Saat sedang menyusun rencana kasar tempat mana saja yang akan kami kunjungi selama di Swedia, tentu saja kami memasukkan agenda untuk hiking. Mumpung di Swedia gitu kan ya yang banyak tempat untuk hiking dan juga banyak Taman Nasionalnya. Kami memutuskan untuk setidaknya pergi ke 1 wilayah hiking yang ramah untuk anak – anak. Artinya, medannya tidak terlalu susah. Saya mulai googling dan menemukan beberapa tempat. Lalu saya juga menghubungi satu orang mutual di twitter dan Instagram yang tinggal di Malmo, apakah ada rekomendasi dari dia Taman Nasional yang bagus dan ramah untuk kami pergi hiking. Lalu dia mengusulkan ke Söderäsen National Park. Pas sekali, lokasinya tidak jauh dari tempat kami menginap selama di Landskrona.



Persiapan kami untuk hiking, sangat maksimal. Maksudnya, dari segi perlengkapan. Kami sekeluarga sampai membeli sepatu baru khusus hiking dan suami membeli apa ya namanya semacam tas panggul yang bisa membawa anak kicik, merk Deuteur. Saya bilang mending beli yang tangan kedua saja, wong cuma dipakai selama liburan musim panas. Di Belanda yakin tidak akan terpakai. Lagian anak ragil sebentar lagi sudah tidak muat untuk dipanggul. Dia bilang, tidak masalah beli baru. Nanti kalau sudah tidak terpakai bisa dijual lagi. Ya sudah, uang dia ini.
Selain sepatu khusus hiking, kami bahkan hampir membeli celana khusus. Tapi setelah dipikir – pikir dan setelah melihat medan di taman nasional di wilayah Swedia bagian selatan, tidak terlalu serius dibandingkan Swedia bagian utara yang nampak lebih sulit. Akhirnya kami batalkan membeli celana khusus hiking. Pakai yang ada saja. Selebihnya, kami menggunakan tas ransel yang sudah dipunya, lalu anak – anak juga memakai jaket yang sudah ada di rumah. Musim panas kan, jadi semoga cuaca juga tidak terlalu buruk selama hiking.



Kami ke Söderäsen National Park saat hari terakhir di Landskrona sebelum pindah ke Enkoping, dekat dari Stockholm. Hari H, kami bangun pagi dan saya mulai mempersiapkan bekal makan siang dan camilan yang akan dbawa selama hiking juga minuman. Suami membawa roti isi, sedangkan saya dan anak – anak makan mie goreng dengan lauk telur dadar. Standar bekal orang Indonesia hahaha. Saat tiba di lokasi, tempat parkir masih belum terlalu ramai. Memang kami sampainya masih hitungan pagi, jam 10. Taman Nasional ini karena lokasinya sangat luas, jadi ada beberapa pintu masuk. Kami memilih pintu masuk yang paling dekat dengan tempat kami menginap. Bisa dibaca di sini untuk deskripsi lengkapnya tentang Taman Nasional Söderäsen.
Suami dan anak – anak ke toilet terlebih dahulu sebelum kami mulai masuk ke dalam lokasi. Di bagian depan, ada peta dan pilihan rute. Setelah berunding, kami memilih rute yang paling jauh yaitu 10km. Ya kalau ternyata rutenya terlalu menantang dan anak – anak capek, nanti bisa potong rute. Untuk 2 kilometer pertama, rute yang kami pilih ini masih bisa diakses untuk kursi roda atau kereta bayi. Setelahnya, mulai jalan setapak biasa.



Awalnya jalan setapak masih datar tanpa tantangan apapun. Kanan atau kiri masih lebar dan ada aliran sungai. Setelah makin jauh, jalanan makin susah karena melewati bebatuan yang lumayan runcing. Lebar jalan pun makin mengecil. Untuk tanda arah, sangat jelas sekali. Papan nama bahkan warna rute yang dipilih juga jelas. Jadi tinggal mengikuti arah.
Saat sudah memasuki km ke 5, anak – anak mulai bilang capek dan ingin istirahat dulu. Kami bilang tunggu sebentar karena akan sampai ke tempat khusus istirahat. Pas juga waktunya untuk makan siang. Selama jalan, saya juga sudah memberikan camilan dan minuman untuk mereka, termasuk anak ragil yang anteng digendong papanya di punggung. Sepanjang jalan digendong, dia juga tidak berhenti bernyanyi sesuai bahasanya sendiri :))) lumayan, kami jadi ada hiburan.
Sampai ke suatu area, kami mulai bingung karena tanda berwarna di pohon tidak muncul lagi. Bahkan ada pohon di depan yang nampaknya sengaja dirubuhkan untuk menghalangi jalan. Artinya, kami harus mendaki ke atas karena terlihat dari tempat kami berdiri, seperti nampak ada bangunan. Sempat ragu apakah harus jalan terus atau menanjak ke atas. Ini medannya susah sekali untuk ke puncak. Tapi ya tidak ada pilihan lain. Ada sih sebenarnya, putar balik. Tapi sayang kan sudah sampai hampir puncak malah putar haluan.



Akhirnya kami pelan – pelan naik. Anak – anak sudah mulai mengomel. Saya berikan semangat ke mereka kalau sebentar lagi sudah sampai atas dan makan siang bekal mie goreng. Setiap mendengar kata makanan, mereka langsung ceria. Memanglah darah Indonesia yang melekat ke mereka lebih kuat. Orang Indonesia kan kalau dipancing makanan langsung bersemangat :))).
Suami sih yang merasa kesusahan naik karena harus memanggul anak kicik. Saking susahnya medan naik, saya sampai tidak bisa mendokumentasikan dalam video. Ya seperti biasa, di manapun berada tugas saya tetaplah jadi bagian dokumentasi dan konsumsi :)))
Setelah perjuangan panjang menanjak yang Ya Allah membuat ingat untuk menguruskan badan :)) akhirnya kami sampai ke semacam area istirahat. Tempatnya bersih, rapi, dan tidak ada sampah berserakan. Ada toilet juga, tempat sampah banyak, dan tempat semacam rumah berteduh. Kami istirahat di sini untuk makan siang. Saya dan anak – anak lahap sekali makan mie goreng Indomie yang khusus saya bawa dari Belanda. Suami bilang kok ya kepikira bawa Indomie dari Belanda. Saya bilang, “Lah ini sudah bekal wajib orang Indonesia kalau mau naik gunung, kemah, atau piknik. Indomie goreng plus telor dadar hahaha”



Setelah cukup beristirahat selama hampir setengah jam, kami melanjutkan perjalanan dengan rute turun kembali ke tempat parkir. Sama dengan sewaktu naik, kami juga mengikuti tanda di pohon atau tanda panah di tonggak kayu. Pemandangan dari atas, wah cantik sekali. Belanda itu kan negara yang sangat flat ya, datar seperti pancake. Jadi setiap ada kesempatan naik gunung atau bukit, kami selalu takjub dengan pemandangan dan rute yang kami lewati. Maklum, di Belanda tidak ada.
Di atas, ada satu area penuh dengan bunga warna ungu. Bukan lavender pastinya. Seperti bunga yang ada di taman nasional di Belanda. cantik sekali. Tentu saja saat di puncak, kami mengabadikan foto sekeluarga. Jangan sampai ini terlupa.
Rute turun lebih mudah. Ya iyalah, di mana – mana kan kalau turun lebih gampang dibandingkan naik. kecuali rutenya licin. Makanya kan orang lebih gampang tergelincir dalam kehidupan saat sudah susah – susah naik *bahasan mulai membelok.
Saat melintasi hutannya yang yang sangat hijau, Saya dan suami sampai terkagum, sepanjang jalan naik sampai puncak sampai turun ke parkiran, kami tidak melihat satupun sampah berserakan. Herannya lagi, sepanjang rutepun tidak terlihat tempat sampah. Hanya ada tempat sampah saat di area istirahat di puncak. Yang kami kagumi adalah kesadaran para pengunjung untuk tidak membuang sampah sembarangan. Saya acungi jempol dan benar – benar terkagum saat tulisan ini diunggah. Kalau hanya mengandalkan petugas kebersihan taman nasional, area yang sangat bersih susah terwujud kalau tidak diikuti dengan kesadaran tidak buang sampah sembarangan dari pengunjungnya. Benar – benar bersih lho dari semua bagia hutan. Salut!



Ada satu cerita yang tidak bakal saya lupa. Saya dulu kan anak gunung. Ya beberapa kali naik gunung. Jadi ada satu hal yang selalu dipegang anak gunung perihal jangan sombong jika naik gunung. Jangan congkak dan meremehkan. Nah, entah ini kebetulan atau apa, pada satu titik, saya membatin, “Ya kalau naik gunung seperti ini tidak bakalan tersasar, wong petunjuknya jelas sekali.” Lalu kami jalan terus. Lama – lama saya sadar kok tanda biru di pohon sudah hilang. Tinggal warna Oranye. Artinya kami akan menuju ke arah lain. Wah saya bilang suami jangan – jangan kita tersasar. Kami putuskan kembali arah. Ternyata benar donk, kami terlewat membaca tanda. Harusnya belok ke kiri, kami malah terus berjalan.
Makanya, jangan sombong bin congkak di gunung. Perhatikan arah dan tanda. Jangan sok – sok bilang tidak bakal tersasar. Dikabulkan lah yang dibatinkan.
Dengan drama menyasar yang lumayan jauh itu, akhirnya kami sampai juga di bawah, di pintu pertama masuk. Total 12km kami jalan dari awal masuk sampai turun ke pintu ke luar. Lumayan ya gempor. Untungnya anak – anak tidak rewel. Cuma bagian naik ke atas saja yang lumayan susah. Selebihnya mereka benar – benar menikmati hiking ini.
Sewaktu kami masih di atas, anak – anak bilang ke saya jangan jalan terlalu ke pinggir. Lalu saya tanya kenapa, dijawab, “Nanti kalau jatuh, Ibu bisa meninggal.” Saya tanya lagi kenapa kalau saya meninggal. Mereka jawab, “Sedih kalau tidak ada Ibu.” Saya tanya lagi kenapa sedih, kan kalau tidak ada saya, tidak ada yang marah dan mengomel di rumah. Jawaban mereka, “Nanti tidak ada masak enak, tidak ada yang menyiapkan baju. Ibu kan penyayang. Suka peluk, cium, dan bilang I Love You. Jadi jangan meninggal ya Ibu, aku cinta sama Ibu.” Lalu mereka berdua memeluk saya. Sementara suami sudah berjalan jauh di depan. Ini saat kami belum sadar sudah tersasar jauh.
Duh, saya jadi terharu mendengarkan omongan mereka. Ternyata, meskipun sering ngomel, ada juga hal baik yang diingat mereka dari saya. Ya setidaknya, tidak hanya ngomelnya saja yang diingat :))



Waktu liburan inilah yang sangat saya suka. Selalu ada momen – momen percakapan yang spontan dari anak – anak atau suami. Karena itu, saya menjadikan momen liburan sebagai waktu untuk benar – benar hadir sepenuhnya untuk keluarga. Pikiran dan badan untuk mereka. Itulah kenapa, kalau liburan, saya jauh – jauh dari media sosial. Bahkan liburan kali ini, saya uninstall media sosial dari telefon genggam saya.
Taman Nasional Söderäsen meninggalkan banyak kenangan manis untuk kami sekeluarga. Bukan hanya terkesan dengan rutenya yang bersih, alamnya yang cantik, dan medannya yang tidak terlalu susah, pun kami sekeluarga jadi bertambah lagi momen yang indah yang akan selalu kami ingat sampai anak – anak besar nanti.
Momen kebersamaan, mempererat ikatan satu sama lain, percakapan yang hangat, saling memberikan semangat, pengalaman baru, dan hadir sepenuhnya satu sama lain.
Kenangan yang sangat indah. Selain dokumentasi foto dan video yang tak kalah pentingnya.
- 18 Oktober 2025 –











































































