Merasa Cukup

Pemandangan Jalan Kaki Pagi Hari

Senin pagi, saya awali dengan hati gembira. Akhir pekan saya bertemu dengan seorang teman yang sudah 11 tahun ini saya kenal dengan baik. Kami mengobrol panjang serta lama di rumahnya. Obrolan yang hangat karena sudah lama kami tidak berbicara dari hati ke hati. Rasa hangat itu terbawa sampai ke hari senin.

Saya bangun dengan badan yang segar dan pikiran yang jernih. Setelah membalas beberapa pesan di telefon genggam, lalu saya membangunkan satu persatu anak – anak. Hari ini dua anak akan makan siang di sekolah, jadi saya sedikit lebih sibuk di dapur karena ada bekal ekstra yang akan dibawa. Setelah menyiapkan baju mereka, saya turun untuk menyiapkan sarapan mereka. Suami seperti biasa sibuk dengan anak ragil yang hari ini juga jadwal ke sekolah.

Setelah rutinitas pagi terlewati, saya mengantarkan 2 anak pertama ke sekolah, sedangkan suami mengantarkan anak ragil. Sekolah mereka berbeda karena tingkatannya juga masih belum sama.

Setelah anak – anak sudah masuk ke kelas, saya memarkir sepeda di halaman luar sekolah lalu melanjutkan dengan jalan kaki. Seperti biasa, satu jam kedepan akan saya lalui dengan berjalan kaki cepat. Tanpa musik, banyak melamun, dan menikmati suasana sekitar. Cuaca pagi ini mendung, berangin kencang, dan sesekali gerimis. Sepanjang jalan, banyak sekali ide yang muncul di kepala. Pun kontemplasi hal – hal yang saya lewati beberapa waktu ini. Terkadang teringat ingatan yang tidak mengenakkan dimasa lalu. Semuanya saya coba rasakan. Tidak mencoba untuk menghindar. Menarik nafas panjang, mencoba memasukkan sebanyak mungkin udara segar.

Alhamdulillah, saya masih diberikan sehat dan langkah kaki yang kuat untuk berolahraga. Alhamdulillah saya masih diberikan kewarasan dalam berpikir dan bertindak.

Hidup di kampung, jadi pemandangan jalan kaki atau saat berlari ya aneka ria binatang. Salah satunya kambing (atau domba ya ini, ga terlalu paham).

Tidak terasa, langkah kaki kembali lagi di parkiran sekolah. Lumayan, 6.22km dengan hampir 8000 langkah. Saya kayuh sepeda menuju rumah. Sesampainya di rumah, saya langsung membuka beberapa jendela supaya angin segar masuk ke rumah, menyalakan lilin di beberapa sudut dengan aroma favorit yaitu vanilla dan paduan beberapa buah. Saya senang sekali jika rumah wangi. Rasanya menenangkan.

Lalu saya merebus air untuk membuat teh. Sembari menunggu air panas, saya mencuci beberapa piring dan peralatan masak. Lalu mengepel seluruh lantai bawah. Setelah semua beres dan bersih, saya menyeduh teh, menghangatkan bala – bala yang tadi malam saya goreng, dan menyiapkan laptop untuk menulis.

Di sinilah saya sekarang. Menikmati pagi sendiri di rumah dengan menulis, makan gorengan, dan minum teh hangat. Menghirup aroma wangi vanilla dari lilin dan segarnya angin yang masuk dari pintu dapur yang terbuka.

Hidup seperti ini, saya sangat merasa cukup. Tidak mengkhawatirkan banyak hal, tidak was – was dengan segala hal yang belum terjadi, dan tidak gampang ingin hidup yang berlebih. Secukupnya saja. Menjalani hidup dengan mengalir. Tentu saja ini rasa seperti ini tidak datang dengan tiba – tiba. Saya butuh latihan bertahun – tahun sampai bisa ditahap ini. Salah satu faktor yang membuat saya ada di titik ini karena apa yang saya ingin capai dan inginkan, sudah saya lakukan dan dapatkan sebelum pindah ke Belanda. Jadi setelah sampai sini, keinginan dan prioritas sudah beebeda. Sudah tidak lagi berambisi yang macam – macam. Hanya ingin menikmati hidup secara pelan. Sadar saat melangkah, tau kapan beristirahat, dan menerima dengan hati yang lapang saat memang harus dihentikan.

Termasuk saat saya memutuskan untuk menjadi Ibu Rumah Tangga sepenuhnya setelah berdiskusi panjang dengan suami. Dia yang selalu mendukung apapun keputusan yang ingin saya jalani dalam hidup. Selama saya suka, bahagia, dan menikmati, dia selalu ok saja. Di sinilah saya selama 8 tahun ini. Ibu Rumah Tangga dengan segala aktifitas harian yang kadang itu – itu saja, kadang ada selingan yang mengejutkan, kadang belajar hal – hal baru, dan seringnya melewati minggu dengan rutinitas yang pasti.

Hidup itu – itu saja seperti ini, ternyata yang saya inginkan dan sangat menikmati menjalaninya. Begini – begini saja yang dulu tidak bisa lakukan karena selalu tergesa melakukan semua hal. Rutinitas tiap hari dengan urusan rumah, anak – anak, suami, dan diri sendiri, itu yang membuat saya bahagia.

Merasa cukup untuk masa sekarang adalah hal yang mewah. Apalagi di era media sosial semakin hingar bingar. Membandingkan keadaan diri sendiri dengan kehidupan orang lain lewat foto atau video. Merasa kondisi diri tidak menarik dan membosankan. Hal paling penting yang sering dilupakan adalah : semua yang sudah ditampilkan di media sosial adalah versi yang terbaik. Sudah melalui proses editing, pilah pilih video atau foto yang terbaik, bahkan cerita yang dituliskan pun sudah melalui hapus tulis beberapa kali. Memang tidak akan pernah merasa cukup kalau terlalu banyak melihat yang dimiliki orang lain lalu ujungnya jadi tidak bersyukur.

Merasa cukup, dimulai dari diri sendiri. Cukup yang membuat hidup nyaman, tenang, tidak was – was, dan tidak membuat keonaran atau merugikan orang lain. Cukup saat menjalani. Secukupnya saja. Tidak perlu berlebih, tidak perlu mengambil hak orang lain.

Merasa cukup akan membuat hati tenang dan tidak kemrusung. Bahagia dengan segala yang dimiliki dan dilakukan saat ini. Menikmati setiap proses dan momen setiap harinya. Hadir secara nyata, sadar, dan tidak perlu mencari perbandingan dengan orang lain.

Cukup dengan diri sendiri, cukup dengan keadaan sendiri, cukup dengan yang ada saat ini.

Merasa cukup.

  • 15 September, 2025 –

Merasakan Bosan

Rute lari pagi

Pernahkan mencoba lari jarak jauh tanpa suara musik di telinga?

Pernahkah menunggu kereta datang selama 15 menit dengan memperhatikan sekitar dan melamun?

Pernahkan jalan kaki pagi atau sore hari tanpa membawa telepon?

Pernahkah duduk terdiam di taman memperhatikan air di danau kecil yang dilewati bebek – bebek hilir mudik?

Pernahkah menyetrika tanpa diselingi dengan melihat TV atau sambil menelepon?

Jika semua jawabannya adalah IYA, pernahkah merasakan bosan saat melakukan itu semua?

Saya memperhatikan dan tentu saja pernah mengalami sendiri, manusia jaman sekarang sepertinya jarang sekali merasakan bosan. Ada waktu kosong 10 menit, langsung tergesa mengambil telefon genggam dari tas atau kantong celana dan membuka media sosial. Ada waktu santai 15 menit di taman, mata tidak lepas dari scrolling Hp. Saat berjalan kaki pagi atau sore hari, jari tangan sibuk memilih lagu yang akan didengarkan lewat earphone sepanjang rute.

Otak kita tidak diberikan kesempatan untuk istirahat. Untuk berjeda dengan segala aktifitas. Kita takut merasa bosan. Merasa bahwa bosan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Merasa bahwa bosan adalah perasaan yang tidak produktif. Merasa bosan adalah sebuah momok yang harus disingkirkan.

Rute lari pagi ini yang tampak membosankan karena langit abu – abu, tapi bisa memberikan ide untuk menulis di blog.

Padahal, jika kita diam saja sejenak 10 menit tanpa melakukan apapun, otak kita pun sedang beristirahat. Memberikan kesempatan badan dan pikiran untuk santai sejenak.

Sejak kecil, kami mengajari anak – anak untuk belajar berteman dengan bosan. Bagaimana caranya? dengan tidak memberikan mereka tablet, telefon genggam, tontonan TV saat umurnya belum cukup. Saat mereka sudah cukup umurpun, penggunaannya tetap kami batasi. Mereka sudah terbiasa bermain dengan apa yang ada di rumah. Justru, mereka jadi lebih kreatif mengisi waktu. Misal dengan membaca buku, berbincang, dan bergurau menciptakan sebuah cerita. Menggambar, atau bahkan bermain tebak – tebakan. Kalau sudah bosan, ya mereka diam saja duduk di sofa sambil melamun, lalu lama – lama jadi tertidur sendiri.

Hal tersebut juga terjadi saat kami sedang road trip jarak jauh. Selama perjalanan, kami tidak pernah memberikan permainan elektronik. Mereka bermain dengan segala apa yang sudah dipersiapkan sendiri. Misal boneka, buku bacaan, rubik, mobil – mobilan, dll. Jika sudah bosan, kami semua bermain tebak – tebakan. Kalau sudah bosan lagi, kami makan. Kami selingi juga dengan saling bercerita dan bergurau. Jika sudah capai, mereka akan memperhatikan jalan, melamun, dan lama – lama tertidur. Bahkan waktu kami roadtrip di Andalusia, anak kami yang pertama saat itu berusia 4 tahun, bisa menciptakan lagu dengan lirik karangan dia sendiri hahaha.

Kami sampai menjuluki mereka professor melamun dan ahli di bidang bosan :))))

Bagaimana bisa mereka terbiasa tanpa distraksi Hp atau tablet atau TV? Selain karena memang sudah kami biasakan dan mereka terbiasa, kamipun memberikan contoh. Kami tidak pernah sibuk main Hp saat bersama mereka. Tidak pernah mata cuma tertuju di tablet atau laptop saat bersama anak – anak. Tentu saja jika diberikan contoh langsung, akan lebih gampang buat mereka untuk meniru. Bukankah anak adalah peniru yang ulung. Karenanya, orang dewasa di sekitarnya seharusnya memberikan contoh yang baik.

Jika anak – anak tidak takut merasa bosan karena sudah dibiasakan, sebenarnya hal tersebut bisa diterapkan pada orang dewasa. Bisa dilatih. Jika selama ini kita bangun tidur hal pertama yang dilakukan adalah mengambil Hp dan langsung buka media sosial, bisa dicoba perlahan untuk meniadakan kebiasaan itu. Coba saat pertama membuka mata, ya sudah melamun saja. Memikirkan atau mengosongkan pikiran. Pergi ke kamar mandi lalu ke ruangan yang lain tanpa membawa Hp.

Atau misal kalau menunggu bus atau kereta yang belum datang, mulai dibiasakan tidak perlu terburu – buru mengambil Hp lalu sibuk membuka media sosial. Sambil duduk, kita bisa memperhatikan kondisi sekitar. Oh ada papan pengumuman, coba deh dibaca isinya apa. Oh ada kios kecil, coba ah masuk siapa tau ada yang menarik. Atau ya sekedar duduk saja diam melamun sampai kereta datang. Memperhatikan orang sekitar. Biasanya ada saja yang menarik untuk diperhatikan. Saya juga beberapa kali memberikan pujian jika melihat ada orang yang memakai pakaian yang kece, parfume dengan aroma yang saya suka, atau memberikan pujian ke seorang Oma yang memakai kutek warna menyala.

Tidak perlu takut bosan. Sesekali, merasakan bosan itu perlu. Tidak perlu langsung diberikan distraksi saat punya waktu kosong 10 menit. Otak juga butuh istirahat. Mata juga perlu santai sejenak.

Sesekali perlu juga dicoba berkegiatan yang Tanpa Suara Musik.

Jika sudah mulai pelan – pelan dilatih untuk berjarak dengan hal – hal yang gampang menganggu fokus dan konsentrasi, lama – lama kita akan berteman akrab dengan rasa bosan. Tidak takut lagi. Tidak harus tau semua hal tentang kehidupan orang lain di media sosial. Yang ada hanya diri sendiri.

Dari bosan yang sudah kita rasakan, justru sering muncul ide – ide ajaib yang muncul. Ide kreatif untuk masak makan siang, ide nulis di blog, teringat untuk menghubungi teman dekat, atau sesederhana tiba – tiba merasa kangen dengan suami.

Coba deh, sesekali merasakan bosan. Karena bosan tidak semenakutkan itu untuk dirasakan. Atau bosan tidak semembosankan jika memang sudah jadi bagian dari keseharian.

*Ide menuliskan tema ini, saya dapatkan pagi ini ketika lari sepanjang 6km. Lari pagi tanpa mendengarkan musik, bisa mendapatkan banyak ide buat saya. Salah satunya, ide menuliskan topik ini. Saya hanya membutuhkan waktu 1 jam untuk menyelesaikan tulisan ini, tanpa terdistraksi dengan telefon genggam, tanpa terdistraksi dengan media sosial. Tanpa musik. Hanya ditemani segelas susu coklat panas yang sesekali saya minum. Fokus dan bisa tuntas menyampaikan ide yang terpendam sejak pagi hari. Sembari menunggu suami pulang dari rapat orangtua di sekolah anak, tulisan ini sudah selesai.

  • 9 Agustus, 2025 –

Berkoneksi Kembali Dengan Diri

Saat saya menulis, suasana di rumah sangat sepi. Senyap. Hanya terdengar suara ketikan dari laptop, suara burung di luar, dan tetangga sebelah yang berbenah rumah.

Di meja, saya letakkan teh tanpa gula yang baru saja saya seduh. Masih panas. Jam tangan saya taruh di sebelah kanan karena selesai menulis di blog, saya berencana jalan kaki pagi selama 1 jam. Setelahnya saya akan kembali ke rumah dan memasak makan siang untuk saya dan anak kicik. Dua anak pertama, hari ini jadwal makan siang di sekolah. Jadi mereka kembali ke rumah sore hari. Suami, saat ini sedang olahraga jalan kaki selama 1 jam.

Sebelum menulis, saya sudah membereskan rumah, menyalakan lilin beraroma vanilla, dan membuka semua jendela di ruangan bawah dan kamar – kamar di lantai atas. Supaya udara pagi yang segar masuk dengan leluasa. Pagi ini cuaca sejuk dengan suhu 19 derajat celcius. Kamar anak – anak pun saya bereskan sedikit saja karena setelah bangun tidur mereka sudah terbiasa beberes sendiri. Saya sangat ketat untuk urusan kamar yang bersih. Saya selalu tekankan ke anak – anak bahwa sebelum tidur dan setelah bangun tidur mereka harus membereskan kamar sendiri supaya saat tidur kondisi di kamar berasa nyaman.

Hari ini, hari pertama anak kami yang bungsu masuk Peuterspeelzaal. Bahasa Inggrisnya adalah Pre School. Sejak minggu lalu kami bertemu gurunya untuk perkenalan, dia sangat antusias. Tidak sabar memakai tas barunya yang kami belikan saat di Stockholm dengan gantungan kunci Lego Minimouse yang dibeli saat di Copenhagen. Pagi ini dia bangun dengan ceria. Saya sudah menyiapkan bajunya sejak tadi malam. Dress warna merah muda dengan corak penuh bunga. Saya masukkan ke tasnya beberapa baju ganti dan popok. Dia memilih sendiri untuk memakai sandal merah muda favoritnya. Saya tawarkan untuk memakai sepatu, dia menolak. Anak ini sudah bisa memilih apa yang dia suka. Jaket yang saya pilihkan berwarna magenta. Pagi ini semua sangat bersemangat karena adik kicik pertama kali ke sekolah yang hanya 2 kali seminggu dan 4 jam sekali datang.

Setelah bersepeda bersama anak – anak dan mengantar mereka ke sekolah, saya dan suami ke sekolah anak ragil. Hari yang spesial, jadi kami ingin mengantar dia bersama. Selama di sepeda, dia bersenandung riang. Sesampainya di sekolah, dia sangat antusias. Menggantung tas dan jaketnya, masuk ke kelas dan menyapa gurunya sambil melambaikan tangan, “Goedemorgen Juff!”

Saya menemani dia sebentar supaya tidak kaget saat saya tinggal. Setelah 10 menit, saya mulai siap – siap. Saya berpamitan dan ke luar dari gedung sekolah. Dari luar terdengar jelas tangisannya. Saya menghampiri jendela untuk dadah – dadah ke dia. Dia masih menangis tapi tetap melambaikan tangan ke saya. Gurunya mencoba menenangkan dengan berbicara dan mengajak bermain.

Saya bersepeda kembali ke rumah. Ada rasa sedih dan bahagia. Anak – anak cepat sekali besarnya. Tiba – tiba anak bayi sudah masuk sekolah. Berasa baru kemarin melahirkan dia, sekarang umurnya sudah lebih dari 2 tahun. Dua yang pertama sudah punya kegiatan sendiri. Selalu ada janji bermain bersama teman mereka tiap pulang sekolah. Waktu bersama kami sudah mulai berkurang.

Salah satu yang membuat saya untuk memutuskan rehat dulu dari media sosial, selain diri sendiri, adalah anak – anak dan suami. Saya ingin menikmati waktu dengan anak – anak. Hadir secara nyata untuk mereka. Fokus tidak terbagi dengan scrolling HP tanpa henti. Ingin hidup tenang dan hati yang nyaman. Ingin menikmati kebersamaan dengan suami. Fokus pada keluarga sendiri. Tidak perlu membagi kehidupan dengan orang lain di luar sana yang saya tidak tau dan kenal dengan baik.

Cukup diri sendiri, keluarga, dan teman – teman baik terdekat.

Saya ingin menikmati hari demi hari dengan perasaan tenang dan damai. Tidak perlu berbagi pikiran dengan segala perbincangan yang ada di media sosial. Segala permasalahan dan keributan yang diada – adakan. Tidak masalah tidak banyak tau. Sedikit kalau bermakna, itu lebih baik.

Usia tidak ada yang tau. Saya ingin memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Ingin menjalani menit per menitnya dengan kegiatan yang lebih berguna. Anak – anak makin besar, saya ingin benar – benar hadir untuk mereka. Bukan hanya fisik, tapi juga seratus persen pikiran dan perhatian. Anak – anak yang menjadi prioritas utama saya saat ini. Media sosial bisa kapan – kapan lagi, tapi anak – anak akan terus tumbuh dan semakin besar. Kebersamaan bersama mereka tidak bisa terulang.

2 bulan (saat tulisan ini dibuat) rehat dari Instagram dan Threads, 5 bulan rehat dari twitter, hidup saya lebih tenang.

Disinilah saya sekarang. Sibuk mengetik apa yang ada di pikiran. Mencoba kembali ke kebiasaan dan hobi lama yang saya senangi yaitu menulis di blog dengan konsentrasi penuh, tanpa distraksi. Membaca buku karena memang suka bukan karena untuk konten. Berolahraga lari karena cinta, bukan karena butuh dipuja.

Berkoneksi kembali dengan diri sendiri. Hadir secara nyata dan kembali memperhatikan diri sendiri. Berbincang dengan pikiran dengan senyap tanpa harus berbagi fokus dengan hal – hal tidak penting lainnya. Merasa nyaman, tenang, dan damai. Otak lebih santai. Menjalani aktifitas sehari – hari dengan pelan dan sadar. Tidak tergesa dan tidak perlu harus selalu diperlihatkan untuk orang banyak.

Secukupnya saja. Tidak untuk sebuah validasi. Mungkin jika suatu hari nanti saat saya memutuskan siap untuk kembali ke media sosial, mudah – mudahan saya lebih sadar dalam penggunaannya. Tidak berlebihan dan secukupnya saja.

Saya menyesap teh yang mulai menghangat. Menikmati aromanya tanpa terburu – buru.

Saya bersyukur akan waktu istimewa yang saya miliki saat ini. Punya waktu sepenuhnya untuk diri sendiri.

Suami baru saja datang dari jalan kaki pagi. Kami berbincang sebentar, lalu dia naik ke lantai atas menuju ruang kerja. Memulai rutinitas kerjanya.

Saya harus bersiap untuk jalan kaki. Teh hangat sudah habis saya minum.

Waktunya untuk berolahraga dan berbincang dengan diri sendiri dari hati ke hati.

Menikmati segarnya udara pagi. Menikmati hidup yang tak tergesa. Pelan dan damai. Hadir secara nyata.

  • 8 September, 2025 –

Tanpa Suara Musik

Soderasen National Park, Swedia.

Saya suka mendengarkan musik. Sehari – hari, pasti musik tidak lepas dari telinga saya. Apalagi jika sedang mendengarkan pekerjaan rumah di lantai bawah, pasti saya selalu memutarkan Spotify dengan daftar lagu kesukaan atau memilih radio lokal yang memutarkan musik Belanda. Intinya hidup akan meriah jika mendengarkan musik.

Namun, ada saat -saat tertentu, saya lebih menikmati keheningan. Tanpa hingar bingar suara musik atau lembutnya alunan instrumen. Lebih menikmati suara asli dari alam / suasana sekitar.

  • LARI

Saat sedang berlari, saya lebih suka mendengarkan suara yang saya lewati. Apapun suara itu. Tergantung rute yang saya lewati. Jika sedang rute di hutan, ya saya mendengarkan suara burung mencicit bersahutan. Jika rute di jalan raya, ya saya mendengarkan suara mobil dan kendaraan yang lewat. Jika lari di pinggir pantai, saya dengarkan suara angin dan ombak. Kalau lewat persawahan, ya saya mendengarkan suara sunyi.

Dari awal suka lari sampai sekarang, saya tidak pernah memakai earphone selama lari. Pernah saya mencoba sekali, ternyata tidak menikmati. Malah yang ada rasa was – was takut dibuntuti orang :)))

Lari tanpa suara musik membuat saya lebih tenang. Semacam meditasi. Bisa berpikir banyak hal dan ngelamun – ngelamun eh ternyata sudah finish. Apa tidak bosan? Tidak sama sekali. Justru saya sangat menikmat lari tanpa suara apapun yang menempel di telinga saya. Menikmati suara – suara apapun yang saya lewati saat berlari. Sering saya mendapatkan ide cemerlang setelah berlari. Ya semacam ide mau masak apa hari itu :D.

  • MENYETRIKA

Saya memang hobi menyetrika. Seperti berlari, menyetrika itu saya ibaratkan waktu bermeditasi. Saya bisa tenang, melamun, dan bisa memikirkan banyak hal. Kalau orang lain saat menyetrika dengan mendengarkan musik, melihat YouTube, nonton TV, atau sambil telfonan, saya menyetrika tanpa mendengarkan suara atau menonton apapun. Benar – benar sunyi. Ngelamun trus tiba – tiba timbul sebuah ide, eh setrikaan sudah selesai. Menyetrika juga sebagai sarana me time. Jadi saya lebih menikmati saat menyetrika dengan suasana yang sunyi dan syahdu.

Menytrika buat banyak orang hal yang membosankan. Buat saya. saat menyetrika adalah waktunya mengisi baterai ide dan membuat batin damai.

Setelah menyetrika, saya pasti lebih rileks. Aneh tapi nyata :)))

  • SHOLAT DAN MENGAJI

Oh ya ini tidak perlu ditulis panjang lebar ya. Saat beribadah tentu saja suasana sunyi senyap buat saya lebih khusyuk. Lebih bisa berkonsentrasi kalau hening.

  • JALAN KAKI

Sama halnya dengan saat berlari, ketika saya sedang jalan kaki untuk olahraga, saya lebih senang menikmati suara – suara yang saya lewati. mendengarkan suara sepeda, burung berkicau, anak – anak yang sedang bermain di taman. Telinga saya bebas dari suara musik. Hening dan syahdu.

Ketika kami sekeluarga hiking di Soderasen National Park, Swedia. Rute lumayan jauh sampai puncak, total dengan nyasar – nyasarnya, 12km. 4 jam baru selesai diselingi istirahat 30 menit. Pengalaman yang tidak terlupakan.

  • DUDUK BENGONG DI TAMAN

Ya namanya juga duduk bengong, lebih nyaman sambil ngelamun tanpa musik nempel di telinga. BIsa berdialog dengan diri sendiri. Lebih khusyuk mengosongkan pikiran, ujung – ujungnya mengantuk. Ini pengalaman pribadi saya :))))

  • MEMBACA BUKU

Ada orang yang khusyuk membaca buku dengan mendengarkan suara musik atau instrumen. Saya lebih khusyuk membaca saat sepi atau sedang di kendaraan umum atau di taman. Intinya tidak bisa kalau membaca disambi dengan ada suara musik di sekitar. Tidak konsentrasi ke buku yang saya baca, malah fokus ke musik yang sedang diputar :))))

  • BELAJAR SAAT PERSIAPAN UJIAN

Masih ada hubungannya dengan membaca buku. Saya setiap kali belajar, dari belajar rutin sampai belajar untuk ujian, tidak pernah mendengarkan musik sama sekali. Harus sunyi senyap tanpa ada suara apapun. Sejak punya anak, saya lebih memilih waktu belajar malam hari setelah anak – anak tidur. Jam segini, waktunya saya bisa khusyuk dan semua materi belajar atau ujian dipastikan lebih menempel di kepala. Jika siang hari, meski anak – anak sedang sekolah, saya tidak bisa belajar karena masih bisa mendengarkan suara berisik dari manapun. Sedangkan malam hari, rasanya luar biasa tenang. Belajar 30 menit saja, semua materi bisa langsung masuk ke kepala (tanpa harus keluar lagi setelahnya :)))

Mungkin bagi kalian yang sudah terbiasa mendengarkan musik di manapun, kapanpun dan dalam kegiatan apapun, bisa dicoba untuk melepaskan ikatan dengan musik. Siapa tau cocok dengan beberapa kondisi yang saya sebutkan di atas, tanpa harus mendengarkan suara musik.

Atau malah merasa bosan ya hahah.

Sama dengan makanan, selera telinga orang pun bisa jadi berbeda.

Mungkin faktor umur juga. Tambah tua, telinga saya sukanya dengan sunyi, senyap, hening, dan syahdu.

– 2 September, 2025 –

Indonesia Saat Ini

Nasi box Mbak Tami

Seperti yang semuanya pasti sudah tau, kondisi di Indonesia terutama Jakarta dan beberapa kota besar sedang tidak baik – baik saja. Ada aksi demo kepada DPR dengan agenda menuntut beberapa hal yang kemudian menjadi panjang karena ada hal – hal yang di luar rencana, terjadi. Bukan salah pendemo tentu saja, yang memang murni tujuannya untuk kepentingan rakyat.

Penjarahan rumah beberapa rumah anggota DPR dan Mentri, Gedung Grahadi Surabaya yang dibakar, gejolak panas di Bandung dan beberapa kota lainnya. Entah memang murni karena rakyat sudah sangat marah dengan kondisi yang ada, atau ada penyusupan didalamnya. Semoga tidak sampai merembet ke hal – hal lainnya.

Untuk lebih lengkapnya, pasti semua sudah membaca beritanya. Bahkan kondisi di Indonesia sudah masuk ke beberapa media Nasional di Belanda. Suami sampai mempertanyakan, terjadi apalagi di Indonesia. Saya pun memantau dengan hati yang was – was. Bagaimanapun, keluarga besar saya ada di Indonesia, meski jauh dari kota besar. Tapi tetap akan terdampak dengan kondisi saat ini.

Saya yang tinggal jauh dari Indonesia, hanya bisa memantau dari kondisi terkini dan laporan pandang mata dari grup WhatsApp sahabat – sahabat yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya dan Bandung. Kondisi yang terjadi di Jakarta, Bandung, bahkan Surabaya. Selain itu, sumber berita yang saya andalkan adalah YouTube dan beberapa media online yang terpercaya.

Saya masih istirahat dari media sosial dan rasanya untuk muncul kembali, saat ini bukan waktu yang tepat. Saya lebih memilih menyelamatkan mental saya daripada stress dengan segala berita yang ada dan berlebihan. Kali ini, saya memantau dari jauh.

Meski saya tidak bisa bergabung dengan bersuara lantang lewat media sosial, seperti sebelumnya yang saya tulis di Bersuara Untuk Indonesia, kali ini saya mengambil bagian untuk berdonasi saja. Saya ikut menyumbang untuk memberikan nasi kotak kepada mereka yang berdemo di depan gedung DPR.

Saya pesan lewat Mbak Tami (akun twitternya @Bubaks___ ) yang memang sudah menjadi langganan kateringan jarak jauh. Mbak Tami juga selalu menjadi perpanjang tanganan kami para diaspora Indonesia yang ingin berbagi berkah, membantu untuk donasi, dll. Mbak Tami memasak semua sendiri dan membawa nasi – nasi kotak ini (maksimal per hari yang bisa dibawa adalah 100 kotak) ke depan gedung DPR, pusat demo berlangsung.

Nasi box isi telur dadar dan beberapa lauk lainnya. Semoga donasi saya, beberapa teman dan donatur lainnya bisa membantu mereka yang berdemo. Semoga bisa menjadi bagian perjuangan tegaknya demokrasi di Indonesia dan runtuhnya kedzoliman dari ketamakan para penguasa yang tidak amanah. Semoga apa yang sama – sama kita perjuangkan, menghasilkan yang terbaik untuk rakyat Indonesia.

Saya ikut berdoa semoga demo yang katanya akan berlangsung kembali beberapa hari ke depan, lancar dan kondisi tidak berubah jadi panas membara. Sudah ada himbauan karyawan kantor – kantor di Jakarta untuk Work From Home saja.

Stay safe kalian semua. Semoga apa yang sedang diperjuangkan, dilancarkan jalannya dan dilindungi semua oleh Allah. Kami yang jauh dari Indonesia tak lepas mendoakan dan membantu dengan cara yang kami bisa. Insya Allah perjuangan kita semua dalam bentuk apapun, sekecil apapun, akan mendapatkan hasil yang sebaik – baiknya.

Insya Allah.

  • 31 Agustus 2025-

Liburan Tanpa Media Sosial

Sudah lama ternyata saya tidak menulis di blog. Terakhir menulis di sini, Januari 2025. Padahal banyak sekali hal – hal yang terjadi dalam hidup sehari – hari selama beberapa bulan yang sudah terlewati. Memang harus saya akui, sumber kemalasan saya menulis panjang karena terlalu asyik bermain media sosial. Sebagai pemanasan sebelum kembali aktif kembali di blog, saya akan menuliskan topik yang ringan saja.

Liburan tanpa membuka sama sekali media sosial yang saya punya.

Jadi ceritanya, kami baru saja selesai liburan musim panas selama 25 hari, roadtrip dari Belanda ke Jerman – Denmark – Swedia – Denmark – Jerman – Belanda. Hampir setiap musim panas, kami sekeluarga memang senang melakukan perjalanan jauh, darat, dan dengan durasi minimal 3 minggu. Tahun lalu ke 7 negara arah bawah (kalau di peta). Sedangkan tahun ini ke negara – negara di bagian atas.

Sebelum liburan dimulai, saya sudah berniat untuk tidak membuka satupun media sosial yang saya punya : Instagram, Facebook, Twitter, dan Threads, selama liburan. Saya ingin menikmati liburan secara maksimal tanpa harus berbagi fokus dengan membuka media sosial. Saya ingin bebas sejenak dari mengamati hidup orang lain, kecanduan membuka medsos, dan tidak fokus dengan dunia nyata. Selain itu, saya merasa sudah terlalu banyak menghabiskan waktu di media sosial akhir – akhir ini. Saya ingin detox dulu dari kecanduan ini.

Malam hari sebelum berangkat, saya sudah log out dan uninstall semua media sosial yang saya punya (twitter sudah saya lakukan 2 bulan sebelumnya) tanpa woro – woro apapun. Ya kan namanya mau liburan, masa mau woro – woro. Lagian, siapalah saya ini. Artis juga bukan. Saya hanya pamitan di twitter waktu itu. Takutnya punya tanggungan yang belum saya selesaikan.

Salah satu yang saya sudah tidak pernah lakukan lagi selama 11 tahun terakhir adalah tidak update apapun selama liburan. Kalaupun saya tetap buka media sosial, saya membahas atau unggah hal yang lain. Jika liburan sudah selesai, baru saya unggah foto dan cerita selama liburan. Semacam late post. Nanti saya akan bahas pada tulisan yang lain tentang hal ini.

Yang saya masih aktifkan cuma Strava dan Goodreads. Strava karena saya masih sempat lari selama liburan (wow ambisius) dan jalan kaki jauh. Jadi lumayan lah nambah angka statistik di Strava. Itupun saya tidak buka kalau sedang tidak terhubung. Sedangkan Goodreads, ya untuk laporan ke reading challenge.

BAGAIMANA RASANYA SELAMA LIBURAN OFF DARI MEDIA SOSIAL?

WOW Surga sekali. Baru kali ini saya benar – benar tidak membuka sama sekali medsos selama liburan. Tidak merasa kangen bahkan merasa sangat damai. Saya bisa menikmati liburan secara maksimal tanpa harus berbagi fokus dengan membuka telepon secara sering atau saat malam hari sebelum tidur. Saya maksimal hadir untuk diri sendiri, anak – anak, dan suami. Saya bisa sering bengong melihat apa yang ada di depan mata. Tidur bisa lebih lama dan panjang tanpa terputus. Otak saya fokus dengan apa yang terjadi saat itu. Otak saya jadi sangat enteng dan fresh. Buka mata di pagi hari setelah bangun tidur, bukan Hp lagi yang saya ambil. Tapi bengong dan ngelamun :))) Liburan kali ini benar – benar saya nikmati sekali, hadir nyata.

Saya tetap mengambil sebanyak mungkin foto dan merekam segala yang dilewati selama liburan. Saya kan sesi dokumentasi kalau di rumah :)))

Saya jadi berjarak dengan telefon jika di rumah sewa. Tidak sedikit – sedikit membuka Hp untuk mengecek isi medsos. Saya membaca buku dengan fokus. Selama 3.5 minggu, saya bisa menyelesaikan membaca 2 buku selama liburan. Lumayanlah ya.

Saat di Ribe, Denmark. Selesai membaca 2 buku ini dengan tuntas selama 3.5 minggu.

Karena tiba – tiba libur tanpa woro – woro, ada beberapa teman yang juga mutual di IG yang tau nomer WhatsApp saya, mengirimkan pesan apakah saya sehat kok tidak tampak story harian dalam waktu yang lama. Saya bilang kalau sedang liburan. Saya sempat tertegun. ternyata saya kangen juga ditanya secara personal seperti ini. Tau kabar saya bukan dari unggahan di media sosial. Jadi terharu.

Saya sempat membahas dengan suami, ada banyak orang yang saya lihat, membuat video dan mengunggah di halaman (bukan story) twitter atau IG ketika liburan masih berlangsung. Padahal profesi mereka bukan so called influencer yang ada hubungannya dengan jalan – jalan. Lalu saya pun mengomentari sendiri pernyataan saya tersebut : ya mungkin memang hobinya membuat video kapanpun dan dimanapun.

Lalu muncul pertanyaan yang lain : Apakah mereka benar – benar menikmati liburan dengan cara masih sibuk dengan unggahan di media sosial (bukan story)? Membayangkan pasti waktu istirahat yang dikorbankam. Padahal kan liburan ya waktunya libur ya. Bukan malah sibuk.

Atau ya memang itu yang bikin mereka bahagia.

Itu hanya segala overthinking yang sempat mampir sejenak.

Kembali lagi ke bahasan awal. Saking merasa nyamannya saya tanpa media sosial selama 4 minggu ini, saya ingin melanjutkan istirahat dari media sosial sampai waktu yang tidak ditentukan. Bisa jadi 3 bulan, bisa jadi 7 bulan (Tahun 2021 saya pernah rehat 7 bulan dari media sosial, segala alasannya pernah saya tulis panjang lebar di sini), bisa setahun, bisa selamanya, entah juga. Saya tidak ada rencana pasti. Cukup dijalani saja. Yang pasti, karena rehat dari medsos, saya jadi punya waktu untuk kembali menulis di blog. Memang saat ini blog sudah tidak populer lagi ya. Kalah pamor dengan media sosial. Tapi saya tetap setia menulis di sini. Meski tidak sesering dulu.

Saya menikmati hidup saat ini yang lebih menyenangkan tanpa media sosial. Lebih banyak waktu tanpa terdistraksi fokus. Lebih hadir untuk diri sendiri, anak – anak dan suami. Lebih bisa memikirkan hal – hal yang perlu. Lebih ada untuk diri sendiri. Bisa kembali menulis di blog. Banyak waktu untuk berjeda dengan hiruk pikuk dunia luar. Bisa kembali terhubung dengan teman – teman lama dengan berbagi kabar lewat WhatsApp.

Tanpa media sosial saja saya sudah sibuk sekali. Kenapa dulu saya bisa punya waktu banyak ya dengan aktifitas media sosial? Padahal siang hari rasanya kerjaan kok tidak selesai – selesai. Jadi heran dengan diri sendiri.

Saat di Landskrona, Swedia. Menunggu anak – anak yang sedang main seharian di pantai dengan membaca buku sampai tertidur. Ini suami yang memfotokan diam – diam. Katanya takjub lihat saya tidak lengket dengan telpon lagi :))))

Jadi kalau ada siapapun mutua atau follower saya yang kebetulan mampir ke blog dan membaca tulisan kali ini, saya mengabarkan dalam keadaan yang baik – baik saja. Kalau kalian kangen dengan segala celotehan saya, silahkan sering – sering mampir ke blog ini untuk ngecek tulisan terbaru dari saya *PD jaya dikangenin haha.

Maya bilang kalau kangen dengan story saya bagian pasukan soang :)))

– 28 Agustus, 2025 –

Satu Decade Lulus S2

10 tahun lalu, saya dinyatakan lulus S2 dari Teknik Industri ITS. Tepatnya tanggal 9 Januari 2015. Salah satu kebanggaan dalam hidup saya dan akan selalu saya ceritakan kebanggaan ini kepada siapapun, kapanpun. Perjuangan yang berakhir indah. Tulisan saat lulus, bisa dibaca di sini.

Setelah hari – hari dilalui dengan tidur yang tidak nyenyak, revisi yang seperti tak pernah terlihat akhirnya, hampir menyerah karena metode yang harus berubah, dan menahan rindu yang membuncah karena 6 bulan berjauhan tidak bisa bertemu suami setelah kami menikah, semuanya dibayar tuntas saat hasil sidang tesis (yang salah satu pengujinya adalah Professor) menyatakan saya lulus dengan minim revisi.

Leganya luar biasa. Sujud syukur saya lakukan.

Masih teringat jelas, sebelum masuk ruang sidang, saya sholat Dhuha di Musholla jurusan, lalu menelepon Ibuk minta didoakan. Kemudian saya menelepon suami yang tidurpun tidak nyenyak karena menunggu kabar dari saya (di Belanda masih jam 5 pagi).

Di dalam ruang sidang, semua rasa cemas lenyap begitu saja. 3 penguji dan 2 dosen pembimbing menyertai dengan segala pertanyaan yang bisa saya jawab dengan baik.

Menengok ke belakang, saya memutuskan untuk kuliah S2 setelah jadi pekerja kantoran selama 11 tahun dan mendapatkan beasiswa parsial (lupa dari Dikti apa Diknas ya).

Saya bosan kerja di Jakarta selama 7 tahun. Bosan dengan macet dan rutinitasnya. Meski saya senang sekali dengan rekan2 kerja di kantor tersebut, terutama kalau sudah mau membahas makan siang di mana 😅

Saya butuh tantangan baru. Saat resign, saya baru dipromosikan untuk posisi yang lebih tinggi. Akhirnya saya kuliah S2 dan bekerja paruh waktu. Sekaligus memenuhi janji pada Almarhum Bapak bahwa saya akan lanjut S2.

Memang, dalam hidup akan ada banyak pilihan.

Termasuk saat saya memilih untuk menjadi Ibu Rumah Tangga selama 7 tahun terakhir setelah bekerja 2 tahun di sini. Memilih pindah ke Belanda dan memulai semua dari awal. Meninggalkan teman, sahabat, keluarga dan karir yang sudah saya bangun di Indonesia. Meninggalkan pengalaman kerja selama 15 tahun. Keputusan yang tidak pernah saya sesali. Salah satu keputusan terbaik dalam hidup.

Memilih untuk membersamai 3 anak & suami, dengan ilmu saya. Ilmu di perkuliahan maupun ilmu yang saya dapatkan saat saya bekerja baik kantoran maupun saat di rumah jompo. 

Memilih untuk belajar apapun termasuk membuka usaha baked goods, belajar baking, belajar nyetir mobil, belajar ngedit video, belajar renang, belajar apapun tiap harinya yang membuat saya semakin kaya akan ilmu dan tetap haus untuk mencari ilmu yang lain. 

Termasuk belajar jadi Ibu dan Istri yang makin baik tiap hari. Belajar untuk semakin baik sebagai individu. Mencintai diri sendiri dan memberikan apresiasi sebesar2nya karena saya tak pernah lelah untuk bertumbuh secara positif. Dan bertambah BB 😅

Memilih menjalani hidup yang saya inginkan. 

Hidup yang menyamankan dan menentramkan hati. 

Hidup yang penuh syukur dan cukup.

Hidup yang bahagia.

Next, S3? Mungkin kalau anak – anak sudah besar. Sekarang saya fokus ke mencari beberapa sertifikasi keilmuan dan belajar bahasa baru.

*lalu saya rindu teman2 kuliah yang dalam situasi tertekan pun tetap kompak dan kocak, teman2 yang selalu ada di ruang S2, teman2 yang mendampingi saya dari awal kuliah sampai menunggu di depan ruang sidang. Teman2 tersebut sekarang sudah banyak yang lulus S3 dan sedang kuliah S3. Ada yang juga berprofesi di perusahaan. Ada juga yang seperti saya, Ibu Rumah Tangga.

  • 9 Januari, 2025-

Musim Gugur 2024

Daun Musim Gugur

Sudah dipenghujung Musim Gugur 2024, saya akan merangkum apa saja yang terjadi dalam kehidupan dimusim ini.

  • WARNA WARNI DAN MULAI DINGIN

Seperti biasa, musim gugur terkenal dengan warna warni yang sangat cantik. Mungkin ini satu -satunya yang menghibur saya ketika sudah masuk ke musim gugur. Warna warni yang sangat sayang untuk dilewatkan tanpa menjepret tiap hari tiap saat. Walhasil Hp saya pasti penuh dengan daun penuh warna, sampah daun yang spesial untuk musim gugur naik derajatnya jadi properti foto yang estetik.

Foto – foto di bawah ini, lokasinya hanya di sekitaran rumah saja. Kalau di kampung, mau ke hutan pun tinggal koprol sudah sampai.

Saat ini, suhu sudah menuju satu digit. Dinginnya mulai menusuk dan langit tiap hari berganti abu – abu. Mari mengenang musim gugur dengan warna warni yang menggembirakan, sebelum musim dingin datang.

  • BERTEMU DENGAN BEBERAPA TEMAN

Ternyata beberapa bulan kebelakang, saya banyak bertemu dengan teman – teman yang itu lagi itu lagi hahaha. Selain itu, saya juga bertemu beberapa kenalan baru. Kegiatan kami apalagi kalau tidak seputaran mengunyah.

  • JUALAN MASIH TETAP BERJALAN

Jualan juga masih ada saja yang pesan. Dari baked goods sampai masakan Jatim. Baked goods yang laris musim gugur ini : Sourdough Cinnamon Buns, Sourdough Focaccia, dan Banana Chocolate Muffins.

Sedangkan masakan, yang sering dipesan adalah : Soto ayam, lodeh, ayam bakar, rawon, dan bakso.

  • WAKTU YANG BERKUALITAS DENGAN KELUARGA

Liburan musim gugur tahun lalu, kami pergi ke Sisily, 8 hari. Lumayan cari yang hangat. Liburan musim gugur tahun ini, kami di Belanda saja. Setelah hampir tiap bulan kami selalu pergi liburan, ditutup musim panas kami road trip sebulan ke 7 negara, lumayan jenuh juga ya dengan liburan. Pengen leyeh – leyeh dulu di Belanda.

Jadi waktu anak – anak libur sekolah musim gugur, kami mencari kegiatan di sekitaran Belanda saja. Kami ke Lego World di Utrecht yang besarnya tidak karuan dan keren parah. Selain itu kami juga ke hutan melihat jamur, ke Den Haag melihat beberapa atraksi baru dan selebihnya anak – anak ada Sport Camp selama 2 hari. Ternyata liburan di Belanda saja sudah banyak sekali yang bisa dilakukan. Seminggu berlalu dengan cepat.

  • MELAKSANAKAN KEGIATAN SEHARI – HARI

Seperti biasa, saya tetap dengan kegiatan sehari – hari.

Olahraga : Lari, Workout dengan dumbbells, jalan kaki 1 jam. Masak dan belanja ke pasar. Menemani anak – anak bermain, nyetrika, membaca buku, menikmati langit biru, rebahan, ngurusin bisnis di Indonesia, menyelesaikan beberapa kerjaan paruh waktu, bertemu dengan teman – teman, ikut 2 kali race 10km, mainan media sosial, menikmati waktu dengan keluarga, ngobrol dengan suami, ketemu Mama mertua, ngobrol dengan tetangga, nggosip dengan beberapa teman, dan menikmati hidup dengan maksimal.

Itulah cerita singkat musim gugur tahun ini.

Semoga saya bisa melewati musim dingin tanpa sakit. Semangat!

-17 November 2024-

Hal – Hal Yang Disyukuri Tahun 2024

Warna warni musim gugur

Hari Jumat dan sedang menunggu Mbak yang bersih – bersih rumah selesai dengan pekerjaannya. Mau menuliskan topik yang ringan – ringan saja.

Hal – hal ditahun ini yang saya syukuri dari awal tahun sampai saat tulisan ini diunggah :

  • SEHAT

Alhamdulillah diberikan berkah yang sehat sampai saat ini. Meski akhir tahun lalu dan awal tahun ini sempat kena Covid yang menyebabkan saya tidak bisa beraktifitas dengan normal selama 2 bulan (sampai saat ini penciuman dan lidah masih sering error), setelahnya sehat dan bisa melakukan lebih banyak hal. Tentu saja ini tidak datang dengan sendirinya. Saya usahakan lewat makanan yang sehat dan bergizi seimbang, olahraga, tidur yang cukup dan jauh – jauh dari penyebab pikiran yang tidak nyaman. Termasuk pertemanan tidak sehat, hubungan di keluarga yang tidak baik, maupun interaksi yang tidak nyaman di media sosial, saya jauhi semua. Saya tidak mau ambil pusing dengan hal – hal yang tidak menyamankan. Hidup cuma sekali, saya ingin menikmati dengan bahagia, bisa memberkahi diri sendiri dan banyak orang.

  • SUAMI

Suami sehat, tetap rajin olahraga (tiap hari kecuali hari senin), rajin ikut race baik yang jarak 5km atau 10km. Dia katanya sudah pensiun race HM (21km). Pekerjaan dia lancar dengan segala proyek yang ditangani. Tetap dengan kegiatan sehari – hari membersamai anak – anak dan istri (yang bagian ini, penuh kesabaran). Semoga selalu sehat selamanya, menua dengan bugar.

  • ANAK – ANAK

Anak pertama dan kedua, senang dengan sekolahnya yang baru. Kami juga puas sekali dengan sekolah ini. Banyak hal – hal positif selama 2 bulan ini. Keputusan memindahkan sekolah tahun ini, adalah salah satu keputusan yang tepat di keluarga kami. Mereka aktif olahraga. Saat ini masih les renang. Anak mbarep segera ujian diploma A dan akan menambah olahragan lainnya. Anak tengah baru mulai les renang. Mereka berdua juga rajin ikutan lomba lari karena katanya ingin seperti Ibu dan Papa yang rajin lari. Aktifitas sehari – hari juga mereka aktif. Anak mbarep ada indikasi akan loncat kelas karena kemampuannya jauh dibandingkan anak – anak di kelasnya. Anak kedua makin hari makin kreatif, ada saja penemuannya dan kelakuannya yang bikin ribut dengan Ibu hahaha tapi kami saling sayang.

  • ANAK BAYI

Anak bayi sudah bisa jalan kencang, lari sampai sering nyusruk saking semangatnya. Sudah bisa ngoceh dengan kata – kata yang jelas. Bisa diajak ngobrol dan dia paham dengan perintah – perintah dasar. Paling seneng makan karena semua makanan dia suka. Suka diajak naik sepeda, hobi dibacakan buku, dan semangat menemani saya kalau sedang workout depan TV.

  • 10 TAHUN PERNIKAHAN

Senang dan bahagia, kami sampai ke titik Sepuluh Tahun Pernikahan. Banyak syukur kami panjatkan karena sudah berjalan sejauh ini dan semoga berpuluh tahun ke depan kami masih bersama dan saling membersamai dalam segala situasi dan kondisi dalam keadaan sehat, bahagia, dan tetap penuh cinta.

  • TRAVELLING

Tahun ini diberikan rejeki sehat dan materi yang lebih sehingga kami bisa mudik 2.5 minggu ke Indonesia dengan mampir ke Dubai. Lalu liburan untuk merayakan ulang tahun saya di Paris dan beberapa kota di sekitarnya. Merayakan ulang tahun ke 10 pernikahan kami dengan road trip sebulan ke Slovenia, Austria, Jerman, Slovakia, Hungaria dan Polandia. Awal tahun 2024 kami liburan ke Cyprus. Jadi tahun ini ke 9 negara. Sampai akhir tahun, kami tidak ada rencana liburan ke manapun. Menikmati Belanda dengan segala dinginnya. Semoga tahun depan bisa liburan ke negara – negara seru lainnya.

  • BAKING DAN MASAK

Kegiatan sehari – hari ya tetap baking, masak, nyetrika, dan berbenah rumah. Selain kegiatan utama lainnya yaitu membersamai dan bermain bersama anak – anak.

Tahun ini, saya lumayan menerima pesanan banyak untuk baking dan masakan Jawa Timur. Untuk masakan, yang saya jual : Soto ayam, rawon, lodeh, ayam bakar, ayam panggang, bumbu urap, bumbu rawon, bumbu soto, pecel pitik, pentol dan tahu bakso. Sebenarnya lumayan banyak permintaan pesanan Bebek Madura yang tahun 2022 oernah saya jual dan mengirim pesanan sampai ke Denmark, Jerman, Belgia dan Perancis plus di dalam Belanda juga. Sayang saya tidak bisa menjual lagi sekarang.

Ya lumayanlah, bisa mengisi waktu senggang dengan menerima pesanan – pesanan tersebut. Jadi nanti kalau sudah siap buka restoran Jatim atau bakery, saya sudah terampil *amiinnn!

  • QUALITY TIME BERSAMA KELUARGA

Makin banyak waktu berkualitas dengan anak – anak dan suami. Mereka lah hal terpenting di hidup saya saat ini, selain diri sendiri. Terasa kalau anak – anak cepat besarnya, jadi semaksimal mungkin kami membersamai mereka dengan segala keingintahuan yang ada, memberikan sebanyak mungkin kasih dan sayang sehingga mereka tumbuh sebagai anak – anak yang berkelimpahan perhatian dan cinta, merasa cukup dan bahagia. Semoga kami bisa memberikan bekal yang cukup, baik secara fisik dan mental untuk mereka nantinya hidup mandiri.

  • DIKELILINGI TEMAN – TEMAN YANG BAIK

Satu hal yang saya sangat syukuri adalah sampai saat ini, saya dikelilingi olah teman – teman yang baik. Yang mengajak ngobrol langsung jika ada hal yang tidak benar dan yang tidak pelit memberikan pujian jika saya melakukan hal – hal yang baik. Begitu pula sebaliknya. Kami selalu menyempatkan untuk bertemu meski tidak rutin, saling menyapa lewat aplikasi pesan meski tidak sering. Yang terpenting sama – sama tau bahwa kami saling ada kapanpun dibutuhkan ataupun hanya sekadar ngobrol biasa.

Pun teman – teman dan para sahabat di luar Belanda yang selalu hadir dalam setiap pesan yang kami kirimkan. Dalam setiap canda yang kami lontarkan dan kata – kata rindu yang terucapkan. Persahabatan 25 tahun dan pertemanan dengan yang lainnya yang masih terjalin baik sampai sekarang. Tanpa rasa iri, tanpa rasa tersaingi, tanpa diselingi hal – hal yang negatif.

Bulan lalu pun saya dikunjungi Pak Mar sekeluarga. Beliau adalah rekan kerja saya selama 7 tahun di Jakarta. Bukan hanya rekan kerja, pun jadi tempat curhat segala macam topik. Dari percintaan sampai masalah kantor. Paket komplit haha. Kami terakhir bertemu tahun 2014 saat saya dalam rangka bulan madu ke Jakarta. Saya mengundurkan diri dari kantor tahun 2012 lalu kuliah di Surabaya. Jadi pertemuan kali ini, pertama kali setelah 10 tahun lalu. Tidak menyangka bisa ketemu Pak Mar lagi lengkap dengan Ibu Rosa dan Ema. Makan dan bercanda di rumah kami. Malah Pak Mar mengajari anak – anak sulapan tangan, yang sampai sekarang jadi favorit permainan mereka. Semoga bisa bertemu Pak Mar lagi dalam keadaan sehat dilain waktu. Saya akan ceritakan secara lengkap kunjungan Pak Mar dipostingan lainnya.

  • BERBAGI RESEP

Saya sering berbagi resep di twitter maupun menuliskan di buku khusus kumpulan resep yang saya tulis manual. Dengan berbagi di twitter dan mendapatkan testimoni positif dari yang sudah recook atau rebake, rasanya senang sekali. Bahkan ada yang sampai dibuat jualan. Mainan media sosial trus bisa bermanfaat itu rasanya, selain bahagia juga membuat hangat di hati. Semoga saya bisa terus berbagi dalam hal apapun. Bermanfaat untuk orang banyak.

Tiga resep di bawah ini, yang lumayan ramai peminatnya dan sampai sekarang masih saja ada testimoni yang masuk tentang enaknya resep yang saya berika, cocok dengan selera mereka. Masih ada resep – resep lainnya yang saya berikan di twitter.

  • BACA BUKU DAN MENULIS DI BLOG

Sampai tulisan ini diunggah, saya lumayan sudah membaca 15 buku. Nampak tidak spektakuler ya angkanya dibandingkan yang sudah baca buku sampai berpuluh bahkan ratusan. Namun buat saya ini sebuah prestasi, mengingat tahun sebelumnya cuma membaca 1 buku hahaha. Pelan – pelan saya tegakkan lagi hobi membaca ditengah gempuran scroll scroll media sosial.

Menulis di blog pun tetap saya lakukan meskipun tidak serajin tahun – tahun sebelumnya. Inipun saya syukuri. Pelan – pelan saya kembali ke jalan yang benar sebagai seorang blogger kawakan :)))

  • PUNYA AKUN BARU DI INSTAGRAM

Saya dulu pernah menuliskan kalau tidak akan punya akun IG lainnya selain akun baking yang sudah saya punya selama 4 tahun ini, khusus untuk jualan dan menampilkan hasil baking. Lalu akhir Juli entah kenapa terlintas ingin membuat akun IG khusus untuk pamer foto travelling, kegiatan sehari – hari di luar rumah, makanan atau hal – hal random lainnya. Saya pikir akan punya waktu luang yang lebih untuk menambah satu sosial media karena sudah tidak aktif di FB sejak bulan Mei. Akhirnya saya membuat akun IG itu. Apakabar_denald akun IG pribadi saya. Definisi menjilat ludah sendiri *emot ngakak.

Senang juga punya akun IG yang isi story saya random suka – suka hati. Jadi banyak tau akun – akun yang penyuka lari, masakan, ataupun jadi saling lihat kabar terkini dari teman dan sahabat2 di Indonesia. Selain itu, ternyata saya suka mengedit video lewat reels. Pengalaman baru, meski beberapa kali kagok menggunakan fiturnya karena di akun baking, saya tidak pernah unggah yang macam – macam. Flat karena jaga image, pengikut saya banyak orang Belanda termasuk dosen – dosen di sekolah baking dan kolega – kolega kerja di bakery, tetangga dan kenalan lainnya. Termasuk para pelanggan usaha baking saya. Sekarang punya akun IG baru, jadi lebih bebas berekspresi.

  • OLAHRAGA

Selain lari, beberapa bulan ini saya menambah olahraga dengan angkat beban menggunakan dumbbels. Awalnya saya menggunakan 2kg, sekarang sudah mencoba 5kg. Tujuan utama untuk mendukung aktifitas lari dan fat loss. Lumayan, sejak angkat beban, kaki saya lebih kuat lari jarak jauh, tidak cepat pegal dan badan saya lebih berbentuk. Berat badan meski turun perlahan tapi melihat perut yang meski belum rata sekali tapi sudah ada bentuknya. Selain itu, saya juga rutinkan jalan kaki cepat sambil dorong stroller anak kicik selama 1 jam. Semangat sehat dengan bergerak.

Saya juga masih rajin ikut race tentu saja dengan jarak tetap 10km. Race yang akan datang, akan jadi race kelima saya tahun ini. Semoga saya sukses sampai finish tidak jadi yang terakhir. Kan sudah punya sepatu lari yang baru. Ihiyykk Pamer haha.

  • MENIKMATI HIDUP

Saya makin menikmati jalan hidup yang saya pilih, selama ini dan saat ini. Menjalani hari dengan tidak terburu – buru, lebih bisa menikmati fase yang pelan – pelan, memperhatikan detail. Tidak gampang terusik dengan apapun diluar kendali, termasuk hal – hal yang tidak menyenangkan tentang saya. Cukup saya baca, dengarkan lalu tinggalkan. Buat apa ditanggapi. Toch tidak memberikan value lebih pada hidup. Lebih baik menikmati kehidupan nyata yang lebih membahagiakan. Tidak perlu validasi apapun, tidak butuh menjelaskan segala sesuatunya, bernafas dengan lega tanpa rasa sesak himpitan apapun di hati. Saya sudah difase hidup yang santai sekali. Bisa memberi apresiasi yang besar terhadap diri sendiri. Yang terpenting adalah kehidupan nyata yang saya jalani penuh suka cita dan bahagia bersama mereka yang saya sayangi dan mengapresiasi, memberikan manfaat buat orang banyak, dan menjauhi hal – hal yang tidak membahagiakan tanpa ada manfaatnya.

Saat ini saya sedang menikmati musim gugur dengan hawa dinginnya dan warna warni daun yang cantik dan mulai rontok. Cantik ya warna daun di foto saya ini. Lokasi foto ini, sebelah rumah. Tidak perlu ke lokasi tertentu untuk bisa menikmati warna warni ini. Keuntungan tinggal di kampung. Bisa melihat banyak pohon, ke danau dan hutan tinggal koprol.

Segitu saja tulisan random tentang hal – hal yang saya syukuri ditahun ini, sampai saat ini. Semoga semuanya sehat selalu dan punya stok bahagia yang cukup banyak di kehidupan nyata, memaksimalkan waktu bersama orang tersayang.

Selamat berakhir pekan!

-1 November 2024-

Bersuara Untuk Indonesia!

Akhirnya hari ini datang juga. Saat saya memilih untuk bersuara untuk Indonesia. Saat hati saya sudah muak dengan ketamakan dan kerakusan sebuah keluarga dan penjilat – penjilat yang bersembunyi dibalik kekuasaannya.

Dulu, saya pernah ada dalam barisan pemilihnya. Saat muka polos dan niat tulusnya masih terpampang nyata dan hasil kerjanya bisa kita rasakan manfaatnya bersama. Dulu saya masih percaya bahwa pemimpin akan selalu membela rakyatnya. Tidak akan memenuhi kepentingan perutnya saja. Setidaknya harapan itu pernah ada setelah era orde baru sudah tiada. Sepolos itu hati saya pernah berharap.

Sampai perlahan tapi pasti, pemimpin yang satu ini mulai menunjukkan gelagat keluar dari batas. Ada banyak kepentingan rupanya yang sudah dia rencanakan. Rakyat kemudian menjadi bagian samar dalam tahun – tahun terakhir kepemimpinannya. Kepentingan lainnya lebih penting untuk didahulukan. Kepentingan keluarga dia lebih tepatnya. Menempatkan seluruh anggota keluarga pada posisi strategis di pemerintahan. Menjadikan calon pemimpin tertinggi meski tanpa ada ilmu yang menyertai.

Sejak Pemilu tahun ini, muak itu mulai datang. Ketika aturan tentang umur capres cawapres mulai diobrak abrik hanya untuk kepentingan satu orang. Entah apa yang orang ini punya sehingga mereka yang berwenang rasanya langsung tunduk. Akhirnya kesampaian juga dia bisa mencarikan kerja untuk anak tertuanya. Lalu kejadian di Olimpiade membuat saya makin eneg. Saat dia melalukan video call dengan 2 pemenang medali emas Indonesia di Olimpiade, tapi dia malah bertanya ke salah satu atlet : atlet apa ya Mas? kok bisa nanya begitu. Seorang pemimpin lho ini.

Keributan berlangsung lagi. Kali ini dalam rangka mencarikan pekerjaan anak laki bungsunya. Dia mau mengobrak abrik lagi peraturan yang ada. Kali ini saya tidak bisa tinggal diam.

Saya sudah capek melihat mereka yang punya kekuasaan mempermainkan rakyat. Yang digadang – gadang sebagai wakil rakyat malah hanya mewakili keluarga tertentu. Saya sudah capek mereka berpesta di atas duka rakyat. Saya sudah capek mendengar ketidakpedulian mereka saat rakyat sedang berjuang sehari – hari memenuhi kebutuhan hidupnya. Saya sudah capek menjadi rakyat yang hanya melihat saja segala kekacauan yang ada di negara Indonesia tercinta. Saya capek menahan rasa marah melihat gaya hidup anggota keluarga mereka yang lainnya memamerkan kekayaan saat di negaranya rakyat sedang memperjuangkan haknya. Saya adalah bagian dari rakyat yang capek dan muak dengan apa yang terjadi akhir – akhir ini.

Saya harus bersuara. Meski mungkin suara saya tidak terlalu berarti banyak karena pengikut di twitter jumlahnya bukan yang bombastis angkanya, paling tidak saya bersuara. Menjadi bagian dari perubahan. Saya bersuara meski tidak bisa ikut turun ke jalan. Saya bersuara lewat media sosial dan blog yang saya punya. Saya bersuara lewat tulisan.
Saya bersuara karena peduli dengan Indonesia.

Menyuarakan keresahan, ketidakpuasan, membantu menyebarkan informasi tentang donasi untuk membantu logistik mereka yang berdemo, membantu menyebarkan info titik temu mulai demo, berdonasi untuk pemenuhan logistik mereka yang turun ke jalan, menyebarkan secara luas informasi apapun yang sekiranya bisa membantu untuk menggagalkan keculasan satu keluarga dan para pemimpin yang dzolim.

Hari ini dan sampai kapanpun jika diperlukan, saya akan tetap berisik mengkritisi keserakahan para pemimpin di Indonesia. Saya akan mengawal proses demokrasi sebisa dan semampu saya melalui platform media sosial yang saya punya. Jiwa dan raga saya memang di Belanda, namun pikiran saya selalu tak pernah meninggalkan Indonesia. Keluarga besar saya ada di sana.

Inilah cara saya bersuara untuk Indonesia. Semoga langkah kecil yang saya lakukan hari ini dan kapanpun itu, bisa jadi bagian menjadikan Indonesia lepas dari keserakahan para pemimpinnya yang dzolim. Saya memang tidak tinggal di Indonesia selama 10 tahun ini, tapi darah yang mengalir dalam tubuh saya adalah darah orang – orang yang saya sayangi asli Indonesia. Saya tidak akan lupa akar darimana berasal.

Sejauh apapun saya melangkah, Indonesia tidak akan pernah terlupa. Ada dalam tiap denyut nadi dan darah yang mengalir dalam raga.

“Indonesia tanahku, tumpah darahku. Tempat aku dilahirkan, tempat aku dibesarkan. Tempat orang – orang yang aku sayangi tinggal dan menitipkan harapan”

Saya tidak akan pernah berhenti untuk bersuara. Saya tidak bisa berjuang dengan fisik ada di sana, saya akan berjuang dengan cara yang saya bisa. Tetap mengawal apapun kebenaran dan perjuangan kebaikan demi memusnahkan kerakusan dan keculasan pemimpin yang menghamba pada uang dan kekuasaan.

Mengutip apa yang diucapkan Reza Rahardian dalam orasinya, “Negara ini bukan milik keluarga tertentu”

Negara ini milik semua rakyat Indonesia.

Saya akan tetap bersuara demi Indonesia tercinta dan mereka yang saya sayangi di sana. Suara sekecil apapun saya yakin gaungnya akan terdengar jauh dan lantang.

Saya akan tetap mengawal proses ini.

Terima kasih saya ucapkan pada mereka yang turun ke jalan, berdemo dalam tenang dan memperjuangkan sampai menang. Terima kasih.

Panjang umur perjuangan dan pembela kebenaran!

-22 Agustus 2024-