Tanpa Suara Musik

Saya suka mendengarkan musik. Sehari – hari, pasti musik tidak lepas dari telinga saya. Apalagi jika sedang mendengarkan pekerjaan rumah di lantai bawah, pasti saya selalu memutarkan Spotify dengan daftar lagu kesukaan atau memilih radio lokal yang memutarkan musik Belanda. Intinya hidup akan meriah jika mendengarkan musik.

Namun, ada saat -saat tertentu, saya lebih menikmati keheningan. Tanpa hingar bingar suara musik atau lembutnya alunan instrumen. Lebih menikmati suara asli dari alam / suasana sekitar.

  • LARI

Saat sedang berlari, saya lebih suka mendengarkan suara yang saya lewati. Apapun suara itu. Tergantung rute yang saya lewati. Jika sedang rute di hutan, ya saya mendengarkan suara burung mencicit bersahutan. Jika rute di jalan raya, ya saya mendengarkan suara mobil dan kendaraan yang lewat. Jika lari di pinggir pantai, saya dengarkan suara angin dan ombak. Kalau lewat persawahan, ya saya mendengarkan suara sunyi.

Dari awal suka lari sampai sekarang, saya tidak pernah memakai earphone selama lari. Pernah saya mencoba sekali, ternyata tidak menikmati. Malah yang ada rasa was – was takut dibuntuti orang :)))

Lari tanpa suara musik membuat saya lebih tenang. Semacam meditasi. Bisa berpikir banyak hal dan ngelamun – ngelamun eh ternyata sudah finish. Apa tidak bosan? Tidak sama sekali. Justru saya sangat menikmat lari tanpa suara apapun yang menempel di telinga saya. Menikmati suara – suara apapun yang saya lewati saat berlari. Sering saya mendapatkan ide cemerlang setelah berlari. Ya semacam ide mau masak apa hari itu :D.

  • MENYETRIKA

Saya memang hobi menyetrika. Seperti berlari, menyetrika itu saya ibaratkan waktu bermeditasi. Saya bisa tenang, melamun, dan bisa memikirkan banyak hal. Kalau orang lain saat menyetrika dengan mendengarkan musik, melihat YouTube, nonton TV, atau sambil telfonan, saya menyetrika tanpa mendengarkan suara atau menonton apapun. Benar – benar sunyi. Ngelamun trus tiba – tiba timbul sebuah ide, eh setrikaan sudah selesai. Menyetrika juga sebagai sarana me time. Jadi saya lebih menikmati saat menyetrika dengan suasana yang sunyi dan syahdu.

Menytrika buat banyak orang hal yang membosankan. Buat saya. saat menyetrika adalah waktunya mengisi baterai ide dan membuat batin damai.

Setelah menyetrika, saya pasti lebih rileks. Aneh tapi nyata :)))

  • SHOLAT DAN MENGAJI

Oh ya ini tidak perlu ditulis panjang lebar ya. Saat beribadah tentu saja suasana sunyi senyap buat saya lebih khusyuk. Lebih bisa berkonsentrasi kalau hening.

  • JALAN KAKI

Sama halnya dengan saat berlari, ketika saya sedang jalan kaki untuk olahraga, saya lebih senang menikmati suara – suara yang saya lewati. mendengarkan suara sepeda, burung berkicau, anak – anak yang sedang bermain di taman. Telinga saya bebas dari suara musik. Hening dan syahdu.

Ketika kami sekeluarga hiking di Soderasen National Park, Swedia. Rute lumayan jauh sampai puncak, total dengan nyasar – nyasarnya, 12km. 4 jam baru selesai diselingi istirahat 30 menit. Pengalaman yang tidak terlupakan.

  • DUDUK BENGONG DI TAMAN

Ya namanya juga duduk bengong, lebih nyaman sambil ngelamun tanpa musik nempel di telinga. BIsa berdialog dengan diri sendiri. Lebih khusyuk mengosongkan pikiran, ujung – ujungnya mengantuk. Ini pengalaman pribadi saya :))))

  • MEMBACA BUKU

Ada orang yang khusyuk membaca buku dengan mendengarkan suara musik atau instrumen. Saya lebih khusyuk membaca saat sepi atau sedang di kendaraan umum atau di taman. Intinya tidak bisa kalau membaca disambi dengan ada suara musik di sekitar. Tidak konsentrasi ke buku yang saya baca, malah fokus ke musik yang sedang diputar :))))

  • BELAJAR SAAT PERSIAPAN UJIAN

Masih ada hubungannya dengan membaca buku. Saya setiap kali belajar, dari belajar rutin sampai belajar untuk ujian, tidak pernah mendengarkan musik sama sekali. Harus sunyi senyap tanpa ada suara apapun. Sejak punya anak, saya lebih memilih waktu belajar malam hari setelah anak – anak tidur. Jam segini, waktunya saya bisa khusyuk dan semua materi belajar atau ujian dipastikan lebih menempel di kepala. Jika siang hari, meski anak – anak sedang sekolah, saya tidak bisa belajar karena masih bisa mendengarkan suara berisik dari manapun. Sedangkan malam hari, rasanya luar biasa tenang. Belajar 30 menit saja, semua materi bisa langsung masuk ke kepala (tanpa harus keluar lagi setelahnya :)))

Mungkin bagi kalian yang sudah terbiasa mendengarkan musik di manapun, kapanpun dan dalam kegiatan apapun, bisa dicoba untuk melepaskan ikatan dengan musik. Siapa tau cocok dengan beberapa kondisi yang saya sebutkan di atas, tanpa harus mendengarkan suara musik.

Atau malah merasa bosan ya hahah.

Sama dengan makanan, selera telinga orang pun bisa jadi berbeda.

Mungkin faktor umur juga. Tambah tua, telinga saya sukanya dengan sunyi, senyap, hening, dan syahdu.

– 2 September, 2025 –

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.