Serba Serbi Musim Panas di Belanda (Tahun 2018)

Judulnya diberi tahun, siapa tahu tahun 2019 ada cerita unik lainnya pada saat musim panas.

Saya akan menuliskan beberapa hal yang terjadi akhir-akhir ini berkaitan dengan musim panas di Belanda. Tentu saja subyektif dari pengamatan, pengalaman saya dan beberapa baca dan melihat berita di TV.

  • Panas Terlama dan Terkering Sejak Tahun 1976

Seingat saya, sejak pulang dari Portugal awal April 2018, Matahari hampir setiap hari nyentrong. Meskipun suhunya masih berkisar di bawah 15ºC (rata-rata 13ºC selama bulan April), tapi rasa ke kulit mulai menghangat. Saya sudah mulai berani keluar rumah tanpa jaket. Hanya kaus lengan panjang. Hujan masih sesekali datang, tapi tidak sering. Memasuki bulan Mei, suhu mulai naik diatas 15ºC, sekitar 17ºC-20ºC. Ini saya mulai merasa gerah. Tapi masih bisa ditolerir. Pada bulan Juni, suhu mulai naik diatas 20ºC dan ini rasanya stabil sampai saat ini. Maksudnya stabil naik diatas 20ºC. Pernah sesekali dibawah itu, tapi tidak banyak. Nah parahnya suhu 24ºC ditambah angin yang tidak terlalu banyak, malah membuat cuaca makin terasa panas. Kalau mengutip kata Maya, Matahari seperti ada 9 saking panas dan nyentrongnya. Mungkin yang di Indonesia berpikir bahwa suhu 24ºC saja kok lebay sekali sih sampai dibilang panas menyengat. Percayalah, panasnya sudah sangat mirip dengan panas di Surabaya, Jakarta dan Makassar. Kenapa saya menyebut 3 kota tersebut, karena memang saya punya pengalaman tinggal di 3 kota yang katanya masuk bagian kota terpanas di Indonesia.

Kalau cerita yang saya sebutkan di atas cuaca masih tergolong Warm, minggu ini sudah masuk ke Tropisch Warm. Suhu sudah mencapai diatas 30ºC. Tiga hari terakhir panasnya ga ketulungan, ga kira-kira, ga masuk akal. Bahkan kemarin dan hari ini, saya menyebut suhu 31ºC di sini rasanya persis saat Surabaya pernah mencapai suhu 42ºC. Waktu itu saya sedang kuliah di Surabaya, jadi tahu persis rasanya blingsatan kepanasan. Sampai saya harus mengungsi ke kampus ngadem di ruangan ber AC, yang parahnya ruangan itu ga ada rasa dingin. Akhirnya saya melipir ke Perpustakaan, mencari ruangan paling dingin. Nah, dua hari terakhir rasanya seperti itu. Serba salah di rumah. Padahal sudah ada tiga kipas angin dan satu AC. Tetap saja rasanya ga ngefek. Akhirnya saya seringnya leyeh-leyeh di halaman belakang memakai pakaian seminim mungkin. Gerah luar biasa. Beberapa hari ini juga kami jadi doyan main air di kolam plastik yang agak besar ternyata ukurannya di halaman belakang. Lumayanlah ngadem sambil mainan air, berenang kecil-kecilan.

Saya yang biasanya tidak suka dengan es teh, beberapa terakhir ini minumnya es teh terus (tanpa gula). Dan rasa haus seperti tidak pernah berakhir. Sampai saya halusinasi ada tukang jual es degan lewat depan rumah. Untungnya saya masih bisa makan soto Madura super pedas sambelnya, dikasih teman. Besok rencana saya ingin buat rujak sepedas mungkin, makan di halaman belakang bawah pohon pakai tikar. Duh sedap!

Soto Madura
Soto Madura

Kamis dan Jumat esok ini, diperkirakan suhu di Belanda akan mencapai 37ºC, bahkan di beberapa wilayah sampai 40ºC. Bisa dibayangkan itu rasanya seperti apa. Semoga kami bisa melewati ini meskipun keringetan, pliket, dan haus sepanjang hari. Menurut sumber berita yang saya baca, tahun 2018 ini adalah musim panas dengan intensitas matahari nongol paling lama dan paling kering sejak terakhir tahun 1976. Jadi ini musim panas terkering sejak 40 tahun terakhir. Ada beberapa wilayah di Belanda (dan juga beberapa negara di Eropa) yang saking keringnya hutan atau rumput sampai terbakar. Bahkan di berita saya lihat, ada beberapa bagian rumah sampai retak karena cuaca yang sangat panas.

  • Kipas Angin Seperti Kacang Goreng

Kipas angin adalah benda yang paling banyak diburu. Saking banyaknya permintaan, penjualannya seperti kacang goreng, laris manis bahkan sejak bulan Juni sudah banyak yang tidak tersedia di gudang. Suami membeli kipas angin sejak musim panas tahun kemarin. Hanya satu, itupun ditaruh diruangannya. Ini kipas angin yang menurut saya harganya tidak masuk akal saking mahalnya. Walaupun memang putarannya kencang, sampai volume 5. Nah, karena tahun ini panasnya lebih membara, beberapa bulan lalu dia memutuskan untuk membeli AC karena kipas angin diruangannya tidak nampol lagi. Akhirnya kipas angin tersebut ditaruh di ruang bawah. Lumayan, semilir angin. Lalu permasalahan lain muncul. Kalau malam hari, panasnya minta ampun. Jam 12 malam sampai jam 2 dini hari saya rasa puncak paling gerah karena saya selalu terbangun. Nah, kami merasa kalau kami membutuhkan dua kipas angin tambahan untuk dua kamar tidur. Untungnya di Hema dekat rumah sedang ada diskon kipas angin, tinggal dua pula. Langsung kami beli semua. Untunglah minggu lalu kami beli dua kipas angin tersebut. Kalau tidak, bakalan bingung kami kemana harus beli kipas angin karena barang ini jadi langka di Belanda. Kecuali beli online, ada yang bisa mengantarkan cepat (informasi dari seorang kenalan).

Walaupun kipas angin yang kami beli di Hema tidak sefantastis kipas angin mahal yang dibeli di Mediamarkt, tapi lumayanlah daripada tidak ada sama sekali. Lagian, ada harga ada rupa. Beli yang murah mintanya kenceng :)))

  • Gedung Tanpa AC

Kalau kali ini cerita dari suami. Karena Belanda ini terkenal sekali dengan intesitas hujan yang sering dan dingin serta berangin, maka gedung-gedung kebanyakan didesain (terutama gedung-gedung lama) tanpa jendela dan tanpa pendingin ruangan. Jadi kebayang kan ya bagaimana rasanya kalau sedang panas cetar seperti sekarang ini. Orang-orang yang kerja di gedung-gedung tersebut seperti dipanggang rasanya saking panasnya. Suami bilang, sampai dulu dia kerja di gedung tersebut tidak konsen sama sekali. Diberi kipas angin pun tidak menolong banyak. Bukan hanya gedung perkantoran, beberapa apartemen meskipun memiliki jendela, tetapi lantainya tidak bisa menyerap panas malah memantulkan panas. Kalau begini, beruntung rumah kami lantai paling bawah terbuat dari ubin. Jadi kalau siang, saya seringnya kelesetan ngadem. Walaupun diberi tatapan penuh tanda tanya oleh suami, ngapain tidur di lantai. Belum tahu aja dia, bayi di Indonesia sudah diajari sejak dini tidur di lantai.

  • Angkutan Umum Penuh Sesak

Ini terutama pada saat akhir pekan yang namanya angkutan umum penuh sesak apalagi tram dan bus yang jurusan ke kota dan ke pantai. Saking sesaknya tram dan bus, saya sampai merasa bukan berada di Belanda tapi rasa di Jakarta saat naikTransJakarta dan KRL. Mau naik ke atas tram saja susah karena orang sudah berdiri di tangga depan pintu masuk. Di dalam tram apalagi, sudah sangat dempet-dempetan. Belum lagi bau badan yang aduhai semerbak beraneka macam aroma. Sebagai catatan, walaupun saya pernah menasbihkan diri sendiri di blog ini kalau malas mandi, tapi sejak panas tak kira-kira, jadi rajin tiap hari mandi. Malah beberapa kali sehari mandi dua kali. Suami saja sampai terheran. Dipikir kesambet Jin dari mana. Dan setelahnya saya pakai deodoran supaya kalau keringetan bau badan tidak menyengat.

  • Kegiatan BBQ an Dimanapun Berada

Kalau cuacaya sedang bersahabat, maksudnya bukan panas yang menyengat, saya senangnya petakilan ke luar rumah. Paling sering ya goler-goler di taman atau danau dekat rumah. Nah, saya perhatikan sepanjang matahari selalu nongol, kegiatan bakar-bakar atau BBQan bukan hanya dilakukan di rumah, tapi di manapun asalkan ada tempat yang memungkinkan. Contohnya : di pinggir sungai, di taman, di danau bahkan di padang rumput. Kalau di danau dekat rumah, sampai ada yang bawa bukan hanya alat pembakarnya tapi juga kompor, wajan dan meja untuk makan. Luar biasa memang. Sementara kami seringnya cuma berbekal gorengan yang saya buat beberapa saat sebelumnya. Misalkan dadar jagung.

Piknik ala kami di danau bawa dadar jagung. Selalu di bawah pohon, maklum saya takut panas haha
Piknik ala kami di danau bawa dadar jagung. Selalu di bawah pohon, maklum saya takut panas haha
Sewaktu BBQ an di rumah teman
Sewaktu BBQ an di rumah teman
  • Jadwal Undangan Akhir Pekan Penuh Sejak Dua Bulan Sebelumnya

Sebelum memasuki musim pans, jadwal undangan di akhir pekan kami sudah penuh sampai dua bulan ke depan. Jadi sejak Juni sampai akhir Juli jadwal sudah terisi sejak bulan Mei. Di sini kalau mengundang atau janjian minimal sebulan sebelumnya. Dan dalam pilihannya cuma ada dua : bisa datang atau tidak bisa datang. Tidak ada pilihan Insya Allah (pilihan ngambang). Kalau memang nanti dekat acara atau pas hari H ada sesuatu yang sangat penting yang tidak bisa ditinggalkan dan mendadak, ya itu sudah diluar kuasa dan pihak pengundang akan sangat mengerti jika ada keadaan mendadak lalu ada yang membatalkan kedatangan. Mengapa konfirmasi kedatangan sangat diperlukan, itu menyangkut salah satunya dengan konsumsi yang akan disediakan.

CERITA TAMBAHAN

Ini tidak berkaitan langsung dengan poin-poin di atas. Tapi karena terjadi di musim panas, maka lebih baik saya tuliskan jadi kapan-kapan bisa dibaca ulang. Jadi kemarin saya bertemu dengan salah satu dosen saat saya kuliah S2 di Surabaya. Beliau ini Professor dalam bidang Data mining atau Metaheuristik saya juga tidak jelas pasti. Yang pasti dua mata kuliah itu tingkat kesulitannya sudah diatas rata-rata, buat saya. Nah, Beliau pernah mengajar Statistik dan ketika perkenalan satu persatu mahasiswa yang ada di kelas, saat giliran saya selesai, Beliau langsung bilang, “Deny, kamu tidak usah ikut kuliah saya. Sudah pasti kamu lulus. Nanti kalau kamu ikut kuliah saya, kalau saya ada yang tidak benar menjelaskan kamu protes terus dan teman-temanmu jadi tidak percaya diri karena nilaimu selalu bagus. Statistik itu usah lho, kecuali buat kamu karena kamu lulusan sana.” Saya waktu itu langsung bingung, ini Beliau becanda atau serius ya, karena nada bicaranya serius sekali. Setelah kelas, saya langsung menghadap Beliau menanyakan perihal yang dikatakan di kelas. Tetap dengan nada yang serius Beliau menjawab, “Ya terserah kamu. Saya tidak mewajibkan kamu ikut kelas saya.” Makin ga jelas haha. Setelah 2.5 tahun di sana, makin kenal saya dengan Beliau yang ternyata suka becanda tetapi wajahnya serius. Nah, Beliau ini juga yang memberikan rekomendasi ke saya saat mengajukan double degree ke NTUST Taiwan. Saya lolos tapi ada beberapa pertimbangan akhirnya tidak saya ambil dan memilih menyelesaikan kuliah S2 saya tetap di kampus yang sama.

Nah, Beliau sedang liburan ke beberapa negara di Eropa sekaligus ada tugas kerja di Paris. Beliau mampir ke Belanda dan menyempatkan untuk ke Den Haag. Beliau dan istri setelah kami tunjukkan beberapa tempat di Den Haag kota, lalu kami undang makan malam di rumah. Senang sekali saya ketemu dengan Pak Budi, nama Beliau. Banyak cerita-cerita bermakna yang Beliau dan Istri sampaikan pada kami. Selain itu, Beliau juga aktif menulis di beberapa kolom di koran, baru saja menyelesaikan novelnya, serta aktif di grup musik. Saya suka kagum dengan orang seperti Beliau. Serasa energinya tidak habis dan talentanya banyak. Semoga saat saya ke Surabaya dan ke kampus untuk mengambil ijazah, saya bisa bertemu lagi dengan Beliau.

Menu saat makan malam lupa saya foto saking menyenangkannya pembicaraan kemarin. Kami menikmati urap sayur, sambel trasi, sambel goreng pete, ayam panggang, tahu tempe goreng. Seperti inilah penampakannya kalau sedang arisan dalam satu piring.

Menu tadi malam
Menu tadi malam

Oh iya, sebelum menutup postingan yang ternyata lumayan panjang ini, Anggur di halaman belakang berbuah sangat lebat. terbayang di bulan Agustus nanti kami pesta anggur saking banyaknya.

Penampakan Anggur-anggur di salah satu sisi halaman belakang
Penampakan Anggur-anggur di salah satu sisi halaman belakang

Musim panas akan berakhir masih sekitar satu bulan lebih. Semoga kami semua yang di sini kuat melewati setiap harinya, diberikan kesehatan yang baik dan tidak tumbang sakit karena panas yang menyengat. Musim panas kali ini adalah keempat buat saya dan super luar biasa dahsyat panasnya.

Bagaimana cuaca di tempat kalian?

-Nootdorp, 25 Juli 2018-