Hubungan Antara Saya, Sejarah, dan Museum

Saya tidak ingat kapan pertama kali mengenal museum. Mungkin saat kami sekeluarga jalan-jalan ke Jakarta sewaktu saya masih kecil (sekitar umur 7 tahun kayaknya). Bapak dan ibu sering mengajak anak-anaknya jalan-jalan ke Jakarta karena memang banyak keluarga Ibu yang tinggal di sana. Beberapa museum yang kami kunjungi waktu itu ya seputar museum yang di Monas, Lubang Buaya (ini museum kan ya), beberapa museum yang ada di TMII (termasuk museumnya Ibu Tien). Seingat saya hanya itu. Ingatan saya tentang museum yang dikunjungi waktu kecil tidak terlalu bagus. Membosankan, menakutkan, dan membuat saya sedih. Apalagi waktu ke Lubang Buaya, entah kenapa saya selalu ketakutan sekaligus sedih ketika di sana, tapi ya entah kenapa juga tetap berkali-kali mau diajak ke sana lagi. Nah, karena pengalaman masa kecil yang tidak terlalu bagus dengan museum, akhirnya saya tumbuh menjadi orang yang tidak suka kalau ada yang mengajak ke museum. Saya takut terbawa sedih karena saya memang mikiran orangnya. Ditambah lagi, minat saya terhadap sejarah juga tidak terlalu tinggi. Saya sudah terlanjur setia dengan angka-angka. Meskipun saya tidak terlalu suka pelajaran sejarah, tapi nilai-nilai saya pada mata pelajaran sejarah lebih tinggi dibandingkan fisika *misteri yang tak terpecahkan.

Itu cerita dulu, sebelum saya mengenal suami. Awal kenal dia dan tahu latar belakang pendidikannya adalah sejarah serta memang passionnya di sejarah (juga musik), sempat terpikir juga ini nanti kami nyambung apa tidak ya ngobrolnya karena saya kalau sudah diajak ngobrol tentang sejarah ciut duluan. Pengetahuan saya tentang sejarah sangatlah minim, bahkan sejarah bangsa sendiri. Masing-masing orang memang minatnya berbeda-beda ya dan saya tidak memaksakan diri untuk menyukai sesuatu yang memang datangnya tidak dari hati. Saya berpikir nanti akan ada saatnya saya akan tertarik minimal membaca sesuatu yang berhubungan dengan sejarah. Nah, suami suka sekali yang namanya berkunjung ke museum. Dia selalu berbinar-binar kalau sudah berada di museum, anteng sampai lupa waktu. Awal-awal, saya tersiksa menemani dia berkunjung dari satu museum ke museum lainnya.

Ketika pertama kali ke Surabaya, dia bertanya museum apa yang bisa dikunjungi. Dia agak terkejut ketika saya bilang tidak pernah berkunjung ke museum sama sekali selama belasan tahun numpang hidup di Surabaya. Dan baru dengan dia lah saya masuk ke House of Sampoerna (padahal dulu pernah kerja di perusahaan rokok ini) dan museum Sepuluh Nopember. Ketika pertama kali saya berkunjung ke Belanda, dia ajak saya berkunjung dari satu museum ke museum yang lain, dari Rijksmuseum, Anne Frank House, dua museum lainnya saya lupa namanya. Diantara beberapa museum tersebut, Anne Frank House yang membuat saya sampai menangis. Dan setelahnya saya jadi tertarik dengan sejarah yang berhubungan dengan Nazi. Apalagi setelah mengunjungi Camp Westerbork, kepala saya langsung pusing membaca cerita dan melihat camp transit pada saat Nazi ada di Belanda, membayangkan bagaimana keadaan jaman dulu bersempit2-sempitan dengan banyak orang di satu ruangan kecil dan perlakuan yang mereka dapatkan.

Setelah menikah, selama 6 minggu kami melakukan perjalanan dari Bali sampai Bandung dengan menggunakan segala macam alat transportasi, seperti kereta api ekonomi, bis ekonomi, kapal laut, kereta api eksekutif, sampai pesawat terbang. Selama perjalanan tersebut, tentu saja suami ingin berkunjung ke museum di setiap kota, jika memungkinkan. Dari lebih 10 museum yang kami kunjungi, yang paling berkesan buat saya adalah Ullen Sentalu di Jogjakarta dan Museum Gajah di Jakarta. Kalau di Ullen Sentalu karena perjalanan menuju kesananya yang berkesan harus berganti beberapa kali bis dan pulangnya sudah tidak ada kendaraan lagi sehingga kami harus menumpang sepeda motor orang. Ullen Sentalu sendiri meninggalkan kesan mendalam karena cerita silsilah Dinasti Mataram, budaya, dan koleksi bermacam batik (serta makna masing-masing coraknya) juga lukisan. Karena terkesan dengan kisah yang disampaikan oleh pemandunya, sampai tidak terasa kalau berkeliling Ullen Sentalu sudah berakhir. Tidak boleh berfoto di dalamnya karena menyangkut koleksi pribadi. Sedangkan Museum Gajah yang ada di Jakarta baru saya kunjungi ya setelah menikah dengan suami, padahal selama 6 tahun lebih tinggal di Jakarta dan sering wira wiri depan Museum Gajah, tidak satupun tergerak hati untuk masuk ke dalam. Ternyata di dalam, bagus sekali isinya terdiri dari benda-benda kuno dari seluruh Nusantara beserta sejarahnya. Saya membaca satu persatu dan amati satu persatu benda-benda yang ada di sana. Hampir seharian kami berkeliling Museum Gajah. Saya jadi belajar banyak hal.

Ullen Sentalu. Cuma di sini yang diperkenankan foto
Ullen Sentalu. Cuma di sini yang diperkenankan foto

Nah, mempunyai blog ini dan beberapa kali menuliskan tentang cerita perjalanan kami setelah liburan, mau tidak mau membuat saya juga harus sedikit melek sejarah. Sebelum bepergian, saya banyak mencari tahu tentang tempat-tempat yang akan kami kunjungi. Minimal tahu ceritanya ini tempat apa. Dan ketika akan menuliskan cerita tersebut dalam blog, sebelumnya saya juga melengkapi informasi supaya apa yang saya tuliskan ada nilainya, minimal membuat saya banyak belajar tentang tempat-tempat tersebut. Padahal dulu tidak sedalam itu saya menggali informasi karena memang dulu setelah bepergian, ada fotonya, selesai. Tidak ada keinginan untuk mencari tahu lebih dalam tempat itu. Entah kenapa sekarang saya lebih ingin tahu. Secara tidak langsung, keinginan untuk belajar sejarah dan masuk museum memang tertular dari suami. Bagaimana tidak, di ruangan perpustakaan kecil kami di rumah, buku-buku sejarah punya suami lebih mendominasi daripada buku-buku saya. Akhirnya saya jadi penasaran dan mencoba membaca meskipun tidak pernah sampai tuntas.

Kalau tahun kemarin saya disibukkan dengan persiapan ujian bahasa Belanda sehingga perhatian saya seluruhnya tercurah untuk belajar bahasa Belanda, sehingga intensitas kami ke museum juga berkurang dibandingkan tahun 2016, mungkin sekitar 15 museum (total dengan yang kami kunjungi ketika ke Italia dan Perancis). Saya juga minta ke suami untuk berkunjung ke museum tentang lukisan saja karena saya lebih tertarik ke lukisan. Kami pernah ke Bronbeek Museum yang ada di Arnhem, pulangnya kepala saya jadi nyut-nyutan karena memang isinya sarat tentang sejarah, jadi banyak informasi yang harus dibaca. Saya jadi puyeng sendiri sekaligus sedih setelah keluar dari sana. Kembali lagi, saya itu suka mikir kalau ke museum yang isinya sarat tentang sejarah, jadi mikir jaman dahulu seperti apa. Makanya saya lebih senang ke museum yang isinya tentang lukisan atau kalau misalkan yang murni sejarah saya tertarik yang ada hubungannya dengan Nazi meskipun ujungnya tetap sedih.

Nah, tahun ini saya ingin belajar sesuatu yang baru. Awalnya saya sudah mempersiapkan diri untuk kuliah lagi di jurusan dan universitas yang sudah saya incar sejak bertahun-tahun lalu. Tapi karena satu hal, untuk sementara kembali ke bangku kuliah di tahun ini bukan pilihan tepat. Nanti kalau waktunya sudah memungkinkan, kembali kuliah akan kembali menjadi prioritas. Akhirnya saya mencanangkan, 2017 sebagai tahun museum karena saya ingin mengunjungi sebanyak mungkin museum yang ada dan sebanyak mungkin untuk belajar sejarah. Saya suka terkagum dengan anak-anak kecil di sini yang sudah diajarkan untuk suka museum sejak dini. Jadi bersemangat juga selain karena memang museum-museum yang ada di sini itu asyik sekali tempatnya, bersih dan terawat. Nyamanlah pokoknya, jadi saya ingin memanfaatkan semaksimal mungkin. Nah, untuk memecut diri sendiri supaya semangat, saya membeli museumkaart seharga €59.90 yang bisa dipakai selama setahun di lebih 400 museum yang ada di Belanda. Tinggal pilih saja mana museum yang akan dikunjungi. Bayangkan betapa hematnya saya punya kartu tersebut bisa dipakai setahun padahal kalau beli ketengan masuk museum di sini rata-rata harganya €10 per museum. Selain museum, saya juga ingin mendatangi tempat-tempat bersejarah sekitar Den Haag minimal, seperti Het Binnenhof dan De Ridderzaal (tempat diadakan Konferensi Meja Bundar) atau tempat-tempat lainnya.

Minggu kemarin, saya dan suami memanfaatkan fasilitas gratis masuk museum yang diadakan oleh Gemeentemuseum tempat diadakan pameran karya-karya Piet Mondriaan dan kawan-kawannya yang mempelopori De Stijl. Saya yang selama ini cuma mengerti sepintas warna warni lukisan Mondriaan tapi tidak ngeh sejarah dibaliknya, setelah kunjungan ke museum minggu lalu, jadi sedikit banyak mengerti sejarah De Stijl. Itupun harus dijelaskan berkali-kali oleh suami supaya saya mengerti benang merahnya (memang agak lama otak saya memproses cerita sejarah, harus diulang-ulang).

Salah satu lukisan Piet Mondriaan yang terkenal, yang terakhir dan belum sepenuhnya selesai yaitu Victory Boogie Woogie
Salah satu lukisan Piet Mondriaan yang terkenal, yang terakhir dan belum sepenuhnya selesai yaitu Victory Boogie Woogie

Lalu hari Senin saya ikut tour masuk ke dalam De Ridderzaal yang sampai saat ini masih difungsikan sebagai tempat berlangsungnya acara kenegaraan seperti Prinsjesdag (Hari saat Raja membacakan kebijakan pemerintah untuk kerja parlemen setahun ke depan) dan pernah dijadikan tempat pelaksanakan Konferensi Meja Bundar. Ada rasa haru waktu masuk ke dalam dan diterangkan satu persatu sejarah dan fungsi tempat ini oleh pemandunya. Haru karena bisa melihat secara dekat dalamnya yang selama ini hanya bisa dilihat di TV, sejarah bangunan ini, dan membayangkan dulu di tempat ini dilaksanakan KMB. Tour juga mengunjung ruangan Eerste Kamer (Senat) dan Tweede Kamer (Parlemen). Sewaktu ke gedung Tweede Kamer tidak diperkenankan membawa Hp atau Kamera karena semua barang harus disimpan di dalam loker. Masuknya pun diperiksa secara ketat harus lepas sepatu segala. Pengalaman hari Senin sangatlah menyenangkan karena saya bisa melihat secara dekat gedung yang sering saya lewati dan dalamnya selama ini saya lihat dari TV, mengerti sejarahnya, dan juga diperlihatkan cara kerja parlemen.

De Ridderzaal
De Ridderzaal

Ruangan Senat (De Eerste Kamer)
Ruangan Senat (De Eerste Kamer)

Mudah-mudahan niat baik dan keinginan saya untuk belajar sejarah mulai tahun ini dan berkunjung ke banyak museum tidak hanya hangat di depan tetapi konsisten minimal sepanjang tahun. Meskipun saya akan mengunjungi museum sendirian tanpa ditemani suami (karena dia sudah masuk ke banyak museum di Belanda *ya iya, lha dia sudah mulai ke museum sejak kecil), tapi saya tetap semangat. Selama saya masih memungkinkan untuk melakukan aktivitas tersebut, maka saya akan maksimal melakukannya karena ternyata menyenangkan. Mungkin nanti ada saatnya rehat sebentar, tapi minimal sudah ada keinginan dalam diri untuk belajar sejarah.

Kalau kamu, ada cerita tentang museum atau sejarah?

-Nootdorp, 14 Februari 2017-

41 thoughts on “Hubungan Antara Saya, Sejarah, dan Museum

  1. Aku sich senang ke museum hanya buat sekedar tau. Karena museum disini nga begitu menarik. Kalau ke museum hanya ada pajangan trus keterangan kecil dibawahnya. Itu nga buat kita jadi haus akan apa dibalik pajangan tersebut. Padahal kalau diilustrasikan sejarahnya kan keren bangat. Aku ngebayangin dari satu lukisan Diponegoro aja kalau pakai ilustrasi gitu pasti keren dech.

    1. Mudah-mudahan kedepannya museum di Indonesia lebih diperhatikan ya untuk menarik minat masyarakat mengunjunginya. Sayang soalnya banyak museum di Indonesia dan harusnya banyak masyarakat yang bisa datang berkunjung, hanya minat terhadap museum masih belum tinggi ya.

  2. Karyanya Piet Mondriaan itu akhir-akhir ini kayaknya kembali cukup ngetren ya. Cover disertasiku juga sedikit banyak terinspirasi dari pola color block-nya itu, ahahah πŸ˜† *lost focus*

    Btw, di Indonesia memang rasanya museum kurang diminati ya.

    1. Beberapa bangunan di Den Haag sampai diganti warna warna Mondriaan termasuk Stadhuisnya saking totalitas merayakan 100 tahunnya bersama De Stijl. Seruu lihatnya. Waah seruuu Ko ternyata kamu juga terinspirasi dari polnya Mondriaan.

  3. Museum di belanda keren-keren. Muridku selalu kusarankan masuk ke berbagai museum di sana dan kalo perlu beli museumkaart. Salah satu yg berkesan adalah museum speelklok di Utrecht.

    1. Iya, museum di sini bagus-bagus sampai orang yang ga suka museum kayak aku akhirnya jadi berminat setelah di sini. Wah, Speelklok ya, aku catat. Thanks rekomendasinya.

  4. Den seru banget kamu sudah berkunjung ke banyak museum, liat foto yang di ulen sentalu suka deh aku sempat kesana bagus isinya juga πŸ™‚
    kalau aku memang penggemar museum entah kenapa ngeliat sukaa aja biarpun kadang hanya memandang.. pernah seharian pergi itu bener2 museum ke museum untungnya adik ipar waktu itu manut2 aja πŸ™‚

    1. Belum terlalu banyak ini Sari. Harusnya kalau sudah punya museumkaart aku pengen berkunjung paling nggak dua museum setiap bulan. Sayang sudah bayar haha. Waahh kamu ternyata penggemar museum ya. Seruuu Sari.

  5. Aku juga dulu sempet males banget sama museum, gara2 ngeliatnya museum di sini yang dulu ga terawat banget. Untung sekarang udah jauuuh lebih bagus, menarik, & interaktif. Tiap liburan ke luar aku pasti mampir ke museum, wah seru banget deh kalo udah ke museum. Apalagi museum sejarah, jadi suka ngebayangin kejadian2 sejarahnya, orang2nya, kisah2nya, dll πŸ˜€

    1. Iya Dixie, dulu karena museum2 di Indonesia belum terlalu terawat, jadi malas ya mengunjunginya. Sekarang nampaknya sudah mulai berbenah mereka. Aku melek museum ya sejak kenal sama suami haha. Keren Dixie kamu sempat mampir ke museum. Aku kalau perginya sama suami, ngintil ikutan ke museum. Tapi kalau pergi sendiri, hampir ga pernah ke museum haha.

  6. Deny, hubunganmu dengan museum dan sejarah erat bangettttt. Jadi inget almarhum Bapak yang dari kecil hobi bgt ngajak anak2 nya ke berbagai museum :). Ullen sentalu bagus ya Den, aku nggak bosen2nya kesana, dan dua kali ajak teman dari luar negeri (Belanda dan Jepang) kesana. Mereka juga kagum bgt liatnya. Di melb ini juga banyak museum menarik.. interaktif pula. Foto2 yang kamu pajang disini cantik2 Den, bikin pengen berkunjung juga πŸ™‚

    1. Ga seerat hubunganku dengan suami Dil hahaha *kriikk kriikk. Thanks Dila!
      Ahh senangnya Almarhum Bapak mengenalkan museum ke anak-anak nya sejak kecil jadi sudah melek museum sejak kecil ya. Kalau aku sejak kecil meleknya makanan hahaha lha di Situbondo kayaknya ga ada museum. Kalau ada waktu, coba Dil tolong ditulis di blog museum2 yang pernah dikunjungi di Melb.Pengen tahu seperti apa museum di sana.

      1. Dulu awaaaal bgt pindah kesini padahal pernah nulis satu museum lho, Den. Tapi gak kelar . Doain bisa nulis aneka museum kalo gitu ya, siji wae ora rampung2 ihihi

  7. Aku juga suka banget Museum Ullen Sentalu.. Entah udah ke sana berapa kali.. tapi masih belum hapal kepanjangan Ullen Sentalu hahaha..
    Mbak kapan itu ke Jogjanya?
    Setahun berasa kurang banget di Belanda buat ngunjungin museum2. Aku punya museumkaart jadi makin semangat. πŸ˜€

    1. Itu pas setelah kawin Icha ke Jogja, 3 tahun lalu haha. Selama di Belanda, aku belum pulang sama sekali ke Indonesia. Iyaa betul, punya museumkaart rasanya pengen dimasukin semua museum2 di Belanda ini, andaikan cukup waktunya dalam setahun.

  8. Cerita yang berkesan..aku termasuk suka museum, dari yg terawat sampai yg angker aplg tp kalau jalan suka dianaktirikan rombongan krn nyarinya selalu tempat bersejarah…benda2 unik..cerita menarik..padahal di luar negeri museum banyak yg gratis ya bagus2 pula..

    1. Iya, di LN museum banyak yang gratis untuk hari2 tertentu bhkan di Inggris atau London ya museumnya banyak yang gratis tapi tetep bener2 dijaga dan dirawat sebaik mungkin. Salut

  9. Wah Deny, sama banget aku ga suka sejaraaahhh! *tos dulu ah* Aku suka ke museum tapi kalo banyak bacaan sejarah suka aku skip sambil mikir “Ya udah sik,mari kita move on!” Hahaha… Dan aku sukaaaa banget banget sama museum seni. Liat fotomu yang Mondrian aja aku sampe ngiler. Itu Mondrian baru beres ngewarnain tapi belom sempet garis-garisin ya? Penggarisnya ilang apa? Hihihi…
    Nyesel waktu di Belanda dulu ga blusukan ke museum, lebih banyak blusukan ke bar dan music venue (maklum anak kampung, di Bandung ga banyak bar). Tapi aku sempet ke Vermeer museum di Delft. Well, Vermeer itu salah satu pelukis favoritku sih karena dia suka pake background peta. Udah gila ngelukis peta segitu detilnya πŸ˜€ Tapi beneran museumnya di Delft seru banget, aku belajar banyak bagaimana Vermeer mengapresiasi cahaya buat lukisannya.
    Ullen Sentalu emang bagus ya, aku juga betah. Wedangnya enak *loh* Udah pernah ke museum Geologi di Bandung belom? Itu juga salah satu yang bagus.
    Tapi tentunya museum favoritku sepanjang masa adalah MoMA New York πŸ™‚

    1. Toss dulu Dit ga suka sejarah haha. Tapi emang mau dipaksa bagaimanapun ga bisa aku untuk bener2 tekun di sejarah. Baca sehalaman dua halaman aja langsung nyut2an kepala. Makanya aku bener2 tahu diri kalau sejarah mungkin memang bukan jalan hidupku, cukup kawin dengan orang yang museum freak dan history nerd ajalah sebagai jalan hidupku *hasekkk :)))
      Yang Mondriaan, pas aku termangu di lukisan dia yang warna warni ini, suamiku langsung nyelutuk “pasti kamu lagi mikir ini kayak kerjaan anak TK ya” huahaha buyaarr kesan serius yang aku tampilkan pas mengamati lukisannya :))) Nah, aku tuh lebih senang mengamati seni, lukisan. Semaki abstract aku semakin mikir “gila, jenius banget ya mereka bisa bikin ginian yang ga semua orang ngerti maksudnya apa tapi nyampe gitu lho ke mereka, mikirnya bisa dalem banget”. Vermeer aku juga suka, dan tau ga, aku suka nongkrong deket Vermeer museum, tepatnya depan gereja yang di deket situ. Buat nyari sinar matahari haha.
      Kami pernah ke museum Geologi, aslinya ga direncanakan karena butuh tempat ngiyup pas kehujanan deket2 situ haha. Pas masuk, whoaaa keren bangeett. Itu dinosaurus gedeee banget ya yg di lantai bawah. Pas di lantai atas kami main apa yg ada gempa2nya. Nah, museum yg kayak gini aku suka. Pokoknya yang ga banyak sejarahnya deh hehe. MoMA, oke au catat kapan2 kalo nyasar ke NY ((ke NY nyasar))

  10. suamiku cukup suka sejarah, aku ya biasanya cuma tau sekedarnya atau cerita dari dia aja hehe… Btw Mba, kira – kira dua museum yang rekomen untuk dikunjungi di Belanda apa ya? Pengennya ke museum yang ada hubungannya dengan tanah air beta πŸ˜€

  11. Aku sampe gak inget lagi kapan terakhir kali ke museum. Mungkin waktu SMA. Lubang buaya itu bukti kekejaman kesannya kok sadis. Belum ada museum yang berkesan buatku. Tapi aku pasti bakal agendakan museum biar anak cucu kelak bisa (minimal) tau sejarah.

    1. Kalau di Jkt aku beneran terkesan sama museum Gajah. Banyak anak-anak kecil di museum Gajah pas aku ke sana. Kalau pas main ke Bandung, bisa ke museum Geologi, ini juga kece banget dan aku rekomendasikan juga untuk anak-anak karena banyak alat2 yang atraktif.

  12. saya suka sekali deh kota tua, yah termasuk museum. tapi kayaknya benar deh Den, buat yang seusia kita (((( USIA ))) when we were SD, museum yang ada mencekam, gelap, dst dst…saya juga sering diajak papa jalan2x ke museum saat itu plus karyawisata. Waktu anak anak kecil, sering bawa mereka ke TMII, yang bagus menurut saya cuma Museum Air Tawar dan teknologi. Sisanya…sepi dan mencekam. Yang pernah saya kunjungi, Museum BI di Kota Tua Jakarta, Geologi dan KAA (keduanya di Bandung) bagus. Rapih, AC dingin, dan menyenangkan.

    1. Soalnya museum yg di monas itu, kesannya suram gitu Mbak. Yang diaroma itu, jadi aku terkesan kayak angker gitu haha. Museum BI dan Geologi sudah pernah juga. Aku sukaaa pas di museum Geologi, apalagi pas main simulasi gempa di lantai atas hahaha ketagihan. Suamiku sampai heran2, gampang banget istrinya senang cuma main simulator :)))

    1. Eh lhoo, Tristan pindah Belanda kah? Sejak kapan? Waaahh itu blog Tristan sendiri yang tulis? Cuanggihhh. Langsung tak follow. Yuk Tristan kita bareng2 jelajah museum, tapi museum yang fun2 aja. Yang agak berat bikin pusing kepala tante hehe.

      1. makasih ^^ , iya, dia nulis sendiri, punya standard minimal jumlah kata, hahaha, arkeologis wanna be, sukanya yg sejarah2 … museum mana lagi yaaaaaa????

  13. senangnya Den punya kartu museum buat setahun, kalu aku bisa2 tiap minggu ke museum terus deh..
    museum dan taman jadi incaranku kalau ke suatu tempat he.. he…

    Ullen Sentalu itu memang museum yang sangat bagus, sayang nggak punya foto sama sekali biarpun di luar, lagi hujan lebat banget

    .

    1. Iya, Mbak setelah dua tahun di sini akhirnya iat juga untuk punya haha. Ngumpulin niat jelajah museumnya lama. Ini juga kurencanakan paling ga setiap minggu sekali ke museum. Cari ke kota2 yg dekat2 dulu baru yg jauh2. Wahhh, kalau Mbak Monda di sini pasti kalap mau jelajah taman, karena tamannya kece2

  14. Sama kita. Aku dulu ga gitu ngerti dan interest ke museum. Museum di Jakarta aja aku ga pernah masuki. Setelah menikah dengan suami yang sangat menggilai sejarah, dan kalau liburan biasanya dia berusaha mengunjungi museum, membaca keterangan2 di tempat wisata, akhirnya sedikit demi sedikit aku jd terpengaruh. Mulai menikmati dunia museum.

    1. Sama berarti kita Helena haha. Kecipratan kesukaan suami, tapi bagus ya buat kita jadi ngeh sama sejarah sekarang meskipun ya porsinya masih kecil kalau buatku. Tapi paling ngga, minimal tahu daripada sebelumnya ga ngerti sama sekali.

    1. Enak kok Mayang ke museum sendirian. Biar konsen bacanya dan mengamatinya. Kalau ramai2 malah jadi ga konsen.

  15. Wah kebalikan sama mbak, aku malah lebih suka museum sejarah daripada museum seni. Kalo museum seni, apalagi seni kontemporer, aku suka gak paham karena kadang interpretasi si seniman bisa sampe jauh banget sampe aku nggak ngerti xD Untuk Gemeentemuseum, waktu itu aku pernah masuk karena emang ngefans berat sama Piet Mondriaan. Salah satu museum seni bagus yang aku pernah datangi ada di DH juga, museumnya Escher, wah kalo masuk museum itu bisa terkagum-kagum sendiri liat dia bisa canggih banget bikin lukisan yang sarat ilusi optikal.

    Aku lebih suka museum sejarah karena ada ceritanya, jadi bisa sangkut paut in sama kejadian yang terjadi di negara lain pada saat yang sama. Kalo mau kayak gini emang harus banyak baca dan banyak analisis ya, kebiasaan 4 tahun waktu kuliah S1 jadi ke bawa terus sampe sekarang nih xD Hahaha, kalo mbak Deny orangnya mikiran, pergi ke museum sejarah ga usah banyak mikir mbak. Dibawa santai aja, belajar fakta-faktanya, belajar sambungannya gimana dari satu Event ke Event lain… kalo dirasain pasti mewek, apalagi kalo ke Bronbeek… ga lagi lagi deh aku, pulang pulang dari sana rasanya ada yang hilang dari hati #halah

    1. Nah itu dia Crys yang aku suka pergi ke museum seni. Suka terkagum dengan pemikiran senimannya, kok bisaaa menciptakan karya yang ga semua orang paham, mikirnya gimanaa itu kok jenius. Makin abstract karyanya, makin aku pelototin, nyari sisi seninya yang ujung2nya tetep dengan komen : jenisu banget bisa mikir sampai segini abstractnya. Aku sudah ke Escher tahun kemarin. Di sana juga terkesima banget sama bentuk garis2 yang dibuat, apalagi sama sejarah pelukisnya. Pas ke Florence, aku terkagum juga waktu ke museum Uffizi. Wuiihh betah banget aku di sana, isinya lukisan dan patung2. Gemerlap banget lagi dan buessaarr.
      Ga bisa aku ke museum sejarah ga pakai mikir. Maklum, tukang nganalisa jadi segala sesuatunya musti disambung2in haha dan dibawa ke hati, makanya mewek dan puyeng jadinya.

  16. Aku juga takut ke museum lubang buaya waktu liat ada silet yg buat menyayat para pahlawan itu, gak mau lagi deh, museum gajah emang bagus dan suka bgt naik ke puncak monas juga, pokoknya aku suka museum dan impianku semoga suatu saat bisa kemuseum Anne Frank karena aku suka baca sejarahnya, sedih…

    1. Amiinn semoga ya kesampaian ke Anne Frank House. Kalau suka sejarahnya, pasti suka museumnya. Kalau aku dulu kebalik, ke museumnya dulu baru belajar sejarahnya.Karena terus terang, baru ngeh Anne Frank ya pas dibawa ke museumnya.

Leave a Reply to UlfarickCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.