Perjalanan Darat Dua Minggu di Andalusia dan Madrid – Spanyol

Alhambra

Kami baru saja kembali (sebulan lalu tepatnya) dari road trip a.k.a perjalanan darat di Andalusia dan Madrid, Spanyol selama 2 minggu. Seperti biasa, liburan kali ini juga tidak terencana jauh hari sebelumnya, apalagi suasana Pandemi seperti ini yang serba tak pasti mengenai peraturan di negara sendiri maupun di negara jujugan liburan. Tapi, liburan ke Andalusia sebenarnya akan kami lakukan bulan Maret 2020 saat saya berulangtahun. Wassalam keduluan Corona, jadinya batal. Akhirnya terwujud bulan November ini. Berawal saat akhir September saya bertanya ke suami : kita ada rencana ke mana gitu ga bulan November. Kan bulan spesial itu.

Maksud saya bertanya seperti itu karena kepikiran pengen ke museum. Eh sama dia dijawab : kita ke Andalusia aja. Kayaknya bisa sih ke sana (terkait peraturan tentang Covid). Akhirnya sama-sama ngebut cari informasi ini itu lalu mencocokkan jadwal karena November itu lumayan padat buat kami. Saya ada kursus kelas roti dan ada beberapa pesanan, sementara suami ada beberapa meeting yang wajib dihadiri. Setelah mendapatkan tanggal, kami cari informasih terlebih dahulu cuaca dan keadaan di Andalusia bulan November seperti apa. Lalu kami membeli tiket.

Kota – kota yang kami kunjungi adalah : Madrid – Cordoba – Seville – Ronda – Malaga – Marbella – Nerja – Granada.

Nah cerita selanjutnya, akan saya sampaikan per poin supaya lebih jelas

PERATURAN TERBANG DAN TRAVELLING KE SPANYOL

Kami terbang dengan KLM. Sebenarnya semua peraturan sudah jelas dijabarkan di website mereka dan juga surat elektronik yang dikirimkan. Jelas juga dokumen apa saja yang harus diunggah atau ditunjukkan saat check in. Jadi ada dua pilihan mengenai dokumen ini : bisa diunggah online atau ditunjukkan saat check in di Bandara. Kami memilih yang pertama karena disebutkan bisa mengurangi waktu tunggu saat check in.

Dokumen yang diunggah : paspor (dan kartu verblijsvergunning EU-langdurig ingezetene buat saya), bukti sudah vaksin 2 kali, formulir pernyataan kesehatan. Dari pihak Spanyol juga mengirimkan formulir untuk diisi dan dikirim kembali. Kalau menurut KLM dan pihak Spanyol dokumen yag kami kirimkan sudah ok, mereka akan kasih informasi lewat email. Dari pihak Spanyol sudah ok, jadi kami bisa cetak formulirnya dan akan ditunjukkan saat sampai di bandara Madrid untuk dicek ulang.

Dari pihak KLM ada sedikit drama. Setelah satu hari dokumen dikirim, mereka memberikan reaksi kalau ada dokumen yang kurang lengkap. Salah satunya, saya harus menyertakan bukti tes negatif. Lha, kan bingung ya. Jelas – jelas di website mereka tertulis jika sudah ada bukti vaksin 2 kali, tidak perlu menyertakan bukti tes negatif. Sudah dihubungi lewat twitter ga ada tanggapan. Akhirnya suami telpon ke Rijksoverheid, minta penjelasan apakah seperti itu. Mereka menjawab, kalau sudah vaksin 2 kali dan menyertakan buktinya, tidak ada kewajiban untuk tes.

Sesampainya di bandara (kami sampai 3 jam sebelum penerbangan. Jam penerbangan kami 8 pagi, jadi jam 5 pagi kami sudah di Schiphol. Karena membawa 2 koper dan satu tas juga pagi masih belum ada tram dari kampung kami ke stasiun besar, kami memutuskan naik taksi), antrian sudah lumayan panjang. Setelah dicek segala dokumen, ternyata ya dokumen kami sudah lengkap.

Senang akhirnya merasakan naik pesawat lagi meskipun ribetnya ga karuan terbang diera pandemi gini.

Penerbangan ke Madrid selama 2 jam 10 menit pesawat kecil 2 kursi 2 kursi dan penuh. Di pesawat menggunakan masker. Tidak ada ketentuan khusus harus masker apa. Jadi sembarang masker. Dicopot hanya saat makan dan snack. Jadi kami mendapatkan makan roti dan snack muffin. Selebihnya selama penerbangan aman terkendali.

Sesampainya di bandara Madrid, kami langsung disambut petugas yang akan cek dokumen dari pemerintah spanyol. Setelah ok, baru kami ke ambil bagasi dan ke tempat penyewaan mobil yang ada di Bandara. Selama 2 minggu, kami menyewa mobil.

Satu hal yang jadi perhatian saya, entah ini perasaan saya atau bagaimana, tapi pemeriksaan di Bandara terkait barang bawaan di pesawat tidak seketat saat terakhir kami terbang 2 tahun lalu. Sekarang, kami membawa air dalam wadah ukuran besar di dalam tas saja diperbolehkan. Lalu kami membawa roti dan beberapa camilan juga diperbolehkan. Tanpa ditanya terlebih dahulu untuk apa. Di tas khusus lainnya, kami membawa antibiotik cair, juga lolos saja. Pulang dan pergi seperti itu, tidak seketat penerbangan – penerbangan sebelumnya.

Selama 2 minggu tersebut, di Belanda ada dua kali pers conf terkait pengetatan aturan. Kami memantau dengan harap cemas. Takut tidak bisa pulang ke Belanda. Syukurlah begitu sampai kembali di Schiphol, membaca aturan yang tertera, kami tidak harus melakukan karantina karena Andalusia tidak termasuk dalam area yang resiko tinggi.

PERATURAN DI ANDALUSIA DAN MADRID TERKAIT CORONA

Selama di sana, sepanjang mata memandang, masih banyak orang memakai masker di ruangan terbuka. Sebenarnya yang wajib itu saat berada dalam ruangan misalkan masuk ke supermarket, restoran, museum dll. Jadi kalau di ruang publik, tidak wajib. Tapi banyak orang yang memakainya. Untuk masuk ke Restoran, Museum, Perpustakaan, tidak ada pemeriksaan QR Code. Jadi bisa langsung masuk. Berbeda dengan Belanda jika masuk ke restoran, museum, konser, disuruh menunjukkan QR Code.

Ronda

Berita terbaru beberapa hari lalu, sekarang di Spanyol peraturan sudah berubah lagi. Menunjukkan QR Code sudah wajib saat masuk ke tempat – tempat yang saya sebutkan sebelumnya.

NOVEMBER BULAN YANG TEPAT KE ANDALUSIA

Saat mencari informasi apakah November merupakan bulan yang tepat ke Andalusia terkait cuaca, hampir semua website yang kami kunjungi mengatakan kalau November adalah salah satu bulan yang sangat tepat karena suhu sekitaran 20-25 derajat celcius dan musim liburan sudah usai jadi harga – harga sudah turun. Memang benar, tiket pesawat saat bulan Oktober dan November sangat jauh beda. Yang bulan November harganya setengah dari yang bulan Oktober. Harga hotelnya pun juga jauh lebih terjangkau dibandingkan Oktober. Lalu di bulan November juga masih ada beberapa festival yang bisa dilihat. Seperti di Sevilla, secara tidak sengaja kami bisa melihat Festival yang memuliakan Bunda Maria (kalau tidak salah).

Nerja

Selama di sana, kami berlimpah dan bermandikan matahari. Dua minggu penuh puas dengan memakai kaos tanpa jaket dan bersandal ria, tanpa ada hujan sama sekali. Kata sopir taksi, di Andalusia, hujan itu datang maksimal cuma 3 bulan dalam satu tahun. Kami langsung cekikikan karena di Belanda kebalikannya. Hujan datang sepanjang tahun, cuma 3 bulan saja rasanya yang terang benderang.

Jadi, kami sangat merekomendasikan bulan November saat berkunjung di Andalusia. Perfect!

MINIM TURIS (ASIA)

Hal ini pasti berhubungan dengan Pandemi ya jadinya tempat – tempat wisata di sana minim turis, terutama turis Asia. Sangat jarang saya temui. Lumayan lah jadi tidak melihat pemandangan satu tempat yang menarik dimonopoli satu turis (Asia) untuk foto – foto tiada henti.

Bahkan tempat wisata yang kalau dalam keadaan normal harus membeli tiket dulu secara online, ini bisa membeli langsung di sana. Hanya saat saya di Seville, ketemu rombongan Mahasiswa Indonesia yang sedang melakukan program pertukaran pelajar selama 6 bulan di Granada. Awalnya saya pikir ada rombongan dari Filipina karena terdengar seperti bahasa Tagalog. Setelah saya dengarkan dengan seksama, oh ternyata aksen Jakarta dan Betawi haha lha nampak mirip logatnya.

Pun karena bukan bulan liburan, jadinya turis selain Asia pun tidak terlalu banyak. Tapi tetep ya, turis dari Belanda ada di mana – mana. Suami malah ngobrol sama sesama orang Belanda di beberapa kota. Selama di sana, saya selalu dipikir turis dari Filipina. Mereka mengira dari logat saya ngomong bahasa Inggris. Katanya mirip orang Filipina. Aksen Amerika donk ya berarti. Baru kali ini seumur hidup dipikir orang Filipina. Biasanya dipikir orang Malaysia :))).

MENGEMUDI DI ANDALUSIA

Pengalaman kami mengemudi di Andalusia, terbagi jadi dua area. Pertama mengemudi di jalan tol lintas kota, sangat sepi minim kendaraan kecil. Seringnya malah berpapasan atau menyalip truk sedang sampai yang besar. Kecepatan di jalan tol 120km/jam yang seringnya kami nyetir sampai 130km/jam. Saking sepinya. Lalu pemandangan di jalan tol, aduhai indahnya. Kiri dan kanan gunung yang konturnya beda dengan gunung biasanya. Entah apa nama bentuk seperti itu. Lalu saat melintasi laut atau pantai, kami bisa melihat dari atas. Pendek kata, selama menyetir di jalan tol Andalusia, mata dimanjakan dengan pemandangan yang super cantik. Kami yang dari negara tidak punya gunung tinggi, jadi norak sekali saat melihat gunung – gunung di sana yang menjulang dan bentuknya cantik. Rambu di jalan tol juga lebih jelas dibandingkan di Belanda. Dan yes, saya ikut serta menyetir selama di sana. Wah bangganya bukan main sama diri sendiri karena punya pengalaman menyetir di luar Belanda. Antara bangga dan norak haha ya maklum, masih hangat dapat SIM jadi masih suka menyetir ke mana – mana juga sebagai sarana latihan kan.

Salah satu pemandangan gunung dari jalan tol

Menyetir dalam kota, lain cerita. Meskipun tetap saja hitungannya penduduk sana masih taat aturan, tapi ada saat – saat tertentu yang membuat kami sampai bingung harus seperti apa. Salah satu contohnya : mobil tiba – tiba berhenti di jalan sempit, lalu penumpangnya keluar santai saja malah sambil ngobrol dengan yang di dalam mobil. Trus mobil yang dibelakangnya ya dengan santai menunggu tanpa membunyikan klakson. Walhasil, mobil – mobil yang di belakangnya juga santai saja menunggu, hasilnya adalah macet. Hal ini tidak akan terjadi di Belanda, kalau ga mau dicaci maki sama mobil belakangnya.

Lalu, tentang parkir. Lahan parkir di Andalusia sepengamatan saya selama di sana, tidak terlalu banyak. Jadi, parkirnya di dalam gedung. Nah, tanjakan naik dan turun dalam gedung parkir itu sempit sekali dan curam. Kalau mobilnya panjang, akan kesusahan untuk belok. Mobil yang kami sewa, ukurannya besar dan panjang. Walhasil, kami seringnya menghindari parkir dalam gedung karena beberapa kali mengalami kesusahan kalau harus naik atau turun.

TRANSPORTASI DALAM KOTA DAN ANTAR KOTA

Transportasi dalam dan antar kota di Andalusia sangatlah mudah. Harga tiketnya pun tergolong murah dibandingkan dengan Belanda. Selama kami di sana, tidak pernah membeli karcis harian. Jadi kalau kami mau pergi dengan bis, ya baru beli langsung di dalam bisnya. Di dalam bis juga ada layar yang menunjukkan rute perjalanannya. Di haltenya juga ada peta bis ini rutenya ke mana saja. Di dalam bisnya sendiri, sama seperti di Belanda, ada ruang khusus untuk stroller, kursi roda. Ada kursi prioritas juga. Untuk anak mulai usia 4 tahun, sudah mulai membayar karcis meskipun belum harga penuh. Untuk usia dewasa, harga karcisnya 3 euro.

Bis dalam kota di Sevilla

Sesekali juga kami naik taksi yang harganya sangat murah. Buka pintu dimulai dengan harga 1.5 euro. Dan nampaknya taksi – taksi di sana legal semua. Tidak ada taksi gelap. Ini hasil dari kami naik taksi di sana ya. Entah kalau ternyata ada taksi gelap karena meskipun kami nyegat di sembarang tempat, tetap saja mereka pakai argo resmi. Bahkan saat kami akan ke kastil (yang jadi lokasi film Game of Throne) di sebelah kota Sevilla, itu juga taksinya punya tarif berdasarkan tabel. Jadi, tidak khawatir akan dipermainkan harga. Bis antar kotanya juga bagus. Besar dan bersih. Kami ke Marbella dari Malaga, naik bis. Itupun hitungannya sangat murah karena perjalanan 1.5 jam, bisnya bagus dan ada wifinya, kalau tidak salah tiketnya 2.5 euro.

Nah sewaktu di Madrid, kami selama 1 hari naik metro ke pusat kota. Ini tiketnya beli terusan yang satu hari. Kalau tidak salah ingat, anak di bawah 6 tahun gratis.

RUANG PUBLIK DI ANDALUSIA

Ruang Publik di sini saya akan mengkhususkan pada taman kota dan taman bermain. Jadi selama di beberapa kota tersebut, saya melihat di setiap beberapa meter akan ditemui taman kota dan taman bermain. Tamannya lumayan luas dan taman bermainnya juga lumayan besar. Dibandingkan dengan Kroasia, taman bermain di Andalusia jumahnya lebih banyak dalam radius beberapa meter juga taman kotanya lebih luas dan lebih rindang. Jadi menyenangkan selama di Andalusia kami sedikit – sedikit bisa mampir ke taman bermain. Lumayan bisa sambil istirahat menyelonjorkan kaki. Trotoar di sana pun lebar.

Taman bermain di Nerja

MAKANAN DI ANDALUSIA

Sebelum ke Andalusia, saya belum pernah sama sekali makan masakan Spanyol. Jadi di Andalusia adalah pengalaman pertama kali. Oh, satu – satunya makanan Spanyol yang pernah saya makan adalah Paella waktu ada acara food truck apa gitu namanya lupa, di Den Haag. Seingat saya, rasanya enak sekali. Mungkin karena isinya adalah ikan dan kerang ya, jadi saya suka.

Bayangan saya, makanan Spanyol itu kaya akan rasa. Kuat dengan citarasa karena dari fotonya kan warnanya gonjreng gitu. Jadi saya menaruh harapan tinggi dengan rasa makaan di sana. Mungkin ingatan saya berhenti saat liburan ke Italia, Portugal, Kroasia yang makanannya enak – enak.

Setelah dua minggu di Andalusia dan Madrid, saya semacam bisa menyimpulkan dari menu – menu yang saya pesan (kebanyakan adalah makanan laut), rasanya datar alias plain. Tidak ada rasa yang menonjol dari setiap masakan. Jadi semacam nanggung, tidak ada ciri khas yang bisa saya ingat. Tidak yang asin, tidak pedas, tidak asam. Jadi benar – benar datar. Saya sampai sering minta botol garam dan merica supaya makanan yang saya pesan ada sedikit rasa. Bahkan terkadang saya menanyakan apa mereka punya bubuk cabe haha saking agak “frustasi” dengan rasanya. Bukan tidak enak ya makanan di Andalusia, hanya kekuatan rasanya tidak sesuai yang saya bayangkan. Mayoritas yang saya makan seperti itu. Bahkan saat saya pesan ikan bakar, dari fotonya sangat menjanjikan. Saya sudah ngiler – ngiler lapar. Saat datang dan saya cicipi, saya sampai mikir ini rasanya apa ya. Lalu saya minta garam dan merica karena rasa ikan bakarnya semacam tidak dikasih bumbu. Untuk beberapa makanan lainnya, enak. Terutama tapas dan makanan laut yang segar. Cabe, nampaknya agak langka dalam menu di Andalusia. Kalaupun ada, ya rasanya tidak pedas.

Paella yang saya makan di Granada, rasanya masih saya ingat sampai sekarang karena enaakk dan bercitarasa

Karena kami tidak makan babi, jadi kami tidak tahu rasa masakan yang ada babinya. Mungkin lebih bercitarasa, mungkin ya. Kami hanya menebak – nebak. Untuk meminimalisasi kesalahan pesan makanan, saya selalu tanya dulu yang bukan babi yang mana atau langsung google translate saja yang ada di menu. Selama di sana, saya seringnya pesan makanan laut atau yang vegetarian.

Ada satu hari kami sudah sangat ingin makan nasi (di sana, seringnya makanan disajikan dengan kentang goreng atau pasta. Nasi sangat jarang ada dalam daftar menu, kecuali Paella), kami pergi ke restoran Jepang pesan Sushi dan ke Restoran Turki. Saking kangennya dengan nasi, semua langsung lahap makannya haha. Saya sampai bilang suami : nanti kalau sudah sampai di Belanda, aku mau puasa kentang goreng 6 bulan saking blenger nya lihat kentang goreng terus. Untuk bahasan Kuliner di Andalusia dan Madrid, nanti akan saya buatkan tulisan khusus (mudah – mudahan tidak malas).

Untuk roti dan kue, saya cocok dengan rasa yang ada di Andalusia. Kue dan roti mereka tidak semanis yang dijual di Belanda. Jadinya hampir tiap hari kami blusukan ke bakery lokal dan makan kue – kue manis yang ada di sana, buat referensi saya juga. Makanya pulang liburan badan saya langsung membengkak lagi, meskipun di sana tiap hari jalan kaki dalam jarak yang jauh, tetap tidak bisa meluruhkan gula – gula yang bersarang di badan.

Di hotel pun, menu yang disajikan selalu ada cake nya. Ya tentu saja saya mengambil sepotong misalkan cheesecake untuk sarapan haha lalu bagaimana badan ini tidak membengkak saat kembali dari liburan. Ya sudah tidak mengapa. Namanya juga liburan, dibuat senang saja.

Jadi kalau ditanya makanan di Spanyol, saya malah lebih ingat rasa makanan selama liburan di Italia, Portugal, dan Kroasia. Rasa masakannya lebih membekas sampai sekarang.

JAM MAKAN DI ANDALUSIA

Nah ini penting untuk dibahas karena kami tidak survey dulu sebelumnya. Jadinya lumayan kecele. Sama halnya dengan jam makan di Italia, khususnya makan malam, di Andalusia dan Madrid pun jam makan malamnya sangat malam untuk ukuran kami. Di sana, restoran baru buka paling cepat antara jam 8 sampai jam setengah 9 malam. Paling banyak jam 20.30 baru buka. Kami yang terbiasa makan malam jam 5 sore di Belanda, jadinya lumayan “tersiksa” malam – malam keluyuran ke luar hotel cari makan. Biasanya jam 19.30 semua sudah selesai dengan aktifitas dan sudah rapi di tempat tidur, selama 2 minggu di Andalusia paling cepat jam 22.00 baru mulai tidur.

Metro Parasol di Seville

Jadi antara jam 15.00/16.00 sampai jam 20.00/20.30 itu semua restoran tutup. Namanya ini Siesta. Jadi semacam jam istirahat. Makanya tidak heran jam 20.00 masih banyak anak – anak kecil yang bermain di taman. Rupanya menunggu jam makan malam mereka. Di Belanda, jam 19.00 malam saja sudah tidak ada anak yang keluyuran di luar. Kalau sudah lapar, bisa ke restoran cepat saji yang buka sepanjang hari. Kami ada satu malam yang sudah capek, akhirnya masuk ke salah satu restoran burger cepat saji. Sudah tak sanggup kalau harus menunggu malam untuk makan.

BAHASA

Tentu saja bahasanya Spanyol kan ya. Selama di sana, kami mengandalkan bantuan google translate dan bahasa tubuh juga bahasa tulisan. Ini secara spesifik saat kami di restoran atau di bakery atau di supermarket. Saat mencari sesuatu atau akan menanyakan sesuatu, mayoritas yang kami temui bahasa Inggrisnya tidak terlalu lancar atau bahkan tidak bisa. Jadilah kami sibuk mencari terjemahannya dalam bahasa Spanyol atau menuliskan pakai gambar apa bahkan kalau sudah lumayan putus asa menjelaskan, dua belah pihak pakai bahasa tubuh haha. Sewaktu di Cordoba, hampir setiap hari kami pergi ke bakery dekat apartemen. Hari pertama, penjualnya lumayan bisa bahasa Inggris. Hari kedua dan ketiga, penjualnya berbeda dan tidak bisa berbicara bahasa Inggris tapi paham kalau kami ngomong bahasa Inggris. Saat saya bertanya pakai bahasa Inggris yang artinya : Ini rotinya isi daging sapi atau babi? Dia jawab : moooo mooo menirukan suara sapi hahaha kocak sekali. Dia sambil tertawa kami ya ikutan tertawa.

Sebenarnya Suami bisa sedikit – sedikit bahasa Spanyol. Hanya saja, kadang dia juga ragu sama pemahamannya sendiri. Sering dia pesan makanan atau berkomunikasi di tempat wisata dengan menggunakan bahasa Spanyol. Cuma untuk hal – hal tertentu yang dia sendiri tidak yakin, google translate adalah solusinya.

Sewaktu di Sevilla, di sebuah restoran yang isinya penduduk lokal, saya mau bertanya menunya yang bukan babi yang mana. Karena di daftar menunya itu namanya panjang – panjang. Mau menterjemahkan satu persatu kok ya makan waktu. Lalu penjualnya menyodorkan kertas dan dengan bahasa tubuh, dia menyuruh saya menggambarkan apa yang saya maksudkan. Jadi saya menggambar babi trus saya silang dan menggambarkan ikan. Baru dia paham dan menunjukkan, mana menu yang bisa saya makan.

El Albaicin dilihat dari Nasrid Palace – Granada

Lain lagi sewaktu di Alhambra. Karena ada satu kampung yang isinya orang Islam, jadi penduduk di Granada mungkin mereka sudah tau apa dan bagaimana tentang Islam. Sewaktu saya dengan sok tahunya menunjuk satu menu yang akan dipesan, yang mencatat menu memberitahukan kalau itu babi. Dia bilang : Anda pakai jilbab berarti tidak makan babi kan. Wah saya jadi terharu, terselamatkan oleh Jilbab.

Sekalian membicarakan tentang Jilbab yang masuk dalam bahasan bahasa, anggap saja sebagai bahasa busana (mekso). Ada beberapa kesempatan selama di sana, karena secara tampak mata saya memakai Jilbab, jadi semacam ada sisi positifnya. Selain cerita tentang makanan di atas, juga saat di Alhambra. Jadi saat mau masuk ke Nasrid Palace, ada salah pemahaman tentang jam masuk tiket. Intinya kami sudah tidak bisa masuk dan harus membeli tiket yang baru. Kalau dari website nya, untuk hari itu tiket sudah terjual habis. Lalu, tiba – tiba ada yang menyapa saya : Assalamualaikum, Sister. Saya menjawab Waalaikumsalam, lalu bingung Sister apaan yak. Ternyata Bapak yang menyapa ini adalah petugas di Alhambra. Saya ceritakan lah apa yang terjadi. Lalu dia menyuruh saya ke sebuah kantor di pojokan yang katanya ada petugas yang bisa membantu di sana. Lalu dia menghubungi koleganya tersebut. Sebelum saya pergi, dia bilang : Saya tolong kamu karena kita bersaudara. Baru saya ngeh maksudnya dia panggil saya Sister haha loading agak lama. Ya akhirnya kami bisa masuk Nasrid Palace hari itu juga karena ada unsur KKN sesama “saudara” haha.

Madrid

Segitu saja cerita panjang kami selama liburan di Andalusia dan Madrid. Nanti kalau tidak malas, saya akan ceritakan secara terpisah kota – kota yang kami datangi dan juga pengalaman kulineran selama 2 minggu di sana.

-20 Desember 2021-