Cerita Akhir Pekan : Berkunjung ke Aachen dan Monschau

Monschau nampak dari atas bukit

Setelah minggu sebelumnya kami berlibur melintasi desa dan kota-kota kecil di Alsace Region dan Burgundy Region, Perancis, maka akhir pekan kali ini kami jalan-jalan sebentar ke Jerman. Rencana awalnya akan ke Frankfurt karena suami sudah membeli tiket ke Frankfurt Musikmesse, yaitu pameran bertaraf International yang berhubungan dengan alat-alat musik dan Industri musik. Kalau Frankfurt Book Fair yang pernah kami kunjungi sebelumnya adalah pameran Internasional yang berkaitan dengan Industri buku dan buku itu sendiri. Karena suami memang hobi bermusik dan minatnya besar pada musik, maka setiap tahun pasti menghadiri Frankfurt Musikmesse.

Tahun lalu, para kolega kantor Mas Ewald memberi kado wellness weekend. Lha kok ternyata akhir pekan ini masa berlakunya akan berakhir. Akhirnya kami memutuskan untuk menginap semalam di Pullman Hotel Aachen, memanfaatkan kado. Saya sudah membayangkan bisa massage disini, eh ternyata harus mendaftar dulu jauh-jauh hari. Akhirnya saya hanya bisa memanfaatkan fasilitas fitness centre, berenang, sementara suami lanjut sauna. Malamnya tidur nyenyak sekali karena badan segar setelah berolahraga.

Pullman Hotel
Pullman Hotel

Aachen

Kami menyempatkan diri untuk mengelilingi pusat kota Aachen yang memang tidak terlalu besar. Hal itu terbukti dalam waktu beberapa jam saja kami sudah mengunjungi semua tempat wisata maupun sudut-sudut kota Aachen bahkan sampai lorong-lorongnya (karena mencari restaurant untuk makan siang, akhirnya tertarik untuk mencoba makanan Lebanon). Aachen adalah kota paling barat di Jerman yang berbatasan langsung dengan Belanda dan Belgia. Penduduk Aachen sekitar 250.000 orang. Salah satu bangunan yang terkenal di Aachen adalah Cathedral. Bahkan Aachen Cathedral masuk pada Unesco Heritage list. Begitu masuk kedalam, kami terpana dengan desain bangunannya. Berbeda dengan beberapa katedral yang sudah kami datangi sebelum-sebelumnya. Aachen Cathedral dengan kubah berbentuk segi delapan ini nampak megah dengan hiasan dilangit-langitnya yang mewah dan menawan, juga seperti ada cerita yang ingin ditorehkan pada langit-langit tersebut. Cerita tentang Aachen Cathedral ini akan dituliskan secara lengkap oleh suami pada postingan selanjutnya.

Aachen Cathedral
Aachen Cathedral
Salah satu sudut dinding dan langit-langit di Aachen Cathedral
Salah satu sudut dinding dan langit-langit di Aachen Cathedral
Aachen Cathedral
Aachen Cathedral
Museum Katedral
Museum Katedral

Selain Aachen Cathedral, ada beberapa bangunan lain yang terkenal dan bernilai sejarah, misalkan balai kota, sumber mata air alami terpanas di Eropa, beberapa museum (Couven-Museum, Museum Suermondt-Ludwig, Museum koran Internasional), Grashaus di Fischmarkt (awalnya adalah balai kota yang dikemudian hari berubah menjadi perpustakaan), teater Aachen, aktifitas di alun-alun, maupun pusat perbelanjaan.  Ada hal yang menarik perhatian kami selama berkeliling pusat kota Aachen yaitu keberadaan patung-patung yang artistik dan mencuri perhatian. Aachen tidak hanya lekat dengan sejarah, museum maupun Cathedral, tetapi juga terkenal dengan 4 universitasnya serta pada EXPO 2000 di Hanover, Aachen diperkenalkan sebagai daerah model Eropa, sebagai contoh yang baik dari perubahan struktural yang sukses dari daerah pertambangan dan industri konvensional menjadi salah satu lokasi teknologi tinggi besar Eropa. Aachen sangat layak dikunjungi karena kota ini mampu menyajikan sejarah dari waktu ke waktu secara fisik dan visual.

Salah satu patung di Aachen. Wanita berpayung (mudah-mudahan benar saya menginterpretasikannya)
Salah satu patung di Aachen. Wanita berpayung (mudah-mudahan benar saya menginterpretasikannya)

Monschau

Keesokan harinya, saat pagi hari, tiba-tiba suami mengatakan perutnya sakit dan membatalkan untuk pergi ke Frankfurt. Setelah ditunggu beberapa saat, perutnya perlahan membaik. Saat sarapan, dia mengusulkan untuk pergi ke sebuah kota yang letaknya dekat dengan Aachen karena saat itu cuaca sedang bagus, matahari bersinar cerah. Kami berkendara kesana dari Aachen sekitar 50 menit. Nama kota tersebut adalah Monschau.

Monschau adalah kota kecil yang dikelilingi perbukitan dan pegunungan didaerah Eifel, Jerman. Kota kecil ini adalah kota turistik namun penataannya sangat apik, unik, bahkan saya menyebutnya ini adalah kota vintage karena lorong-lorongnya dan bangunannya menimbulkan kesan seperti itu. Monschau mengingatkan saya akan Strasbourg karena tipe rumah maupun penataan kotanya mirip. Berkeliling kota Monschau tidak akan membosankan karena selain warna warni rumah disana yang memanjakan mata, juga pemandangan alamnya yang memukau, suara air yang mengalir melewati bebatuan pada sungai, naik ke atas bukit untuk melihat keseluruhan kota. Jika sudah bosan dengan kebisingan kota besar, maka mengunjungi kota kecil nan memukau seperti Monschau ini bisa dijadikan alternatif liburan.

Monschau
Monschau
Naik ke bukit untuk melihat Monschau dari atas
Naik ke bukit untuk melihat Monschau dari atas
Monschau nampak dari atas bukit
Monschau nampak dari atas bukit
It's Spring!
Hello Spring!

Vaals

Setelah dari Monschau, kami bergegas pulang. Tetapi ada satu tempat lagi yang kami kunjungi saat melewati jalan menuju Den Haag. Tempat itu adalah Drielandenpunt yang terletak di Vaals, Belanda. Drielandenpunt ini adalah tugu batu setinggi kurang lebih setengah meter yang terletak ditengah lingkaran yang terbagi menjadi 3 bagian yang merupakan representasi dari wilayah Belanda, Belgia, dan Jerman. Jadi singkatnya Drielandenpunt ini adalah titik perbatasan tiga negara. Sayang karena kami tidak bisa berlama-lama disana karena harus sampai Den Haag sebelum jam 7 malam, tugu ini tidak bisa kami temukan. Kami naik ke menara dengan membayar 3 euro untuk bisa menyaksikan wilayah 3 negara. Rasanya luar biasa juga ya melihat dari ketinggian ketiga wilayah negara. Saya tidak berani berdiri sampai ujungnya. Membayangkan menggantung begitu jadi ngeri sendiri. Sedangkan suami malah betah berlama-lama diujung sana.

Menara untuk melihat 3 negara sekaligus
Menara untuk melihat 3 negara sekaligus
Wilayah Belanda
Wilayah Belanda
Wilayah Jerman
Wilayah Jerman
Wilayah Belgia
Wilayah Belgia
Tugu yang menyatakan bahwa tempat ini adalah yang tertinggi di Belanda
Tugu yang menyatakan bahwa tempat ini adalah yang tertinggi di Belanda yaitu 322 meter diatas permukaan air laut.

Lama perjalanan dari Vaals ke Den Haag yaitu 2.5 jam. Sebenarnya kami harus sampai di Den Haag sebelum jam 7 malam karena saya ingin makan mie di restaurant mie yang terkenal enak di Den Haag, namanya Seleraku. Kami kesini sebelumnya sampai 3 kali selalu tidak beruntung. Kalau tidak sedang tutup ya menjelang tutup. Karenanya kami bertekad kali ini harus bisa makan disini. Sesampainya disana ternyata tempatnya ramai sekali, dan lagi-lagi kami nyaris tidak bisa makan disini karena meja dan kursi penuh terisi. Beruntung ada dua orang yang selesai makan berbaik hati untuk segera pergi. Akhirnya makan mie juga. Saya pesan mie jamur tahu, sementara suami pesan nasi campur pedas dan es krim durian. Wah, rasa mie disini memang oke punya. Sampai ketika menulis ini saya masih ingat rasanya *lalu mendadak pengen makan mie tengah malam.

Mie Tahu Jamur Seleraku
Mie Tahu Jamur Seleraku

Akhir pekan kami ditutup oleh cuaca di Den Haag yang sangat cerah sehingga kami memutuskan untuk bersepeda ke hutan dilanjutkan jalan kaki mengelilingi hutan dan danau. Kalau seperti ini, rasanya memang musim semi. Kalau hujan turun, mendadak rasanya hati ikutan murung. Meskipun mataharinya terang seperti ini, hawanya tetap dingin karena dibawah 10 derajat.

Wat een mooi weer!
Wat een mooi weer!

Bagaimana dengan akhir pekan kalian? ada cerita seru apa? Selamat beraktivitas, selamat hari senin  dan semoga satu minggu kedepan keberkahan dan kebahagiaan selalu menyertai.

-Den Haag, 10 April 2016-

Semua foto adalah dokumentasi pribadi