Perihal Negara Paling Santai di Dunia

Iseng motoin kucing yang selalu ngintilin kami kalau akan sarapan

Minggu lalu, saya membaca cuitan seorang sahabat di twitter yang menampilkan sebuah artikel dari Kumparan, menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara paling santai di dunia. Saya tertarik, lalu membaca lebih lanjut isi tulisan tersebut. Ternyata survey dilakukan pada 15 negara yang terpilih dengan memasukkan beberapa variabel seperti suhu, jumlah hari libur, berapa banyak spa yang dimiliki. Riset ini dilakukan olah agen perjalanan asal Inggris. Untuk membaca berita lebih lengkapnya, silahkan klik di sini

Sebagai lulusan Statistik, kalau ada survey yang hasilnya menetapkan “Ter” atau “Paling” biasanya saya tergelitik untuk mencari tahu sampai detil misalkan bagaimana cara pengambilan samplenya, menggunakan metode apa, lalu berdasarkan apa variabel-variabel yang ada ditetapkan, dan masih panjang lagi. Tapi untuk survey kali ini, alih-alih mencari tahu lebih dalam, saya malah tergelitik mengomentari fenomena di sekitar (dan juga yang saya alami) berhubungan dengan bagaimana santainya orang-orang (juga saya) di Indonesia dalam menyikapi sesuatu, bahkan yang mendekati bahaya. Oh ya, setelah berita tersebut dirilis kumparan, tidak sampai hitungan jam, meme-memenya pun langsung keluar. Sukses membuat saya tertawa terpingkal di pagi hari. Kreatif sekali. Silahkan cari di twitter, berserakan di mana-mana.

Kembali lagi, tidak ada hubungannya dengan isi survey, saya ingin menceritakan beberapa hal tentang bagaimana santainya beberapa orang di Indonesia. Ini berdasarkan pengalaman (dan pengamatan) pribadi.

  • Gempa

Tidak bermaksud untuk menjadikan musibah sebagai bahan becanda, tapi ini adalah cerita pengalaman pribadi saya saat bekerja di Jakarta. Waktu itu, entah tahun berapa lupa, terjadi gempa yang cukup kuat di Jakarta. Seingat saya waktunya adalah sore menjelang maghrib. Ruangan saya di lantai 2. Saat sedang khusyuk meneliti angka-angka di PC, tiba-tiba saya merasa kok lantainya agak getar lalu meja kerja sedikit bergeretak. Posisi duduk saya di kubikel. Saya melihat dengan ekor mata, rekan-rekan satu ruangan bergegas ke luar. Malah ada satu Manager yang mengajak saya segera ke luar, “Ayok Den, cepetan turun!” Waktu itu saya pikir kenapa sih orang-orang kok buru-buru mau turun, mau jajan bakso depan kantor atau bagaimana. Biasanya kalau sore memang ada rombong bakso depan kantor.

Tak berselang lama, Saya agak tersadar. Lho jangan-jangan ini gempa ya, makanya orang-orang kok pada cepet-cepetan turun. Saya langsung menyambar dompet (dan lupa Hp ada di mana), jalan tetep santai malah sempat ke ruangan sebelah cari teman saya apa sudah turun. Kalau saya pikir sekarang, kok yaaa sik klewas klewes nyari teman. Sesampainya di lobby, saya lihat semua sudah berkumpul di halaman kantor. Saat saya buka pintu, semua langsung tepuk tangan dan bos saya menyelutuk, “loe mampir beli soto mie dulu apa gimana nih lama banget.” Bwuahahaha. Radar saya terhadap bencana memang agak tidak sensitif. Bayangkan, gempa yang kuat seperti itu saya masih santai di dalam lalu klewas klewes ke luar ruangan. Untung ga rubuh itu bangunan.

Nah, yang satu ini saya baca dari cuitan salah satu penulis di Indonesia. Sahabat saya yang memberi tahu. Jadi sewaktu gempa yang lumayan kencang hari Jumat malam di Banten, goncangannya terasa sampai Bandung (entah Jakarta terasa tidak ya). Nah Penulis ini masuk ke sebuah toko, lalu terasa gempa. Panik, dia lari ke halaman. Lalu tiba-tiba ada yang minta foto bersama. Hahaha kok yaaa dalam keadaan panik begitu sempat-sempatnya minta foto bersama. Santai sekali hidupnya.

  • Pesan Makanan

Ini adalah salah satu kelakuan santai yang paling tidak saya sukai. Dulu jika sedang mengantri di restoran cepat saji, sambil antri saya melihat-lihat daftar menunya apa yang biasanya terpampang besar di atas. Jadi ketika sudah sampai depan kasir, saya langsung menyebutkan pesanan lalu membayar.

Namun tidak semua orang yang mempunyai pemikiran yang sama. Begitu panjangnya antrian, banya orang sampai depan kasir masih mulai membaca satu persatu menunya, menimbang-nimbang, gamang, resah, ragu, dan seterusnya. Nampaknya sewaktu dalam antrian dia sedang sibuk menguras kamar mandi sampai tidak sempat membaca dulu menunya apa. Begitu sampai depan baru membaca satu persatu. Rasanya pengen tak bisiki : Sampeyan sehat? kok menyebalkan pol-polan.

Ada lagi yang nyaris sama dengan kejadian di atas, yaitu saat membayar angkot. Saya itu paling jengkel kalau ada penumpang bemo (waktu di Surabaya), bukannya mempersiapkan uangnya sebelum turun. Jadi saat turun, sibuk mencari uang di tasnya. Kalau sebentar sih tidak masalah. Seringnya nyari ngubek sana sini lama sekali seperti ada galian sumur saja dalam tasnya.

  • Obrolan Sesama Kasir

Nah, kejadian ini ada di kota saya. Terdapat sebuah supermarket yang paling besar di kota tempat orangtua saya tinggal. Supermarket ini terkenal dengan barang-barangnya yang lengkap serta harganya yang murah. Tapi, tidak ada yang sempurna di dunia kan, begitu juga di sini. Kalau sudah membayar di kasir, lamanya ngalah-ngalahin orang pacaran yang menunggu kepastian kelanjutan hubungan seperti apa (lah kok curhat selipan masa lalu). Pasalnya, 4 kasir yang ada bisa saling ngobrol satu sama lain. Mereka ini seperti ada dalam dunia sendiri. Jadilah kami sebagai pembeli selain gregetan dengan lamanya pelayanan, akhirnya juga ikutan mendengarkan gosip seputar rumah tangga. Haha nyambi. Ya Tuhan, per lambean yang waktu itu belum ada, masih kalah jauh dengan 4 kasir ini. Super santai seng ada lawan.

Fussen
Fussen
  • POM Bensin

Saya ini kan sukanya mengamati. Selain mengamati, iseng-iseng juga menganalisa kelakuan orang. Pernah mengalami ketika sedang membeli bensin di POM, lalu antrian depan kita bukannya dengan sigap menutup wadah bensin di sepeda motor, melainkan dengan gerak yang super lamban justru melakukan kegiatan lainnya? Saya sering menjumpai seperti ini. Persis di depan saya, ada yang dengan santainya menutup tanki bensin, menutup jok, lalu ngaca, membetulkan letak jilbab, membetulkan letak kaca spion, lalu bayar trus baru pelan-pelan pergi. Saking lamanya nunggu, saya pikir dia melanjutkan kegiatannya dengan menyulam, merajut, memandikan anak, memasak, lalu tidur. Lha lapo seh kok sempat-sempate ngoco, mbenakno lipstick, senyam senyum nang spion. Mbok pikir sing nang mburimu iki adalah bayangan semu masa lalu? santai men uripmu.

  • Saat Penangkapan Terduga Teroris

Ingat kejadian proses penangkapan terduga teroris di Sarinah, Jakarta?. Saya mengikuti dari sini. Mengikuti lewat twitter, saya ikutan tegang. Seperti biasa, saya membahas dengan sahabat-sahabat saya di wa grup. Dasar twitter ya, di tengah ketegangan seperti itu, adaaa saja foto-foto lucu yang bermunculan. Orang-orang ini benar-benar santai luar biasa masih sempat-sempatnya membahas hal-hal yang kocak. Nah diantara beberapa foto yang beredar, yang membuat saya dan para sahabat tergelak adalah para pedagang di sekitar Sarinah yang seperti tidak terganggu dengan aksi baku tembak tersebut. Dalam foto yang beredar, ada tukang sate yang masih mengipasi sate jualannya, pembeli yang terlihat santai makan, penjual minuman keliling yang tetap menjajakan dagangannya, bahkan ada yang dengan santainya selfie dengan latar belakang petugas yang sedang siaga memegang senapan. Nyowomu iku onok piro, kok nduwe nyali. Koen ga wedho onok peluru nyangsang ta yok opo. Saya rasa mungkin hanya ada di Indonesia pemandangan ini bisa kita jumpai. Orang makan sate sementara tak jauh dari tempat dia makan sedang genting terjadi proses penangkapan teroris. Luarrr biasa haha.

Itulah beberapa kejadian yang menggambarkan bahwa banyak orang Indonesia sangat santai dalam segala situasi, bahkan saat genting sekalipun. Yang saya tuliskan di atas hanya segelintir cerita saja.

Silahkan berbagi cerita di kolom komen, kejadian apa yang pernah kalian temui atau mungkin kalian sendiri sebagai pelakunya yang mengindikasikan kalau hidup di Indonesia itu memang santhayy. Kalau susah menulis di komen, mungkin bisa dituliskn di blog masing-masing. Lumayan kan jadi ide postingan.

-Nootdorp, 4 Agustus 2019-