Serba Serbi Kuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

https://flantera.files.wordpress.com/2012/07/

Disclaimer : tulisan dibawah ini sangat subjektif sifatnya, berdasarkan pengalaman saya : mahasiswi yang pas-pasan nilainya ketika lulus (baca: bukan lulusan cumlaude dan pas untuk mencari kerja) dan sedang-sedang saja prestasinya serta tentunya lintas dasawarsa. Dan cerita dibawah ini hasil dari pengamatan dari lingkungan sekitar saya. Mumpung baru lulus awal tahun 2015, jadi saya tuliskan segala pengalaman yang tidak terlupakan. Dan postingan ini akan sangat panjang.

Hari ini almamater saya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, berulangtahun. Ya, kampus ini berulangtahun setiap tanggal 10 Nopember sesuai dengan namanya dan bertepatan dengan Hari Pahlawan. ITS yang juga dikenal sebagai kampus perjuangan memang benar-benar meresapi arti perjuangan itu sendiri. Untuk bisa kuliah di ITS perjuangannya sangat berat. Diawali dengan ujian masuknya yang harus bersaing dengan beribu pendaftar seantero Indonesia. Ketika sudah dinyatakan resmi sebagai Mahasiswa ITS, perjuangan yang sebenarnya baru dimulai. Ketika akan lulus, perjuangan mengerjakan Tugas Akhir/Skripsi/Tesis/Disertasi juga tidak kalah beratnya. Intinya selama kuliah di ITS itu isinya berjuang terus. Apakah terdengar sesengsara itu? Oh tentu saja tidak. Bukankah ada pepatah bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Nah kalau di ITS ini beda, bersakit-sakit selama perkuliahan, tapi bersenang-senang jangan sampai ketinggalan. Nguaraangg puoooll :)))

Dulu kalau ada tes kerja di Jakarta, saya paling sebal kalau ditanya “ITS itu apa ya? Institut Teknologi Surabaya?” atau pertanyaan “ITS itu dimana ya?” dan yang tidak kalah menyebalkan “oh ada ya Institut Teknologi negeri lainnya selain ITB?” Saya sampai bertanya-tanya sendiri, ini ITS apa memang kalah pamor dengan ITB atau bagaimana sih kok beberapa HRD di Jakarta sampai tidak mengerti. Padahal konon katanya lulusan ITS itu calon menantu idaman dan hampir selalu bikin incaran hati klepek-klepek tanpa ampun *mulai lebhayy :)) Paling tidak punya nilai lebih lah dimata calon mertua kalau ditanya “kuliah dimana? atau lulusan darimana?” dan jawabannya “ITS”, sedaapp.

Seminar Nasional Seminar Nasional

Sebelum ada yang bertanya saya ini alumni jurusan apa dan angkatan berapa, maka saya jabarkan dulu diawal. Sejak sebelum lulus SMA (alumni SMA Negeri 2 Surabaya), orangtua menghendaki saya masuk kedokteran UNAIR. Maklum saja pada masa itu dokter masih menjadi salah satu jujugan pekerjaan yang cemerlang dan (diharapkan) menghasilkan uang banyak. Tapi saya tidak suka ilmu menghafal meskipun sewaktu SMA nilai biologi selalu menonjol diantara nilai lainnya (masih ingat nilai fisika pernah dapat 5 dirapor-buka aib sendiri). Sejak SMA sudah punya cita-cita kalau kuliah ingin di ITS. Akhirnya dengan tidak tahu dirinya sewaktu UMPTN (sudah terbaca era kapan dari penyebutan UMPTN) mendaftar pilihan pertama kedokteran UNAIR, pilihan kedua Teknik Kimia ITS, pilihan ketiga Akuntansi Unair. Singkat cerita dari tiga pilihan tersebut GAGAL semua. Akhirnya saya diterima di D3 Statistika kemudian melanjutkan S1 Statistika dan setelah bekerja 7 tahun, melanjutkan ke S2 Teknik Industri. Karenanya diawal saya sebutkan kalau saya ini angkatan lintas dasawarsa.

Sebenarnya hubungan saya dengan ITS itu benci tapi rindu. Hate and love relationship. Saking susahnya kuliah di ITS saya bersumpah tidak akan kecemplung lagi untuk kembali kuliah di ITS. Tapi janji tinggallah janji. Saya kembali nyemplung sampai 2 kali, kembali ke kampus yang sama. Perjuangan di ITS tanpa saya sadari memang membuat ketagihan.

www.statistics.its.ac.id/wp-content/uploads/2012/ www.statistics.its.ac.id/wp-content/uploads/2012/
Narsis sesaat. Selama kuliah belum pernah foto disini :) Narsis sesaat. Selama kuliah belum pernah foto disini 🙂

Kembali lagi dengan serba-serbi selama kuliah di ITS pada tahun-tahun yang telah tersebutkan, ini pengalaman saya :

PENGKADERAN di ITS

Kalau ada yang membaca ini dan angkatannya tidak jauh berbeda dengan saya *kode keras ke Dani :))) pasti mengalami pengkaderan yang super duper keras tak berperikemahasiswaan, tapi masih level normal (menurut saya) pada masa itu. Saya pikir ketika sudah dinyatakan resmi sebagai mahasiswa maka tidak ada lagi hambatan dan rintangan yang dilalui. Ternyata salah jenderal! Pengkaderan di Statistik, disebut BCS singkatan dari Bina Cinta Statistika yang dikemudian hari lebih terkenal sebagai Bina Cinta Senior karena masa-masa pengkaderan adalah masa dimana senior tebar pesona menjerat maba *hayoo para senior ngaku!!. Sebenarnya pengkaderan di Statistika tidak terlalu keras dibandingkan jurusan teknik-teknik yang lain. Statistika waktu itu letaknya berdekatan dengan Teknik Mesin, Teknik Lingkungan, dan Teknik Elektro. Jadi saya bisa melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kerasnya pengkaderan terutama di Teknik Mesin. Sepatu dan segala benda melayang diantara mahasiswa baru (maba) yang sedang push up berantai. Sedangkan pengkaderan di Statistik saya rasakan waktu itu juga teramat keras. Bentakan demi bentakan harus dilalui setiap sabtu dan minggu (kalau tidak salah selama hampir 5 atau 6 bulan), tugas yang bertubi dan seringnya nampak tidak masuk akal untuk dikerjakan karena butuh kreatifitas (dan halusinasi) yang tinggi. Aturan yang berlaku hanya ada dua : 1. Senior tidak pernah salah, 2. Jika senior salah, maka kembali ke nomer 1. Belum lagi Bakti Kampus dimana maba seluruh ITS dijadikan satu dan dikader bersama. Masih teringat jelas bagaimana kerasnya Bakti Kampus saat itu. Setelah pengkaderan jurusan selesai, puncaknya adalah Camp yang biasanya diadakan di luar kota. Lokasi favorit camp ITS adalah sekitar daerah cuban-cuban (cuban rondo, saya lupa cuban-cuban lainnya) dan Kakek Bodo. Saya menyebut pengkaderan di ITS itu sebagai pengkaderan berlapis karena tingkatannya adalah Jurusan, Fakultas, lalu Institut.

Pada masa pengkaderan itu saya sering ingin menyerah, sering menangis dan rasanya sudah tidak sanggup untuk meneruskan kuliah di Statistika. Tapi beruntungnya saya mempunyai teman-teman angkatan yang solid, meskipun beberapa ada yang sedikit melenceng dari jalur (dan kami menyebutnya adalah para outlier atau biang kerok). Saking solidnya pertemanan kami pada masa itu, saya masih bertahan berteman dekat dengan beberapa diantara mereka sampai sekarang. Dan kami selalu tertawa cekikikan kalau membahas masa lalu pengkaderan. Iya, pada masa itu kami memang harus berdarah-darah melewati pengkaderan, tetapi pada masa kini kami bisa menertawakan yang telah kami lewati. Tidak itu saja, kami juga akrab sampai sekarang dengan beberapa senior. Bahkan ada beberapa yang menikah dengan senior. Disinilah keberhasilan BCS patut diakui.

MINIM WANITA

Namanya saja kampus teknik, dapat dimaklumi kalau ITS pada masa itu fakir perempuan. Karenanya para senior lelaki akan menjadi sangat buas, sikut kanan kiri untuk mendapatkan maba incaran yang perempuan. Tidak jarang sampai ada perang dingin diantara teman. Para perempuan pun seakan naik pamor karena (merasa) diincar para senior. Mendadak jadi idola istilahnya. Nyatanya yang diincar ya cuma segelintir saja karena selebihnya hanya sebagai pelengkap penderita (ngakak, maklum saya pada posisi yang kedua). Tapi pada waktu itu saya sedikit bangga karena disaat yang lain sibuk dengan pengkaderan, saya sudah pacaran dengan senior dari Teknik Mesin. Apakah karena saya nampak kinclong sampai terjadi kisah cinta lintas jurusan? bukan, karena sejujurnya pada saat itu kami berdua tidak ada pilihan *maaf mantan, saya harus berterus terang haha. Waktu itu bangganya bukan main punya pacar anak Teknik Mesin, dengan jaket jurusan berwarna merah, nampak garang diantara jurusan-jurusan yang lain. Plus mantan pacar saya itu anak Basket. Mari sudahi kisah nostalgi(l)a ini. Oh iya, jaket jurusan ini juga jadi ajang arogansi (tidak tertulis) mahasiswanya dengan warna simboliknya.

Kalau di Statistik masih lumayan banyak wanitanya. Jurusan lain lebih pahit keadaannya. Jurusan Teknik Mesin angkatan saya (kalau tidak salah ingat-maaf kalau salah, sudah 16 tahun lalu :D) hanya punya satu mahasiswa perempuan diantara (mungkin) sekitaran total 50 mahasiswa. Tidak jarang mahasiswa ITS sampai invasi ke UNAIR, nongkrong di kantinnya dengan tujuan siapa tahu beruntung dapat pacar. Atau kalau ada mahasiswi Unair yang datang ke kantin pusat ITS, semua mata pria-pria langsung terperangah. Tidak hanya pria, mahasiswinya juga ikut takjub karena penampilan mereka yang jauh berbeda dengan mahasiswi ITS. Jurusan Teknik Industri dan Arsitek terkenal banyak mahasiswinya dan penampilan mereka benar-benar fashionable.

PENAMPILAN

Penampilan anak ITS jauuuhh dari kata fashionable (pada saat itu) kecuali beberapa jurusan, misalnya yang sudah saya sebutkan diatas. Tapi secara keseluruhan, baik mahasiswa maupun mahasiswi, penampilannya tidak jauh dari tas ransel besar, jaket jurusan yang besarnya sudah semacam jubah, sandal gunung, sepatu yang diinjak pada bagian belakang (semahal apapun sepatunya, cara memakainya 2 macam : diinjak bagian belakang, seringnya atau memakai secara normal), rambut kucel, penampilan acak-acakan, jarang mandi (pada jaman saya, benar adanya kalau mahasiswa jarang mandi ketika kuliah) dengan alasan air di kos mati ataupun alasan klise tidak sempat mandi karena bangun kesiangan, celana jeans belel (belel dalam artian sebenarnya yang jarang dicuci atau koyak disana sini termakan umur). Sepertinya ada semacam perjanjian tidak tertulis bahwa semakin kusam penampilan maka semakin bisa mentasbihkan sebagai anak ITS sejati. Ada kemungkinan juga mereka (dan saya) berpenampilan seadanya karena faktor uang bulanan yang pas-pasan. Maklum, anak ITS kebanyakan adalah anak kosan yang hidupnya bergantung dari kiriman bulanan. Dan juga tidak terlalu memperhatikan penampilan karena terlalu sibuk dengan timbunan tugas-tugas yang tiada henti datangnya. Bahkan ketika saya kuliah S2 dan pergi ke beberapa tempat, saya langsung mengenali kalau bertemu dengan beberapa orang, yakin kalau mereka anak ITS. Penampilan mahasiswa ITS itu khas sekali.

ANTARA PELIT, IRIT ATAU PAILIT

Terkadang sulit mendefinisikan pada saat kuliah D3 dan S1 apakah saya ini termasuk kategori irit, sedang pailit ataukah memang berjiwa pelit karena uang bulanan yang dikirim orangtua selalu pas bahkan hampir selalu habis sebelum bulan berakhir. Tapi hal tersebut tidak hanya terjadi pada saya. Banyak teman satu jurusan juga seperti itu. Kalau uang bulanan habis, senjata andalan adalah mengutang. Siklus hutang inipun seperti lingkaran setan yang tidak tahu ujung dan pangkalnya. Hutang ke ibuk kantin (kami memanggil ibuk pada penjual di kantin Statistik), hutang pada teman. Kalau uang kiriman sudah datang, saatnya membayar hutang, dimana akhirnya uang bulanan habis lagi. Begitu seterusnya. Ada jalan lain : beli makanan sebungkus kemudian dimakan ramai-ramai (saking ngiritnya). Saya pikir kebiasaan makan ramai-ramai ini hanya terjadi pada saat saya kuliah sampai lulus S1. Ternyata ketika melanjutkan S2, kebiasaan makan beramai-ramai ini masih saja tetap berlanjut, at least diangkatan saya. Jadi sebenarnya mereka ini irit, pailit, atau pelit? Beruntungnya warung di keputih dan gebang porsi makanannya memang jumbo, sehingga bisa dimakan beramai-ramai.

Beli beberapa bungkus, dimakan beramai-ramai. Ini teman-teman saat kuliah S2. Beli beberapa bungkus, dimakan beramai-ramai. Ini teman-teman saat kuliah S2.

Beli minum 2 botol dibagi menjadi beberapa gelas. Kami sedang beruding bagaimana caranya supaya bisa dibagi rata. Waktu itu kami menyebutnya ngoplos minuman. Beli minum 2 botol dibagi menjadi beberapa gelas. Kami sedang beruding bagaimana caranya supaya bisa dibagi rata. Waktu itu kami menyebutnya ngoplos minuman. Ini hampir tegah malam dan kami masih keluyuran cari makan diwarung dekat kampus.

MENGINAP DI KAMPUS

Karena tugas yang memang mengalir deras seperti air sungai yang tidak bisa dibendung kedatangannya, seringkali menyebabkan kami rela untuk tidur di kampus. Apalagi pada masa-masa mengerjakan Tesis atau Tugas Akhir, maka bisa dipastikan berhari-hari kami bisa menginap di kampus. Biasanya di ruangan HIMA (Himpunan Mahasiswa) atau ruangan khusus yang disediakan (seperti ruangan S2). Belum lagi tugas dosen yang terkadang membutuhkan tenaga ekstra dalam mengerjakannnya, misalkan mengerjakan pada berlembar-lembar kertas folio manual tulis tangan. Kalau ada yang salah perhitungan, maka harus mengulang dari awal. Bencana. Pada masa S2, selain karena fasilitas internet gratis dengan kecepatan yang sesuai mood, juga ada keuntungan lain yang ingin didapat yaitu bisa tidur diruangan ber-AC. Maklum, Surabaya panasnya melebihi normal dan dikos tidak ada AC. Kipas angin tidak mampu menembus hawa panas itu. Nah, karena sering menginap di kampus, sering mengerjakan tugas bersama, sering runtang runtung kesana kemari, maka cinta lokasi pun tak bisa terelakkan. Ada yang bertahan sampai jenjang pernikahan, ada yang bubar jalan dalam hitungan bulan.

Sehari-hari begini kegiatannya. Terbenam diantara tumpukan tugas. Sampai menginap di kampuspun dijalani. Sehari-hari begini kegiatannya. Terbenam diantara tumpukan tugas. Sampai menginap di kampuspun dijalani.

CANGKRUK

Jaman saya dulu, kegiatan di kampus tidak pernah lepas dari yang namanya cangkruk. Cangkruk artinya adalah kumpul duduk-duduk. Kegiatannya apa? Ya nggedabrus (ngomong ngalor ngidul) sambil ngetruf (main truf). Saking hobi cangkruk, saya sampai sering pulang malam sampai kos. Rasanya sehari saja tidak cangkruk dengan teman-teman ada bagian hidup yang hilang. Padahal ya yang diomongkan tidak terlalu penting, banyak juga sih beberapa yang penting. Ya itu tadi, nggedabrus ga jelas. Tapi bagian cangkruk ini yang sebenarnya saya sesalkan sampai sekarang. Mengapa saya tidak memanfaatkan waktu produktif saya dengan kegiatan lebih berguna. Waktu itu sih alibinya menjalin networking. Halah, Networking huwopoo.

CERITA HOROR

Kampus ITS dan cerita horor adalah satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan. Maklum ITS dulunya adalah rawa dan bangunannya pun banyak yang sudah tua. Beberapa bangunan dan tempat kental dengan cerita mistis. Saya terus terang tidak pernah merasakan dan mengalami kejadian horor. Tetapi dari beberapa sumber yang bisa dipercaya, kejadian aneh seringkali terjadi apalagi pada waktu malam hari. Beberapa tempat yang terkenal dengan cerita horornya adalah taman belakang Statistik, Gedung Theater (saya lupa tepatnya thater yang sebelah mana), Laboratorium Bahasa, Gedung MIPA, Perpustakaan dan masih banyak tempat uji nyali lainnya. Salah satu cerita horor itu misalnya di salah satu theater, kalau melintas pada waktu malam, di area itu sering terdengar dentingan piano padahal tidak ada siapapun di dalam. Dan ada satu cerita legenda yaitu Putri Biru yang sering melintas di jembatan Statistik (jembatan Statistik ini pada angkatan saya sering disebut jembatan Dawson Creek, karena pada saat itu sedang booming serial ini dan ada jembatan yang nampaknya mirip dengan jembatan Statistika. Iya, ini maksa). Cerita yang beredar katanya ada beberapa mahasiswa yang bunuh diri karena tidak selesai mengerjakan tugas akhir. Benar atau tidaknya saya juga tidak tahu. Duh, kok jadi merinding sendiri ya malam-malam nulis beginian.

ORGANISASI MAHASISWA

Pada waktu itu organisasi mahasiswa (OrMaWa) sangat marak. Saya ikut beberapa yaitu UKM Penalaran dan Karate. Tapi yang bertahan sampai akhir adalah UKM Penalaran. Dulu ada sekretariat bersama (sekber) beberapa UKM yang letaknya dekat kantin pusat, sekarang menjadi bangunan BNI. Selain itu saya juga ikut kegiatan di HIMASTA (Himpunan Mahasiswa Statistika). Niatnya waktu itu ingin menjadi aktivis. Kenyataannya menjadi aktivis abal-abal. Pernah ikut demo di depan rektorat yang berujung pada yang ikut demo mendapat teguran keras dari jurusan plus foto masuk berita Jawa Pos (saya lupa demo masalah apa ya). Pada saat itu saya memang aktif sekali ikut UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Saking terlalu aktifnya sampai IPK nyaris dibawah rata-rata (sewaktu D3). Saya bisa bilang karena aktif mengikuti organisasi inilah yang menjadi penolong dalam mencari pekerjaan. Bagus di nilai akademis perlu, tetapi berkecimpung dalam dunia organisasi kampus juga perlu sebagai media pembelajaran kita mengenal dunia selain akademis. Jadi seimbang kehidupan di kampus. Bahkan salah satu bos saya dulu bilang, kalau mencari lulusan dengan nilai cumlaude pasti banyak. Tapi mencari lulusan dengan pengalaman organisasi di kampus, itu yang menjadi nilai tambah.

KEBERSAMAAN ANTAR MAHASISWA

Karena selama masa perkuliahan yang selalu bersama dalam susah maupun senang, sudah terdengar dramatis belum?, hubungan diantara teman kuat. Kami menjadi solid, saling menguatkan satu sama lain. Jalinan pertemanan yang kuat saya rasakan sudah seperti hubungan persaudaraan. Kampus sudah semacam rumah kedua. Terkadang saya juga menginap di rumah beberapa teman yang asli Surabaya. Dalihnya ingin mengerjakan tugas bersama-sama, padahal niat dibaliknya sekalian mencari makan gratisan. Saya lebih banyak menghabiskan waktu di kampus daripada di kos. Dan jalinan pertemanan itu beberapa masih terpelihara dengan baik sampai sekarang, 16 tahun kokoh berteman dengan segala suka dukanya. Karenanya saya mendengar bahwa ikatan alumni ITS itu solid.

Ngumpul dan makan, dua kegiatan yang tidak terpisahkan Ngumpul dan makan, dua kegiatan yang tidak terpisahkan

Bagitulah postingan terpanjang saya diblog ini. Sebenarnya masih banyak yang ingin diceritakan, tapi saya takut panjangnya melebihi serial Tersanjung :D. Kalau sudah bernostalgia tentang cerita kampus memang tidak ada habisnya. Selalu ada hal lucu dan menarik selain perjuangan selama masa perkuliahan. Selamat ulang tahun buat almamaterku tercinta ITS. Semakin jaya meluluskan generasi penerus bangsa dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Saya bangga menjadi bagian alumni (3 kali) dan pernah diwisuda di graha ITS yang megah. Terima kasih untuk para dosen yang telah mengajar dan berbagi ilmunya pada kami (meskipun perjuangan mengerjakan Tugas Akhir dan Tesis penuh liku dan kelokan yang nampak tak berujung, tapi akhirnya lulus juga). Apapun yang pernah terjadi dalam masa perkuliahan, baik buruk, pahit manis, semua adalah pembelajaran yang sangat bermanfaat sampai sekarang. Tidak akan terlupakan. Terima kasih ITS ku yang tercinta. Dibawah ini adalah Hymne ITS.

Hayo, ngacung siapa yang sedang baca ini alumni ITS juga? monggo berkomentar apa pengalaman yang tidak terlupakan selama kuliah di ITS. Kalau posting komennya susah sekali, jangan menyerah. Katanya alumni kampus perjuangan, masak komen masuknya susah saja langsung menyerah *dijejelin lontong balap :))) . Atau yang bukan alumni ITS juga boleh berkomentar apa pengalaman unik yang tidak pernah kalian lupakan selama kuliah dan kalau tidak keberatan boleh dong saya tahu juga kalian alumni mana :D.

Foto yang dipakai ada beberapa yang dokumen pribadi ada beberapa yang meminjam dari beberapa sumber dengan langsung menyertakan sumbernya. Foto pribadi adalah foto-foto selama masa kuliah S2, karena foto-foto selama di Statistika saya belum mengenakan jilbab.

Postingan ini memang sengaja memakai bahasa Indonesia yang tidak baku. Saya sudah bilang ke suami kalau ini postingan nostalgia, jadi mending saya cerita langsung ke dia.

-Den Haag, 10 Nopember 2015-