu, saya sudah terpikir untuk sekolah Patisserie dan Boulangerie. Cuma, saya tahu diri waktunya yang belum berpihak. Saya masih sibuk sebagai seorang Ibu. Awal tahun ini, suami menanyakan apa saya masih minat sekolah. Saya jawab, tentu saja. Dia bilang tahun ini pekerjaannya lebih longgar, jadi bisa punya banyak waktu luang dengan anak – anak dan dia menyuruh saya untuk mendaftar sekolah. Saya cari jadwal yang cocok di website Bakery Institute, tempat yang saya pilih untuk sekolah karena punya program Carierre Switcher. Saya pengennya ke Boulangerie dulu baru ke Patisserie. Hanya tahun ini jadwal yang cocok untuk saya, Patiserrie. Setelah memikirkan panjang lebar dan sempat maju mundur karena sekolah ini intensif setiap hari selama 3 bulan, perjalanan PP 4 jam naik kereta, akhirnya saya mendaftar akhir April. Beberapa hari lalu saya interview dengan direktur sekolahnya dengan datang langsung ke sana.

Selama interview, lancar jaya dalam bahasa Belanda. Ya soalnya sekolahnya pun dalam bahasa Belanda. Setelahnya saya mendapatkan kabar kalau saya lulus interview. Yiayy Alhamdulillah. Selama proses interview tersebut, saya mendapatkan gambaran lebih jelas seperti apa sebenarnya nanti. Saya juga diperlihatkan modul belajar dan buku panduannya. Setelah dinyatakan lulus, justru saya berubah pikiran. Saya akhirnya memutuskan untuk ikut beberapa kursus di tempat yang sama, dengan dosen yang sama juga. Saya pikir, untuk kondisi saya saat ini, kursus lebih fleksibel waktunya dibandingkan sekolah. Toh bahan yang diajarkan sama dan dosennya pun sama. Bedanya, kalau selesai sekolah dapat diploma, kalau kursus dapat sertifikat. Kursusnya pun bisa memilih sampai tingkatan mana. Misalkan Patisserie, saya sudah mendaftar untuk tingkat pemula, menengah, dan master. Masing – masing 4 hari dan waktunya pun berbeda bulan. Untuk Boulangerie, saya sudah mendaftar fokus ke Sourdough, Croissant dan roti manis, dan roti perancis. Saya pikir, dengan kursus juga bagus untuk usaha yang baru saya rintis. Jadi tidak harus saya tinggalkan selama 3 bulan. Selamat datang perjalanan saya selanjutnya di kelas – kelas baking. Ini yang akan saya jadikan jalan karir saya selanjutnya. Siapa tahu kan ya dimasa depan bisa punya bakery sendiri di sini. Saya imani dan amini dulu. Dari tukang angka, sekarang jadi tukang roti dan kue. Masih berhubungan dengan angka.

– MERINTIS USAHA BARU DARI RUMAH

Saya sudah punya ancang – ancang untuk membuat serius kesenangan saya akan baking untuk dijadikan hal yang menghasilkan uang, terpikir sejak awal 2021. Cuma kapannya, saya belum tahu. Lalu, sekitar minggu kedua Mei, saya mengirimkan brownies ke seorang teman yang baru saja melahirkan. Dia lalu memberikan testimoni kalau brownies yang saya buat, enak sekali Dia langsung memesan satu brownies utuh. Bukan hanya sekali ini sebenarnya saya mendapatkan testimoni kalau hasil baking – an saya enak. Lalu ada beberapa saran, untuk diseriuskan saja sebagai sumber pendapatan. Lumayan kan, mengerjakan hobi dan mendapatkan uang. Bisa dikerjakan dari rumah pun.

Setelah teman saya memesan brownies, saya jadi mikir kenapa tidak sekarang saja ya saya jadikan serius. Toh bulan Juni ini waktu saya lebih longgar. Jadi memang waktunya sudah tepat. Lalu mulailah saya satu persatu mempersiapkan semuanya. Dari mendaftarkan ke KvK, jadi usaha saya sudah terdaftar resmi di Belanda. Lalu menyiapkan logo, membuat media sosial dsb. Singkat cerita, per 1 Juni usaha ini sudah bisa beroperasi. Saya pun sudah mulai mengulik sedikit demi sedikit media sosial dan memikirkan strategi marketingnya bagaimana. Ini juga dibantu Anis, Crystal, Ratih, Patricia, dan pastinya suami yang mendukung penuh usaha saya. Sebenarnya saya sudah menerima pesanan dari beberapa teman dan tetangga. Cuma karena packagingnya belum dapat semua, saya bilang kalau minggu depan mulai saya kerjakan pesanan mereka. Hahaha bakulan opooo iki durung siap. Nanti secara jelasnya, saya akan buatkan tulisan terpisah ya sebenarnya saya ini jualan apa. Yang pasti roti yang saya jual nanti adalah Sourdough Bread dan beberapa produk manisnya juga memakai Sourdough. Usaha saya namanya Sophie Bread & Sweets. Mohon doanya semoga lancar jaya ya usaha ini. Pelan – pelan sebisa mungkin tetap konsisten dan berkembang. Saya masih menyusun strategi bagaimana menyesuaikan dengan ritme sehari – hari sebagai Ibu dan Istri. Masih ngos – ngosan rasanya, tapi saya yakin pasti bisa.

– BERAT BADAN STABIL 55KG

Dari Agustus tahun lalu berat badan saya 80kg, sekarang sudah stabil 55kg. Jadi turun 25kg. Masih ingin sebenarnya menurunkan sampai 53kg. Tapi saya pikir 55kg pun sudah cukuplah, wong ini juga rasanya badan saya sudah terbentuk karena olahraga rutin dan menjaga pola makan. Jadi massa otot bertambah. Semua sudah mengecil sekarang. Dari pinggang, lengan, perut, paha. Bahkan perut saya berbentuk kayak model – model gitu hahaha. Serius ini. Nanti ya, saya ceritakan secara lengkap proses perjalanan bagaimana saya bisa sampai pada berat badan sekarang. Yang pasti, sekarang saya lebih bugar, lebih sehat, dan baju – baju lama sudah muat lagi. Bahkan tempo hari beli kaos, ukuran XS sini, masih terasa longgar di badan. Ini saya sertakan foto ya. Ceritanya menyusul di postingan tersendiri. Bagaiman, penampakan saya sekarang, ok kan? *bwuahaha PD Jaya.

– RENCANA LIBURAN

Meskipun pemerintah Belanda sudah memperbolehkan untuk liburan ke LN dengan syarat dan ketentuan berlaku, kami memutuskan tahun ini tetap liburan dalam negeri Belanda saja. Masih belum sanggup membayangkan keruwetan untuk liburan ke LN (naik pesawat). Kami berpikir, justru ini waktu yang tepat untuk menjelajah Belanda tanpa harus berbagi dengan turis dari LN. Masih sepi lah istilahnya. Jadi, kami sudah menyusun rencana untuk menjelajah dari satu museum ke museum lainnya, dari satu provinsi ke provinsi lainnya untuk menikmati alamnya. Belanda memang kecil, tapi kalau dijelajahi, banyak sekali tempat – tempat menarik yang cantik. Apalagi museumnya, ratusan untuk bisa disinggahi. Alamnya pun juga banyak yang bagus. Jadi, tidak akan habis kami menjelajah Belanda tahun ini.

– MATAHARI MULAI MUNCUL PANAS DAN BENDERANG

Belanda ini memang untuk ukuran cuaca, ekstrim sekali. Kalau panas, puanaaasss banget seperti Surabaya clekit – clekit di kulit. Kalau dingin dan berangin, waahh wassalaam dinginnya. Bagaimanapun juga, saya tetap senang kalau matahari muncul. Jadi lebih semangat beraktifitas. Jadi punya banyak waktu panjang di luar rumah. Padahal ya banyaknya tetap nongkrong di sekitaran kampung sini.

Begitu saja cerita saya terkini. Sehat – sehat yaaa kita semua.

-3 Juni 2021-

Lulus Ujian Praktek Menyetir Mobil di Belanda

Bunga dari tetangga setelah saya dinyatakan lulus ujian menyetir mobil

Akhirnyaaaa, Alhamdulillah hari itu datang juga dimana saya dinyatakan lulus ujian menyetir mobil setelah 30 menit praktek didampingi oleh penguji yang disebut Examinator. Setelah dinyatakan lulus, saya langsung loncat – loncat kegirangan sampai otomatis nyaris memeluk instruktur yang ada di sebelah saya. Untung saya masih bisa mengendalikan diri. Bukan karena ingat dia bukan muhrim, tapi ingat ini masih musim Corona. Kalau tidak, mungkin benar adanya saya akan memeluk dia hahaha saking gembiranya dan legaaaa rasanya akhirnya lulus juga. Rasanya seperti satu beban terangkat dari pundak. Saya sangat bangga sama diri sendiri akhirnya lulus ujian praktek menyetir mobil di Belanda. Saya perlu tuliskan berkali – kali BELANDA-nya karena untuk mendapatkan SIM di sini, bukanlah perkara yang mudah. Selain mahalnya minta ampun, ujiannya pun susah karena standar kelulusan yang tinggi. Ujian teorinya, tricky minta ampun. Bersyukurnya tahun lalu saya langsung lulus sekali ujian dalam bahasa Belanda. Sebagai gambaran, orang Belanda saja bisa sampai 2-4 kali baru bisa lulus ujian teori. Makanya saya bangga bisa sekali lulus ujian teori dalam bahasa Belanda, saking tricky – nya ujian itu. Lengkapnya bisa dibaca di sini ya tentang ujian teori menyetir mobil. Ujian teori bisa sekali lulus, ujian praktek lain cerita. Panjaaanggg dan berliku. Saya ceritakan lengkapnya di bawah ya.

PERJALANAN PANJANG, BERLIKU, DAN PENUH AIRMATA

Sub judul ini tidak melebih – lebihkan. Bagaimana tidak panjang, berliku, dan penuh air mata kalau mendapatkan SIM mobil saja susahnyaaaa minta ampun. Jadi begini, saya mulai belajar menyetir di sini itu dari nul putul alias tidak bisa menyetir sama sekali. Di Indonesia tidak ada hasrat buat belajar menyetir mobil karena memang tidak minat. Di sini lain cerita, karena saya pikir menyetir mobil itu sebuah keterampilan yang saya harus bisa karena pasti akan terpakai nantinya. Supaya tidak tergantung dengan suami juga kalau butuh. Jadilah saya belajar dari awal. Mulai dari mengenali satu persatu segala tombol yang ada di mobil itu fungsinya apa saja. Bahkan belajar bagaimana mengendalikan setir mobil. Dari yang awal belok aja kayak mau nabrak trotoar, nginjak rem kayak mau tabrakan saking kerasnya (ga ada penghayatan sama sekali). Menginjak pedal gas sudah seperti di sirkuit balapan saking kencangnya. Saya kadang sampai sungkan dengan instruktur yang supeeerrr sabar. Sering bertanya sama dia apa saya ini murid dia yang paling parah ketidakbisaannya. Dia cuma 4 tahun lebih muda dari saya. Sabar dan telaten mengajari. Seingat saya, dia tidak pernah marah sama sekali. Hanya, dia tegas.

Ada masanya setelah beberapa bulan les, merasa kok kemampuan saya masih begitu – begitu saja. Merasa kok masih banyak salahnya. Sampai ada satu titik, memutuskan untuk menyerah. Saya sampai menangis di depan si Instruktur, bilang kenapa kok saya ini ga ada bakat menyetir rasanya. Sudah tidak terhitung menangis di depan suami bilang mau berhenti saja lesnya. Mau menyerah tapi ada rasa sayang kalau berhenti tengah jalan. Nanggung dan seperti tidak mendapatkan sesuatu. Seperti sia – sia kalau tidak diselesaikan sampai tuntas.

Apalagi setelah gagal ujian pertama. Rasanya makin merasa saya ini ga punya bakat menyetir. Padahal Instruktur saya selalu bilang begini : Setiap les, kamu jangan selalu lihat negatifnya saja. Lihat positifnya lebih banyak. Apa yang kamu pelajari hari ini, lebih banyak dari kesalahan apa yang kamu perbuat. Namanya juga masih belajar, pasti ada salahnya. Kesalahan itupun bukan selalu hal negatif. Dari kesalahan kamu bisa belajar banyak hal supaya kedepannya lebih baik lagi. Kamu jangan jadi orang yang terlalu perfeksionis. Letakkan perfeksionis kamu di rumah saat kamu sedang belajar menyetir. Jangan dibawa. Ingat, kamu dulu memulai belajar, bahkan menginjak menginjak rem saja tidak bisa. Lihat kamu sekarang, sudah bisa bawa mobil di jalan bebas hambatan. Lihat kamu sekarang sudah bisa lewat jalan yang super sempit. Lihat kamu sekarang sudah bisa papasan dengan truk tanpa rasa takut. Jangan bebani dirimu dengan target yang terlalu tinggi. Pelan – pelan yang penting pasti. Ya, kesalahan terbesar saya adalah terlalu menaruh target yang terlalu tinggi setiap les. Walhasil saya bukan fokus pada prosesnya tapi pada hasil akhirnya. Padahal tidak bisa seperti itu. Menyetir itu kan keterampilan, jadi ya ala bisa karena terbiasa. Pelan – pelan tapi ada progresnya. Tidak bisa mendadak sulapan sim salabim jadi lancar sekali. Setelahnya, perlahan saya mulai letakkan perfeksionis saya dan kemampuan menyetir semakin baik dan lancar.

Saya sampai curhat ke beberapa orang yang mengalami betapa susahnyaaaa mendapatkan SIM di sini. Cerita ke Yayang, Ratih, Maya. Lalu Yayang pernah bilang seperti ini : Kalaupun kamu pernah gagal ujian praktek, jangan menyerah. Lanjutkan sampai kamu dapat SIM. Mau berhenti di tengah jalan, akan rugi karena sudah sejauh ini. Lanjutkan. Lalu suatu ketika, Agnes di twitter juga pernah bilang : aku ujian kelima baru lulus. Aku memang berkeras kepala harus lulus, bagaimanapun caranya. Lalu sejak saat itu, saya punya keyakinan kalau sebenarnya saya ini sudah bisa menyetir, ya buktinya saya bisa menyetir kan setiap kali les. Hanya, kemampuan saya menyetir mobil tersebut belum sesuai standar sang penguji yang didasarkan pada aturan Belanda yang Subhanallah buanyaakkk dan supeerrr detail. Standar menyetir di Belanda ini memang tinggi. Saya tahu sih, demi keamanan dan untuk menekan angka kecelakaan. Untuk keselamatan diri sendiri dan orang lain juga tentu saja.

Persoalan lainnya, dalam perjalanan menuju lulus ini, di tengah – tengahnya ada selingan lockdown 2 kali plus perpanjangan lockdown satu kali. Dampaknya, durasi saya les pun makin panjang karena saat lockdown, beberapa jenis pekerjaan termasuk sekolah les menyetir dilarang beroperasi. Jadilah selama masa lockdown tidak ada kegiatan les sama sekali. Saya mulai les nyetir itu akhir Desember 2019. Lalu awal Februari 2020 sudah lulus ujian teori. Harusnya pertengahan Maret saya ujian (yang pertama). Tapi sehari sebelum waktu saya ujian, Belanda statusnya lockdown. Wassalam ujian saya dibatalkan. Lalu baru bisa ujian bulan Juli, hasilnya gagal saat ujian pertama. Lalu saya mendaftar lagi ujian kedua, bulan Oktober, hasilnya gagal lagi. Lalu mendaftar ujian lagi, harusnya akhir Desember 2020 jadwal ujian. Tapi seminggu sebelumnya, Belanda kembali status lockdown, jadi ujian saya dibatalkan. Akhir Januari 2021, ada pengumuman kalau kandidat yang ujiannya dibatalkan karena lockdown, bisa daftar ulang ujian. Akhirnya saya daftar lagi (lewat sekolah), dapat jadwal awal Maret 2021. Eh ternyata Februari diumumkan kalau lockdown diperpanjang sampai awal maret 2021. Walhasil ujian saya dibatalkan lagi. Pertengahan maret, mendaftar lagi, baru dapat jadwalnya akhir Mei. Berliku macam ular tangga.

Entah kenapa, selama bulan Mei les 4 kali, saya lebih PD dan lebih tenang. Mungkin efek pasrah yo wes lah sak karepmu iki ujian piye. Jadinya malah pasrah, tapi lebih fokus lebih PD dan lebih baik. Instruktur saya pun heran saya jadi lebih tenang dan lebih yakin saat menyetir. Makanya dia yakin kalau kali ini saya bisa lulus. Saya pun meskipun tidak mau menaruh harapan terlalu tinggi, tapi punya secercah keyakinan mungkin saja bisa lulus. Gagal ujian dua kali sebenarnya ada sisi positifnya, latihan menyetir jadi semakin panjang durasinya. Jadi makin luwes. Sisi negatifnya tentu saja uang yang keluar semakin banyak. Mendapatkan SIM di Belanda ini supeerrrr mahal. Saking mahalnya sampai puyeng sendiri. Sudahlah jangan ditanya berapa mahalnya, yang penting sekarang sudah lulus.

HARI H UJIAN KETIGA

Jadi ujian kali ini, adalah yang ketiga kalinya. Orang Belanda punya satu perkataan : drie keer is scheepsrecht. Artinya : yang ketiga kali, kamu akan sukses dengan apa yang kamu perjuangkan. Semacam itu ya artinya. Itu instruktur saya yang bilang. Saya amini saja supaya saya mensugesti hal – hal yang positif buat diri sendiri. Suami dulu juga ujian ketiga, baru lulus.

Ujian saya siang hari. Selama sepagian, saya benar – benar tidak tenang. Mendadak badan saya menggigil. Antara gugup dan sangat gugup. Sampai memikirkan kemungkinan terburuk : nabrak pas ujian. Bahkan saat pagi hari saya mengirimkan pesanan brownies dan cookies, saking gugup dan tidak konsen sampai salah masuk toko haha. Nah setelah makan siang, mendadak saya mengantuk. Lalu saya duduk di bangku dan tertidur. Sampai suami membangunkan dan bilang kalau sudah waktunya saya berangkat karena instruktur sudah menjemput. Ajaibnya, setelah bangun tidur, saya sudah tidak gugup dan panik lagi. Semuanya lenyap. Saya jadi lebih santai dan yakin. Lebih PD.

Saat menyetir ke tempat ujian, saya juga santai. Sudah seperti orang yang Pro menyetirnya. Setelah menunggu beberapa saat, Examinator datang ke mobil di tempat parkir. Setelah bertanya beberapa hal berkaitan dengan administrasi, lalu kami masuk mobil. Instruktur menunggu di parkiran CBR. Sebagai gambaran, Examinator kali ini sepertinya seumuran saya dan gerak badannya santai. Pria dan tidak banyak bicara, sekalinya bicara nadanya santai. Jadi sejak awal saat melihat dia, saya yakin kalau akan tenang selama ujian. Di dalam mobil saya ditanya -tanya beberapa fungsi yang ada di sana. Saya ditanya lampu merah yang menyala artinya apa dan ditanya kalau ada keadaan bahaya musti pencet tombol yang mana. Semua lancar saya jawab.

Lalu mulailah saya menyetir. Dalam waktu 30 menit itu, 3 kali saya bolak balik ke jalan bebas hambatan (snelweg), di lingkungan perumahan (woonwijk), di dalam kota, satu kali menyetir arah belakang (achteruitrijden), satu kali parkir arah belakang (fileparkeren achteruit), dan satu kali menyetir mandiri menggunakan aplikasi penunjuk jalan. Alhamdulillah semua lancar saya lakukan. Pengujinya pun tidak sampai menginjak rem dan sampai menolong mengendalikan setir. Intinya saya bisa membawa mobil penuh dalam kendali saya. Saya indikasikan, hasilnya ok lah ini. Meskipun ya, tetap jangan ke PD an. Nanti ga lulus lagi, bisa kecewa luar biasa.

Setelah sampai kembali ke parkiran CBR, kami langsung keluar mobil, instruktur saya sudah menunggu. Penguji bilang : Deny, ik heb goede nieuws voor je. Jij bent geslaagd. Gefeliciteerd! (Deny, saya punya kabar gembira. Kamu lulus. Selamat). Wuaaahhh saya spontan langsung meloncat – meloncat sambil bilang terima kasih berkali – kali ke penguji dan instruktur saya. Saking gembiranya dinyatakan lulus sampai spontan ingin meluk instruktur haha. Kalau tidak ingat Corona, pasti dia sudah saya peluk beneran. Sampai saya diingatkan penguji : Jangan keras – keras senangnya. Di parkiran ini banyak yang tidak lulus. Saya minta maaf karena sudah terlalu heboh reaksi senangnya. Ya bagaimana lagi, saya pikir entah kapan ini bisa lulus. Faktor penguji pun besar lho dalam kelulusan. Kalau dapat penguji yang galak dan tidak sabaran, wassalam susah sekali lulusnya. Alhamdulillah kali ini dapat penguji yang baik dan santai. Saya berkali – kali bilang terima kasih pada Kevin, Instruktur saya. 1.5 tahun bersama dia, bukan waktu yang sebentar. Saya memberikan Kevin Sourdough Chocolate Cookies, lebihan pesanan orang. Ucapan terima kasih pada dia. Tentu saja Kevin senang luar biasa pada akhirnya saya lulus.

Begitu sampai rumah, saya pun langsung mengucapkan terima kasih pada suami dan anak – anak yang tidak patah semangat menyemangati saya selama ini. Pun keluarga suami yang selalu support. Juga Ibuk yang tidak putus berdoa setiap Tahajjud demi kelulusan saya. Juga pada tetangga sebelah yang selalu menanyakan kapan saya akan ujian dan memberikan bunga saat lulus. Betapa saya bersyukur dengan rejeki dikelilingi orang -orang yang perhatian. Juga Maya yang selalu menyemangati saya. Kami ini sama – sama pejuang Rijbewijs. Begitu saya lulus, langsung saya kirimkan pose wajib di bawah ini ke beberapa teman dekat dan keluarga. Anis sampai senang sekali akhirnya melihat saya berpose seperti ini. Ini pose wajib punya setelah dinyatakan lulus ujian praktek menyetir mobil. Untung badan sudah melangsing, jadi difoto tidak nampak melebar haha. Terima kasih juga buat kalian para pembaca blog ini yang sudah ikut mendoakan saya sebelumnya.

Sorenya kami merayakan dengan membeli makanan di luar. Standar sih, makanan cepat saji. Yang penting ada perayaan atas pencapaian di titik ini.

Pose wajib setelah lulus ujian praktek menyetir mobil

JADI…..

Jadi untuk siapapun yang membaca cerita saya ini dan sedang ada niatan untuk les menyetir di Belanda, semangaaatt!! Semoga lancar proses lesnya, lancar ujian teori dan prakteknya. Kalau bisa, langsung lulus. Kalau tidak bisa, jangan patah semangat. Jangan pantang menyerah. Selama uangnya ada, selesaikan apa yang sudah dimulai. Bisa menyetir mobil di sini itu banyaaakkk sekali manfaatnya. Bisa mandiri dan tidak tergantung dengan pasangan kalau memang butuh untuk menyetir mobil. Meskipun di sini sarana transportasi sangat memadai dan tersedia sampai tengah malam, tidak ada salahnya punya keterampilan menyetir dan punya SIM. Sangat membantu saat diperlukan.

Buat yang masih belum lulus ujian praktek menyetir, tetap semangat. Yakin suatu saat pasti lulus. Sewaktu ujian, yang penting jangan tegang, jangan panik. Serahkan saja perkara hasil pada Yang Kuasa dan pada penguji. Kita lakukan yang bisa kita lakukan, menyetir seaman mungkin dan sesuai peraturan. Selebihnya, jangan terlalu dipikirkan. Pesan ini ditulis oleh orang yang pernah hampir menyerah dan ingin putus ditengah jalan tidak ingin meneruskan mendapatkan SIM. Pesan ini dituliskan oleh orang yang 2 kali gagal ujian. Tapi akhirnya bersemangat kembali berbekal perkataan ke diri sendiri : Saya harus menyelesaikan apa yang sudah dimulai, bagaimanapun susahnya. Saya harus berkeras kepala lulus sampai punya SIM.

Alhamdulillah, saya sudah menyelesaikan dengan lulus ujian praktek menyetir mobil dan dapat Rijbewijs! Selamat untuk diri sendiri. Bangganya luar biasa sama diri sendiri karena tidak memutuskan menyerah ditengah jalan dan menyelesaikan sampai akhir. Bangga karena saya lulus. Rasa bangga kali ini melebihi saat saya lulus ujian bahasa Belanda NT2. Selamat Deny! Akhirnya aku punya SIM Belanda, Yiaayy!! Sekarang musti sering menyetir mobil supaya makin terasah kemampuan menyetir saya.

Bunga dari Tetangga

*Kata Suami : Kamu kan sudah punya SIM, nanti pas di Indonesia bisa donk nyetir sendiri. Saya jawab : Ogah, mending kita nyewa mobil sekalian yang nyetirin. Ogah nyetir di Indonesia kalau tidak terpaksa. Ruwetnyaaa ga nahan. Ogah uji nyali.

-28 Mei 2021-

Cerita dan Keriaan Lebaran Tahun 2021

Hidangan lebaran 2021

Alhamdulillah dipertemukan lagi dengan lebaran dalam keadaan sehat, lengkap, dan hangat bersama keluarga kecil kami. Mohon maaf lahir batin buat siapapun yang membaca tulisan ini. Maaf untuk segala khilaf selama berinteraksi lewat kolom komen, atas segala ketidaksengajaan dari isi tulisan yang tidak berkenan. Semoga kita semua diberikan kesempatan kembali untuk bertemu dengan Ramadan dan lebaran tahun – tahun mendatang dalam keadaan sehat, lengkap, gembira, penuh suka cita, dan penuh kehangatan bersama seluruh keluarga. Semoga kita diberikan umur yang berkah.

Selamat Lebaran

Seminggu sebelum lebaran, saya sudah mencicil memasak. Suami mendadak ingin dimasakkan rendang. Jadilah saya masak rendang 2kg. Setelah jadi, langsung saya masukkan freezer. Selain nanti dihidangkan saat lebaran, juga untuk stok lauk kalau sedang kepepet (males masak). Tahun ini, saya jadi mendadak malas membuat kue kering. Lebaran tinggal seminggu, hati belum tergerak untuk membuat kue kering sebagai syarat supaya makin berkesan suasananya. Lalu saat saya duduk bengong di ruang makan, tiba – tiba ada pak pos datang membawa kiriman. Saya bingung ini kiriman apa karena seingat saya tidak ada transaksi pembelian online. Setelah dibuka, ohh dapat kiriman kue-kue kering dari Maya. Teman yang saya kenal lewat twitter tinggal di sebuah kota di Belanda, yang belum pernah bertemu sama sekali saat kue dikirimkan. Kami intens berkomunikasi lewat DM twitter (dan email) awalnya karena saya akan ujian teori tes menyetir awal tahun lalu. Setelahnya kami jadi sering bertukar cerita mamak – mamak (saya berlagak) muda.

Keesokan harinya, tengah hari saat duduk bengong (lagi) di ruang makan, ada kiriman lagi dari pak pos. Setelah dibuka, wahh kue kering lagi 2 wadah. Kali ini dari Andrea, teman yang tinggal di kota ujung Belanda. Waahh asli rejeki sekali. Saya sampai bilang suami : aku ga usah bikin kue kering ya, ini sudah komplit ada kaasstengels, putri salju, nastar, dan kue kacang. Keesokan harinya, eh saya jadi bersemangat membuat kue kering. Jadi akhirnya saya cicil satu hari satu kue. Jadi akhirnya saya membuat Kaasstengels, kue coklat kacang, putri salju, dan butter cookies. Belum lagi dikasih kue dari Yayang, Astrid, dan Nungki. Alhamdulillah tahun ini mendapat parcel berlimpah. Ada yang dikirimkan lewat pos, ada yang diantar langsung ke rumah (ini malam – malam Yayang mengantarkan langsung ke rumah parcel dari dia yang isinya buanyak sampai tape ketan buatan sendiri aja ada). Parcel – parcel tersebut isinya macam – macam, tidak hanya kue saja. Kami mendapatkan dari Astrid, Yayang, Andrea, Maya, Anis, Crystal, Ratih, Nungki, Patricia, dan Diana. Tidak hanya parcel saja, kami juga mendapatkan kiriman kartu lebaran. Benar -benar banyak syukur lebaran kali ini karena banyak yang perhatian pada kami. Padahal saya tidak mengirimkan apa – apa, hanya satu kado untuk seorang Ibu baru.

Parcel dari teman - teman. Ada beberapa yang tidak sempat terfoto
Parcel dari teman – teman. Ada beberapa yang tidak sempat terfoto.

Lebaran kali ini, sholat Ied tentu saja di rumah lagi seperti tahun kemarin. Saya tidak tahu tahun ini peraturan dari Masjid di Belanda seperti apa. Cuma saya memang masih belum minat sholat Ied di Masjid karena kondisi yang saya rasa belum aman. Pagi sebelum sholat Ied, saya sudah menelepon Ibuk, Bulek, dan Sepupu, juga Bude. Ya cuma itu yang saya hubungi lewat panggilan video. Selebihnya lewat aplikasi kirim pesan. Saya mengirim ucapan dan membalas ucapan dari teman – teman lewat WhatsApp, baru malam hari. Itupun tidak saya balas langsung semuanya. Saya cicil keesokan harinya juga. Mata sudah tak kuat bertahan.

Siang kami makan mewah. Suami girang makan rendang dan lodeh. Dia sampai bingung mana dulu yang mau dimakan karena meja makan nyaris penuh. Kami benar – benar berpesta. Setelah makan siang, saya memberikan opor ayam, lontong, lodeh, beberapa kue kering dan brownies ke 2 tetangga Belanda. Dapat komplimen, mereka suka sekali dengan apa yang saya masak. Kata mereka semuanya enak.

Beranjak dari pembahasan parcel, sekarang membicarakan menu lebaran. Saya memasak banyak sekali menu. Karena kami tidak jadi mudik (lagi), daripada saya bersedih hati, energinya saya alihkan dengan memasak. Saya jadi gembira karena memasak, mudah – mudahan yang menikmati masakan saya juga terbawa turut bahagia. Jadi bisa menularkan kebahagiaan. Walhasil saya memasak menu berbagai varian. Lebaran kali ini, saya sudah berani untuk mengundang teman ke rumah. Supaya tetap merasa aman dan sesuai peraturan dari pemerintah, jadi satu hari saya hanya mengundang 2 orang. Hari pertama saya mengundang Crystal dan Nungki. Ini juga jadi ajang kopdar kami karena saya kenal Nungki dari twitter sebelum dia pindah ke Belanda. Crystal pun kenal Nungki dari twitter. Jadinya ya sudah sekalian aja kopdar pas lebaran. Hari kedua saya mengundang Anis dan Ratih. Kalau Ratih ini dadakan, baru saya undang H-2. Hari ketiga, Maya dan keluarganya ke rumah tapi tidak masuk karena hanya mengambil barang – barang bayi yang sudah tidak kami pakai lagi lalu dilungsurkan ke dia.

Menu lebaran hari pertama, ronde satu dan dua
Menu lebaran hari pertama, ronde satu dan dua

Menu yang saya masak dan sajikan untuk keluarga dan teman – teman yang datang : Pecel pitik, rendang, lodeh kohlrabi (gantinya labu siem karena harganya lebih murah tapi tekstur sama) kacang panjang tahu, sambel goreng kentang pete, telur petis pedas, mie goreng bakso, oseng pare teri tempe, balado ikan goreng pangasius, sup ikan dorado, pepes ikan kembung, Opor ayam, kentang, udang bumbu segala macam saus, lontong, nasi putih, sambel bajak. Lengkap saya sajikan dengan kerupuk 3 macam, rengginang, dan rambak. Untuk camilannya, selain kue – kue kering yang ada, saya juga membuat kue lumpur kentang, lumpia, tahu berontak, sourdough brownies, dan sourdough pukis. Minumnya Nutrisari dingin. Bagaimana, sudah kayak open house orang sekampung kan haha padahal yang diundang ke rumah cuma 4 orang. Alhamdulillah mereka menikmati makanan yang disajikan dan saya bisa membungkuskan makanan – makanan tersebut untuk mereka (karena kalau kami makan sendiri, tentunya tak akan habis. Jadi lebih baik dibagi – bagi). Jadi semacam saya memberikan parcel juga buat mereka.

Sajian lebaran hari kedua. Panci langsung naik atas meja makan :))))

Senang rasanya bisa kembali mengundang teman – teman ke rumah. Tahun lalu kan sepiii ga ada siapa – siapa yang ke rumah karena saya pun masih super takut ketemu orang. Tahun ini saya lebih bisa menerima kondisi yang ada tapi tetap waspada. Senang bisa saling bertukar kabar, berbincang dari yang ringan sampai yang benar – benar pembicaraan mendalam. Dalam tiga hari bertemu mereka, ada saja hikmah yang bisa saya ambil dari obrolan – obrolan kami. Ada banyak hal yang bikin saya merenung dan lebih bersyukur. Intinya, ketemu mereka membuat hati saya gembiraaa luar biasa. Sangat senang lho ketemu manusia lain selain keluarga sendiri.

Setelah acara makan bersama lebaran, saya langsung tepar 2 hari isinya mengantuk terus. Jadi sabtu dan minggu akhirnya kami tidak ke mana – mana karena saya rasanya ingin tidur sepanjang hari. Pun cuaca di Belanda hujan saat itu. Saya memang seperti itu, setelah ketemu teman, langsung isi batere lagi dengan tidur selama beberapa hari haha. Isi baterai energi.

Lebaran 2021 ini sangat berkesan untuk kami. Rejeki yang berlimpah berupa kesehatan yang baik sekeluarga (besar) serta lengkap, teman – teman yang datang, perhatian yang tulus, dan juga tetap saling menjaga silaturrahmi.

Semoga lebaran kalian juga berkesan

Ramadan Ketujuh di Belanda

Maccaron. Pertama kali bikin karena punya stok putih telor banyak. Meskipun bentuknya masih belum konsisten, tapi lumayanlah untuk pemula. Rasanya juga enak ga terlalu manis

Seperti biasa, setelah pindah ke Belanda dan saat Ramadan, disempatkan menulis cerita seputar Ramadan. Biasanya akan ditulis mendekati Idul Fitri. Cerita Ramadan lainnya, bisa klik tautan Ramadan. Kali ini, saya menulis sehari menjelang Lebaran. Saya sedang menunggu jam tidur setelah selesai buka puasa jam 22.30.

Ramadan tahun 2021, bertepatan dengan musim semi. Hawanya sangat nyaman, meskipun terkadang masih sangat dingin. Tapi secara keseluruhan, menyenangkan berpuasa saat musim semi. Puasa yang durasinya 16 – 17.5 jam, jadi tidak terasa. Saya yang seperti biasa malas sahur, tahun ini pun kembali malas untuk bangun sahur. Jadi setelah berbuka puasa, sholat maghrib, sholat Isya dan Taraweh, lalu setelahnya tidur. Rata – rata tiap malam selama Ramadan tahun ini, saya tidur jam 12 malam. Paling lambat jam 00.30.

Karena cuaca dan suhunya sangat nyaman (paling sering sekitaran 15 derajat celcius), jadi berkegiatan pun tidak terlalu terasa capek. Bahkan saya masih olahraga nyaris setiap hari. Selama Ramadan, olahraga saya ganti waktunya menjadi sore hari sekitar 4 jam sebelum buka puasa.

Saya juga masih berkegiatan di dapur memasak, membuat roti dan kue, mencoba dan mengotak atik resep baking. Masuk musim semi, artinya mulai berbenah halaman depan belakang. Saya mulai menyemai beberapa benih, menanam beberapa bunga, mempercantik halaman depan belakang dengan sering menyapu. Meskipun hujan masih sering mengguyur, tapi tidak menyurutkan semangat bebenah. Saya juga sibuk mengecat bangku, kayu centelan tanaman di halaman depan belakang, dan juga kursi. Kalau puasa, entah kenapa saya seperti punya energi lebih. Jadi bisa berbenah tanpa henti.

Multigrain Sourdough bread

Seminggu lalu, saya mulai mencicil membuat kue kering. Aslinya malas sekali. Tapi karena dalam dua hari berturut saya mendapatkan kejutan berupa kiriman kue kering dari dua orang teman, jadinya saya semangat membuat untuk membuat sendiri. Dicicil, satu hari satu macam kue. Jadilah sekarang punya stok 4 jenis kue kering. Lumayanlah bisa berasa lebaran an nanti.

Kue kering kiriman dua orang teman.

Karena membuat kue kering, stok putih telur jadinya melimpah. Saya terpikir untuk membuat Maccaron. Aslinya saya belum pernah makan. Dulu waktu ke Paris, ditawari suami untuk mencicipi, tapi saya tolak karena membayangkan rasanya pasti manis sekali. Saya ini suka sekali bereksperimen dengan jajanan manis, selalu senang jika membuatnya. Tapi untuk makan, tidak terlalu suka. Lidah saya lebih suka dengan rasa yang asin.

Membuat Maccaron bahannya sederhana. Yang tidak sederhana adalah proses membuat dan mencetaknya sangat penuh trik bahkan sampai ke luar oven. Namanya juga baking ya, penuh dengan science. Tapi lumayan lah ini untuk pemula meskipun bentuknya masih tidak konsisten bentuknya. Rasanya pun tidak terlalu manis. Lidah saya bisa menerima. Selanjutnya ingin membuat lagi karena masih penasaran dengan konsistensi bentuknya. Resep Maccarons yang saya adaptasi, dari sini.

Maccaron. Pertama kali bikin karena punya stok putih telor banyak. Meskipun bentuknya masih belum konsisten, tapi lumayanlah untuk pemula. Rasanya juga enak ga terlalu manis
Maccaron. Pertama kali bikin karena punya stok putih telor banyak. Meskipun bentuknya masih belum konsisten, tapi lumayanlah untuk pemula. Rasanya juga enak ga terlalu manis

Masih punya sisa putih telur, akhirnya bikin bolu marmer. Ada 3 rasa dalam satu bolu yaitu vanilla, coklat, dan Mocca. Saya membuat sehari sebelum hari Minggu yang memang hari Ibu di Belanda. Saya olesi bolu ini dengan buttercream rasa Mocca dan taburan kacang mede dan almond. Saya bagi ke tetangga dan Mama mertua. Enak dan lembut tekstur bolu dengan menggunakan putih telur.

Hari Ibu saya mendapatkan kado sandal jepit, pas banget karena sandal jepit sudah rusak. Mau beli lupa mulu. Jadinya senang dapat kado ini. Dan juga saya menerima beberapa kado lainnya. Siang kami ke toko tanaman, saya membeli beberapa tanaman untuk ditanam di halaman depan dan belakang. Sorenya kami ke rumah Mama.

Bolu Marmer putih telur menggunakan buttercream

Kegiatan yang lainnya, seperti biasa belajar, membaca buku, jalan – jalan ke taman, hutan, danau. Kami juga sempat ke ladang tulip. Oh saya juga sudah mulai kembali les menyetir. Mohon doanya ya, ujian menyetir kali ini saya langsung lulus. Bosen juga les nyetir mulu.

Saya sudah mencicil membuat beberapa menu lebaran. Saya mengundang 2 teman pas hari lebaran, satu teman akan datang hari lebaran kedua, dan hari lebaran ketiga ada satu teman datang mau mengambil baju – baju dan beberapa perkakas bayi yang sudah tidak kami pake lagi.

Tetangga sebelah rumah, yang sudah akrab sekali dengan kami, dua kali membuatkan saya sate ayam. Suami saya merasa surprise karena mereka orang Belanda kan, tapi rasa sate yang dibuat enak. Masih ok untuk standar sate dengan bumbu Indonesia. Mereka bilang, sate ayam dibuat untuk saya berbuka puasa. Anaknya pun sekali waktu pernah membuat sushi. Katanya untuk saya berbuka puasa. Perhatian mereka membuat saya terharu. Merasa rejeki sekali mempunyai tetangga seperti mereka. Sangat dekat tapi kami tetap tahu batasan. Mereka ini sangat perhatian dan sangat gampang menawarkan bantuan atau ketika diminta bantuan.

Beberapa hari lalu, saya dan suami membahas tentang lebaran. Saya bilang, mudah – mudahan tahun depan kami bisa berlebaran di Indonesia karena terakhir saya lebaran dengan keluarga di sana, tahun 2014. Jadi sudah 7 tahun lalu. Setelahnya saya pindah ke Belanda dan sejak saat itu belum pernah mudik. Tahun lalu, sebenarnya saat membeli tiket, kami pas kan waktunya saat lebaran. Tapi tidak jadi pulang. Tahun ini pun belum kesampaian mudik karena kondisi di sana dan di sini belum kondusif. Tiket pun sudah diundur lagi masa berlakunya oleh pihak maskapai penerbangan sampai akhir tahun depan.

Sedih sebenarnya kalau ingat lebaran, menjelang lebaran atau saat lebaran. Sudah 7 tahun tidak merasakan suasana lebaran di Indonesia. Rasa kangen akan suasana Ramadan, kangen dengan suara takbir, suara adzan dari masjid, suara orang tadarusan, suara bedug dipukul, dan keriuhan lebaran beserta segala menu lebarannya. Kangen dengan seluruh keluarga saya lebih tepatnya. Saat lebaran adalah saat yang kami tunggu setiap tahun karena bisa berkumpul lengkap. Tahun lalu saya sholat idul fitri di rumah, besok lebaran pun sama. Jadi ya, bisa terbayang kan saya rindu suasana lebaran yang sebenarnya. Meskipun begitu, tidak mengurangi rasa syukur saya bahwa Ramadan kali ini banyak berkah dan rejeki yang kami dapatkan. Keluarga kami lengkap, sehat, masih diberikan rejeki yang cukup.

Zakat fitrah sudah kami bayarkan untuk sekeluarga. Selama saya di Belanda, zakat fitrah selalu kami salurkan di Indonesia. Yang ngurus kalau ga Ibu ya Adik. Saya sekalian titip sedekah untuk beberapa orang yang tidak mampu, juga untuk saudara – saudara. Bagi kami, keluarga masih nomer satu. Jadi jika ada saudara yang kekurangan, jika kami ada rejeki lebih, yang pertama dibantu adalah saudara sebelum ke orang lain. Bagaimanapun juga, apapun yang terjadi, keluarga masih nomer satu buat saya.

Semoga dipertemukan kembali dengan Ramadan tahun – tahun mendatang dalam keadaan sehat, lengkap, dan hangat bersama seluruh keluarga. Semoga siapapun yang tahun ini tidak bisa mudik karena kondisi masih belum memungkinkan, tetap diberikan suka cita dan kebahagiaan merayakan lebaran. Semoga tahun depan saat lebaran bisa merayakan bersama seluruh keluarga.

Selamat menyambut lebaran esok hari.

-11 Mei 2021-

Menerapkan Minimalisme Digital dan Manfaatnya

Sourdouh Pukis. Pertama kali membuat pukis dan berhasil

Menyambung tulisan saya perihal undur diri dari twitter dan facebook, kali ini akan membahas kupas tuntas cara saya menerapkan minimalisme digital dan manfaat yang saya dapatkan sampai saat ini. Tulisan ini akan lumayan panjang, jadi siapkan waktu lebih untuk membacanya.

Saat memutuskan untuk rehat dulu dari dua media sosial ersebut, saya tidak merencanakan apapun sebelumnya. Jadi itu adalah keputusan yang mendadak pada pagi hari. Dua atau tiga hari setelahnya, saya mulai berpikir : apa ya yang sekiranya bisa dilakukan supaya tidak hanya media sosial saja yang saya kurangi, tapi juga membuat seminim mungkin kegiatan digital yang ada pada telepon genggam. Atau singkatnya, apa yang bisa saya lakukan supaya waktu saya bersama telepon semakin berkurang, sehingga bisa lebih produktif. Sebenarnya selama ini keterikatan saya dengan telepon juga tidak terlalu kuat. Misalnya kalau ke luar rumah ponsel ketinggalan, ya saya santai saja asal sedang tidah butuh google maps atau janjian ketemuan sama orang. Sering saya ke luar rumah tanpa membawa telepon. Atau kalau di rumah, telepon juga saya pegang kalau sudah senggang. Karena itu saya terkenal kalau membalas pesan lama sampai kena protes sana sini. Pesan dibalas sesuai prioritas ya. Kalau penting sekali ya langsung saya balas. Kalau bisa ditunda, kenapa tidak *ngikik

Jadi minimalisme digital ini singkatnya adalah memilih aplikasi digital yang sekiranya penting dan bisa memberi nilai tambah untuk kehidupan dan aktifitas sehari – hari. Jika memang tidak memberi nilai tambah, ya saya buang saja. Atau memang tidak terlalu sering saya gunakan, ya saya singkirkan.

Jadi, ini beberapa langkah yang saya lakukan untuk menerapkan minimalisme digital (terutama pada telepon genggam) dan hal – hal lainnya supaya tidak terlalu lekat dengan ponsel:

  • PILIH APLIKASI YANG PENTING SAJA

Saya mulai memilih dan memilah aplikasi apa saja yang sekiranya penting untuk dipertahankan dan mana yang lebih baik dibuang dari ponsel. Yang sekiranya sering saya buka semisal aplikasi belanja online mingguan, aplikasi bank, kalkulator, jam, aplikasi prakiraan cuaca dan sebagainya, saya tetap pertahankan karena hampir setiap hari saya buka sesuai dengan tingkat kepentingan. Sedangkan aplikasi yang sekiranya bisa saya buka lewat laptop atau PC, saya hapus dari ponsel Misalnya : goodreads, wordpress, beberapa aplikasi belanja online, dan sebagainya. Kalau email, memang sejak dulu saya tidak pernah install aplikasinya di ponsel. Saya selalu membuka lewat laptop atau PC.

Tujuan bersih – bersih tersebut supaya mengurangi keterikatan saya dengan ponsel. Juga untuk mempersulit saya menjangkau segalanya lewat ponsel. Misalkan : Kalau ingin membaca tulisan blogger lainnya, ya saya harus membuka WP lewat laptop atau PC. Atau kalau ingin beli buku online, ya saya buka aplikasinya lewat laptop. Saya ini paling malas buka laptop kalau tidak sangat perlu misalkan mengecek email atau membuat draft tulisan untuk blog, atau kebutuhan online lainnya.. Selebihnya ya malas menyentuh laptop. PC di ruangan saya, seringnya saya gunakan untuk belajar. Jadi harus ke lantai paling atas, butuh usaha ekstra.

Hasil dari bersih – bersih aplikasi di ponsel ini membuat saya tidak terlalu sering bersentuhan dengan ponsel. Apalagi sejak tidak twitter- an dan FB-an lagi, ya makin tidak terlalu pegang HP. Screen Time di HP turun drastis, rata – rata paling lama cuma 2 jam per hari. Ini sudah paling lama yang saya gunakan membalas pesan. Dulu, bisa sampai 5 jam per hari. Kalau di pikir lagi, kok seperti ga ada kerjaan saya dulu bisa sampai 5 jam berkutat dengan ponsel. Padahal punya bisnis saja tidak.

  • MATIKAN NOTIFIKASI DAN NADA DERING

Kalau ini sudah saya lakukan sejak dulu kala. Kalau di rumah, saya selalu mematikan dering telepon kecuali ada janjian dengan orang yang ingin menelepon saya. Notifikasi di ponsel pun sudah tidak saya aktifkan sejak lama. Alasannya supaya saya lebih konsentrasi dengan apa yang saya kerjakan di rumah. Itulah kenapa, saya kalau membalas pesan di WhatsApp terkenal lamaaaa sampai mendapatkan protes sana sini. Kalau ini saya punya dua alasan : pertama saya membalas berdasarakan prioritas. Kalau pas saya pegang ponsel, ada pesan masuk biasanya saya lirik saja. Membacanya nanti kalau sudah benar ada waktu luang. Kecuali ada pesan dari suami atau keluarga, biasanya langsung saya baca dan balas.

Alasan kedua kenapa saya lama membalas pesan : saya membalas kalau benar – benar senggang. Biasanya malam hari. Kalau tidak senggang sekali, saya tidak akan membaca segala pesan yang masuk.

Saya pernah membaca satu penelitian tentang konsentrasi yang bisa terganggu jika mendengar nada notifikasi. Jadi jika kita sedang konsentrasi terhadap satu hal, lalu tiba – tiba mendengar nada notifikasi atau dering telepon, untuk mengembalikan konsentrasi lagi butuh waktu 20 menit. Cukup lama juga ya.

  • TEMPATKAN TELEPON GENGGAM JAUH DARI JANGKAUAN

Hal ini juga sudah saya lakukan sejak lama. Alasannya simpel karena saya tidak mau mainan ponsel di depan anak – anak. Saya mentertibkan diri sendiri supaya tidak mengutak atik ponsel di depan mereka dan supaya lebih fokus saat saya bersama mereka. Ini juga berlaku saat ada suami. Tapi dulu suka curi – curi kesempatan. Jadi saat masak di dapur, saya suka mengambil ponsel dan membuka sesaat di dapur untuk melihat kelanjutan perseteruan yang ada di twitter misalnya. Atau ingin membaca kelanjutan berita A.

Nah sekarang, saya makin memperketat keterjangkauan ponsel dari jangkauan mata dan tangan. Karena aplikasi di ponsel semakin sedikit, jadi saya tidak terlalu tertarik lagi berdekatan dengan ponsel. Apalagi sejak suami kerja dari rumah, ya saya makin tidak terlalu butuh ponsel kalau di rumah, kecuali sedang ada janji ditelepon. Seringnya saat ini, saya lupa dengan ponsel kalau di rumah. Tiba – tiba ingat sore hari kalau seharian belum ngecek ponsel lalu lupa menaruhnya di mana.

Jika sedang mengerjakan sesuatu di PC atau laptop, ponsel juga saya letakkan jauh dari jangkauan. Misalkan saat belajar di PC, ponsel tidak terlihat depan mata. Walhasil belajar lebih khusyuk. Atau saat menulis blog, jadi lebih fokus dan cepat selesai nulisnya. Atau saat membaca buku, saya tidak pernah lagi berdekatan dengan ponsel. Hasilnya membaca buku jadi lebih konsen dan paham isinya.

  • SCREEN TIME dan FITUR IDLE

Dua bulan pertama menerapkan minimalisme digital, saya memanfaatkan fitur idle di ponsel. Sebelumnya tidak pernah saya pergunakan sama sekali. Akhirnya fitur tersebut saya gunakan untuk membatasi diri supaya tidak terlalu otak atik ponsel. Jadi saya atur waktunya dari jam 10 malam sampai jam 7 pagi, ponsel dalam keadaan idle. Semua aplikasi tidak aktif kecuali panggilan. Aplikasi tersebut bisa saja saya aktifkan pada pembatasan waktu yang saya buat, tapi saya ingin mendisiplinkan diri supaya menjadi terbiasa kedepannya. Dua bulan berjalan, akhirnya fitur idle tersebut saya hilangkan, untuk melihat apakah saya sudah terbiasa. Sampai sekarang, tanpa menggunakan fitur tersebut, saya jadi terbiasa jam 10 malam sudah tidak memegang ponsel lagi, kecuali ingin membalas pesan yang penting. Secara keseluruhan, saya sudah bisa mengontrol diri sendiri. Paling lama 2 jam memanfaatkan aplikasi yang ada di ponsel, seperti membalas pesan atau berbelanja mingguan online.

  • BUKA MEDIA SOSIAL LEWAT PC ATAU LAPTOP DAN BATASI WAKTUNYA

Ini rencananya akan saya lakukan saat sudah siap medsos-an lagi. Saya akan membuka, mengunggah status atau foto dari PC atau laptop saja. Ya karena aplikasinya sudah saya hapus dari ponsel, jadi kalau membuka dari PC atau laptop butuh usaha khusus tidak semudah saat dari ponsel. Juga waktunya akan saya batasi, misalkan saat hari tertentu saja atau cukup beberapa menit saja. Supaya ada kontrol terhadap diri sendiri.

Dua bulan setelah melakukan hal – hal yang saya sebutkan di atas, saya membaca buku Digital Minimalism yang ditulis oleh Cal Newport. Ternyata beberapa langkah yang saya aplikasikan, sama dengan yang ada di buku tersebut. Bukunya bagus sekali dan makin menguatkan saya untuk disiplin menjadi digital minimalist karena membawa banyak manfaat positif terhadap hidup saya.

Buku keren dan manfaatnya banyak, yang saya putuskan untuk pertahankan di rak buku, tidak saya berikan pada orang lain
Buku keren dan manfaatnya banyak, yang saya putuskan untuk pertahankan di rak buku, tidak saya berikan pada orang lain

MANFAAT MINIMALISME DIGITAL

Sebelum membahas lebih lanjut tentang manfaat yang saya dapatkan selama 5 bulan lebih memanfaatkan minimalisme digital, saya ingin membahas secara singkat apa yang saya rasakan saat 2 minggu pertama rehat dari media sosial. Jadi selama 2 minggu pertama tersebut, hati saya merasa sedih dan pikiran jadi gamang. Merasa seperti kesepian dan tidak punya teman. Merasa tidak diperhatikan. Setelah saya telaah lagi, hal tersebut terjadi karena biasanya setiap hari saya ada interaksi di media sosial. Jadi merasa seperti banyak yang memperhatikan. Jadi begitu rehat, rasanya jadi sepi. Setelah 2 minggu, lama – lama ya terbiasa. Sekarang ya biasa saja. Mungkin selama 2 minggu tersebut efek detoksifikasi sedang bekerja.

Ok, sekarang saya akan membahas manfaat apa saja yang saya dapatkan setelah menerapkan minimalisme digital :

  • BANYAK WAKTU UNTUK BERDIALOG DENGAN DIRI SENDIRI

Sejak tidak sibuk di twitter dan FB, saya jadi punya banyak waktu luang. Pikiran jadi lebih jernih dan bisa saya gunakan untuk banyak berdialog dengan diri sendiri. Karena punya banyak waktu untuk melihat ke dalam diri sendiri, saya makin mengenal diri saya seperti apa dan maunya apa. Selama ini saya terlalu sibuk ke sana sini sampai lupa menengok dan bertanya apa kabar ke diri sendiri. Mengabaikan apa yang sebenarnya diinginkan oleh diri ini. Setelah banyak – banyak berdialog dengan diri sendiri, satu persatu saya bisa menyembuhkan apa yang selama ini seperti luka menganga. Perlahan saya bisa menemukan apa itu yang namanya damai. Saya jadi bisa tahu apa yang sebenarnya saya inginkan, apa yang sebenarnya membuat saya bahagia dan tenang. Sekarang kalau ada yang membuat resah, pertama yang saya lakukan ada melihat jauh ke dalam diri dulu. Bertanya, berdialog, membuat jernih dulu di dalam.

Lima bulan terakhir ini, saya makin senang berdialog dengan diri, Makin menengok ke dalam. Hasilnya pikiran makin tenang.

  • LEBIH SADAR

Semuanya sekarang jadi lebih sadar. Mengerjakan sesuatu semuanya jauh lebih sadar. Bahkan makan saja sekarang lebih tau rasanya seperti apa. Dulu kalau sedang makan sendiri, tangan kanan melakukan aktifitas makan, tangan kiri scroll – scroll ponsel. Yang dilihat mata bukannya makanan tapi apa yang nampak di layar ponsel. Jadinya makanan cuma sekedar lewat saja tanpa mengerti rasanya seperti apa, tidak merasakan kunyahan demi kunyahan, melewatkan rasa penuh syukur karena masih bisa makan enak dan badan masih sehat untuk mengunyah, dan sebagainya.

Sekarang saya sudah terbiasa saat makan ya yang di depan saya adalah makanan. Saya tidak lagi melakukan aktifitas lainnya saat makan. Jadi mata betul – betul melihat pada makanan dan merasakan suapan demi suapan. Hal tersebut juga berlaku dengan aktifitas lainnya. Misalkan saat memasak atau baking saya jadi lebih sadar dengan prosesnya.

  • SLOW LIVING

Karena semuanya dikerjakan dengan lebih sadar, jadi pergerakan juga lebik lambat dan tidak terburu – buru. Dulu seringnya terburu karena ingin segera punya waktu istirahat supaya saya bisa lebih cepat ada interaksi dengan ponsel. Sekarang saya lakukan dengan lebih lambat tapi hasilnya lebih maksimal. Karena pergerakan yang lebih lambat dan lebih sadar ini, entah kenapa saya justru menikmati setiap prosesnya dan hasil akhirnya lebih baik dibandingkan sebelumnya. Semua dikerjakan dan dipikirkan tidak dengan terburu waktu. Saya lebih bisa mengerjakan banyak hal dan menikmati prosesnya. Saya jadi bisa mengerjakan satu hal dalam satu waktu. Tidak lagi multitasking karena ternyata lebih cocok untuk saya.

  • BERKEGIATAN TANPA DISTRAKSI, LEBIH FOKUS DAN LEBIH PRODUKTIF

Menyenangkan sekali rasanya berkegiatan tanpa ada gangguan. Baik itu gangguan dari pikiran maupun gangguan ponsel yang gampang dijangkau tangan. Sekarang baca buku saja jadi lebih tau isinya apa. Saya jadi lebih fokus membaca tanpa harus diselingi dengan membuka ponsel. Dulu membaca buku 5 menit, scroll – scroll ponsel 30 menit. Sekarang 1 jam membaca buku, saya jadi lebih khusyuk. Hasilnya, sampai akhir bulan April ini (saat tulisan ini mulai dibuat), saya sudah menyelesaikan membaca 20 buku dan paham isinya apa.

Contoh lainnya, memasak pun saya jadi lebih fokus dan tau yang saya masak apa. Dulu sambil masak, ingin cepat – cepat selesai supaya bisa memantau lagi apa yang sedang terjadi di FB dan twitter. Pikiran tidak seutuhnya di kegiatan memasak. Terburu – buru. Sekarang saya lebih menikmati proses memasak, lebih fokus, dan lebih sadar.

Karena lebih punya banyak waktu, saya jadi bisa mengerjakan hal – hal yang membutuhkan ketelitian tingkat tinggi. Ternyata, di rumah ada banyak hal yang bisa saya lakukan. Sesederhana, saya jadi punya banyak waktu untuk olahraga di rumah. Hasilnya badan lebih sehat dan berenergi, bonusnya turun berat badan. Sesederhana saya bisa otak atik resep untuk bikin kue, cookies, atau roti. Kok tahun lalu berasa punya banyak waktu untuk rebahan dan memantau media sosial ya, padahal di kehidupan nyata ada hal – hal yang lebih bermanfaat untuk diselesaikan. Ternyata, saya tidak senganggur itu.

Sourdouh Pukis. Pertama kali membuat pukis dan berhasil
Sourdouh Pukis. Pertama kali membuat pukis dan berhasil
  • MENIKMATI JOMO (JOY OF MISSING OUT)

Istilah JOMO ini saya dapatkan dari pembicaraan pagi hari dengan Maureen. Pagi itu saat kami bercakap di aplikasi kirim pesan, dia bilang kalau ingat saya saat ada yang membahas JOMO di twitter. Saya lalu googling, JOMO itu apa. Setelah paham, saya jadi berpikir, benar juga ya saya saat ini sedang menikmati fase tidak tau banyak hal dan itu baik – baik saja. Dulu saya rasanya merasa tidak percaya diri jika tidak tau berita terkini apa. Harus tau semua berita yang ada. Dulu saya merasa jadi orang yang tertinggal jika tidak mengikuti keributan apa yang sedang ada di timeline twitter atau FB.

Sekarang saya santai saja kalau tidak tau banyak hal. Saya cukupkan informasi apa yang bisa saya akses. Misalkan berita, saya hanya menonton 1 tayangan berita di TV nasional Belanda. Itu saja sumber berita yang saya akses. Jadi saya membatasi informasi apa saja yang masuk ke otak. Jikapun saya harus mencari informasi tambahan, tidak semuanya saya cari. Secukupnya saja. Sekiranya saya rasa sudah cukup, akan saya hentikan sampai di situ saja proses mencarinya. Membatasi informasi yang saya baca, ini berimbas pada hal – hal yang akan saya bahas selanjutnya. Intinya, saya sekarang santai saja kalau tidak tahu yang terkini apa.

  • TINGKAT KECEMASAN DAN BANYAK MIKIR JAUH LEBIH BERKURANG

Berhubungan dengan hal di atas, karena saya membatasi dan sangat memfilter informasi dan berita yang saya akses, tingkat kecemasan jadi jauh berkurang. Sangat jauh berkurang. Itu saya sadari selama 5 bulan ini. Ternyata, tidak tahu semua hal itu sangat menolong jiwa saya untuk jauh lebih waras. Tahun lalu kesehatan mental saya acakadut, setelah saya evaluasi sendiri, salah satu sumbernya ya karena semua hal ingin saya ketahui. Hasilnya, itu membuat lelah mental dan pikiran jadi ke mana – mana. Kalau malam jadi lebih cemas, tidur jadi tidak berkualitas, dan pikiran jadi tidak sehat karena mikir yang tidak – tidak.

Sekarang, pikiran saya lebih jernih, jiwa lebih tenang, dan rasa cemas sangat jauh berkurang, hasil dari saya membatasi informasi yang saya akses. Secukupnya saja. Ketinggalan informasi terkini, sekarang buat saya bukan jadi masalah besar. Tak tahu semua tidak membuat saya jadi orang yang terbelakang. Yang penting jiwa sehat bahagia.

  • PIKIRAN LEBIH TENANG

Karena membatasi sumber informasi dan tidak mengikuti semua berita terkini, juga lebih selektif dengan apa yang saya baca plus sudah tidak twitter an lagi, pikiran jauh lebih tenang. Saya jadi banyak waktu untuk bengong dan ngelamun. Jadi banyak waktu memikirkan hal – hal yang menyenangkan. Jadi punya kesempatan memikirkan hal – hal yang konyol. Otak saya seperti lebih banyak kapasitasnya sekarang. Berasa tidak penuh. Itulah sebabnya saya jadi lebih bisa berpikir jernih untuk segala hal. Lebih sadar dengan apa yang terjadi.

  • HIDUP UNTUK SAAT INI, SEKARANG, DAN DI SINI

Dengan menerapkan minimalisme digital, saya hidup untuk saat ini, sekarang, dan di sini. Artinya, saya lebih bisa melihat apa yang ada di depan mata, lebih bisa merasa dan mendengar. Saya lebih terhubung dengan yang ada di sekitar, lebih bisa mencium aroma, dan lebih peka.

Misalnya : Dulu saat jalan kaki di hutan, saya suka memfoto sana sini dengan pikiran ingin membagikan di medsos saat sudah sampai di rumah. Jadi sibuk cekrak cekrek sana sini. Sekarang, saat ke hutan, saya benar – benar bisa menikmati apa yang ada di depan mata. Bisa mencium aroma hutan tanpa sibuk foto sana sini. Sesekali tetap memfoto untuk mengabadikan. Atau bahkan memvideokan. Tapi ya sudah, tidak sibuk ria semua pojok difoto.

Contoh lainnya : Sekarang saat bersama anak – anak, ya saya 100% fokus membersamai mereka, pikiran tidak bercabang ke sana sini. Dulu saat main dengan anak – anak, pikiran saya suka ke sana sini misalkan mikir tentang berita di Indonesia lah, mikir tentang perseteruan di twitter gimana lanjutannya, mikir tentang kebijakan negara Belanda dan lain sebagainya.

5 bulan terakhir, hidup saya jadi berada di saat ini dan di tempat saya berada. Pikiran saya tidak ke mana – mana dan fokus dengan apa yang di depan mata. Hasilnya, saya jadi fokus dengan apa yang saya kerjakan. Atau saya jadi lebih menjejak ke bumi. Hidup saya sekarang melewati dari hari ke hari, tidak terlalu pusing dengan apa yang ada di depan atau terlalu memikirkan apa yang sudah berlalu.

  • MEMULAI HARI PENUH ENERGI, MENGAKHIRI HARI TETAP BERENERGI

Saya pernah membaca, mood orang ditentukan dengan apa yang dilakukan dia saat pertama kali bangun. Dulu, pertama kali bangun saya ngecek medsos. Ngecek ada notifikasi apa atau ada berita terkini apa bahkan pengen tahu ada keributan terbaru apa hari ini. Walhasil, selama satu jam memandang ponsel, energi saya jadi berkurang banyak. Mood untuk menjalani satu hari kedepan pun seringnya sudah amburadul.

Sekarang, saya memulai hari lebih berenergi karena saat bangun tidur ada banyak waktu untuk ngobrol dengan diri sendiri. Memikirkan hal – hal yang baik, mengevaluasi yang terjadi sebelumnya, dan merencanakan apa yang akan saya jalani hari ini. Waktu yang dulu saya gunakan untuk membuka media sosial, sekarang saya gunakan untuk membaca buku, menulis blog, atau hal – hal yang lebih nyata lainnya. Lebih punya waktu untuk banyak bersyukur dan beribadah. Tidak terburu – buru. Dalam sehari menjalani aktifitas, karena jadi fokus terhadap satu hal saat itu, jadi yang saya kerjakan pun selesai dengan baik. Mengakhiri hari saya masih punya energi tidak ngos – ngos san seperti kehabisan nafas karena mood selama sehari terjaga dengan baik. Mengakhiri hari saya masih bisa mengevaluasi apa yang terjadi hari ini, bisa menuliskan di buku harian apa saja yang bisa disyukuri hari ini, lalu sebelum tidur kembali berdialog dengan diri sendiri.

Memulai hari penuh energi, menjalani aktifitas sepanjang hari dengan maksimal dan tanpa uring – uringan, mengakhiri hari mood tetap baik dan energi masih ada.

Selama lebih dari 5 bulan menjadi digital minimalist, saya merasakan banyak sekali manfaat positifnya. Hal tersebut juga membawa banyak perubahan baik dalam cara pandang, mengelola emosi. dan mengatur aktifitas harian. Saya jadi punya banyak waktu untuk diri sendiri juga keluarga. Saya jadi punya banyak waktu untuk menjadi diri sendiri, berdialog dengan diri, dan menengok ke dalam diri sendiri. Saya jadi lebih tenang, lebih sadar, lebih fokus, dan lebih produktif sesuai dengan ritme yang inginkan. Hal lainnya yang saya syukuri adalah saya jadi makin dekat dengan keluarga, lebih ada dan nyata untuk mereka karena mereka adalah salah satu bagian terpenting dalam hidup.

Semoga yang saya tuliskan panjang lebar di atas bisa punya manfaat untuk yang sudah meluangkan waktu membaca. Terima kasih sudah menyempatkan untuk membaca.

Selamat berakhir pekan.

-7 Mei 2021-

Berkunjung (Kembali) ke Ladang Tulip

Ladang Tulip di Noordwijk

Ini postingan singkat saja. Ingin mendokumentasikan dalam bentuk cerita dan foto kalau kami hari ini menyempatkan diri untuk melihat tulip langsung di ladang yang ada di sekitaran Lisse dan Noordwijk (Bollenstreek route). Awalnya, kami sudah berencana naik sepeda untuk menyusuri ladang – ladang tulip yang ada di beberapa area sekitaran Lisse, seperti yang pernah kami lakukan pada tahun 2016. Cerita lengkapnya bisa dibaca di sini ya. Tapi kali ini, kami naik sepeda dari rumah, lalu naik kereta dari Den Haag Centraal turun di Leiden, dan meneruskan perjalanan naik sepeda lagi. Pulangnya juga sama.

Namun, rencana naik sepeda terpaksa dibatalkan karena beberapa hari belakang anginnya lumayan kencang dan suhu juga dibawah 10 derajat celcius, meskipun matahari nyentrong. Selain itu, ada 2 pasukan yang hidungnya agak meler. Jadi kalau naik kereta, takutnya nularin sakit ke penumpang yang lain. Jadilah kami putuskan untuk sewa mobil saja, berkunjung ke beberapa ladang tulip, tidak usah sampai blusukan.

Akhirnya, terlaksana hari ini. Agak dipaksakan karena prakiraan cuaca seminggu kedepan hujan terus setiap hari. Kalau nunggu tidak hujan, takutnya tulip sudah tak ada lagi. Biasanya pertengahan Mei itu sudah waktu maksimal Tulip mekar. Lumayan, bisa datang ke 4 lokasi. Suasana ladang tulip yang kami kunjungi sepi. Bahkan 3 lokasi cuma ada kami yang datang. Sedangkan satu lokasi lainnya, ada beberapa pengunjung lainnya. Lokasi yang saya maksud ini benar – benar ladang punya petani, bukan dibuka untuk umum, meskipun kalau mau datang ya bisa saja. Sedihnya, di lokasi yang ada beberapa pengunjung, tulipnya mulai dimusnahkan oleh traktor. Dan banyak ladang yang sudah mulai gundul. Seingat saya, akhir April begini masih banyak tulip ya. Tapi ini saya lihat ladang – ladang yang ada di sana sudah mulai gundul. Apa memang mereka tidak menanam tulip seperti biasanya. Tapi beberapa ladang lainnya, tulip malah belum mekar sempurna.

Di lokasi yang tidak ada pengunjungnya, salah satunya adalah lokasi yang sama seperti pada postingan tahun 2016. Pada foto terakhir di postingan tersebut, kami kunjungi lagi. Tapi tadi tulipnya tidak sebanyak waktu itu. Lalu saya dan suami jadi bernostalgia saat kami berdua waktu itu bisa niat sekali sepedahan dari rumah, blusukan ke ladang – ladang tulip, kembali lagi ke rumah tetep sepedahan sampai malam. Masa – masa masih berdua.

Sebenarnya saya lebih suka dengan Hyacinth karena wangi, pun warnanya kece. Begitu sampai ke salah satu ladang, aroma wanginya langsung semerbak. Bagus pula warna ungunya. Ada beberapa warna lain di sebelahnya.

Hyacinth

Tentu saja tadi kami manfaatkan dengan foto sebanyak mungkin. Tanpa rebahan dan goler – goler ya dan saya juga agak segan sampai ke tengah ladangnya. Cukup di depan saja, yang penting punya kenangan foto bersama sekeluarga. Saat melihat salah satu foto saya dari kamera ponsel suami, lalu kuterkedjoet melihat ternyata badanku kok langsing banget *ihiiyykk *pamer haha. Begini rasanya pernah punya badan segede gaban, lalu sekarang menciut *tetep pamer :)))

Mudah – mudahan tahun depan kami bisa sepedahan lagi menyusuri semua area Tulip yanga ada di sekitaran Lisse. Napak tilas. Untuk hari ini, sangat bahagia bisa melihat keindahan tulip dan hyacinth yang berwarna warni. Dan senangnya lagi, tempatnya sepi. Jadi hiburan buat kami, sejenak ke luar rumah melihat keindahan tulip langsung di ladangnya.

-28 April 2021-