Road Trip 2018 – Portugal – Bagian I (Porto – Espinho – Sintra)

Sintra - Portugal

Setiap menjelang hari ulang tahun, suami selalu menanyakan kado apa yang saya inginkan. Ya, di Belanda mayoritas tidak mengenal surprise, budayanya memang begitu. Lebih baik bertanya langsung yang sedang dibutuhkan atau yang diinginkan apa, sehingga kado yang akan diberikan pasti terpakainya. Saya lebih senang seperti ini, jadi memang kadonya bermanfaat karena sesuai kebutuhan. Kejutan-kejutan tetap ada dari suami, tapi biasanya diluar hari-hari penting. Dan ini benar-benar kejutan yang tidak tertebak kapan waktunya. Suka-suka dia.

Jawaban saya selalu konsisten sejak kami menikah tentang kado ulangtahun, saya tidak ingin kado, tapi jalan-jalan saja. Kalaupun ternyata suami tetap mau memberikan kado, ya saya tidak menolak *loh (dan memang biasanya iya, dia tetap memberikan kado). Yang penting jalan-jalan tetap dilakukan. Jalan-jalan yang saya maksudkan di sini tidak harus jauh tempatnya. Di dalam Belanda saja tidak masalah seperti tahun kemarin kami hanya ke Limburg. Yang penting pas saya ulang tahun, kami keluar dari rumah. Menikmati bertambahnya angka usia di tempat yang baru dan dengan orang-orang yang saya cintai.

Sebenarnya ulang tahun kali ini saya ingin ke salah satu negara Skandinavia. Belum diputuskan ke negara mana, paling tidak ya ke salah satunya. Tapi suami bilang, “kita kan ingin menghindari dinginnya Belanda, masa ke negara yang lebih dingin.” Kalau dipikir, iya juga ya hahaha karena ulangtahun saya akhir maret. Akhirnya tercetus Portugal. Negara ini sebenarnya tahun lalu ingin kami kunjungi, tapi karena ada satu hal, kami tunda dulu, sampai baru tahun ini akhirnya kesampaian kami datangi.

Setelah diputuskan akan berangkat tepat pada hari ulangtahun saya dan kami akan tinggal selama 10 hari di sana, maka yang dilakukan selanjutnya adalah menentukan akan ke kota mana saja selama di Portugal. Seperti biasa, kalau kami menghabiskan waktu agak lama di suatu negara, bisa dipastikan tipe liburannya adalah road trip. Dari banyak kota di Portugal yang semuanya menggoda untuk disinggahi, akhirnya pilihan kami jatuh ke Porto, mampir ke Espinho, Sintra, Lisbon, mampir sebentar ke Fatima, Coimbra, dan terakhir di Braga. Portugal kotanya cantik-cantik, jadi betul-betul harus dipilih yang sesuai kondisi dan minat kami. Kalau tidak mengingat terbatasnya waktu, ingin sampai ke Portugal selatan. Mudah-mudahan suatu saat bisa kembali ke Portugal.

Rute road trip kami di Portugal. Akhir Maret - Awal April 2018
Rute road trip kami di Portugal. Akhir Maret – Awal April 2018

Pesawat KLM yang akan membawa kami ke Portugal pergi jam 9 pagi. Artinya kami harus berangkat sangat pagi dari rumah. Saya sudah bangun sejak jam 4 untuk melakukan persiapan akhir dan memastikan tidak ada barang yang tertinggal. Selama 10 hari di Portugal, kami cukup membawa dua koper besar dan satu tas punggung untuk saya bawa ke dalam pesawat. Jam setengah 6 pagi, kami sudah meninggalkan rumah, naik tram lalu ganti kereta untuk menuju ke Schiphol – Amsterdam. Perjalanan menuju Schiphol lancar jaya. Ternyata ada keterlambatan pemberangkatan. Penumpang harus menunggu sekitar setengah jam di dalam pesawat karena bandara di Porto sedang sibuk sehingga pesawat harus menunggu untuk mendarat. Singkat cerita, selama 3 jam di dalam pesawat juga lancar jaya aman terkendali sampai kami mendarat di Porto.

Sebelum berangkat, kami seringkali memantau cuaca di Portugal seperti apa. Sedihnya, sampai mendekati keberangkatan, cuaca di sana diperkirakan seringkali hujan. Awalnya saya mempersiapkan baju untuk cuaca yang panas, akhirnya dibongkar lagi dan ikhlas menerima harus diganti dengan baju-baju yang sesuai untuk musim hujan. Dan selama kami di sana, lha kok ternyata cuaca di Belanda sedang nyentrong mataharinya. Kena kutukan cuaca Belanda ini namanya, ke manapun diikuti hujan.

PORTO

Setelah mengurus sewa mobil yang akan digunakan selama 10 hari, kami langsung menuju ke hotel yang letaknya ternyata agak jauh dari pusat kota, tapi masih terjangkau oleh transportasi umum. Karena masih hujan deras, kami memutuskan untuk istirahat sambil menunggu hujan reda sampai kami harus makan siang di hotel. Menjelang sore, meskipun cuaca tidak terlalu bagus tetapi hujan sudah berhenti, kami putuskan ke kota dengan menggunakan mobil, bukan hanya sekedar jalan tapi sekalian untuk makan malam sambil merayakan ulangtahun saya. Karena hujan kadang datang dan berhenti, maka kami sesekali berteduh di depan toko. Porto langsung mencuri hati kami. Suasananya tidak terlalu ramai, keindahan bangunannya langsung membuat kami terpikat sore itu saat berkeliling kota.

Porto - Portugal
Porto – Portugal
Stasiun kereta Sao Bento di Porto - Portugal. Salah satu stasiun. kereta tercantik di dunia
Stasiun kereta Sao Bento di Porto – Portugal. Salah satu stasiun. kereta tercantik di dunia
Igreja Do Carmo di Porto - Portugal
Igreja Do Carmo di Porto – Portugal
Igreja Do Carmo di Porto - Portugal
Igreja Do Carmo di Porto – Portugal

Hari ke dua di Porto, pagi hari cuaca masih cukup cerah. Tapi menjelang siang saat kami berada di daerah Ribeira, hujan lebat mendadak datang. Kami kalang kabut mencari tempat berteduh. Untung saja tepat jam makan siang. Jadi kami berteduh di sebuah restoran sekalian makan siang (sebelumnya saya berteduh di bawah jembatan sementara suami sedang naik ke atas tower). Di sinilah awal musibah terjadi. Entah apa yang salah dengan makanan yang dipesan suami, beberapa jam setelahnya, saat kami sampai di hotel, suami mulai muntah-muntah dan diare. Sampai menjelang tengah malam keadaannya tidak membaik, akhirnya suami memutuskan untuk ke UGD dekat hotel. Beberapa jam kemudian keadaan mulai membaik.

Torre dos Clérigos di Porto - Portugal
Torre dos Clérigos di Porto – Portugal
Cais da Ribeira di Porto - Portugal
Cais da Ribeira di Porto – Portugal
Cais da Ribeira di Porto - Portugal
Cais da Ribeira di Porto – Portugal

Kami berada di Porto selama 3 malam dengan kondisi cuaca yang hampir setiap hari hujan. Namun hal tersebut tidak menghalangi kami untuk menyusuri keindahan kota Porto dengan berjalan kaki. Terkesima dengan keramahan orang-orang lokal dan menikmati jajanan khas Portugal yang selalu membuat mulut saya tidak berhenti mengunyah.

Palácio da Bolsa di Porto - Portugal
Palácio da Bolsa di Porto – Portugal

Jika kalian penggemar Harry Potter, maka wajib ke toko buku Livreria Lello jika ke Porto. Toko buku yang sudah ada sejak tahun 1906 ini adalah salah satu toko buku yang terindah di dunia. Kaitannya dengan Harry Potter adalah konon JK Rowling mendapatkan inspirasi untuk mendeskripsikan sebuah tangga setelah melihat tangga di dalam Livreria Lello. Saya bukan penggemar Harry Potter, tidak pernah membaca buku dan menonton filmnya. Jadi informasi ini saya dapatkan dari hasil pencarian di Google. Sebenarnya saya ingin melihat keindahan toko buku ini, tapi melihat antrian yang sangat mengular, keinginan langsung kandas. Kalau melihat di internet, dalamnya memang mengagumkan ya walaupun katanya dilarang memfoto.

Tidak bisa masuk ke dalam toko buku yang cantik ini, tapi saat di Coimbra, saya bisa menikmati keindahan perpustakaan di Universitas Coimbra yang cantiknya membuat decak kagum tiada henti. Nanti, akan saya ceritakan pada bagian ke dua perjalanan kami di Portugal.

Livraria Lello - Salah satu toko buku terindah di dunia - Porto - Portugal
Livraria Lello – Salah satu toko buku terindah di dunia – Porto – Portugal

 

Porto terkenal dengan sarden. Nah, ada yang unik dengan Sarden yang dijual. Yang saya maksudkan adalah kemasannya. Di salah satu toko yang menjual sarden kalengan, kemasannya mencantumkan tahun kelahiran yang dicetak besar dan di bawahnya diberikan keterangan siapa saja orang terkenal yang lahir di tahun tersebut. Saya tergoda untuk membeli sebagai buah tangan dan masih tersimpan sampai sekarang. Banyak jenis kemasan sarden yang unik dan menarik yang bisa ditemui sepanjang di Porto. Salah satu alternatif buah tangan yang bisa dibawa.

Toko Sarden - Porto
Toko Sarden – Porto
Toko Sarden - Porto
Toko Sarden – Porto
Porto Tram City Tour - Portugal
Porto Tram City Tour – Portugal
Porto - Portugal
Porto – Portugal
Porto - Portugal
Porto – Portugal

 

ESPINHO

Karena sudah merasa cukup mengitari Porto selama dua hari (padahal ya cuma muter-muter yang di kota saja, kalau mau lebih banyak yang didatangi, dua hari masih kurang), akhirnya pada hari ke tiga, kami memutuskan untuk jalan ke kota sekitar Porto. Bertanya ke resepsionis hotel, diberi pilihan dua tempat yang terletak di tepi pantai. Pilihan kami jatuh pada Espinho. Perjalanan kurang dari setengah jam, begitu sampai saya langsung suka dengan kota kecil ini. Terletak di tepi pantai, meskipun menurut saya pantainya biasa saja seperti pantai di Den Haag, Scheveningen, tapi kotanya benar-benar menyenangkan. Sepi dengan bangunan yang didominasi warna putih, kata suami adalah ciri khas warna bangunan Portugis.

Espinho - Porto
Espinho – Porto
Espinho - Porto
Espinho – Porto
Espinho - Porto
Espinho – Porto
Espinho - Porto
Espinho – Porto

Karena memang bukan sebagai jujugan turis, jadi sepanjang mata memandang nampaknya hanya orang lokal saja yang berjalan di sisi pantai maupun yang berada di sekitar kota. Kami lama duduk-duduk di taman dalam foto di bawah ini. Menikmati semilir angin sambil melihat burung yang hilir mudik di depan kami. Waktu semakin beranjak sore dan angin semakin kencang, kami memutuskan untuk segera kembali ke hotel.

Espinho - Porto
Espinho – Porto

SINTRA

Rute keesokan hari adalah menuju Lisbon. Saat menentukan kota yang akan kami kunjungi, melihat peta ternyata kami melewati Sintra. Teringatlah saya akan kastil cantik yang berwarna warni. Lalu kami memutuskan untuk singgah sebentar di Sintra, mengunjungi dua kastil yang ada di sana, yaitu Pena Palace dan Castle of the Moors.

Pena Palace terletak di atas bukit Sintra. Kastil ini masuk dalam Unesco World Heritage Site. Alasan saya tertarik mengunjunginya karena melihat foto yang bertebaran di internet kastil ini berwarna warni sampai mengingatkan saya akan bangunan yang ada di Rusia. Saya pikir ini kastil baru, tapi ternyata ya lumayan lama juga karena pembangunannya selesai pada tahun 1854 yang dimulai pada abad pertengahan. Arsitektur dari kastil ini adalah Romanesque Revival dan Neo-Manueline. Sewaktu kami ke sana, walaupun belum musim liburan, tetapi antrian masuknya sangatlah panjang. Beruntung kami punya akses khusus untuk masuk jadi tidak usah berada dalam panjangnya antrian. Di beberapa bagian dalam kastil, sedang dilakukan renovasi. Di dalam kastil boleh mendokumentasikan, tapi ternyata saya hanya punya satu fotonya. Mungkin karena terlalu menikmati bagian dalamnya yang bagus jadinya lupa untuk mendokumentasikan.

Pena Palace - Sintra - Portugal
Pena Palace – Sintra – Portugal

 

Sintra - Portugal
Sintra – Portugal
Sintra - Portugal
Sintra – Portugal

Tidak seberapa jauh dari Pena Palace, Castle of the Moors terlihat sangat kontras berbeda dilihat dari bentuk bangunannya. Kastil ini dibangun pada abad ke-8 dan ke-9 pada periode Muslim Iberia. Yang ke kastil ini, suami. Saya tidak ikut, memilih menunggu di mobil. Jadi foto-foto di bawah ini dari Hp suami.

Castle of the Moors di Sintra - Portugal
Castle of the Moors di Sintra – Portugal
Castle of the Moors di Sintra - Portugal
Castle of the Moors di Sintra – Portugal
Pena Palace dilihat dari Castle of the Moors di Sintra - Portugal
Pena Palace dilihat dari Castle of the Moors di Sintra – Portugal

Cerita tentang Portugal akan bersambung ke road trip Portugal bagian ke dua yaitu : Lisbon – Fátima – Coimbra – Braga

Cerita yang berkaitan dengan Portugal : Kulineran di Portugal

-Nootdorp, 6 November 2018-

Kulineran di Portugal

Dan lagi

Karena tulisan tentang road trip di Portugal pada akhir Maret sampai awal April lalu belum selesai juga, daripada tidak ada tulisan apapun tentang Portugal, kali ini saya mau membahas kulineran selama di Portugal. Kenapa judulnya bukan Kuliner Portugal melainkan kulineran di Portugal? Karena selama di sana kami tidak hanya makan makanan lokal Portugal saja, tetapi juga menikmati kulineran dari negara lain yaitu Itali. Ada ceritanya kenapa kami sampai berhari-hari makan makanan Itali. Simak cerita lengkapnya di bawah dan juga saya tulis beberapa tips disela cerita yang mungkin akan bermanfaat bagi siapapun yang akan ke Portugal.

Disclaimer, saya bukan food blogger ataupun food historian, jadi yang saya tulis di sini akan sangat jarang sekali ditemui tentang sejarah makanan ataupun rasa makanan secara sangat mendetail. Saya hanya seseorang yang mengaku tukang makan.

MAKANAN ITALIA

Sesampainya di kota pertama yaitu Porto, setelah menaruh barang di hotel, kami lalu jalan-jalan sejenak ke pusat kota. Sebelumnya hujan deras mengguyur. Tapi karena kami lapar dan hari itu bertepatan dengan saya ulangtahun, jadi inginnya makan malam sekaligus merayakan ulangtahun. Setelah putar sana sini sambil menikmati pusat kota Porto di sore hari dan kok ya mendung makin tebal menggelayut, kami memutuskan untuk mencari restoran apa saja yang kami lewati asal menunya masih bisa saya makan. Kok ya melewati restoran Italia dan ada menu Risotto. Ya sudah kami masuk ke sana.

Dari luar restorannya nampak biasa saja. Tetapi begitu masuk dan menuju ruang bawah, wah saya takjub dengan tata ruangnya yang klasik. Saya pesan Risotto bayam dan suami pesan entah pasta apa namanya. Saya puas dengan menu yang saya makan, Risottonya tidak terlalu creamy dan ada keju yang digoreng. Sah saya bertambah umur pada hari itu dirayakan di restoran Italia bersama keluarga yang saya cintai.

Saya makan Risotto bayam dan suami makan pasta
Saya makan Risotto bayam dan suami makan pasta

Malam kedua, masih di Porto. Kami kembali makan di restoran Italia tapi kali ini tempatnya persis di sebelah hotel. Ini restorannya lebih modern dan tempatnya lebih luas. Alasan kembali makan di restoran Italia karena suami mendadak perutnya tidak nyaman setelah makan Francesinha di Ribeira. Sekedar informasi saja, perut suami memang agak sensitif. Entah kenapa gampang sekali sakit kalau makanannya tidak bersih atau ada yang salah saat memasak. Sewaktu kami liburan ke Munster, dia juga sakit perut setelah makan Pizza. Heran ya, padahal selama di Indonesia saya ajak makan kaki lima dan segala macam jajanan di pinggir jalan, sehat-sehat saja dia. Tahun ini liburan, dua kali perutnya sakit. Bahkan saat di Porto yang terparah sampai harus ke IGD segala.

Karena saya memang suka sekali masakan Italia (mulai benar-benar suka sejak 2 tahun lalu liburan ke Italia), jadi makan di restoran Italia asli selalu membuat saya terpuaskan dengan makanannya. Apalagi Risotto, hobi berat saya makan ini. Tahun kemaren saya susah sekali makan terutama makan makanan Indonesia. Ajaibnya, dengan Risotto permasalahan susah makan teratasi. Saya sukanya Risotto Funghi yang tanpa krim. Jadi makanan Itali di bawah ini yang kami makan selama malam kedua dan ketiga di Porto. Total selama tiga malam di Porto kami malah makan malam di restoran Italia.

Risotto Funghi
Risotto Funghi
Lupa namanya apa tapi rasa kuahnya mirip sekali dengan kuah bakso
Lupa namanya apa tapi rasa kuahnya mirip sekali dengan kuah bakso
Spaghetti Seafood
Spaghetti Seafood
Sup Tomat Seafood plus potongan cabe rawit
Sup Tomat Seafood plus potongan cabe rawit

 

KULINER PORTUGAL

Nah, kali ini saya akan membahas kuliner asli Portugal yang beberapa sempat kami nikmati dan sempat saya abadikan di kamera (beberapa tidak sempat difoto). Jadi selama di Portugal kami pindah kota sebanyak 5 kali dan diantaranya mampir ke kota yang kami lewati. Kota itu adalah : Porto, Sintra, Lisbon, Coimbra, dan Braga. Di setiap kota, kami usahakan untuk mencicipi makanan lokal dengan catatan makanan yang bisa saya makan. Tapi karena Portugal juga terkenal dengan kulineran lautnya, jadi saya tidak perlu khawatir malah senang bisa makan makanan laut sepuasnya. Kuliner Portugal juga didominasi oleh makanan dengan daging Babi.

Hari kedua di Porto, kami makan siang di Ribiera. Restoran lokal ini letaknya persis di sebelah sungai. Karena Porto terkenal dengan sardennya, saya akhirnya memesan menu sarden goreng. Daging sardennya rasanya enak manis, berarti ikannya segar. Entah bumbu untuk menggoreng sardennya apa, tapi tidak terlalu asin dan terasa bawang putihnya.

Saya makan ikan sarden digoreng, suami makan Francesinha
Saya makan ikan sarden digoreng, suami makan Francesinha

Sementara suami memesan Francesinha, makanan asli Porto. Fracesinha ini terdiri dari roti tebal, daging (aslinya daging babi, tapi bisa minta juga yang tidak babi), terkadang ada sosis portugal, ditutupi oleh keju dan menggunakan saus tomat yang dicampur bir. Jika ke Porto, wajib mencoba ini. Aggy juga pernah menuliskan tentang Francesinha dan kuliner selama di Porto.

Nah, setelah makan ini, tidak beberapa lama kemudian suami muntah-muntah. Begitu terus sampai malam. Akhirnya karena muntah tidak berhenti sampai badannya lemas, dia pergi ke UGD terdekat dengan hotel. Syukurlah tidak sampai yang parah sekali. Nah karena keracunan inilah kenapa selama di Porto, makan malam kami selalu di restoran Italia, cari aman dengan makan yang pasti-pasti saja.

ini penampakan Francesinha awal suami keracunan
ini penampakan Francesinha awal suami keracunan
Entah karena lapar atau apa, sardennya enak banget. Padahal cuma digoreng biasa
Entah karena lapar atau apa, sardennya enak banget. Padahal cuma digoreng biasa

BACALHAU

Sewaktu di Porto, kami sempat mampir ke kota deket Porto yang ada pantainya yaitu Espinho. Nah di Pantai ini kali pertama saya makan Bacalhau, makanan asli Portugal. Jadi Bacalhau ini dasarnya adalah ikan Cod yang dikeringkan dan diasinkan. Jadi bayangan saya semacam ikan asin. Olahannya banyak macamnya. Yang saya makan pertama kali ini Bacalhau yang di kukus dimakan pakai kentang dan telur rebus, dan sayurannya direbus semacam kubis, wortel, dan yang hijau itu lupa sayur apa. Rasa ikannya agak asin dan asam segar. Di sini saya tidak tahan untuk tidak minta cabe. Adanya cabe rawit kering. Saya pikir tidak pedas, ternyata pedas sekali. Tombo kangen makan cabe. Bacalhau juga wajib dicoba jika datang ke Portugal.

Bacalhau makan di tei pantai di Espinho
Bacalhau makan di tepi pantai di Espinho

COIMBRA

Coimbra adalah nama salah satu kota yang kami kunjungi di Portugal. Kota kecil yang menyenangkan dan tidak terlalu banyak turis. Karenanya restoran yang ditemui juga banyak restoran yang masakannya benar-benar lokal. Salah satunya restoran yang kami datangi selama dua malam berturut. Letaknya strategis, ruangannya luas, pelayanannya cepat dan tentu saja makanannya enak. Di Coimbra dan Braga, semua restoran tutup jam 5 sore dan akan buka kembali jam 7 malam. Kalau di Porto dan Lisbon, mungkin karena kota besar, jadi tidak ada penetapan jam tutup dan buka seperti itu.

Restoran tempat kami makan selama dua malam di Coimbra
Restoran tempat kami makan selama dua malam di Coimbra

Di bawah ini pesanan saya malam pertama di Coimbra. Udang digoreng bawang putih ditaruh di atas roti yang disiram minyak zaitun dan bubuk cabe. Entah ini namanya apa saya lupa. Sayurnya saya pesan terong goreng. Udangnya juara rasanya, gurih dan aroma bawang putihnya terasa. Oh iya, selama di Portugal, kalau minta cabe rawit agak susah. Cuma di restoran Italia yang   dengan sigap kasih cabe rawit potong. Sedangkan restoran-restoran lainnya yang kami datangi katanya tidak punya cabe rawit segar. Ada untungnya juga, jadi saya bisa makan dengan rasa asli tidak tercampur oleh rasa cabe.

Suami makan steak, saya makan udang bawahnya ada roti. Enak banget ini!
Suami makan steak, saya makan udang bawahnya ada roti. Enak banget ini!

Nah ini Bacalhau kedua yang saya makan selama di Portugal. Kalau yang ini Bacalhaunya dipanggang disajikan dengan kentang, kubis, courgette, dan sedikit sayur rapini. Ini saya juga lupa namanya Bacalhau yang variasi apa.

Bacalhau dimakan pakai kentang. Juara rasanya
Bacalhau dimakan pakai kentang dan sayur kubis, courgette, dan sedikit sayuran namanya Rapini (entah apa ya namanya kalau di Portugal). Juara rasanya

 

BRAGA

Kota terakhir yang kami datangi adalah Braga. Terdengar familiar ya, seperti nama jalan di Bandung. Saya juga tidak tahu persis apakah ada hubungannya antara Braga di Portugal dan Braga di Bandung. Braga kota kecil, lebih kecil dari Coimbra letaknya tidak terlalu jauh dari Porto. Karena tidak terlalu banyak turis di sini, jadi banyak yang restoran menyediakan menu lokal dengan citarasa lokal juga.

Sup sayur apa ini lupa namanya
Sup sayur apa ini lupa namanya, dimakan pakai roti dan semacam perkedel singkong. Perkedelnya enak rasanya

Di Portugal, sayur yang terkenal adalah kubis dan yang satu kelompok dengannya seperti Rapini. Biasanya disajikan kalau tidak direbus ya ditumis dengan minyak zaitun lalu disajikan dengan zaitun seperti yang menu yang suami pesan ini. Makanan di Portugal pun disajikan kalau tidak menggunakan nasi, bisa juga dengan kentang.

Salmon panggang
Salmon panggang

Ini salah satu yang saya makan di Braga. Nasi kuning (nasinya memang berwarna kuning) yang ditaruh di atas bebek goreng. Jadi dibawah nasi kuning itu, ada bebek yang digoreng dengan sedikit tepung lalu dipotong-potong. Rasanya gurih dan asam. Oh ya, di Portugal menunya selain terkenal dengan makanan laut juga terkenal dengan menu yang menggunakan daging babi. Jika tidak bisa makan daging babi, ketika pesan tanyakan dulu apakah menunya dicampur daging babi atau tidak, untuk memastikan.

Nasi kuning dibawahnya ada bebek gorengnya
Nasi kuning dibawahnya ada bebek gorengnya

RAPINI

Jadi, Rapini ini adalah nama sayuran, satu keluarga dengan kubis. Kalau di Italia namanya Cime di rapa. Saya tidak tahu nama portugisnya apa karena waktu itu lupa bertanya. Saking terkesannya dengan rasa sayuran ini, sesampainya di Belanda saya bertanya apakah dijual sayuran ini di Belanda. Rasa sayurannya agak pahit tapi masih krenyes-krenyes. Padahal hanya ditumis biasa menggunakan bawang putih dan garam. Tapi rasanya benar-benar enak luar biasa, berbekas di kepala sampai sekarang bagaimana enaknya sayuran ini. Saya makan dua kali. Kalau ke Portugal, coba juga ya sayuran ini.

Sayuran yang hijau itu namanya Rapini
Sayuran yang hijau itu namanya Rapini

Nah yang nasi itu, semacam nasi goreng campur kubis, wortel, dan telur. Aduh itu Rapininya enak sekali! Saya masih teringat rasanya sampai sekarang.

Ini super enak. Paduannya pas sekali antara rasa nasi berrempah, udang, dan Rapini
Ini super enak. Paduannya pas sekali antara rasa nasi goreng berempah, udang, dan Rapini

PASTEIS DE NATA

Wah ini sih juaranya ya. Makanya saya taruh paling akhir. Setiap hari selama 10 hari di Portugal saya makan ini terus tidak ada bosannya. Sehari bisa dua sampai tiga kali makan. Manisnya tidak membuat eneg buat saya yang tidak terlalu suka makan makanan manis. Isiannya benar-benar leleh di mulut.

“Pastéis de nata is a Portuguese egg tart pastry dusted with cinnamon. It is also made in Brazil and other countries with significant Portuguese immigrant populations.” –WIKIPEDIA

Pasteis de Natas
Pasteis de Natas
Pasteis de Natas lagi
Pasteis de Natas lagi
Dan lagi
Dan lagi

Tidak hanya Pastéis de nata saja yang rasanya juara sebagai camilan, gorengan di bawah ini juga tak kalah enaknya. Saya tidak tahu persis namanya apa tapi isinya adalah kepiting dan satunya campuran udang dan ikan. Gurih dan rasa manisnya berbaur sempurna. Sebagai orang Indonesia, makan gorengan tanpa cabe rawit ya memang agak aneh rasanya, jadi tahan-tahan saja haha.

Dan lagi plus gorengan ala Portugal
Dan lagi plus gorengan ala Portugal

Begitulah cerita saya tentang pengalaman kulineran kami selama di Portugal. Semoga siapapun yang akan berkunjung ke sana, bisa merasakan pengalaman yang luar biasa juga dengan makanan Portugis yang memang enak-enak. Bisa berkunjung ke beberapa negara dan merasakan makanan lokalnya membuat lidah saya semakin kaya pengalaman akan rasa. Jadi bisa tahu rasa enak makanan selain makanan Indonesia dan juga membuka pengetahuan bahwa makanan enak itu tidak harus pedas, tidak harus ada cabe, dan tidak harus makan pakai nasi.

-Nootdorp, 21 Oktober 2018-