Saat saya menulis, suasana di rumah sangat sepi. Senyap. Hanya terdengar suara ketikan dari laptop, suara burung di luar, dan tetangga sebelah yang berbenah rumah.
Di meja, saya letakkan teh tanpa gula yang baru saja saya seduh. Masih panas. Jam tangan saya taruh di sebelah kanan karena selesai menulis di blog, saya berencana jalan kaki pagi selama 1 jam. Setelahnya saya akan kembali ke rumah dan memasak makan siang untuk saya dan anak kicik. Dua anak pertama, hari ini jadwal makan siang di sekolah. Jadi mereka kembali ke rumah sore hari. Suami, saat ini sedang olahraga jalan kaki selama 1 jam.
Sebelum menulis, saya sudah membereskan rumah, menyalakan lilin beraroma vanilla, dan membuka semua jendela di ruangan bawah dan kamar – kamar di lantai atas. Supaya udara pagi yang segar masuk dengan leluasa. Pagi ini cuaca sejuk dengan suhu 19 derajat celcius. Kamar anak – anak pun saya bereskan sedikit saja karena setelah bangun tidur mereka sudah terbiasa beberes sendiri. Saya sangat ketat untuk urusan kamar yang bersih. Saya selalu tekankan ke anak – anak bahwa sebelum tidur dan setelah bangun tidur mereka harus membereskan kamar sendiri supaya saat tidur kondisi di kamar berasa nyaman.

Hari ini, hari pertama anak kami yang bungsu masuk Peuterspeelzaal. Bahasa Inggrisnya adalah Pre School. Sejak minggu lalu kami bertemu gurunya untuk perkenalan, dia sangat antusias. Tidak sabar memakai tas barunya yang kami belikan saat di Stockholm dengan gantungan kunci Lego Minimouse yang dibeli saat di Copenhagen. Pagi ini dia bangun dengan ceria. Saya sudah menyiapkan bajunya sejak tadi malam. Dress warna merah muda dengan corak penuh bunga. Saya masukkan ke tasnya beberapa baju ganti dan popok. Dia memilih sendiri untuk memakai sandal merah muda favoritnya. Saya tawarkan untuk memakai sepatu, dia menolak. Anak ini sudah bisa memilih apa yang dia suka. Jaket yang saya pilihkan berwarna magenta. Pagi ini semua sangat bersemangat karena adik kicik pertama kali ke sekolah yang hanya 2 kali seminggu dan 4 jam sekali datang.
Setelah bersepeda bersama anak – anak dan mengantar mereka ke sekolah, saya dan suami ke sekolah anak ragil. Hari yang spesial, jadi kami ingin mengantar dia bersama. Selama di sepeda, dia bersenandung riang. Sesampainya di sekolah, dia sangat antusias. Menggantung tas dan jaketnya, masuk ke kelas dan menyapa gurunya sambil melambaikan tangan, “Goedemorgen Juff!”
Saya menemani dia sebentar supaya tidak kaget saat saya tinggal. Setelah 10 menit, saya mulai siap – siap. Saya berpamitan dan ke luar dari gedung sekolah. Dari luar terdengar jelas tangisannya. Saya menghampiri jendela untuk dadah – dadah ke dia. Dia masih menangis tapi tetap melambaikan tangan ke saya. Gurunya mencoba menenangkan dengan berbicara dan mengajak bermain.
Saya bersepeda kembali ke rumah. Ada rasa sedih dan bahagia. Anak – anak cepat sekali besarnya. Tiba – tiba anak bayi sudah masuk sekolah. Berasa baru kemarin melahirkan dia, sekarang umurnya sudah lebih dari 2 tahun. Dua yang pertama sudah punya kegiatan sendiri. Selalu ada janji bermain bersama teman mereka tiap pulang sekolah. Waktu bersama kami sudah mulai berkurang.
Salah satu yang membuat saya untuk memutuskan rehat dulu dari media sosial, selain diri sendiri, adalah anak – anak dan suami. Saya ingin menikmati waktu dengan anak – anak. Hadir secara nyata untuk mereka. Fokus tidak terbagi dengan scrolling HP tanpa henti. Ingin hidup tenang dan hati yang nyaman. Ingin menikmati kebersamaan dengan suami. Fokus pada keluarga sendiri. Tidak perlu membagi kehidupan dengan orang lain di luar sana yang saya tidak tau dan kenal dengan baik.
Cukup diri sendiri, keluarga, dan teman – teman baik terdekat.
Saya ingin menikmati hari demi hari dengan perasaan tenang dan damai. Tidak perlu berbagi pikiran dengan segala perbincangan yang ada di media sosial. Segala permasalahan dan keributan yang diada – adakan. Tidak masalah tidak banyak tau. Sedikit kalau bermakna, itu lebih baik.
Usia tidak ada yang tau. Saya ingin memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Ingin menjalani menit per menitnya dengan kegiatan yang lebih berguna. Anak – anak makin besar, saya ingin benar – benar hadir untuk mereka. Bukan hanya fisik, tapi juga seratus persen pikiran dan perhatian. Anak – anak yang menjadi prioritas utama saya saat ini. Media sosial bisa kapan – kapan lagi, tapi anak – anak akan terus tumbuh dan semakin besar. Kebersamaan bersama mereka tidak bisa terulang.
2 bulan (saat tulisan ini dibuat) rehat dari Instagram dan Threads, 5 bulan rehat dari twitter, hidup saya lebih tenang.
Disinilah saya sekarang. Sibuk mengetik apa yang ada di pikiran. Mencoba kembali ke kebiasaan dan hobi lama yang saya senangi yaitu menulis di blog dengan konsentrasi penuh, tanpa distraksi. Membaca buku karena memang suka bukan karena untuk konten. Berolahraga lari karena cinta, bukan karena butuh dipuja.
Berkoneksi kembali dengan diri sendiri. Hadir secara nyata dan kembali memperhatikan diri sendiri. Berbincang dengan pikiran dengan senyap tanpa harus berbagi fokus dengan hal – hal tidak penting lainnya. Merasa nyaman, tenang, dan damai. Otak lebih santai. Menjalani aktifitas sehari – hari dengan pelan dan sadar. Tidak tergesa dan tidak perlu harus selalu diperlihatkan untuk orang banyak.
Secukupnya saja. Tidak untuk sebuah validasi. Mungkin jika suatu hari nanti saat saya memutuskan siap untuk kembali ke media sosial, mudah – mudahan saya lebih sadar dalam penggunaannya. Tidak berlebihan dan secukupnya saja.
Saya menyesap teh yang mulai menghangat. Menikmati aromanya tanpa terburu – buru.
Saya bersyukur akan waktu istimewa yang saya miliki saat ini. Punya waktu sepenuhnya untuk diri sendiri.
Suami baru saja datang dari jalan kaki pagi. Kami berbincang sebentar, lalu dia naik ke lantai atas menuju ruang kerja. Memulai rutinitas kerjanya.
Saya harus bersiap untuk jalan kaki. Teh hangat sudah habis saya minum.
Waktunya untuk berolahraga dan berbincang dengan diri sendiri dari hati ke hati.
Menikmati segarnya udara pagi. Menikmati hidup yang tak tergesa. Pelan dan damai. Hadir secara nyata.
- 8 September, 2025 –