Sebelas Tahun Pernikahan

Landskrona

Pagi ini saya bangun tidur dengan perasaan membuncah. Bahagia. Hari ini, tepat 11 tahun lalu, kami melangsungkan pernikahan di rumah orang tua saya, di sebuah kota kecil, di Jawa Timur. Sebelas tahun berlalu, di sini kami sekarang dengan tiga anak sehat sangat aktif yang selalu meriah mengisi hari – hari disegala musim. Kami menjalani pernikahan ini dengan begitu banyak kompromi, saling memaafkan, saling membersamai, saling mendukung, saling memberi ruang, tak ada bosan untuk segala perbincangan, suka dan duka, tangis dan tawa, dan segala hal pahit manis yang telah kami lalui selama 11 tahun ini. Alhamdulillah, Insya Allah cinta dan sayang di antara kami tetap dan akan selalu menguat. Insya Allah kami jalani 11 tahun ini meski ada beberapa kali badai datang, meski tidak besar, bisa kami lewati, dan pada akhirnya kami jalani penuh ketenangan, banyak bersyukur, dan penuh bahagia. Sebelas tahun yang membahagiakan.

Saat ini kami sedang berada di Landskrona, Swedia. Kami sedang dalam rangkaian perjalanan darat liburan musim panas. Awalnya kami berencana merayakan 11 tahun pernikahan dengan pergi ke Copenhagen, Denmark menggunakan kereta dari Landskrona. Tapi perkiraan cuaca mengatakan kalau hari ini akan cerah seperti kemarin, jadi kami putuskan ke Copenhagen besok pagi saja. Hari ini saya ingin menghabiskan banyak waktu dengan leyeh – leyeh di pinggir pantai bersama anak – anak dan suami. Selama di Landskrona, kami tinggal persis di pinggir pantai, Jadi bisa dengan maksimal merasakan suasana pantai dari matahari terbit sampai terbenam. Anak – anak pun senang sekali seharian utuh main pasir dan berenang di laut.

Setelah kami saling mengucapkan selamat dan berdoa, saya memutuskan lari pagi sepanjang pinggir pantai. Niatnya ingin menjadikan lari perayaan ulangtahun pernikahan. Tapi kalau harus 11km, kok PR bangert. Akhirnya ya sudah 6 km saja. Eh ternyata, jam tangan saya mengatakan jarak yang saya tempuh 6.11km. Ya lumayanlah, ada unsur 11 nya hahah maksa. Suasana masih sepi. Saya bisa berlari dengan perasaan yang tenang. Sambil refleksi, memikirkan 11 tahun pernikahan saya dan suami. Senyuman tiba – tiba tersungging di bibir ketika teringat hal – hal manis dan lucu.

Sesekali saya berhenti untuk mengambil foto beberapa sudut pantai sebagai kenang – kenangan.

Saat kembali ke penginapan, anak – anak dan suami sudah bangun. Mereka mulai mempersiapkan sarapan. Rencana kami pagi ini akan ke kota Helsingborg yang letaknya tidak jauh dari Landskrona. Helsingborg adalah kota pelabuhan. Saya selalu bersemangat jika pergi ke kota pelabuhan. Melihat kapal bersandar, mencium aroma laut, dan melihat bangunan – bangunan tua di kota itu.

Setelah sarapan selesai dan semua persiapan tuntas, kami berangkat. Sesampainya di Helsingborg, masih pagi. Jadi kota masih terasa sepi. Kami mulai berjalan menyusuri pusat kota. Suami bilang, bisa melihat kota dari atas bukit. Jadi ke sanalah tujuan kami. Sebelum sampai ke bukit yang dimaksud, kami melihat taman bermain. Anak – anak minta berhenti sebentar untuk bermain di sana. Tidak berapa lama kami di sana karena sinar matahari yang cukup menyengat. Kami melanjutkan perjalanan sampai ke atas bukit yang dimaksud. Wah cantik sekali di atas. Selain melihat taman yang sangat asri, ada semacam menara tinggi sekaligus museum yang bernama Karne Museum yang bisa dinaiki sampai atas. Anak – anak dan suami masuk ke dalam, saya dan anak ragil menunggu di luar saja.

Setelah selesai, suami menunjukkan foto dari atas menara. Kota Helsingborg dari atas menara. Sangat cantik. Kami lalu melanjutkan perjalanan. Sudah mendekati waktu makan siang, jadi kami jalan sembari mencari restaurant. Anak – anak ingin kencing juga, jadi sekalian mencari toilet. Karena memang masih jam 11 pagi, jadi tidak banyak yang restaurant yang sudah buka. Akhirnya kami melihat ada satu Chinese restaurant sudah buka. Ya sudah, kami memutuskan makan di sini saja. Sayapun sudah kangen makan nasi haha karena sudah seminggu lebih perut tidak terisi nasi.

Lumayan enak rasa masakan di restaurant ini. Setelah makan, kami memutuskan menuju ke tempat parkir untuk kembali ke Landskrona, sambil saya mencari toko souvenir untuk membeli kartupos. Mungkin Helsingborg bukan kota turis, jadi di pusat kota pun saya tidak menjumpai toko souvenir. Sayang sekali, jadi tidak ada kenang – kenangan dari Helsingborg berupa kartupos.

Sesampainya kembali di penginapan Landskrona, saya dan anak – anak langsung bersiap ke pantai. Suami memutuskan akan jalan kaki ke kastil penjara yang jaraknya 7km dari tempat kami menginap. Matahari sangat gonjreng meski anginnya lebih dingin dari kemarin. Saya leyeh – leyeh saja di pasir sambil membaca buku. Anak – anak bermain pasir dan berenang. Bermain sepak bola, main lempar piring terbang, membangun kastil, dll. Kami ingin berpuas ria di sini karena perkiraan cuaca besok tidak sebagus hari ini.

Sekitar jam 5 sore, angin makin dingin. Jadi kami memutuskan untuk selesai bermain di pantai. Suami pun sudah sampai kembali dari jalan kaki sepanjang 15km. Kami kembali ke penginapan. Anak – anak mandi. Kami mulai bersiap ke restaurant di area penginapan, sekalian sebagai makan malam perayaan ulangtahun pernikahan. Awalnya, kalau sesuai rencana kami hari ini ke Copenhagen, ingin merayakan di Saji, restauran Indonesia yang terkenal di sana. Ini saya mendapatkan rekomendasi dari Rani yang tinggal di Copenhagen. Ternyata, restaurannya tutup karena mereka sedang pergi liburan. Ya sudah, memang pas waktunya jadi kami rayakan di Landskrona saja.

Restaurant yang kami tuju (cuma jalan kaki dari rumah menginap) ternyata penuh dan baru ada tempat jam 8. Kami sudah sangat lapar. Jadi kami ke restaurant sebelah. Masih ada, cuma sistemnya buffet. Kami lihat menunya ok lah, BBQ an. Anak – anak bisa makan juga. Jadi kami makan di sini. Saya bertanya pada petugas yang memanggang, apakah ada menu yang bukan babi. Kok ya, pas banget. Yang bagian memanggang ini orang Islam. Jadi dia bilang akan memanggangkan ayam buat saya tapi di pemanggangan yang berbeda, bukan barengan dengan pemanggangan untuk babi. Saya disuruh menunggu sebentar. Alhamdulillah, tanpa harus menjelaskan, dengan melihat jilbab saya dia paham. setelah menunggu beberapa saat, dia datang dari dapur dengan ayam panggang spesial yang dipanggangkan khusus untuk saya. Hal yang nampak simpel seperti ini, buat saya sangat berarti. Saya mengucapkan banyak terima kasih buat dia.

Sebelum makan, anak – anak mengucapkan kembali (karena pagi hari mereka sudah mengucapkan) selamat ulang pernikahan untuk Ibu dan Papa, lalu mereka mencium kami bergantian. Saya dan suami saling mengucapkan juga diselingi dengan doa baik semoga pernikahan ini selalu diberikan banyak berkah, bisa menjadikan jalan berkah untuk orang lain, bisa saling menopang dalan duka dan tidak berlebihan dalam suka, diberikan kesehatan yang baik untuk satu keluarga, diberikan kelimpahan rejeki material dan non material, dikelilingi cinta dari orang – orang tersayang, dijauhkan dari bala, dan langgeng sampai berlangsung lama usia pernikahan kami.

Hari ini ditutup dengan melihat matahari terbenam dari tepi pantai.

Sebelas tahun bukan waktu yang cukup lama karena kami menjalani semuanya bersama. Malah kami suka kaget sendiri, lho kok sudah sebelas tahun. Sepertinya baru kemaren ini kami melaksanakan pernikahan di depan penghulu. Sebelas tahun rasanya sangat sebentar. Memang tidak selalu ada pelangi di pernikahan ini, tapi sebelas tahun saya rasakan adalah bahagia. Alhamdulillah diberikan jodoh suami yang sabarnya seluas dunia. Mendukung sepenuhnya apa yang ingin saya jalani selama itu membuat saya bahagia. Jadi Bapak terbaik untuk anak – anak. Semua sudah cukup untuk saya. Kami jalani semua penuh rasa tenang, syukur, dan bahagia.

Semoga kami berjodoh panjang sampai berpuluh tahun kemudian.

  • 9 Agustus 2025 –

*Tahun lalu, 10 tahun pernikahan, kami rayakan di Zator, Polandia. Ceritanya bisa dibaca di sini.