Pernahkan mencoba lari jarak jauh tanpa suara musik di telinga?
Pernahkah menunggu kereta datang selama 15 menit dengan memperhatikan sekitar dan melamun?
Pernahkan jalan kaki pagi atau sore hari tanpa membawa telepon?
Pernahkah duduk terdiam di taman memperhatikan air di danau kecil yang dilewati bebek – bebek hilir mudik?
Pernahkah menyetrika tanpa diselingi dengan melihat TV atau sambil menelepon?
Jika semua jawabannya adalah IYA, pernahkah merasakan bosan saat melakukan itu semua?
Saya memperhatikan dan tentu saja pernah mengalami sendiri, manusia jaman sekarang sepertinya jarang sekali merasakan bosan. Ada waktu kosong 10 menit, langsung tergesa mengambil telefon genggam dari tas atau kantong celana dan membuka media sosial. Ada waktu santai 15 menit di taman, mata tidak lepas dari scrolling Hp. Saat berjalan kaki pagi atau sore hari, jari tangan sibuk memilih lagu yang akan didengarkan lewat earphone sepanjang rute.
Otak kita tidak diberikan kesempatan untuk istirahat. Untuk berjeda dengan segala aktifitas. Kita takut merasa bosan. Merasa bahwa bosan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Merasa bahwa bosan adalah perasaan yang tidak produktif. Merasa bosan adalah sebuah momok yang harus disingkirkan.

Rute lari pagi ini yang tampak membosankan karena langit abu – abu, tapi bisa memberikan ide untuk menulis di blog.
Padahal, jika kita diam saja sejenak 10 menit tanpa melakukan apapun, otak kita pun sedang beristirahat. Memberikan kesempatan badan dan pikiran untuk santai sejenak.
Sejak kecil, kami mengajari anak – anak untuk belajar berteman dengan bosan. Bagaimana caranya? dengan tidak memberikan mereka tablet, telefon genggam, tontonan TV saat umurnya belum cukup. Saat mereka sudah cukup umurpun, penggunaannya tetap kami batasi. Mereka sudah terbiasa bermain dengan apa yang ada di rumah. Justru, mereka jadi lebih kreatif mengisi waktu. Misal dengan membaca buku, berbincang, dan bergurau menciptakan sebuah cerita. Menggambar, atau bahkan bermain tebak – tebakan. Kalau sudah bosan, ya mereka diam saja duduk di sofa sambil melamun, lalu lama – lama jadi tertidur sendiri.
Hal tersebut juga terjadi saat kami sedang road trip jarak jauh. Selama perjalanan, kami tidak pernah memberikan permainan elektronik. Mereka bermain dengan segala apa yang sudah dipersiapkan sendiri. Misal boneka, buku bacaan, rubik, mobil – mobilan, dll. Jika sudah bosan, kami semua bermain tebak – tebakan. Kalau sudah bosan lagi, kami makan. Kami selingi juga dengan saling bercerita dan bergurau. Jika sudah capai, mereka akan memperhatikan jalan, melamun, dan lama – lama tertidur. Bahkan waktu kami roadtrip di Andalusia, anak kami yang pertama saat itu berusia 4 tahun, bisa menciptakan lagu dengan lirik karangan dia sendiri hahaha.
Kami sampai menjuluki mereka professor melamun dan ahli di bidang bosan :))))
Bagaimana bisa mereka terbiasa tanpa distraksi Hp atau tablet atau TV? Selain karena memang sudah kami biasakan dan mereka terbiasa, kamipun memberikan contoh. Kami tidak pernah sibuk main Hp saat bersama mereka. Tidak pernah mata cuma tertuju di tablet atau laptop saat bersama anak – anak. Tentu saja jika diberikan contoh langsung, akan lebih gampang buat mereka untuk meniru. Bukankah anak adalah peniru yang ulung. Karenanya, orang dewasa di sekitarnya seharusnya memberikan contoh yang baik.
Jika anak – anak tidak takut merasa bosan karena sudah dibiasakan, sebenarnya hal tersebut bisa diterapkan pada orang dewasa. Bisa dilatih. Jika selama ini kita bangun tidur hal pertama yang dilakukan adalah mengambil Hp dan langsung buka media sosial, bisa dicoba perlahan untuk meniadakan kebiasaan itu. Coba saat pertama membuka mata, ya sudah melamun saja. Memikirkan atau mengosongkan pikiran. Pergi ke kamar mandi lalu ke ruangan yang lain tanpa membawa Hp.
Atau misal kalau menunggu bus atau kereta yang belum datang, mulai dibiasakan tidak perlu terburu – buru mengambil Hp lalu sibuk membuka media sosial. Sambil duduk, kita bisa memperhatikan kondisi sekitar. Oh ada papan pengumuman, coba deh dibaca isinya apa. Oh ada kios kecil, coba ah masuk siapa tau ada yang menarik. Atau ya sekedar duduk saja diam melamun sampai kereta datang. Memperhatikan orang sekitar. Biasanya ada saja yang menarik untuk diperhatikan. Saya juga beberapa kali memberikan pujian jika melihat ada orang yang memakai pakaian yang kece, parfume dengan aroma yang saya suka, atau memberikan pujian ke seorang Oma yang memakai kutek warna menyala.
Tidak perlu takut bosan. Sesekali, merasakan bosan itu perlu. Tidak perlu langsung diberikan distraksi saat punya waktu kosong 10 menit. Otak juga butuh istirahat. Mata juga perlu santai sejenak.
Sesekali perlu juga dicoba berkegiatan yang Tanpa Suara Musik.
Jika sudah mulai pelan – pelan dilatih untuk berjarak dengan hal – hal yang gampang menganggu fokus dan konsentrasi, lama – lama kita akan berteman akrab dengan rasa bosan. Tidak takut lagi. Tidak harus tau semua hal tentang kehidupan orang lain di media sosial. Yang ada hanya diri sendiri.
Dari bosan yang sudah kita rasakan, justru sering muncul ide – ide ajaib yang muncul. Ide kreatif untuk masak makan siang, ide nulis di blog, teringat untuk menghubungi teman dekat, atau sesederhana tiba – tiba merasa kangen dengan suami.
Coba deh, sesekali merasakan bosan. Karena bosan tidak semenakutkan itu untuk dirasakan. Atau bosan tidak semembosankan jika memang sudah jadi bagian dari keseharian.
*Ide menuliskan tema ini, saya dapatkan pagi ini ketika lari sepanjang 6km. Lari pagi tanpa mendengarkan musik, bisa mendapatkan banyak ide buat saya. Salah satunya, ide menuliskan topik ini. Saya hanya membutuhkan waktu 1 jam untuk menyelesaikan tulisan ini, tanpa terdistraksi dengan telefon genggam, tanpa terdistraksi dengan media sosial. Tanpa musik. Hanya ditemani segelas susu coklat panas yang sesekali saya minum. Fokus dan bisa tuntas menyampaikan ide yang terpendam sejak pagi hari. Sembari menunggu suami pulang dari rapat orangtua di sekolah anak, tulisan ini sudah selesai.
- 9 Agustus, 2025 –
Mba Den…kamu keren sekaliiiii!!!!! Aku selalu terharu kalau ada orang tua yang bisa menguatkan hatinya melihat anak bosan dan ga dikasi gadget. Apalagi pas udah mulai keliatan hasil dari rasa bosannya ini jadi lebih kreatif. Aku pun sekarang lagi kembali belajar buat bisa bengong dan bosan.
Hai Ira, terima kasih ya 🙂
Karena pada dasarnya aku dan suamijuga bukan tipe yang gadget mania, jadinya ya pasti bisa kalau anak – anak mencontoh kami. Prinsip kami adalah kalau anak tidak diperkenalkan, ya pasti mereka ga tau kan. Kalau tidak diperkenalkan dengan tablet, ya mereka ga tau tentang tablet. Pun saat kami mulai memperkenalkan, tetap kami kasih batasan waktu dan apa saja yang boleh mereka tonton. Tentu saja tetap diberikan pengertian kenapa harus seperti itu. Pada dasarnya, bengong itu tak akan membosankan kalau sudah tau seninya 🙂