Lebaran tahun 2025, sebulan sebelumnya saya mengumumkan ke beberapa teman kalau saya akan mengadakan semacam open house. Sama seperti tahun kemaren. Awalnya sudah tidak berminat rame – rame lebaran di rumah. Tapi setelah saya pikir lagi, takutnya malah nangis karena lebaran jadi sepi. Akhirnya mengundang beberapa orang teman ya yang itu itu saja :))) Yang bisa datang ya yang itu itu saja hahaha anggota tetap. Ya sama seperti lebaran tahun lalu.
Pagi hari saya tidak ikut sholat Ied di Masjid Al Hikmah di Den Haag karena ada bayi di rumah. Saya tidak tega meninggalkan anak ragil berlama – lama sholat di Masjid. Untuk dibawa serta, takutnya malah rewel dan jadi menganggu jamaah sholat yang lain. Ya sudah, saya putuskan untuk tinggal di rumah saja.
Lebaran tahun 2025, persis satu hari setelah saya berulangtahun, jadi saya niatkan masak banyak sekalian. Yang terhidang di meja, semua makanan kesukaan saya kecuali rendang. Meski saya bisa masak rendang dan beberapa kali mendapatkan pujian rendang buatan saya enak, terus terang saya tidak terlalu suka makan rendang. Bahkan beberapa kali saya juga jual rendang sampai lintas negara. Masaknya saja saya yang suka, untuk makan rendang, tidak terlalu doyan. Tidak terbiasa dari kecil. Saya baru makan rendang itu pas tinggal di Jakarta, sekitar umur 24 tahun an. Di Jawa Timur, waktu itu, rendang tidak terlalu populer.
Saya masak dengan metode mencicil di minggu yang sama. Jadi tidak ada yang saya masukkan freezer. Lebaran hari minggu, jadi saya mulai mencicil masak hari rabu. Lalu saya masukkan ke kulkas setelah selesai masak.
Menu yang ada di meja ini adalah :
- Pecel Pitik. Ini masakan khas lebaran asal desa saya di Jember.
- Bebek Madura bumbu ireng. Saya sempat berjualan bebek ini di Belanda, pun sampai kirim luar Belanda. Jadi best seller pada masanya. Sudah diakui banyak orang kata mereka enak.
- Oseng Pepaya
- Bakso pentol kasar lengkap dengan tetelan
- Rendang
- Sambel goreng hati ayam, pete, kentang
- Mie goreng
- Lontong
- Tiga macam sambel : Sambel untuk bakso, sambel korek, dan sambel bawang
- Telor petis madura. Ini juga khas Jember, paduan dengan pecel pitik
- Kue lumpur
- Tahu, tempe, dan ikan asin goreng






Bagaimana, lengkap bukan. Kerupuk yang membawa, Ajeng. Agnes membawa es campur. Ika membuat sosis solo dan martabak madura. Wah lebaran yang meriah sekali makanannya. Saya pun membuat kue kering 4 macam : Kue kacang, putri salju, Kaasstengels, kue coklat, kacang bawang, dan kue satu lagi lupa namanya (kue ini lagi ngetren di Indonesia saat menjelang Idul Fitri).



Inilah teman – teman peserta tetap yang rajin datang kalau saya ada acara di rumah. Ajeng, Ika, Agnes, Ratih, dan Yayang. Seraphine baru pertama kali ini ke rumah karena dia baru pindah lagi ke Belanda setelah sempat pulang ke Indonesia saat kuliah S2 selesai. Saya kenal Seraphine juga dari blog awalnya. Senang sekali mereka selalu datang, jadi lebaran saya tidak pernah sepi. Di tanah rantau, jika berlebaran sendirian rasanya ngelangut. Saat teman – teman bisa datang dan bersama menikmati hidangan yang saya sajikan dan mereka suka sampai nambah – nambah, rasanya riang gembira. Kami juga ngobrol panjang sampai tertawa terbahak. Obrolan yang menghangatkan hati dari sesama perantau di tanah nun jauh dari Indonesia.
Cuaca hari itu juga cerah ceria hangat matahari gonjreng keluar. Makin membuat suasana lebaran jadi menyenangkan.





Saya mendapatkan beberapa kado. Antara kado untuk ulang tahun, buah tangan lebaran, juga untuk pertama bertemu. Pun saya menerima banyak kartu lebaran dari teman – teman yang lain. Benar – benar lebaran yang penuh dengan perhatian. Ternyata, banyak yang menyayangi saya 🙂 Alhamdulillah.
Foto di bawah ini dari kiri ke kana adalah : Pecel pitik dengan sambel goreng kentang ati dan pete, bebek madura bumbu ireng, dan oseng pepaya.



Memang tulisan kali ini lebih banyak fotonya dibanding kata – kata, karena semua cerita sudah terwakili dari foto – foto yang saya sertakan di sini hahaha alias ceritanya ya tentang makanan. Seperti biasa, acara makan – makan orang Indonesia tidaklah lengkap kalau tidak bungkus bawa pulang setelah acara selesai. Bukan hanya makanan saja, tapi juga kue kering. Saya malah senang lho kalau banyak yang bungkus makanan. Artinya saya tidak perlu menyimpan banyak makanan dan semoga yang dibawa pulang jadi berkah untuk semua.

Lebaran memang sudah lama berlalu, saya baru sempat menuliskan ceritanya di sini. Maaf lahir batin untuk semua pembaca blog Denald. Terima kasih selalu membaca tulisan saya. Semoga lebaran tahun depan saya bisa merayakan di Indonesia, sama seperti lebaran tahun 2022 saat pertama kali mudik setelah 7 tahun tinggal di Indonesia.
Sampai pada tulisan lebaran tahun depan.
- 8 November, 2025 –



