Akhir 2016 dan Awal 2017

Apa yang kami lakukan pada hari terakhir di 2016 dan hari pertama di 2017? yuk simak cerita saya *pembukaan seperti Vlog masa kini :)))

Sebenarnya tidak ada yang sangat istimewa karena sama seperti akhir pekan sebelumnya, aktivitas yang kami lakukan seputar bersih-bersih rumah, olahraga, dan leyeh-leyeh. Tetapi akhir pekan ini menjadi istimewa karena saya sudah tidak sabar melihat warna warni kembang api di malam tahun baru. Sebagai pencinta kembang api, hasrat menonton kembang api semakin tersalurkan sejak saya tinggal di Belanda karena banyak acara yang menyuguhkan kembang api, salah satunya kami pernah melihat Festival International kembang api di Scheveningen. Menjelang tahun baru, sejak tanggal 31 Desember jam 12 siang sampai tanggal 1 Januari jam 12 siang, kembang api dan petasan boleh dinyalakan. Diluar dari waktu yang ditentukan, pelaksanaannya dilarang walaupun masih saja ada yang suka nyolong nyolong. Sementara suami malah benci dengan suara petasan dan kembang api. Mengganggu telinga dan aktivitas tidur katanya. Padahal saya selalu lonjak-lonjak kesenengan kalau melihat kembang api dengan bentuk macam-macam di udara.

Sabtu siang setelah bersih-bersih rumah, saya menyiapkan makan siang yang tidak pakai ribet yaitu sushi. Kalau sedang males masak dan pengen cepet, saya biasanya membuat sushi karena kami berdua memang sushi mania. Paling tidak sebulan sekali kami makan sushi. Nah, sabtu kemarin entah dimana saya menaruh gulungan sushi yang berujung dari pencarian yang tidak ketemu, akhirnya saya menggulung sushi tanpa menggunakan bambu gulungannya. Menggulung biasa. Meskipun agak berantakan, tapi tidak jauh berbeda sepertinya ketika saya menggunakan gulungan bambu. Tidak jauh berbeda tidak rapinya maksudnya haha. Saya membandingkan tentu saja dengan sushi yang ada di restaurant yang hasilnya rapi sekali.

Hasil dari yang memakai gulungan bambu
Hasil dari yang memakai gulungan bambu
Hasil minggu lalu tanpa gulungan bambu
Hasil minggu lalu tanpa gulungan bambu

Setelah makan siang suami pergi ke kota sebentar sedangkan saya yang malas gerak nglimpruk di rumah, kembali leyeh-leyeh nyambi masak. Suara petasan sudah mulai jedar jeder terdengar. Sorenya saat suami sudah sampai rumah kembali, kami keluar jalan kaki menuju toko kue dekat rumah untuk membeli Oliebollen (oliebol kalau cuma satu buah). Antriannya lumayan panjang. Oliebollen ini adalah makanan khas Belanda menyambut tahun baru berupa roti goreng isi kismis dan buah kering. Sebenarnya stan-stan yang menjual Oliebollen sudah banyak dijumpai semenjak akhir November dan berlangsung sampai 31 Desember. Kami pada akhirnya tidak hanya membeli Olibollen tetapi juga Berliner bollen (ini favorit saya karena ditengahnya ada fla yang rasanya tidak terlalu manis), Appelbollen, dan Appelbeignetten. Jadi malamnya kami makan segala macam yang kami beli ini sampai perut begah rasanya.

Tiga yang belakang itu Oliebollen. Biasanya pemyajiannya ditaburi bubuk gula pasir. Tapi kami memilih tidak. Dua yang di depan favorit saya.
Tiga yang belakang itu Oliebollen. Biasanya penyajiannya ditaburi bubuk gula pasir. Tapi kami memilih tidak. Dua yang di depan favorit saya Berliner bollen, dan dua yang dibelakang sebelah kanan itu Appelbollen

Jam delapan malam suami sibuk ketak ketik urusannya sedangkan saya mulai kesenengan karena tetangga depan belakang mulai menyalakan kembang api yang saling bersahutan dengan segala bentuk dan warna warninya. Suami manyun karena suara petasan dan kembang api mengganggu telinga dan konsentrasinya. Sedangkan istrinya malah gembira hilir mudik lihat kembang api dari dalam rumah. Terbayang kan bagaimana kami ini saling bertolak belakang :D.

Sekitar jam 10 malam suami sudah mengantuk dan tidur. Sedangkan saya masih segar bugar dengan mata yang masih cerah tetap memperhatikan kembang api yang kali ini saya lihat dari dalam kamar. Malam tahun baru seperti ini sebenarnya ada perasaan sedih yang selalu menghinggapi karena mengingatkan saya saat tahun baru terakhir bersama Bapak. 31 Desember 2011 malam, saya yang selalu pulang ke Situbondo pada akhir tahun karena kantor pasti libur selama 2 minggu, melewatkan malam tahun baru waktu itu dengan menonton Transformer di TV bersama adik sedangkan Bapak tidur. Menjelang jam 12 malam, Bapak terbangun dan menunggu detik-detik pergantian tahun. Saat jam 12 malam, kami saling mengucapkan selamat tahun baru lalu saling mengucapkan harapan-harapan di tahun yang baru lalu setelahnya kami sholat bersama. Ritual seperti itu sudah kami lakukan sekeluarga sejak saya masih kecil. Pada tanggal 1 Januari saya kembali ke Jakarta dan ternyata itu adalah pertemuan terakhir saya dengan Bapak karena lima hari setelahnya Bapak meninggal dunia. Setelah saat itu, malam tahun baru selalu menyisakan sedih buat saya karena selalu teringat dengan Bapak.

Kembali ke cerita malam tahun baru saya dan suami. Jadi setelah ditunggu-tunggu, akhirnya jam 12 pun tiba dimana kembang api semakin riuh di udara. Saya melihat dari kamar semakin senang. Saya lalu membangunkan suami dan mengucapkan selamat tahun baru satu sama lain dan saling berucap harapan di tahun yang baru. Setelahnya suami tidur lagi dan saya tetap melihat dan merekam beberapa atraksi kembang api yang menurut saya menarik. Salah satunya dibawah ini. Oh iya, kata suami biasanya pas jam 12 malam tersebut para tetangga langsung saling mengucapkan selamat tahun baru kalau memang mereka sedang berada di luar rumah atau di jalan sekitar rumah. Nah karena kami sudah mematikan lampu rumah sejak jam 10 malam, maka kami mengucapkan tahun baru ke tetangga keesokan harinya. Saya tidur sekitar jam 1 malam dan suara kembang api masih ramai terdengar.

Hari minggunya saya masak istimewa. Kami mengadakan syukuran atau selametan kecil-kecilan atas rejeki titipan Allah. Syukurannya ya cuma kami berdua yaitu membuat tumpeng kecil. Dan menghantarkan beberapa kotak nasi kuning ke tetangga-tetangga dan saudara. Karena saya tidak punya cetakan tumpeng, awalnya mau dicetak pakai mangkok saja jadi tidak berbentuk tumpeng. Lalu tiba-tiba ada ide untuk membentuk tumpeng memakai karton yang dilapisi plastik. Untungnya saya punya banyak karton di rumah.

Tak ada cetakan tumpeng, karton pun jadi 😅
Tak ada cetakan tumpeng, karton pun jadi 😅

Dengan peralatan seadanya tumpeng pun jadi dengan makanan pendampingnya perkedel dan ayam panggang (karena males menggoreng makanya saya masukkan perkedel dan ayamnya ke dalam oven saja), telur dadar, sambel goreng pete kentang, tahu tempe kecap, mie, dan urap sayur. Tidak ada sambel karena sambel goreng kentang petenya sudah pedas.

Ini pertama kalinya saya membuat tumpeng dengan segala printilannya. Lumayan juga ya membuat pinggang remek selesai masak. Tapi saya gembira karena ada pengalaman pertama juga membuat tumpeng dan kami menghabiskan berdua yang ada di dalam tampah kecuali ayamnya cuma dimakan satu sama suami. Favorit suami sambel goreng kentang pete. Heerlijk katanya. Trus dibilangnya tumpeng saya seperti menara pisa alias miring :)))

Tumpeng mini porsi makan berdua langsung tandas tak bersisa
Tumpeng mini porsi makan berdua langsung tandas tak bersisa

Setelah saya dan suami memakan tumpeng kecil kami, lalu kami pergi ke tetangga-tetangga untuk mengucapkan selamat tahun baru dan membawa nasi kotak dan mengatakan kalau kami sedang mengadakan syukuran. Setelahnya kami pergi ke rumah Mama sambil membawa nasi kotak juga karena beberapa saudara berkumpul di sana.

Beberapa kotak nasi kuning dibagikan ke para tetangga dan saudara
Beberapa kotak nasi kuning dibagikan ke para tetangga dan saudara

Seperti yang Mas Ewakd tuliskan di postingan sebelumnya, semoga 2017 selalu menghadirkan kebahagiaan dan kesehatan yang baik untuk kita semua. Semoga 2017 kondisi di Indonesia dan dunia jauh lebih baik.

img_2806

-Nootdorp, 3 Januari 2017-