Santai Saja Jawabnya

Pernah tidak ada di situasi orang lain mengomentari keadaan kita tanpa tahu fakta sesungguhnya. Jadi asal nyablak gitu. Dan kita langsung panas hati pengen memaki-maki orang tersebut. Saya sih sering. Apalagi dulu waktu jiwa saya masih senggol bacok. Kalau sekarang saya lebih ke santai dan melihat situasi dulu. Tapi jangan salah, satu dua kali kalau keadaan saya lagi capek dan ada yang bikin gara-gara, ya pasti masih gampang terpancing sih. Tapi yang masih elegan, tidak langsung ngegas.

Nah, kalau saya dikomentari oleh orang lain, kadang-kadang ada saatnya saya malah pengen ngerjain balik dan santai jawabnya. Kadang nih ya, orang yang melemparkan komentar tidak menyenangkan itu, sebenarnya menggambarkan ke tidak PD an dia sendiri atau menyuarakan suasana dan keadaan dia sendiri. Makanya, saya sangat berhati-hati dalam memberikan komentar. Jangan sampai curhat colongan haha.

Ini ada beberapa cerita saya dikomentari dan saya jawabnya santai saja meskipun tetap direct ya. Saya emang dari dulu orangnya direct, jarang berbasa basi. Yang melemparkan komentar malah yang jadi bungkam.

GENDUTAN

Sejak tahun kemaren sampai saat saya menulis ini, badan saya memang membengkak. Bukan tanpa sebab, tapi saya tidak bisa sebutkan di sini alasannya. Intinya badan saya memang bertambah beratnya dibanding tahun-tahun sebelumnya. Saya juga sedang tidak berusaha diet dan sampai minimal 3 tahun ke depan, tidak ada niatan untuk menurunkan BB. Ya kalau misalkan bisa turun, saya bersyukur. Tapi saya tidak ngoyo. Suatu hari saat saya sedang ke kota, papasan dengan seorang kenalan. Setelah saling melemparkan salam, terjadilah pembicaraan ini :

Kenalan : Den, badan kamu kok menggendut ya, tapi aku lihat kamu sumringah senyum terus.

Sebenarnya dua pernyataan dia ini tidak ada korelasinya. Tapi ya saya jawab saja

Saya : Ya mbok sini ikutan menggendut juga biar kamu juga selalu sumringah. Jadi mulutnya ga sempat ngatain orang gendut karena sibuk dipake buat tersenyum.

Kenalan : ………………….. *hening

 

IBU RUMAH TANGGA

Suatu waktu di sebuah acara, saya baru saja berkenalan dengan teman dari kawan yang mengundang kami di acaranya. dari awal berkenalan, saya sudah agak malas dekat-dekat dengan dia karena dari awal cerita, dia selalu ngobrol tentang harta benda yang dia punya. Kok ya ndilalah, sebelum saya beranjak pergi ambil makanan, dia bertanya latar belakang pendidikan saya apa. Duh, macam petugas sensus saja.

Dia    : Deny, aku dengar kamu kuliah sampai S2 ya? jurusannya apa?

Saya : Teknik Industri

Dia    : Sekarang bekerja?

Saya  : Kerja di rumah, jadi Ibu Rumah Tangga

Dia     : Sayang sekali kamu sudah tinggi kuliahnya jadi Ibu Rumah Tangga aja. Buat apa kalau gitu kuliah tinggi-tinggi?

Saya   : Kalau Ibu Rumah Tangga kan salah satu tugasnya masak dan cari resep. Baca resep kan butuh bisa membaca. Nah, aku kuliah sampai tinggi ya buat baca resep masakan.

Dia : ……… *tak ada komen selanjutnya

 

SUNAT

Punya suami berbeda kebangsaan pasti ada saja pertanyaan unik yang selalu saya terima. Unik ini maksudnya dari yang memang pertanyaan ingin tahu sampai pertanyaan kurang ajar. Pertanyaan yang menjurus kurang ajar dan tidak sopan salah satunya tentang sunat. Dan ini tidak hanya sekali dua kali saya terima.

Saat saya dan suami sedang mencari baju di salah satu toko, saya disapa oleh seorang wanita Indonesia tentu saja. Dia mengajak berkenalan dan menyebutkan tempat tinggalnya. Setelah berbasa basi sejenak, dia lalu menanyakan tentang sunat :

Ibu itu  : Waktu menikah di KUA atau di catatan sipil?

Saya    : Di rumah Bu

Ibu itu : Maksud saya secara Islam atau beda agama?

Saya.   : Ada apa ya Bu kok bertanya sampai detail?

Ibu itu  : Kalau secara Islam kan pasti disunat dulu ya? Suaminya sudah sunat?

Saya    : Mau nyunatin suami saya Bu?

Lalu saya beranjak pergi. Saya dengar dia menyelutuk :

Ibu itu : Wah ditanya baik-baik kok jawabnya kurang ajar

Saya lalu balik badan mendatangi Ibu itu kembali

Saya : Yang kurang ajar saya atau Ibu ya. Menanyakan tentang area privasi suami saya itu sudah sangat tidak sopan dan tidak tahu malu. Ada kepentingan apa Ibu bertanya seperti itu? *Dengan intonasi jelas dan tegas tapi tetap senyum

Ibu itu : …….. *tak berkata-kata lalu balik badan pergi.

Giethoorn
Giethoorn

 

GENDUTAN BAGIAN DUA

Percayalah, sejak badan saya bertambah beratnya. Tidak hanya satu atau dua orang yang berkomentar, tentu dari orang yang saya tidak kenal dengan baik. Kalau sudah kenal baik, pasti tahu alasannya. Lagipula, saya tidak berhutang penjelasan kepada siapapun kan. Tapi karena saya bahagia-bahagia saja dengan berat yang sekarang, maka seringnya saya jawab santai. Ada orang yang kenal saya waktu awal pindah ke Belanda Setelahnya kami lama tidak saling ketemu. Beberapa bulan lalu kami bertemu kembali. Tidak menanyakan kabar atau apapun, dia langsung komentar (sebut saja dengan rumput) :

Rumput : Wuihhh kamu makin subur aja sekarang. Bahagia banget nih di Belanda?

Saya      : Ya bahagia lah, mau mikir apa. Negara pun sudah ada yang mikir. 

Rumput : Tapi ini beneran lho kamu gede banget dari yang awal-awal datang ke sini

Saya      : Ya itu tadi, aku bahagia banget selama ini sampai mau ngomentarin tentang perubahan badan orang lain pun tak sempat. Soalnya hatiku sudah senang, jadinya ya aku masa bodoh mau orang lain badannya gendut kek, kurus kek. Kan ga ngefek dalam kehidupanku.

Rumput  : ………. *tidak berkata-kata lebih lanjut

 

TIDAK PUNYA MOBIL

Saya pernah menyebutkan beberapa kali ya di postingan dalam blog ini kalau kami sejak tahun 2015 memutuskan untuk tidak mempunyai mobil pribadi. Mobil yang kami punya dijual. Kalau kami sekeluarga membutuhkan mobil, tinggal sewa sesuai kebutuhan. Ada yang harian ada yang jam-jam an. Alasannya karena sehari-hari mobilitas kami cukup terakomodir dengan naik sepeda, jalan kaki, dan naik kendaraan umum. Rumah kami meskipun di kampung, tapi letaknya diantara Den Haag, Delft, dan Rotterdam. Semua bisa ditempuh dengan bersepeda dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Dan juga dekat sekali dengan halte tram, halte bus, bahkan stasiun besar. Beroperasinya pun sampai dini hari dan sebelum subuh sudah beroperasi kembali. Nah kalau punya mobil, sayang membayar pajaknya dan kalau tidak sering dipakai mobil gampang rusak. Ada kenalan yang tahu kalau kami tidak mempunyai mobil dan naik mobil sewaan untuk datang ke sebuah acara

Orang itu : Kamu ga minta suami untuk beli mobil? Hari gini ga punya mobil susah lho

Saya         : Kami tinggal dekat kota besar, jadi ga susah sama sekali

Orang itu : Atau suami kamu ga sanggup ya beli mobil? Ga punya uang?

Lho kok mbaknya nge gas gini nanyanya.

Saya         : Punya atau tidak punya uang pun laporannya bukan ke kamu, tapi ke kantor pajak. Kecuali kalau kamu petugas kantor pajak

Orang itu : Sayang banget kamu jauh-jauh ke Belanda kawin sama Bule yang ga punya mobil. Kasihan.

Saya        : Saya sih lebih kasihan ke orang yang sudah jauh-jauh dan sudah lama tinggal di Belanda tapi cara berpikirnya masih seperti katak dalam tempurung dan melihat segala sesuatu dari kebendaan saja. Ya, Mudah-mudahan kedepannya lebih pintar dikit kalau komentar. Atau pas sekolah, mulutnya ga ikutan sekolah, jadinya ga ikut pintar *Saya jawab santai sambil senyum.

Orang itu : ……. *buang muka

 

KOK GA DITEMENIN?

Kalau keluar rumah, saya tidak selalu dengan suami. Ada saatnya saya ingin me time. Nah sewaktu acara Tong Tong Fair (TTF) beberapa bulan lalu, saya janjian dengan beberapa teman ketemu di sana. Tentunya saya keluar tidak dengan suami. Setelah ketemu dengan beberapa teman di sana, kami lalu duduk-duduk dulu di ruangan dekat pintu masuk. Temannya seorang teman menyapa saya, sebut saja namanya ilalang.

Ilalang : Suaminya ga ikut?

Saya    : Nggak, di rumah

Ilalang : Wah tega sekali membiarkan kalian pergi berdua. Kalau suami saya musti ikut ke manapun saya pergi. Kalau dia ga mau ikut, saya seret. Pokoknya musti ikut.

Saya    : Suami saya bukan koper, jadi ga perlu diseret-seret. Dan untungnya juga jodoh suami saya bukan Mbak.

Ilalang  : …… *pura-pura ga dengar lalu mendadak ngobrol dengan sebelahnya

Sebagai gambaran, Den Haag itu kota pemerintahan di Belanda. Hampir semua kedutaan besar ada di sini termasuk KBRI. Penduduknya pun beraneka rupa kebangsaannya. Gampang bertemu dengan orang Indonesia di Den Haag? Di setiap pengkolan pasti ada.

Sebenarnya masih banyak lagi komentar-komentar ajaib yang saya dapatkan selama di Belanda. Tapi yang saya tulis 6 cerita itu dulu. Nanti kalau tidak malas akan saya tulis versi lainnya. Karena sering dapat komentar yang ajaib, otak saya pun jadi terlatih kasih jawaban “kreatif” dalam waktu yang singkat. Pelontar komentar herannya sesama orang Indonesia juga. Mbok yaaa, kalau ketemu ngomongin apa gitu yang lebih berfaedah, jangan cuma bisanya mengomentari fisik atau harta. Selama di sini, saya belum pernah lho dikomentari fisik oleh orang Belanda. Tidak semua orang Indonesia yang di Belanda begini ya, teman-teman dan kenalan saya ya banyak yang baik. Cuma yang ajaib-ajaib saja rasanya yang seperti itu dan saya diberikan kesempatan langka bertemu yang ajaib-ajaib begitu. Jangan-jangan mereka juga menganggap saya manusia ajaib.

Tetapi bertemu dengan tipe manusia yang berbeda-beda membuat saya banyak belajar. Minimal belajar mengendalikan mulut dan berpikir dulu sebelum berkomentar. Dan juga diera digital sekarang ini, membuat saya berpikir berkali-kali sebelum menuliskan sesuatu atau mengomentari suatu hal. Jadi ada remnya dan semacam berkaca juga, jangan sampai saya seperti mereka. Saya tidak pernah keberatan kalau disapa orang. Bertemu dengan orang baru pun tidak masalah buat saya. Hitung-hitung hiburan lah. Asal tidak terlalu menjengkelkan.

Kalian ada yang punya pengalaman seperti saya?

-Nootdorp, 29 Agustus 2018-

61 thoughts on “Santai Saja Jawabnya

  1. Masalah sunat memang selalu ditanyain ke kita ya. Aku ga pernah kasi tau sudah apa belum, karena bukan urusan mereka. Dan mereka sok tau aja gitu kalau pasti belum sunat. Pernah ada kejadian orang2 kantor ngomongin p*nis suami ya. Tau2 ada yang megang botol besar trus praktekin sunat tu botol sambil ngomong “Aduh gede banget ini, susah. Coba pegangin”. Lihat betapa kurang ajarnya itu. Aku saat itu diam aja, tapi tetep lapor suami. Suami cuma ngomong kalau kasian sama org2 seperti itu. Hidupnya kok ngurusin privasi orang dan nyakitin perasaan.

    1. Sunat itu adahal hal privasi, bagaimanapun kita ga berhak kasih tau ke siapapun karena menyangkut privasi suami.
      Itu sudah termasuk pelecehan yang kamu ceritakan. Aku baca sampe kesel jadinya. Ga tau sopan santun mereka ini.

  2. Pernah ditanya, “Apa 10 taun lagi mau nikah?”. Aku jawabnya: “Enggak”. Orang-orang yang nanya terus pada bingung dan diem. Padahal aku belum jelasin alasannya. Itu termasuk area privasi, jadi aku nggak akan banyak bicara tentang itu ke orang lain.

    1. Soale sueriinggg e ditanyain ttg persunatan. Dadi heran ni orang orang pada terobsesi dengan sunat apa gimana

  3. Karena kami di Indonesia dan baru punya anak satu, selalu dapet komentar: “Kapan nambah?” dengan segala variasinya.
    Gak pernah tak jawab malah seringnya aku pura-pura gak denger aja Den.
    Kece-kece jawabanmu Den!

    1. Anakku baru 6 bulanan dan aku udah ditanyain kapan punya anak kedua juga mas Daniiiii… Rasanya mau pites-pites mulut mereka hahaha

    2. Hahaha sering pura2 budeg itu kadang2 juga jadi alternatifku kalau pas males banget ngeladenin Dan.

  4. Setelah dijawab dengan jawaban super itu masih tetap bertemankah, Mbak?

    Meskipun galak tapi aku belum tentu berani jawab seperti versi mbak Deny. Kalo sama keluarga paling cengengesan dan kalo sama temen/kenalan trus nyebelin gitu, pilih senyum kecut trus tinggal pergi. Karena pada dasarnya aku gak suka berbasa-basi yang basi.

    1. Seperti yang sudah aku tuliskan, yang komentar2 seperti itu bukan teman-temanku. Ya orang2 random yang sekilas info aja. Malah ada yang baru ketemu di tempat perkara.
      Aku emang memilih untuk speak up Fran daripada ngomel di belakang. Kalau di lingkungan keluarga memang yang serba salah. Kalau sepuh banget kadang aku jawab tapi pendek2. Kalau ga sepuh2 banget aku jawab dengan tegas.

  5. Ampuuunnnn deh, malah aku ikut panas bacanya. Den, aku harus banyak belajar dari mu. Aku klo ada orang yg nanya ajaib kadang aku ga bisa jawabnya, malah bengong.

  6. hahahahaha
    serius mbak deny jawabnya kayak gitu?
    dulu istriku diem” aja kalo ada yang ngomongnya kurang ajar

    sekarang agak dikeluarin dikit” sih
    hehe

  7. Santai aja mba. Memang banyak yang kepo, pengen tau aja urusan pribadi dan dalam rumah tangga orang.
    Saya juga santai aja kalo ada pertanyaan yang seperti itu.

  8. Sering tuh yang nomor satu dan part 2nya itu. Iya iya… tahu kl badan saya gede. tapi ya… kl br ketemu setelah 1 th gak ktm, gak perlu ngomong gitu juga kan ya. Padahal, dlm jangka waktu setahun itu, sayanya malah pernah lebih dari yg saat ketemu itu

    1. Bener Yan, kan ga ada faedahnya ngomentarin fisik. Apalagi yang ga kenal2 banget dan jarang ketemu pula.

  9. Deny, kamu sabar banget, klo aku paling dah tak tinggal –> salah satu alesan aku ndak bergaul sama orang Indonesia disini karena mereka mulutnya kaya gitu semua 🙁

    Pernah ditanyain apa aku kerja ilegal disini, trus boleh nggak tinggal disini sama mama papa, lha mbok pikir aku umure piro wkwkwk

    1. Aku ga bisa Va kalau asal ninggal. Aku ga mau menyimpan jengkel. Makanya selalu kutuntaskan di depan, biar ga marah2 di belakang.
      Kalau di sini, aku kenal yang baik2 ya jumlahnya lebih banyak daripada yang ajaib2 gitu. Outlier lah kalau yang kusebutkan dalam cerita

      Hahaha Epic ceritamu :)))

  10. Memang wes jelas Mbakke iki ajib kok. Ajib lho ya, dudu ajaib. Lagian Den, sbg orang pajak, kalo aq bilang ke WP “Bapak kan kaya, tu buktinya punya mobil, bayar pajaknya donk Pak” dijawab ” itu mobil ama rumah hasil ngutang Mbak, masa orang banyak utang disuruh mbayar pajak”..njuk tak plindes nganggo tank Doremon Jaya.

  11. Kenapa gemuk???

    Jawab: ” Ia soalnya mulut saya, dipake untuk makan bergizi. Bukan untuk ngomongin orang”

    *) hebat jawaban kreatif nya!! 🙂
    Salam

  12. jagoaaaaaaan..
    aku belum sejago itu jawabnya.. kalau lagi capek ya nge-gas, kalau lagi engga capek dan lowong ya taktanggap orangnya.. aku iya2in dia ngomong apa trus ya aku dengerin semua nasihatnya sambil senyum2.. keluarkan buuuu biar legaaaa… hahaha..

    1. Yo terlatih sejak nang kene haha!
      Hahahah keluarkan semuaaaa Buuuu :)))
      Pernah aku juga kayak gitu. Seorang Ibu dengan lancarnya menceritakan tumbuh kembang bayinya. Padahal ga onok sing takon *ngakak. Trus dia bertanya ke aku, sudah bisa apa? Tak jawab : Ngosek WC sama nguras kamar mandi :))) Wonge langsung meneng

  13. Urusan gendut aku juga sering ditanya… komen terbaru… Anak kamu banyak kok tetep gendut si?? Jawab sante: Kalau saya kurus, ntar gak kuat gendong anak2 kalau lagi tidur, gak bisa bawa motor boncengin 2 anak dengan bawaan seabrek :(….
    Tapi kadang emang ajaib kok pertanyaan-pertanyaan orang lain itu… selo banget waktunya nanyai hal-hal kayak gitu

    1. Ya Tuhan, kok ya bisa2nya dihubungkan anak banyak dan bentuk tubuh. Bener2 orang2 itu ya, nganggur ga ada kerjaan.

  14. Pernah banget dan lumayan sering dapet pengalaman engga enak ngehadepin manusia-manusia yang hobi mengkometari kehidupan orang lain. Sering banget ketemu orang yang sebenarnya hanya sekedar kenal aja tapi sering komentarin soal badan yang gemukan. Saya sih senyum aja, serba salah karena yang ngatain orang yang lebih tua dari saya jadinya ga enak juga kalau pengen balik ngatain hahaha :’) Kadang heran sama orang-orang yang engga tau fakta yang sebenarnya soal kehidupan kita tapi berani kepo/ ngatain kehdupan kita seakan kehdiupan mereka udah sempurna aja. Biasanya saya cenderung menjauhi orang-orang semacam ini perlahan namun pasti hahaha. dari pada berujung ga enak hati :”)

    1. Justru biasanya yang komentar asal nyablak itu yang ga kenal dekat. Kalau kenal dekat, lha ngapain komentar. Bener, kalau sudah yang lebih tua yang koemn, serba salah. Mungkin tata bahasa yang lebih diperhalus

  15. Mantap. Kalau itu diterapin di Indo langsung antara dua, disegani atau dianggap judes. Nggak masalah sih yg manapun. Btw. mba orang Indonesia yang tinggal lama di Eropa kenapa masih banyak yang belum paham kalau pertanyaan2 itu kurang sopan ya? Disana kan orang2nya sangat menghargai privasi..Harusnya paham..kecuali gaulnya cuma dg sesama sebangsa..

    1. Aku sudah dicap judes sejak kecil. Jadi buatku dicap apa saja terserah mereka.
      Entahlah aku juga ga paham kenapa cara berpikirnya masih jauh di belakang. Padahal ya lama2 lho tinggal di sini. Tidak banyak belajar rasanya.

  16. Ikutan curcol juga, mbak. Jadi pernah di suatu event kaum Ibu di gereja, saya conducting paduan suaranya. Ketika acara sudah selesai, seorang Bapak2 ( catat : laki-laki ! ) ngomong kaya gini ke saya,” selamat ya, tadi acara kalian bagus. Nyanyinya juga bagus. Tapi sayang, ada yang kurang. Kalau kamu pakai baju berbahan Brokat, pasti lebih sempurna lagi.” What ??? Memang, entah mengapa si gereja saya, ibu² doyan banget pake kebaya ( wajib brokat ! Bukan brokat, bulan kebaya kata mereka, huh ! ).
    Saya jawab, “biar saja, saya nyaman kok. Gak sesak nafas ( karena dibebat kamisol ).” Tetap si Bapak gak terima. Di suatu ketika sebelumnya, si bapak ini juga pernah mengomentari badan saya yang agak lebih kurus ( memang lagi diet ) dengan ngomong begini,” kamu kurus sekali sekarang. Nggak bagus. Nggak ada ibu² badannya kurus.” Hahahah…bapak² ajaib.

    1. OMG! ajaib banget bapak itu. Kurang kerjaan dan banyak waktu memperhatikan orang. Terima kasih sharing ceritanya

  17. Nggak heran kalau yg nanya orang Indonesia, Mbak.. 😀 Orang Belanda mah nggak ada urusan ya nanya-nanya gitu hehe..
    Btw inspiratif jawaban-jawabannya. Hahaa.. Emang biasanya komen kayak gitu justru datangnya dari orang yang nggak terlalu dekat ya. Tapi epic banget yang baru ketemu dan kenalan langsung tanya sunat.

    1. Semenjak di sini makin terlatih untuk berpikir cepat dan kreatif Cha hahaha. Kalah deh ujian mencongak :)))
      Aku tuh ga ngerti ya kenapa ada tipe orang tertentu semangat banget nanya suami orang sudah sunat apa belum. Ga malu apa nanya2 kayak gitu

  18. Nggak heran kalau yg nanya orang Indonesia, Mbak.. 😀 Orang Belanda mah nggak ada urusan ya nanya-nanya gitu hehe..
    Btw inspiratif jawaban-jawabannya. Hahaa.. Emang biasanya komen kayak gitu justru datangnya dari orang yang nggak terlalu dekat ya. Tapi epic banget suh yang baru ketemu dan kenalan langsung tanya sunat.

    1. Dan herannya, aku ditanya tentang sunat sama orang ga dikenal sudah beberapa kali. Ambisi banget mereka pengen tahu suami orang sunat apa ga

        1. pertanyaan sunat never ending oh iya bener. Memang sudah ada pertanyaan seperti itu di keluarga. Kapan di sunat. Hidupku dikelingi oleh masalah persunatan

  19. Bwahahaha… Setajam sileeettttt 😀
    Mantap Den. Aku mah paling senggol bacok kalo ada yng ngomentarin “Gendutan ya?” “Mending aku gendut daripada kamu ga sopan.”

    1. Hahaha bener Dit, ga sopan banget deh ngomentarin fisik. Ga kenal2 banget komentarnya ttg fisik. situ Ok, kalah juri Putri Indonesia

Thank you for your comment(s)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.