Musim Dingin Yang Beku dan Bersalju

Salju dan langit biru

Musim dingin kali ini saya tidak menaruh harapan salju lebat akan datang. Sudah terbiasa dengan prakiraan cuaca yang memporakporandakan harapan akan turunnya salju, yang ternyata hanya air saja. Seperti tahun – tahun sebelumnya, kalaupun ada salju, biasanya datang dalam bentuk basah alias kalau sudah menyentuh tanah langsung mencair. Selama saya di sini sejak awal 2015, salju yang lumayan lebat datang kalau tidak salah tahun 2017 – 2018. Saat Ibu tinggal di sini selama 3 bulan, Beliau juga sampai setiap hari ke luar rumah untuk menikmati suasana musim dingin yang bersalju. Setelah tahun tersebut, salju yang datang kebanyakan salju basah, paling tidak di sekitar tempat tinggal kami.

Musim dingin awal tahun ini, berbeda. Salju pertama datang di sekitar rumah 16 Januari 2021. Itu salju yang tipis sekali tapi sudah membuat semua orang di sekitaran rumah bahagia. Ini sekitaran rumah maksudnya para tetangga dan anak – anaknya. Saljunya datang pas akhir pekan. Langsung lah mereka dengan suka cita ke luar rumah main di bawah hujan salju. Kami pun tidak mau kalah, ikut ke luar rumah juga. Suami tidak mau berlama – lama di luar karena kata dia dinginnya sangat menususk. Saya lalu menatap dia aneh : yang lahir di sini siapaa, yang ga kuat dingin siapa. Padahal dia sudah berpakaian lengkap dengan sarung tangan saat di luar, tapi tetap dia tidak kuat dingin. Saya malah tidak pakai sarung tangan karena malas (dan sebenarnya tidak punya sarung tangan yang tebal). Saya memang paling tidak suka memakai sarung tangan dan boots, kalau cuaca tidak sangat ekstrim. Kalau cuma salju tipis, pakai sneakers saja sudah cukup. Kalau salju sudah tebal, baru mengeluarkan satu – satunya sepatu tebal yang saya punya.

Dua minggu kemudian, sudah ada kasak kusuk salju akan datang lagi. Tapi karena kami sudah terbiasa di “PHP” oleh prakiraan cuaca, jadi tetap tidak berharap banyak salju yang datang akan lebat. Sekedar informasi, tempat tinggal kami suhunya lebih hangat dibanding beberapa tempat di Belanda yang biasanya turun salju lebat karena rumah kami tidak jauh dari pantai. Beberapa hari sebelum salju datang, berita di TV terus mengatakan kalau salju kali ini akan lebih banyak dari tahun – tahun sebelumnya. Bukan hanya itu, peringatan badai salju pun sudah didengungkan. Sudah ada peringatan juga untuk tidak bepergian ke luar rumah bahkan beberapa sarana transportasi akan berhenti beroperasi jika memang ketebalan salju melebihi batas maksimalnya.

Salju dan langit biru
Salju dan langit biru

Di satu grup aplikasi pesan, kami para buk ibuk sudah heboh sendiri sekaligus tetap tidak menaruh harapan tinggi akan salju lebat. Terbiasa harapan dipatahkan oleh kenyataan.

PADA AKHIRNYA ….

Sekitar jam 5 pagi saat bangun tidur, saya membuka gordijn kamar, dan melihat tumpukan salju di luar yang lumayan tebal. Wah, saljunya beneran datang batin saya. Minggu, 7 Februari 2021, salju lebat akhirnya datang. Hari minggu kami jadi berbeda. Semua antusias untuk segera ke luar rumah bermain dengan salju, termasuk saya tentunya. Setelah suami menunaikan tugasnya dihari minggu yaitu bersih – bersih rumah dan kamar mandi, setelah makan siang kami langsung menjelajah menggunakan Slee (kereta luncur) di sekitaran kampung. Saljunya sudah lumayan tebal. Saya benar – benar terkagum bagaimana sekitar rumah kami langsung berubah suasananya dibanding sehari sebelumnya. Benar – benar berbeda seperti tidak tinggal di Belanda. Sangat sureal semuanya memutih.

Sekitaran kampung

Ada satu cerita agak kocak. Saya kan tidak punya sarung tangan tebal, tapi suhu pada hari minggu itu terlalu dingin untuk tidak memakai sarung tangan. Tercetuslah ide untuk menggunakan sarung tangan buat oven. Hari itu, saya sedang baking roti dan kue. Pas lihat sarung tangan yang saya pakai saat mengeluarkan loyang dari oven, seperti mendapatkan ide cemerlang untuk menggunakannya di luar rumah. Ternyata hangat lho, lumayan bisa meredam dingin karena tebal (bisa dipakai sampai suhu oven 300 derajat celcius).

Minggu siang saat itu, suasana benar – benar senyap. Tidak terlihat sama sekali kendaraan di jalan, hanya banyak orang berjalan kaki atau menggeret slee bersama anak – anak. Orang – orang yang jalan kakipun, outfit mereka sudah seperti di negara yang rutin datang salju. Ini juga membuat saya merasa seperti tinggal di Finlandia (kayak yang pernah ke Finlandia saja, padahal ya karena lihat di TV). Bukan hanya salju yang terus saja turun deras, anginnya pun cukup kencang. Itulah kenapa beberapa hari sebelumnya sudah ada peringatan badai salju.

Setelah puas 2 jam berjalan menyusuri kampung, pemberhentian kami selanjutnya adalah taman bermain. Di taman bermain ini ada semacam bukit kecil. Kami dan beberapa orang lainnya main seluncuran di bukit ini. Saking antusiasnya, saya pun ikut mencoba seluncuran di atas salju menggunakan slee di atas bukit kecil ini. Senangnya luar biasa. Ya beginilah kalau tumbuh besar di pesisir, bagitu lihat salju dan bisa bermain seluncuran, langsung noraknya maksimal dan memanfaatkan kesempatan semaksimal mungkin. Gembiranya luar biasa. Saya benar – benar memanfaatkan momen yang ada untuk bersenang – senang sepuasnya. Kapan lagi ya kan bisa main seluncuran, belum tentu tiap tahun salju datang. Ini tahun ke tujuh saya tinggal di Belanda, tetap saja kalau lihat salju selalu norak, riang gembira.

Sarung tangan untuk oven, penyelamat saat suhu dingin ekstrim

Setelah puas bermain di luar rumah, kami pulang. Menikmati minuman coklat hangat dan kue yang saya buat, sambil melihat hujan salju yang terus saja turun. Menikmati pemandangan orang – orang bergembira ria hilir mudik depan rumah dengan wajah ceria. Kedatangan salju kali ini, membuat orang lupa sejenak akan Corona dan Lockdown. Hati saya menghangat. Bersyukur kami berkumpul bersama dalam keadaan sehat, menikmati suasana salju dengan hangatnya coklat, kue yang baru dibuat, dan obrolan serta senda gurau.

SUNGAI DAN DANAU MEMBEKU

Selama seminggu penuh, Kami selalu ke luar rumah setiap sore. Tidak pernah absen satu haripun. Paling tidak, kami menghabiskan waktu 2 jam jalan kaki atau bermain salju di seluncuran bukit penuh salju. Suhu selama seminggu tersebut sangatlah dingin, buat saya yang lebih menyukai musim panas. Kalau tidak salah, sampai -13 derajat celcius (atau lebih ya, lupa). Tapi suhu yang dingin tidak menghalangi saya untuk tetap bersenang – senang dengan datangnya salju.

Kami mencoba membuat boneka salju di halaman belakang, tapi tidak berhasil. Saljunya terlalu halus, susah disatukan. Pada hari Rabu, sungai kecil di dekat rumah mulai beku. Kami melihat beberapa anak dan orang dewasa berjalan di atasnya. Wah, jadi ingat saat saya berjalan di atas danau yang beku tahun 2016, sewaktu membuat liputan pertama untuk Net TV. Melihat sungai yang beku saya antusias juga berjalan di atasnya, sekaligus ngeri bagaimana kalau pas di tengah esnya pecah dan kejeblos ya kan ga lucu. Sadar diri kalau badan tidak semungil saat 2016 lalu.

Setelah mencoba menapakkan kaki sambil sesekali lari ke pinggir setiap mendengar suara : kraakk kraakk seperti es mau pecah, saya akhirnya berani jalan di atas air yang membeku. Beberapa anak kecil dan orang dewasa sudah mulai ice skating an. Kami juga tidak mau kalah, menarik slee di atas air es. Wahhh itu asli saya senangnya luar biasa. Hilir mudik di atas air yang membeku. Membuat foto sana sini dan merekam tiada henti. Mendokumentasikan untuk diri sendiri. Kenang – kenangan musim dingin tahun ini.

Slee yang setia menemani selama seminggu

Hari Sabtu siang, kami pergi ke danau besar di kampung. Danau ini sangat besar. Sesampainya di sana, saya merasa suasananya semacam liburan musim dingin. Danau penuh dengan orang main ice skating. Penuh sekali. Belum lagi mereka yang menikmati suasana hanya duduk – duduk di pinggir danau sambil menikmati minuman dan makanan hangat yang mereka bawa. Nih kurang orang jualan bakso, soto ayam, dan rawon, juga gorengan – gorengan batin saya. Kami langsung mencoba jalan – jalan di atas danau yang membeku. Rasanya agak aneh karena semua orang di danau tersebut bermain ice skating sedangkan beberapa gelintir orang hanya berjalan kaki. Kami lalu jalan kaki mengelilingi pinggir danau dan melihat kemeriahan dari atas bukti.

Saya senang melihat antusias orang – orang, bersenang – senang saat salju datang dan air di danau membeku. Semua benar – benar bersuka cita. Saya sampai merasa sedang tidak dalam suasana hard lockdown. Melihat bahwa mereka benar – benar memanfaatkan dan menikmati momen yang ada.

Ada satu pemandangan yang luar biasa berbeda selama satu minggu salju lebat ini ada. Setiap pergi ke sekolah, saya selalu merasa kalau tidak tinggal di Belanda. Para orangtua mengantarkan anak – anaknya menggunakan slee dan mereka berpakaian lengkap seperti tinggal di negara yang musim dinginnya ekstrim. Sampai saya bilang ke suami mungkin ini rasanya kalau tinggal di Finlandia atau Islandia. Pemandangan seperti ini yang dilihat sehari – hari. Jadinya saya suka terbawa suasana bahagia lalu senyum – senyum sendiri. Bahagia karena melihat anak – anak ditarik slee oleh orangtuanya atau bahagia melihat mereka berpakaian lengkap di salju. I really enjoyed the moment. Kalau kata orang Belanda Genieten van karena tidak setiap tahun bisa melihat dan merasakan suasana yang seperti ini. Saya jadi tahu rasanya setiap hari geret – geret slee hampir ke mana – mana sampai urusan belanja juga.

NYARIS SEMUA ORANG BAHAGIA DAN LUPA SEJENAK TENTANG CORONA

Selama seminggu tersebut, nyaris semua orang di lingkungan kami tinggal sangat suka cita dengan adanya salju. Suasana yang tidak biasa, jadi kita secara maksimal menikmatinya. Setiap ke luar rumah, yang terlihat orang – orang berpakaian musim dingin yang super lengkap, para orangtua menarik anaknya menggunakan slee, di depan rumah anak – anak saling lempar bola salju dan membuat boneka salju, sungai yang beku jadi tempat untuk ice skating, hutan yang berbukit jadi tempat untuk seluncuran, taman bermain yang ada bukit kecilnya pun jadi sarana untuk bermain seluncuran.

Danau besar yang penuh orang piknik dan ice skating an

Melihat orang – orang bersuka cita dengan datangnya salju tebal, air sungai dan danau yang membeku, bisa bermain ice skating di udara terbuka, dan benar – benar menikmati suasana selama seminggu, itu juga bahagia yang saya rasakan. Merasa mereka melupakan dulu apa yang terjadi saat itu, menikmati suasana yang ada. Berita di TV pun menyiarkan betapa salju kali ini seperti memberikan suasana yang berbeda di tengah Corona dan hard lockdown di Belanda. Yang diwawancarai sangat antusias memanfaatkan suasana Belanda yang bersalju.

Tentu tidak semua orang merasa senang ya dengan datangnya salju karena beberapa hal juga terhambat. Tapi yang saya garis bawahi, ditengah kondisi sulit saat itu, melihat orang – orang dengan muka sumringah menikmati Belanda yang bersalju dan beku, hangatnya pun sampai ke hati. Yang sedang bersedih, lupa sejenak dengan kesedihannya. Yang sedang ditimpa masalah, bisa bersenang – senang selama seminggu bermain dengan salju. Yang sedang ada masalah, bisa mengalihkan perhatian sejenak dari masalah yang ada. Selama seminggu tersebut, semua perhatian dan hati tersedot pada salju.

Hari Senin, hujan mulai turun. Jadi kami mengucapkan selamat tinggal pada salju yang sudah memberi warna tersendiri selama satu minggu. Untung juga hujan turun cepat, jadi tidak sampai membuat salju menjadi es yang keras dan membahayakan. Hari Selasa, salju sudah mencair dan sebagian besar jalanan sudah bersih dari salju dan es yang keras.

Sungai kecil dekat rumah, yang membeku.

Seminggu yang penuh kenangan indah. Menikmati suka cita musim dingin yang bersalju dan beku di Belanda. Kami benar – benar sangat menikmatinya. Menciptakan kenangan yang tidak akan terlupa. Merasakan hangatnya hati di tengah dinginnya salju dan air sungai yang membeku. Alih – alih merasa bosan dan tidak senang dengan datangnya salju dan suhu yang dingin selama seminggu, saya lebih memilih untuk menikmati suasana yang ada, bersyukur masih diberi kesempatan untuk menikmati salju tahun ini.

Tot volgende keer, sneeuw!

-11 Maret 2021-

Pertambahan Usia

Tumpeng (yang tidak berbentuk tumpeng) ulangtahun

Pertambahan usia kali ini, saya lewati dengan suasana dan kondisi yang tidak biasa. Siapa yang menyangka dalam hitungan bulan, dunia kelabakan dengan pandemi Covid-19. Begitupun kami. Banyak jadwal dan rencana yang tertunda, bahkan batal. Termasuk rencana merayakan ulangtahun saya yang akhirnya batal. Kali ini, saya merayakan dalam suasana yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, di rumah saja. Justru saya merasa nyaman, di rumah leyeh-leyeh dan kruntelan seharian. Makin berasa hari yang spesial.

Baru saja, PM Belanda, Mark Rutte membacakan peraturan terbaru sehubungan dengan meminimalisir penyebaran Covid-19 di Belanda. Peraturan sebelumnya yang berlaku sampai 6 April, diperpanjang jadi 28 April, dengan catatan : nanti sebelum 28 April akan ada pidoto lagi apakah ada perpanjangan waktu lagi atau tidak. Peraturannya adalah : Horeca, daycare, Museum, sportclub, coffeeshop, salon, tutup sampai 28 April. Sekolah tutup sampai selesai liburan bulan Mei. Larangan mengadakan acara berlaku sampai 1 Juni (termasuk larangan perayaan paskah, sholat taraweh, Idul Fitri, Koningsdag dll). Dilarang berjalan bergerombol (lebih dari 2 orang, kecuali keluarga) dan tetap menjaga jarak minimal 1.5 meter. Jika dilanggar akan kena denda €400. Denda untuk perusahaan yang melanggar (misalkan mengadakan acara) sebesar €4000. Belanja dilarang membawa anak-anak dan cukup 1 orang dalam satu keluarga. Pasar tetap buka tapi dengan pengaturan yang ketat. Dilarang bepergian ke LN kecuali untuk urusan sangat mendesak. Hanya ada dua maskapai yang terbang ke Belanda, itupun jadwalnya sudah berkurang. Maskapai lainnya sudah meniadakan jadwal terbang ke Belanda. Sangat disarankan untuk tinggal di rumah, tidak usah ke luar rumah untuk hal-hal yang tidak mendesak. Boleh sesekali ke luar rumah untuk menghirup udara segar seperti sepedahan, jalan ke hutan atau danau asal tetap diingat untuk jaga jarak. Sangat disarankan untuk bekerja dari rumah, jika memang punya pilihan itu.

Sejak ditetapkan peraturan yang lebih ketat minggu lalu, ketika kami sepedahan sore hari, memang terlihat polisi patroli di mana-mana. Mereka bukan hanya patroli di jalan raya, tapi sampai blusukan ke dalam hutan, danau, taman-taman. Hanya taman bermain yang mungkin tidak terlalu karena saya melihat masih banyak taman bermain yang rame bukan hanya anak-anak kecil tapi remaja yang sampai membawa sound speaker lalu joged-joged. Pengen tak sampluk ae arek-arek iki. Belanda tidak pernah menyatakan bahwa kebijakan yang diambil ini adalah Lockdown. Opsi ini tidak akan diambil (untuk saat ini). PM Belanda menyebutnya kebijakan Intelligent Lockdown (terus terang saya sendiri masih ngikik kalau dengar istilah ini dilontarkan oleh Perdana Menterinya. Apa cuma Belanda aja nih yang pakai istilah Intelligent lockdown). Maksudnya, pemerintah tidak akan melarang orang ke luar rumah, diharapkan orang-orang punya common sense. Yang pada kenyataannya ya banyak yang tidak punya. Buktinya sebelum dikeluarkan peraturan baru yang lebih ketat, saat cuaca cerah mereka malah memenuhi pantai, taman, hutan, pasar, dll. Dibelahan bumi manapun memang akan selalu ada orang-orang yang seperti ini.

Begitulah sekilas keadaan di Belanda sekarang. Yang meninggal setiap hari masih diatas 100 orang. Tapi dari grafik, yang dites positif  tidak eksponensial lagi, meskipun tetap banyak. Sejak sebulan lalu kasus pasien pertama, per hari ini (31 Maret 2020) yang positif dites total sebanyak 12.595 orang dan total yang meninggal sebanyak 1.039 orang.

Kembali ke cerita saya. Saat hari pertambahan usia (yang bukan hari ini), seperti biasa saya membuat tumpeng (yang tidak berbentuk tumpeng karena tidak punya cetakannya). Kali ini isinya orek tempe tahu, sambel bajak, dadar telor, oseng buncis wortel, suwiran ayam oven, dan mie goreng. Kami makan siang dengan lahap setelah saya mengucapkan beberapa harapan. Mama mertua menelepon untuk mengucapkan selamat. Sudah hampir 4 minggu saya tidak bertemu Beliau. Biasanya kami berjumpa seminggu sekali. Cerita kenapa kami tidak bisa mengunjungi Beliau, sudah saya tuliskan sebelumnya di sini.

Tumpeng (yang tidak berbentuk tumpeng) ulangtahun
Tumpeng (yang tidak berbentuk tumpeng) ulangtahun

 

Nasi kuning ulangtahun
Nasi kuning ulangtahun

Setelah selesai makan siang, saya menyiapkan beberapa piring isi nasi kuning buat tetangga. Kali ini, saat mengantar makanan, saya sudah tidak bisa lagi mengobrol panjang. Hanya mengantar, mereka mengucapkan selamat ulang tahun dari balik pintu, lalu saya pulang. Beginilah sekarang hidup bermasyarakat di Belanda. Biasanya kalau berpapasan saling menyapa, melempar senyum, sekarang mukanya pada tegang. Apalagi saya, sekiranya dari jauh terlihat orang akan berpapasan, langsung cari cara bagaimana untuk menghindar atau putar balik. Setakut itu saya bertemu orang saat ini. Saya sudah tidak pernah lagi ke supermarket sejak 3 minggu lalu. Kami belanja mingguan online atau kalau mendesak ada yang harus dibeli, suami ke supermarket retail dan berangkat sangat pagi. Jadi masih sepi dan tidak bertemu banyak orang. Virus ini memang mengubah semuanya, sampai pada tatanan bermasyarakat.

Antar-antar ke tetangga
Antar-antar ke tetangga

Sorenya, kami makan taart yang dibeli suami saat ke supermarket retail sehari sebelumnya. Setelahnya, karena udara super dingin meskipun matahari sangat nyentrong, kami tidak sepedahan ke danau melainkan leyeh-leyeh saja di rumah, main-main di halaman belakang.

Taart ulangtahun
Taart ulangtahun

Menjelang makan malam, suami tiba-tiba punya ide untuk memesan makanan cepat saji. Sejak saya pindah ke Belanda (tahun 2015), baru dua kali ini kami memesan makanan diantar ke rumah. Makan malam ulang tahun tahun ini dipersembahkan oleh restoran cepat saji.

Makan malam ulangtahun
Makan malam ulangtahun

Banyak syukur yang terucap sampai usia saat ini. Meskipun tahun ini melewati pertambahan usia di tengah suasana pandemi, tapi saya bersyukur kami sekeluarga sehat, bahagia, masih diberikan keselamatan dan berkumpul bersama. Meskipun kami sekeluarga (terutama saya) harus mengikhlaskan tidak jadi mudik saat lebaran (tiket pesawat dibeli sebelum Covid-19 sampai ke Belanda) dan melakukan reschedule (tanggal belum ditetapkan), namun kami yakin kalau langkah kecil kami untuk tidak mudik saat situasi masih gonjang ganjing begini adalah keputusan yang tepat. Semoga langkah kecil kami ini bisa menyelamatkan banyak nyawa, membantu dunia untuk bisa cepat pulih dan melewati ini semua. Kami ingin menjadi bagian yang berjuang bersama seluruh orang di dunia berdasarkan porsinya masing-masing. Kami mengambil porsi yang bisa dilakukan  untuk meratakan kurva, mengurangi resiko menularkan dan ditulari, yaitu : semaksimal mungkin diam di rumah, tidak mudik ke Indonesia (dan liburan) saat situasi masih belum sepenuhnya terkendali. Berat diawal karena saya sudah memberitahu keluarga besar dan para teman, Ibu sudah mempersiapkan banyak hal untuk ketemu kami, sudah mempersiapkan waktu mengunjungi beberapa keluarga dan teman. Namun setelahnya saya malah lega akhirnya memutuskan tidak mudik saat lebaran. Mudah-mudahan diberikan rejeki waktu dan berjodoh bertemu Ibu dan keluarga di sana dalam keadaan sehat.

Doa saya pada pertambahan usia tahun ini : Semoga saya tetap hidup, selamat, dan sehat melewati pandemi ini. Semoga ini semua bisa segera selesai dan kami sekeluarga sehat selamat. Hal pertama yang ingin saya lakukan jika semua ini sudah terlewati : jalan-jalan santai di supermarket cuma melihat-lihat isi raknya tanpa harus beli. Hiburan yang selama ini saya lakukan (sebelum Corona Virus datang).

Yuk sama-sama berjuang supaya ini segera selesai. Kalau kata pemerintah Belanda : Alleen samen krijgen we corona onder controle – Hanya dengan bersama kita dapat mengendalikan Corona.

-31 Maret 2020-

Fijne Vaderdag!

Kado Vader Dag

Hari ini adalah Hari Bapak (atau tergantung manggilnya apa, bisa ayah, papa dll) di Belanda. Kalau hari Ibu dirayakan setiap bulan Mei minggu kedua pada hari minggu, maka hari Bapak dirayakan setiap bulan Juni minggu kedua pada hari minggu. Berdasarkan pengamatan saya, euforia hari Bapak dari iklan-iklan maupun diskon-diskon yang ditawarkan tidak semeriah pada saat hari Ibu, meskipun ya gemanya tetap terasa.

Hari Bapak di rumah ngapain saja? Tidak ada acara khusus haha. Saya bangun pagi untuk lari (hei, saya sudah mulai kembali lari. Senangnya. Tadi pagi bisa 5km), satu jam kemudian sudah di rumah lalu suami gantian lari. Daripada nganggur, saya kemudian bersih-bersih halaman depan dan belakang. Setelah suami sampai rumah, kami semua lalu makan pagi bersama.

Sebelum makan pagi, kami bersama-sama mengucapkan hari Bapak lalu memberinya kado. Aslinya ada kado lainnya, tapi karena pesannya mendadak, walhasil barangnya belum sampai haha. Jadi ya kado yang ini saja .

Kado Vader Dag

Setelah itu suami ke luar karena ada acara. Saya leyeh-leyeh (baca : beberes), mandi lalu makan siang. Oh ya, menu weekend kami adalah rawon pake kohlrabi, kacang panjang dan daging.

Rawon

Sorenya setelah semua bangun tidur, kami jalan-jalan ke Den Haag. Sudah terbiasa hidup di kampung, kalau ke Den Haag apalagi weekend, pulangnya pasti agak pening kepala. Ramenya ga ketulungan. Dan disetiap pengkolan, pasti kedengeran obrolan dalam bahasa Indonesia.

Setelah mendapatkan barang-barang yang dicari, kami lalu makan malam di restoran. Menu yang kami pesan : Cap Chay, Daging bumbu Shicuan, dan Yakitori (fotonya blur karena grogi ditunggu yang mau makan sudah tak sabar). Makan di restoran inipun kayak makan di warteg, isinya banyak orang Indonesia. Kembali ke rumah, bersih-bersih lalu jam 8 malam rumah senyap. Penduduknya sudah dikamar masing-masing.

Een hele fijne vaderdag voor alle vaders! Vooral mijn man, Jij bent geweldig!
Selamat hari Bapak untuk semua para Bapak. Dan spesial untuk suamiku, kamu Bapak yang hebat!

— sekali-kali muji suami di blog  🙂

Begitulah akhir pekan sekaligus perayaan hari Bapak dikeluarga kami. Semoga akhir pekan kalian juga berkesan ya.

-Nootdorp, 16 Juni 2019-

Koningsdag 2019

Kinderrommelmarkt
Pasang Bendera depan rumah Pasang Bendera depan rumah

Koningsdag tahun ini jatuh pada hari Sabtu. Jika bertepatan dengan hari kerja, maka hari dimana raja berulangtahun tersebut menjadi hari libur nasional. Ada yang berbeda tahun ini, biasanya pesta pada Koningsnacht hanya berlangsung malam itu saja, tetapi di Den Haag panggung musiknya berlangsung sampai keesokan harinya. Sungguhlah pesta raja ini meriah sekali (nampaknya ya, karena Koningsnacht tahun ini tentu saja saya selonjoran saja di rumah, saya hanya mendapatkan cerita dari sepupu yang melihat langsung di Den Haag).

Rumah-rumah memasang Bendera dan satu bendera Orange. Rumah kami? Tentu saja tidak memasang, wong tidak punya Bendera Belanda.

Kinderrommelmarkt Kinderrommelmarkt

Tentu saja yang kami nantikan jika Koningsdag adalah berburu barang bekas. Karena Koningsdag identik dengan pasar barang bekas atau disebut Rommelmarkt. Seperti tahun lalu (ceritanya bisa dibaca di sini), kali ini kami hanya pergi ke perayaan yang diadakan di kampung tempat tinggal kami. Namun karena cuaca sungguhlah tidak bisa ditebak maunya apa karena sebentar hujan, angin kencang, lalu muncul matahari dan panas, lalu hujan lagi, ulang berkali-kali (Cuaca asli Belanda yang bisa berubah suka-suka), kami nyaris membatalkan rencana berburu barang bekas. Ternyata setelah makan siang, matahari muncul sekelebatan.

Permainan untuk anak, gratis Permainan untuk anak, gratis

Mungkin karena diprediksi akan badai, saya lihat penjual barang bekasnya tidak sebanyak tahun lalu. Oh ya, di kampung kami, barang bekas yang dijual khusus barang anak-anak, karenanya pasarnya disebut Kinderrommelmarkt yang artinya pasar barang bekas anak-anak. Jangan dibayangkan barang bekasnya sudah jelek sekali ya. Meskipun disebut bekas tapi kondisinya masih bagus dan tentu saja harganya sangatlah murah bahkan ada banyak barang diberikan secara gratis.

Permainan untuk anak, gratis Permainan untuk anak, gratis

Senang dan menggemaskan melihat anak-anak kecil diajari berjualan oleh orangtuanya. Jadi ingat cerita Yayang di blognya tentang anak-anaknya yang berjualan mainan mereka dan semuanya ludes terjual. Pembelajaran yang bagus juga buat anak-anak supaya berani berkomunikasi dengan orang baru, melatih negoisasi, dan berlatih berhitung juga.

Sama juga seperti tahun lalu, ada panggung hiburan, beberapa permainan anak yang disediakan secara gratis, dan tak lupa stan-stan makanan. Meskipun diguyur hujan, semua tetap bersenang-senang. Kami akhirnya pulang membawa beberapa barang yang kami butuhkan. Semoga tahun depan kami bisa berpartisipasi berjualan di sini karena ada beberapa barang yang siap untuk dijual.

-Nootdorp, 28 April 2019-

Belanda Akhirnya Cerah dan Hangat

Suasana kampung tempat tinggal kami

Setelah minggu sebelumnya suhu turun sampai 1°C, sejak kamis lalu Belanda kembali menghangat dan matahari tidak tanggung-tanggung muncul setiap hari, konon sampai hari selasa besok. Bukan hanya itu, kami setiap hari juga disuguhi langit yang birunya tanpa cela *hiperbola tapi nyata adanya.

Intinya, saya benar-benar menikmati (meskipun ya sedikit ongkep alias gerah) suhu 24°C. Seperti biasa, kalau sudah cerah begini, saya kebingungan cari kegiatan di luar rumah. Pengennya jalan terus seharian kalau tidak ingat setrikaan menanti dan perut yang harus diisi (masak maksudnya). Nah kalau cuaca cerah seperti ini, saya juga males masak yang ruwet. Yang penting cepat, gampang cuci peralatan masaknya supaya bisa jalan-jalan di luar rumah sesegera mungkin. Menu andalan yang tidak ruwet adalah soto ayam. Saya sudah punya stok bumbu soto ayam di freezer, jadi tinggal cemplung ke rebusan ayam.

Kamis minggu lalu, saya mendadak punya ide untuk melihat pasar keju tradisional yang ada di Gouda. Cerita lengkapnya akan saya tulis terpisah ya. Sempat mampir ke rumah Rurie, numpang makan siang haha. Karena semangat ada sinar matahari, kami yang keluar rumah sejak jam 9 pagi, baru kembali ke rumah lagi jam setengah 5 sore. Sebahagia itu saya menghangatkan diri di luar rumah, jalan kaki jauh, dan duduk-duduk sejenak di taman. Tapi memang tidak bisa disangkal, besok harinya pinggang saya rasa patah. Boyok cuklek, legrek, tapi hati gembira.

Pasar Keju di Gouda
Pasar Keju di Gouda

Apa kegiatan kami jika sedang cuaca cerah seperti ini? Ya memaksimalkan aktivitas di luar rumah. Jalan kaki, olahraga pagi, bermain sepuasnya di taman bermain, berkunjung ke pusat kota Den Haag, bahkan piknik di pantai abal-abal yang ada di kampung tempat tinggal kami. Selain itu, karena libur panjang Paskah, suami ada di rumah selama 4 hari. Jadi menyenangkan siang hari ada yang membantu saya dengan pekerjaan rumah. Rejeki lainnya, Mama mertua mentraktir kami makan di restoran Indonesia favorit Beliau.

Olahraga Pagi
Olahraga Pagi

Cakep banget ya warna langitnya
Cakep banget ya warna langitnya

Menu andalan akhir pekan, soto ayam
Menu andalan akhir pekan, soto ayam

Cerah
Cerah

Mengapa disebut pantai abal-abal? Karena sesungguhnya ini adalah danau, tapi dibeberapa area diberi pasir seolah-olah seperti di pantai. Jadi kalau panas seperti ini, banyak yang berjemur di pinggirnya dan anak-anak bisa bermain pasir seperti di pantai. Di mana ada matahari, di situ juga kegiatan BBQ dimulai. Ketika kami piknik, banyak yang membawa peralatan BBQ, bahkan ada yang niat membawa kompor dan penggorengan, masak mie goreng haha. Sayangnya kami hanya kebagian aromanya saja, padahal berharap diberi sepiring mie goreng. Nasib! Sedangkan kami berbekal aneka roti yang dibeli dari Lidl dan minuman serta Chips yang beli di AH. Sungguhlah terlihat perbedaannya sungguh nyata dibandingkan yang bawa penggorengan dan masak mie goreng di tengah orang-orang yang berjemur haha. Eh tapi kami diberi es krim oleh anak kecil yang duduk di depan. Rejeki.

Piknik di pantal abal abal
Piknik di pantal abal abal

Rasanya tidak pernah bosan memandang langit yang warnanya biru sempurna. Dan juga tidak pernah bosan mengabadikan dengan kamera (Hp tanpa editan, karena malas mengedit). Saya puas-puaskan dengan cuaca panas ini sebelum hujan kembali datang, angin, dan langit abu-abu. Cuaca Belanda sesuai fitrahnya. Genieten van! Dua foto terakhir ini adalah suasana kampung tempat tinggal kami.

Suasana kampung tempat tinggal kami
Suasana kampung tempat tinggal kami

Suasana kampung tempat tinggal kami
Suasana kampung tempat tinggal kami

-Nootdorp, 22 April 2019-

Akhirnya, Kencan Berdua!

Jam 11 malam makan Gelato dan Granita rasa Semangka

“Nanti malam kencan yuk, berdua aja”

—– hening, saya yang sedang khusyuk membaca twitter dari Hp, menatap dia, kirain mengigau. Maklum, jam 7 pagi dan di luar masih gelap. Sabtu pagi biasanya kami beranjak dari kasur agak siang, sekitar jam 8. Leyeh-leyeh dulu.

“Gimana?” memastikan kalau dia tidak mengigau

“Iya, kencan nonton bioskop nanti malam. Jam 8 malam gitu berangkat dari rumah. Kan ceritanya malam mingguan. Sudah lama kita tidak kencan berdua kan?”

Saya langsung memiringkan badan menatap dia, tersipu-sipu seperti anak gadis diajak kencan pacarnya. Duh saya beneran senang sekali pagi itu. Sampai senyum simpul saya tidak lepas dan tetap tersipu-sipu. Sampai saya merasakan ada sensasi kupu-kupu di dalam perut. Rasa senangnya sampai membuat bingung harus menjawab apa.

“Nanti kita nonton film yang jam 9. Tram terakhir masih ada sampai jam 12, jadi ga usah khawatir kita bisa pulang naik tram. Gimana? Nanti aku bilang Lisa untuk datang jaga di rumah. Kamu kok dari tadi senyum-senyum terus” —Lisa ini anak tetangga sebelah rumah persis.

“Duh aku ini grogi lho sampai bingung mau jawab apa. Senang rasanya seperti awal kita ketemu, trus kamu mengajak aku nonton film di Galaxy Mall. Film yang entah apa aku ga ingat ceritanya, tapi sampai sekarang aku ingat betapa aku senang sekali dan sepanjang film tidak berhenti tersenyum. Perutku sekarang ini lho seperti ada yang menggelitik, rasanya banyak kupu-kupu terbang di sana”

—– Dia tersenyum mengerti.

Dia tahu sekali bahwa kami memang setahun belakang ini tidak pernah pergi hanya berdua. Memang kondisi yang belum memungkinkan. Bahkan saya ingat sekali, terakhir kami nonton bioskop berdua itu saat adik saya ke Belanda tahun kemarin. Jadi hitungannya juga bukan hanya berdua tapi bertiga haha. Film yang kami tonton terakhir di bioskop di Rotterdam waktu itu adalah Dunkirk, itupun 1.5 tahun lalu. Nah karena sekarang kondisinya sudah mulai stabil dan memungkinkan, jadi kami coba-coba juga sih ini sebenarnya.

Sepanjang hari, saya senyum-senyum terus membayangkan nanti malam mau pakai baju apa ya, mau dandan ah. Rasanya benar-benar panas dingin gitu lho seperti diajak kencan pas jaman usia 20 an haha. Suami menghubungi anak tetangga apakah nanti malam bisa jaga di rumah kami. Bayar sih ini, bukan gratisan. Hitungannya perjam. Kalau di Belanda namanya Oppassen, Lisa namanya Oppas. Karena sudah kenal dekat sekali dengan Lisa dan keluarganya, jadi kami nyaman menitipkan ke dia. Lisa belum bisa memberikan jawaban karena masih kerja. Baru sore hari, dia memberikan jawaban bisa. Yiaay! langsung suami beli tiket lewat Hp, yang ternyata nyaris seluruh kursinya sudah penuh. Kami dapat kursi nomer 5 dari depan. Tidak apalah daripada depan sendiri.

Setelah makan malam, kami nonton TV. Tidak berapa lama saya bilang mau ke atas dulu, mau siap-siap. Dia menatap saya, buat apa katanya. Saya bilang, “Kita ini kan mau kencan berdua. Pertama kali setelah berapa lama lalu. Jadi aku mau dandan, biar kayak dulu waktu awal-awal kamu ke Surabaya itu lho, ngajak aku nonton. Kan kamu nungguin aku di kos, siap-siap dulu sebelum pergi.” —haha nulis gini saya kok jadi ketawa sendiri. Trus suami nanya, dia perlu “dandan” juga ga. “Ga usah, lha wong kamu sudah siap gitu.

Setelah menyelesaikan urusan dalam negeri, setengah delapan saya turun, nonton TV sama suami sambil menunggu Lisa datang. Jam delapan persis, Lisa datang. Kami lalu menjelaskan hal-hal yang perlu Lisa lakukan kalau misalkan ada apa-apa. Kami tanya, Lisa mau tidur di kamar yang kosong di atas atau di sofa depan TV, dia pilih yang kedua. Bahkan dia sudah bawa bantal dan selimut sendiri haha, mentang-mentang rumah sebelahan. Padahal saya sudah menyiapkan bantal dan selimut di sofa.

Kami lalu pamitan pergi. Sepanjang jalan dari rumah menuju halte tram yang hanya sekitar 8 menit, kami bergandengan tangan. Saya tetap senyum-senyum (ga jelas haha), jantung kok rasanya dag dig dug. “Kamu berbunga-bunga juga ga sih kita akhirnya bisa kencan berdua gini, malam-malam pula.” Suami ternyata juga senyum-senyum simpul, “Iya, ternyata sensasinya menyenangkan ya bikin gembira acara “melarikan diri” berdua selama beberapa jam ke depan.” Lalu kami tertawa terbahak.

Mungkin hal tersebut terjadi karena euforia kami terhadap bulan November. Ada banyak hal menyenangkan terjadi di bulan ini. Salah satunya adalah, kami pertama kami kenal, 60 bulan lalu pada bulan ini. Dan karena merasa tanggal tersebut istimewa, kami jadikan jumlah uang untuk mas kawin. Dan beberapa hari lalu, kami baru melewati 51 bulan pernikahan. Benar, kami selalu mengingat dan menghitung setiap tanggal kami menikah setiap bulannya. Selalu menyenangkan ketika tahu sudah berapa bulan kami berada dalam satu rumah tangga.

Di tram, kami duduk bersisian sambil membicarakan dan mengingat kejadian-kejadian sebelum kami menikah. Mengingat kembali bagaimana suami melamar saya langsung ke Ibu, mengingat betapa nekatnya kami yang beda benua ini memutuskan menikah dalam waktu singkat, mengingat bagaimana saya sempat tidak memberikan jawaban beberapa bulan setelah dia melamar saya, dan ingatan-ingatan lainnya. Kami terkekeh, terbahak dan tersenyum simpul mengingat banyak hal yang telah kami lewati selama ini. Dan juga membicarakan hal-hal yang akan terjadi di depan. Lalu saya meminta dia memfotokan saya, supaya terabadikan momen sedikit dandan haha padahal cuma pakai lipstik aja. Bedakanpun tidak. Akhirnya tram sudah sampai di halte dekat bioskop.

Bermodalkan polesan bibir aja, sudah nampak sumringah haha
Bermodalkan polesan bibir aja, sudah nampak sumringah haha

Kami datang lebih awal. Ternyata bioskopnya rame sekali dan antrian menuju studio yang kami tuju sudah mengular. Jadi mikir, ini orang-orang “melarikan diri” sejenak seperti kami jugakah haha. Begitu sudah waktunya masuk dan kami menemukan nomer tempat duduk, saya cepat-cepat mengeluarkan Hp, cekrek foto berdua haha. Benar-benar mengabadikan waktu berdua  secara maksimal lah ini pokoknya. Sebelum film mulai, suami kirim pesan ke Lisa apakah keadaan aman terkendali. Kata Lisa, aman.

Muka bahagia bisa berduaan di luar rumah 4.5 jam :)))
Muka bahagia bisa berduaan di luar rumah 4.5 jam :)))

Filmnya super keren. Tidak terasa 2.5 jam berlalu. Saking menikmati film ini, saya sampai merasa sepertinya tidak sampai 1 jam. Saat kembali ke rumah naik tram jam 12 malam, di dalam tram banyak sekali para remaja. Kami berasa seperti ABG yang baru pulang pacaran :))). Setelah turun dari tram, saat jalan kaki menuju rumah, saya bilang terima kasih ke suami sudah membuat acara kencan secara spontan ini benar-benar indah. Terima kasih sudah mengajak saya kencan berdua. “Kapan-kapan yuk diulangi lagi.” Haha dia ketagihan.

Sampai di rumah jam setengah satu dini hari, Lisa ternyata tidur nyenyak. Setelah kami memberikan uang, dia pulang dengan mata masih mengantuk, susah melek.

Sampai saat saya menuliskan cerita ini, masih saja saya tersenyum simpul mengingat pengalaman tadi malam. Bahagianya masih terasa.

Kalian, kapan terakhir kencan berdua dengan pasangan dan melakukan kegiatan apa?

BOHEMIAN RHAPSODY

Film yang kami tonton tadi malam judulnya Bohemian Rhapsody. Terus terang saya bukan penggemar Queen. Hanya tahu lagu-lagunya saja. Itupun saya tahunya karena teman kos jaman SMA selalu muter lagu Queen setiap hari. Sewaktu film ini sudah ada di bioskop, saya nanya suami yang penggemar berat Queen apakah ada rencana nonton. Dia bilang iya. Saya bilang, ya sudah nonton saja pas akhir pekan, saya di rumah. Dia mengajak, tapi saya males. Takut ga paham ceritanya. Nah, sampai ajakan kencan itu datang lalu saya mengiyakan. Demi sebuah kencan.

Ternyata dari awal film sampai akhir saya sangat menikmati ceritanya dan baru tahu banyak tentang Freddie Mercury, darimana nama itu, nama aslinya, latar belakang keluarganya dan sebagainya. Dan ternyata juga, saya tidak asing dan banyak tahu lagu-lagu sepanjang film.  Saking fokus dengan ceritanya, saya sampai memperhatikan detail lainnya seperti : drummernya ganteng menggemaskan haha, kaki Rami Malek jenjang dan cara jalannya keren saya suka, saya naksir semua sneakers yang dipakai Rami Malek haha apalagi yang akhir-akhir cerita, badan Rami Malek bagus ternyata sewaktu pakai kaos kutang di konser, dan masih banyak lainnya hal-hal yang saya perhatikan. Kurang kerjaan :))) Bagian yang luar biasa ya sewaktu konser terakhir. Duh beneran seperti melihat secara langsung konsernya. Apalagi lagu terakhir, saya sampai ga sadar nangis. Nyesek karena mikir banyak hal tentang vokalisnya. Berpikir ternyata dibalik kesuksesannya, dia mencari sesuatu yang kosong dalam hidupnya dan baru bertemu saat-saat terakhir sebelum meninggal, berpikir bahwa bagaimanapun cara orangtua membesarkan anak-anaknya, pada akhirnya mereka sendiri yang akan memutuskan hidupnya akan seperti apa, banyak hal lagi yang saya pikirkan sewaktu mendengarkan lagu terakhir itu, makanya jadi menangis (cuma beberapa tetes saja).

Film ini luar biasa. Saya suka dan terkesima. Awalnya tidak menaruh harapan tinggi (bahkan sempat khawatir saya akan jatuh tertidur saat menontonnya karena biasanya jam segitu saya sudah tidur), eh ternyata suka sekali. Keren!

Ada yang sudah nonton film ini? bagaimana kesannya?

-Nootdorp, 11 November 2018-

Nanti Kita ke Jepang ya …

Clingendael

Selama dua hari ini hujan turun terus, tidak hanya itu, suhu udara pun mulai dingin. Kami serumah pilek muter tiada akhir. Yang satu sembuh, yang satu belum, nulari yang lainnya. Begitu saja terus seperti lingkaran tak ada putusanya. Akibat hujan jadi malas ke luar rumah, saya malah produktif di dapur. Kemarin saya membuat sambel teri kacang satu toples besar, membuat sambel teri pedas dan menggoreng ikan asin. Duh nikmatnya makan ikan asin setelah sekian lama males nggoreng karena rumah pasti jadi bau setelahnya. Betul saja, saat suami pulang, begitu buka pintu komentarnya, “goreng ikan asin ya?” hahaha dia benci sekali dengan bau ikan asi. Padahal sewaktu menggoreng, pintu dapur saya buka lebar (pasti tetangga kanan kiri mbatin iki ambu opo haha) dan setelahnya saya rebus rempah2 supaya wangi. Tetep saja baunya nempel.

Karena kemarin masak yang berbau, tadi saya membuat camilan yang harum. Lumayan rumah jadi wangi Vanilla. Tadi saya membuat bubur kacang hijau dan kue labu kuning keju. Saya rajin masak selain karena suka masak, juga karena serumah doyan makan. Makanya jadi makin semangat untuk masak. Nah, kue labu keju ini andalan. Sekarang sedang musim labu kuning, jadi harganya murah. Selain saya buat sup labu, saya juga buat untuk kue. Ini kue anti gagal menurut saya. Resepnya aslinya saya mencontek, tapi saya modifikasi sendiri pada akhirnya. Kalau saya membuat ini, wah pada doyan semua. Kalau ada yang mau resepnya, kapan-kapan saya buat postingan terpisah untuk resepnya (PD sekali ada yang nanya :D). Yang pasti gampang dan anti gagal karena bahan-bahannya gampang dan caranya pun gampang. Seminggu ini saya sudah membuat tiga kali. Rasanya tidak terlalu manis (saya tidak suka manis), aroma keju dan menteganya menggoda. Penampakan baru diangkat dari oven seperti ini :

Kue labu keju baru mentas dari oven
Kue labu keju baru mentas dari oven

Nah minggu lalu, saya juga membuat kerajinan tangan. Lumpia (isi rebung, wortel, tahu), Martabak telur pakai kulit lumpia, dan kue labu keju. Karena membuatnya banyak, jadi bisa dimakan sewaktu Yayang dan si kembar ke rumah, bagi-bagi ke tetangga, Mama dan dimakan serumah. Semua suka, syukurlah. Dan hari minggunya saya membuat sate ayam dan oseng sawi (putih dan hijau). Hari minggu bertepatan dengan waktu winter jadi jam dimundurkan satu jam. Harusnya sih bisa menikmati bonus tidur satu jam lebih lama, tapi kok ya serempak semua bangun tidurnya tetap seperti biasanya.

Lumpia dan martabak telur yang mejeng. Yang tidak difoto masih banyak.
Lumpia dan martabak telur yang mejeng. Yang tidak difoto masih banyak.

Lumpia, martabak telur, dan kue labu kuning keju. Versi cantiknya
Lumpia, martabak telur, dan kue labu kuning keju. Versi cantiknya

Masakan hari minggu. Sate ayam, oseng sayuran dan camilannya kue llabu keju (membuat kedua kalinya dalam 3 hari)
Masakan hari minggu. Sate ayam, oseng sayuran dan camilannya kue llabu keju (membuat kedua kalinya dalam 3 hari)

Sate ayam ala bu deny :D
Sate ayam ala bu deny 😀

Nah hubungannya cerita makanan dengan Jepang apa. Ya cerita makanannya cuma pendahuluan saja haha. Hari minggu kemarin, matahari cerah setelah beberapa hari hujan dan mendung. Walaupun cerah, tapi dinginnya minta ampun, Sekarang kalau pagi suhunya 2ºC. Brr, dingin. Makanya hidung meler terus. Nah karena matahari moodnya sedang bagus, saya mengusulkan untuk ke Taman Jepang (Japanse Tuin) yang tidak jauh dari rumah. Hari itu adalah terakhir taman ini buka untuk periode musim gugur. Jam 3 sore kami sudah sampai sana. Langsung kami menuju ke taman tersebut sambil sesekali saya berhenti untuk foto-foto seputaran Clingendael Park. Jadi taman Jepang ini letaknya di dalam taman. Sepertinya memang jadi ritual kami untuk mengunjungi Taman Jepang karena buka dua kali dalam setahun dan kami nyaris selalu ke sana. Entahlah, suka saja melihatnya. Beberapa cerita saya tentang Japanse Tuin bisa dibaca di sini dan di sini.

Clingendael
Clingendael

Clingendael
Clingendael

Clingendael
Clingendael

Eh, ternyata kami salah belok. Harusnya belok ke kiri, kami malah terus saja. Suami nanya, apa musti balik arah atau terus saja? saya bilang terus saja sekalian jalan-jalan di taman besarnya. Nanti saja terakhir baru ke taman Jepang. Kami lalu berjalanlah keliling taman lalu berhenti begitu melihat taman bermain. Setengah jam di sana baru melanjutkan jalan-jalan lagi. Nah begitu sampai pintu masuk Japanse Tuin, lha kok sudah tutup. Ternyata tutupnya jam 4. Kami sampai depan pintunya jam 4 lebih dua menit. Kraakk langsung patah hati saya. Sedih, telatnya dua menit. Tahu muka saya kecewa begitu, suami memeluk pundak saya, “Kapan-kapan kalau ada rejeki waktu dan uang, kita semua ke Jepang aslinya ya. Biar kamu bisa lihat taman jepang yang asli di negaranya, tidak yang versi mungil begini.” Duh saya jadi terharu. Langsung hati saya mengamini. Mudah-mudahan berjodoh kami sekeluarga bisa mengunjungi Jepang suatu hari nanti, meskipun suami sudah pernah ke sana beberapa tahun lalu.

Supaya saya tidak kecewa berkepanjangan, suami langsung menawari untuk mencari makanan di kota. Saya langsung girang. Memang gampangan kalau disogok makanan haha. Akhirnya kami mampir ke warung yang jual bakso dan mie ayam. Menghangatkan badan dengan menyantap bakso, mie ayam pedas, dan juga lemper.

Pelipur kecewa
Pelipur kecewa

Meskipun sedikit terselip kecewa sesaat karena telat masuk ke Japanse Tuin, tapi rasa syukur saya lebih besar dibandingkan kekecewaan yang seuprit itu. Saya bersyukur diberikan kesempatan selalu menikmati saat-saat bersama keluarga, bersyukur bisa masak untuk mereka dan melihat mereka lahap makannya, dan bersyukur bahwa kami diberikan kesehatan dan umur yang berkah hingga detik ini.

Clingendael
Clingendael

-Nootdorp, 31 Oktober 2018-

Pesta Masakan Manado Pada Musim Gugur yang Panas

Penuh dengan makanan Manado

Kok bisa musim gugur tapi panas? Musim gugur kali ini cuacanya benar-benar niet normaal kalau kata orang Belanda. Tidak normal, karena sampai pertengahan oktober masih saja suhunya di atas 20 derajat celcius saat siang menuju sore. Bahkan, sabtu minggu lalu, sampai 27 derajat celcius. Malah di Limburg kata teman saya sampai 30 derajat celcius. Musim gugur rasa musim panas. Tapi minggu depan dari prakiraan cuaca, kembali lagi ke suhu belasan dan hujan.

Sabtu minggu lalu saya beserta beberapa teman datang ke rumah Patricia di Wijchen, memenuhi undangan keluarga Patricia untuk makan masakan Manado. Undangan ini rasanya sudah terwacanakan sejak awal tahun. Baru matang terlaksana Oktober ini. Patricia berasal dari Manado dan dari keluarga Manado asli. Saya yang memang sangat menyukai makanan Manado -suka sekali- langsung antusias memenuhi undangan Patricia. Saya tidak mempunyai darah Manado. Namun sejak bekerja sering ditugaskan ke Manado, saya langsung jatuh cinta dengan makanan Manado. Benar-benar favorit di jiwa dan ragalah. Apalagi saya mempunyai beberapa saudara yang tinggal di Manado (menikah dengan orang Manado) tepatnya di Bitung, Tomohon, dan Tondano, makin punya alasan saya sering ke Manado. Sewaktu kami berencana liburan ke Indonesia, kami akan ke Manado. Selain untuk berkunjung ke saudara, juga untuk wisata kuliner dan menunjukkan ke suami betapa Manado kental sekali hubungannya dengan Belanda. Sayang di Belanda saya belum menemukan restoran Manado (atau mungkin ada yang tahu di mana?), hanya tahu pesanan langsung ke orang-orang Manado asli. Kalau dibandingkan dengan masakan Padang,saya lebih suka dengan masakan Manado. Lebih cocok di lidah dan selera saya.

Ok, kembali lagi ke undangan Patricia. Kami berangkat dari rumah jam setengah satu siang karena ke rumah tetangga dahulu untuk memenuhi undangan ulangtahun. Perjalanan satu setengah jam berkendara menuju Wijchen. Panasnya kentang-kentang sepanjang jalan. Begitu sampai dan masuk rumah, mata saya langsung jelalatan mencari meja makan haha. Maklum, sudah menahan lapar dengan sangat. Halaman belakang rumah Patricia sangat luas, jadi kami (saya dan beberapa anak kecil maksudnya) lesehan di rumput sementara yang lainnya duduk di kursi. Saking panasnya, beberapa anak kecil sampai harus ganti baju memakai baju seminimal mungkin. Sumuk maksimal.

Kami yang datang ini sebenarnya bukan pertama kali saya ceritakan di blog. Saya kenal dengan Patricia pun berasal dari blog sebelum pindah ke Belanda, yang dikemudian hari baru tahu ternyata kami sama-sama ikut Upload Kompakan di Instagram. Sekarang dia jarang nulis di blog karena kesibukan. Dua tahun lalu pertama kali kami kopi darat. Setelahnya dibeberapa acara kami juga bertemu. Walaupun sejak 3 tahun lalu saya sudah menghapus akun IG dan tidak punya lagi sampai sekarang, tapi pertemuan sesama anggota UK yang ada di Belanda lumayan sering, masih menjalin silaturrahmi. Tahun ini kalau tidak salah 3 atau 4 kali kami bertemu. Tidak bisa sering bertemu karena lokasi rumah yang berjauhan, juga kesibukan masing-masing dan juga menyesuaikan dengan jadwal Mbak Yulia ke Amsterdam. Mbak Yulia ini tinggalnya di Austria tapi tiap bulan pasti ke Amsterdam. Sedangkan anggota lainnya adalah Rurie, pemilik katering Kios Kana (akun IG nya @kioskana, kalau mau pesen bakwan malang enak di Belanda, kios kana juaranya. Masakan lainnya juga enak. Bukan endorse ini, testimoni pelanggan yang puas), Asri (pekerja kantoran, alumni S2 VU. Blognya jarang diperbarui karena kesibukan sebagai mbak-mbak kantoran). Kami berlima ini yang sering kumpul. Meskipun tidak lengkap, kadang ketemu dengan beberapa orang juga sering kami lakukan.

Nah ini dia masakan Manado yang penuh satu meja. Kata Patricia, orang Manado itu mempunyai tradisi kalau mengundang tamu, meja makan haruslah penuh dengan makanan. Tidak boleh ada ruang kosong. Kalau bisa malah numpuk piring ke atas. Intinya makanan haruslah berjubel di meja makan tidak memandang jumlah undangan. Meskipun satu atau hanya dua orang yang diundang, perlakuannya tetap sama dengan mengundang orang banyak. Begitu cara mereka menghormati tamu. Menarik juga ya filosofinya, mengingatkan saya dengan orang Jawa di pedesaan juga hampir sama seperti ini. Kalau mengundang orang, mereka akan masak besar-besaran juga. Padahal yang diundang tidak terlalu banyak, tapi masakan yang disajikan istimewa dan banyak jumlahnya. Suami Patricia sampai bertanya berapa keluarga yang datang. Begitu Patricia bilang hanya ada empat keluarga, suaminya langsung heran kenapa masak bisa seheboh itu kuantitasnya. Lalu Patricia menjawab, “Biasa, orang Manado ini yang punya hajat.”

Absen ya masing-masingnya : Puding gula merah (enaknya kebangetan!), dadar gulung (entah isi apa karena ga sempat makan ini, sudah terlalu kenyang), Panada (enak sekali ini, banget!), dabu-dabu, ayam goreng tepung (untuk anak-anak), dadar jagung (bikinan Rurie. Di Manado nyebutnya perkedel jagung ya?), Ayam bumbu RW, tumis sawi, ikan bakar rica, ikan goreng bumbu apa ya itu pokoknya cabe, tumis daun anggur (baru tahu masakan ini. Enak juga ya daun anggur ditumis), ikan bumbu entah warnanya kuning, peyek (buatan mertuanya Patricia yang orang Batak), Bruine bonensoep atau di Manado disebut Brenebon soup.

 

Penuh dengan makanan Manado
Penuh dengan makanan Manado

Ada beberapa hal yang saya baru tahu dari Masakan Manado. Bruine bonensoep atau Brenebon soup atau sop kacang merah, ini sup khas Manado. Saya tanya apakah asalnya dari Belanda karena namanya kok bahasa Belanda sekali. Patricia jawab, mungkin iya. Aslinya kalau di Manado menggunakan kaki babi sebagai kaldu dan dagingnya. Tapi karena banyak pendatang yang muslim di Manado, akhirnya disesuaikan buat mereka yang tidak makan babi, bisa menggunakan daging sapi yang ada lemaknya. Kemarin Patricia memasak menggunakan daging sapi yang ada lemaknya. Super lekker! saya sampai minta resepnya ke dia karena pasukan di rumah suka semua dan lahap makannya dengan soup ini.

Lekker!!
Lekker!!. Ini dabu-dabu

Lalu ada Ayam bumbu RW. Ada yang menyelutuk, bumbu RT ada ga haha, becanda. RW ternyata diambil dari bahasa Minahasa yang berarti Rintek Wuu yang artinya bulu halus (maksudnya bumbunya digiling sampai halus seperti bulu). Awalnya, yang menggunakan bumbu RW ini adalah anjing. Maksudnya Anjing bumbu RW. Tapi seiring berjalannya waktu, berkembang menjadi ayam, daging itik, kelinci, ataupun kucing bisa dimasak dengan bumbu RW. Nah, Mbak Yulia kaget kok bisa anjing bisa dimakan di Manado. Saya lalu menjawab, sewaktu saya sering ditugaskan ke Manado, pernah diberi tahu sopir taksi sana kalau orang Manado itu makan semua yang berkaki, kecuali kaki meja. Jadi kucing pun dimakan oleh mereka. Lalu pak Sopir itu juga cerita, jangan sampai lihat ada kucing berkeliaran, bisa ditangkap lalu dimasak. Mbak Yulia sampai terbengong mendengarkan cerita saya, dan Patricia pun mengamini. Saya lalu menambahkan, di Tomohon malah ada pasar tradisional yang terkenal menjual binatang-binatang yang “tak lazim” untuk dikonsumsi selain oleh masyarakat sekitar, seperti tikus hutan, anjing, ular phyton, kelelawar, monyet hitam, kucing. Babi juga dijual di sini. Nama pasarnya adalah Pasar Beriman Tomohon. Pasar ini ramai juga dikunjungi oleh turis.

Nah, di Manado makan singkong pakai dabu-dabu
Nah, di Manado makan singkong pakai dabu-dabu

Percakapan dengan Patricia menambah wawasan kami akan ragam kuliner di Indonesia, khususnya Manado. Oh iya, ada lagi satu makanan yaitu Puding Gula Merah. Duh ini enak sekali. Laris manis pula banyak peminatnya jadi cuma tinggal sepotong kecil di meja. Untungnya saya sempat sih membungkus bawa pulang (penting ini haha). Karena tidak punya banyak teman yang benar-benar asli Manado (dari keluarga Manado, lahir dan besar di Manado), maka kenal dengan Patricia selalu saja banyak cerita-cerita tentang kebiasaan orang Manado yang sebenarnya saya sudah tahu tapi tetap seru ketika diceritakan berulang kali misalkan orang Manado suka berpesta dan kebiasaan lainnya.

Ini favorit saya. Puding gula merah
Ini favorit saya. Puding gula merah

Saling silaturrahmi dalam satu piring sampai tidak muat
Saling silaturrahmi dalam satu piring sampai tidak muat

Setelah kenyang makan dan berbincang, Mbak Yulia mengusulkan untuk jalan-jalan ke hutan sekaligus hunting foto. Maklum, Mbak Yulia dan Patricia itu fotografer professional (Rurie juga). Yang lainnya tentu saja senang, lumayan kan dapat gratis difoto mumpung warna warni musim gugur sudah keluar. Kami ke hutan Alverna yang letaknya tidak jauh dari rumah Patricia. Betul warna daun warna warninya sudah keluar. Indah sekali. Saya tidak mengambil foto-foto dengan kamera Hp karena sibuk difoto haha sekaligus asyik menikmati pemandangan alam. Lumayan lah di sini lima keluarga bisa foto keluarga gratisan dengan hasil yang ciamik karena difoto dengan kamera canggih dan latar belakang musim gugur yang warna warni. Wah kalau menuruti jiwa narsis yang bergelora, ingin rasanya hasil foto-fotonya saya unggah di sini semua karena bagus-bagus. Tapi tahaann tahaann untuk kalangan terbatas saja 😀 cukup satu saja, lumayan bisa ganti foto profil beberapa akun.

Cuma ini yang saya abadikan. Salah satu sudut tempat kami berfoto ria
Cuma ini yang saya abadikan. Salah satu sudut tempat kami berfoto ria

Sesekali mejeng di blog sendiri. Foto oleh Mbak Yulia
Sesekali mejeng di blog sendiri. Foto oleh Mbak Yulia

Setelah puas berfoto ria, kami kembali lagi ke rumah Patricia. Kami harus segera pulang karena suami tidak terlalu suka menyetir kalau gelap sudah datang. Tidak lupa membungkus makanan (yang membuat saya tidak usah masak sampai senin bahkan sampai selasa besok, saking banyaknya) dan bertransaksi bakso dengan Rurie.

Senang sekali keseruan pertemuan akhir pekan ini. Saking serunya sampai saya euforia tidak karuan. Entah, meskipun cuma sebentar, tapi pertemuan kami benar-benar berkualitas. Ditambah makanan yang enak, pembicaran yang seru dan juga cuaca yang bagus. Lengkap sudah. Akhir pekan yang menyenangkan. Tot Volgende keer! 

Inilah kami. Saya, Patricia, Mbak Yulia, Asri, dan Rurie. Kata teman saya yang melihat foto ini "kok latar belakangnya kayak di Jonas" haha
Inilah kami. Saya, Patricia, Mbak Yulia, Asri, dan Rurie. Kata teman saya yang melihat foto ini “kok latar belakangnya kayak di Jonas” haha. Foto oleh Mbak Yulia

-Nootdorp, 14 Oktober 2018-

Belanda Kembali Menghangat

Pemandangan sepanjang sepedahan

Belanda kembali menghangat setelah sebelumnya sudah kembali ke cuaca fitrahnya yaitu hujan, angin, dan dingin. Hal itu wajar karena memang sudah masuk ke musim gugur. Sebenarnya matahari bersinar terang dan suhu menghangat pada bulan oktober itu tidak seperti biasanya. Saya ingat, tahun kemarin juga seperti ini. Walhasil pada musim dingin ampun-ampunan dinginnya dan sampai ekstrim bahkan beberapa kali turun salju yang sangat lebat. Dengan cuaca yang kembali menghangat pada bulan Oktober ini, semoga musim dingin nanti tidak terlalu ekstrim suhu dinginnya. Oh ya, saat ini langit mulai gelap sekitar jam 7 malam dan kembali terang sekitar jam 8 pagi. Jadi malamnya lumayan lama.

Ya sudah, musim dingin dipikirkan nanti saja. Sekarang dinikmati yang ada, yaitu memanfaatkan semaksimal mungkin aktifitas di luar rumah selama matahari bersinar terang dan hangat. Bagaimana tidak, walaupun tidak ada matahari selama tidak hujan saja kami pasti tetap jalan-jalan. Nah ini matahari muncul dan suhu hangat, pastinya kami tidak mau hanya sekedar duduk-duduk dalam rumah. Sampai minggu depan, konon suhu sampai 22 derajat celcius.

Nongkrong di danau
Nongkrong di danau

Hari Jumat minggu lalu, saat suhu menghangat sampai 22 derajat celcius, kami memutuskan untuk menghabiskan sore dengan nongkrong di danau dekat rumah. Kami sering sekali main ke sini. Berjalan kaki hanya sekitar 20 menit saja. Di danau ini ada fasiltas bermain untuk anak selain bisa main pasir selayaknya di pantai juga. Kalau musim panas, danau ini sangat penuh karena banyak yang berenang. Jika musim gugur seperti saat ini, anak-anak hanya bermain pasir dan beberapa permainan yang lain karena air danaunya tidak layak untuk dijadikan tempat berenang karena faktor dingin.

Kami menghabiskan waktu sekitar 1.5 jam di sini. Senang rasanya menikmati suasana sepi, melihat burung-burung di tepi danau, menghirup udara segar, dan merasakan hangatnya sinar matahari. Karenanya, saya sangat senang berlama-lama di sini jika keadaan memungkinkan.

Hari Sabtu, cuaca tetap sama. Kami yang awalnya tidak punya rencana ke luar rumah, tiba-tiba ketika makan siang, tercetus ide untuk sepedahan ke pusat pertokoan di kota sebelah. Tidak jauh, hanya 30 menit saja naik sepeda. Sekitar jam setengah 4 sore kami berangkat. Namun rencana hanya sekedar rencana. Ditengah perjalanan, tiba-tiba saya usul untuk ke taman saja karena sayang kalau cuaca cerah seperti ini dihabiskan di dalam pusat pertokoan. Suami setuju, akhirnya kami membelokkan sepeda ke taman yang biasanya kami datangi. Jadi taman ini tidaklah asing bagi kami.

Sepedahan
Sepedahan

Pemandangan sepanjang sepedahan
Pemandangan sepanjang sepedahan

Pemandangan sepanjang sepedahan
Pemandangan sepanjang sepedahan

Sampai di taman
Sampai di taman

Daunnya belum semua berubah warna
Daunnya belum semua berubah warna

 

Masuk lebih dalam ke hutan
Masuk lebih dalam ke hutan

Masih di taman
Masih di taman

masih di taman
masih di taman

Ah senangnya bisa kembali lagi ke sini setelah terakhir kalau tidak salah awal tahun kemarin. Kami berkeliling menikmati daun-daun yang mulai berubah warna dan duduk menikmati bekal biskuit yang saya bawa sambil berbincang dan merasakan nikmat hangat sinar matahari.

Setelah puas berkeliling sekitar 1.5 jam, kami memutuskan pulang karena tidak mau saat gelap kami masih di jalan. Saat mulai mengayuh sepeda, dari kejauhan kami mendengar banyak suara anak kecil. Suami bilang mungkin ada speeltuin atau taman bermain untuk anak di sana. Kami lalu ke arah suara tersebut dan ternyata untuk masuk ke sana harus membayar meskipun untuk anak dibawah 3 tahun gratis tetapi yang menemani tetap membayar. Taman bermain ini memang besar dan lengkap permainannya, jadi kami maklum kalau untuk masuk harus membayar. Biasanya kalau di perumahan, di setiap komplek ada taman bermain juga, tetapi kecil dan tidak lengkap permainannya.

Kami putuskan lain kali saja ke sini karena sudah telat untuk bermain dan kami melihat ada restoran di sampingnya. Membaca menunya ada Pannenkoek atau pancake. Kami belum pernah makan pancake di restoran sebelumnya karena biasanya hanya makan sesekali untuk sarapan di rumah dan sejujurnya saya tidak terlalu suka. Tapi tidak ada salahnya makan di restoran kan.

Pemandangan dari balkon
Pemandangan dari balkon

Ternyata restoran ini besar sekali. Bukan hanya restoran tapi juga ada tempat bermain bowling, tempat bermain anak dalam ruangan, dan tempat pertemuan. Ruang restoran saja dibagi beberapa ruangan. Restoran untuk anak-anak ada di ruangan tersendiri dan dengan desain ruangan seolah olah kapal laut. Aslinya mengadopsi cerita Pirates of the Carribean. Kami memesan 3 jenis pancake yaitu pancake dengan jahe, pancake ukuran kecil dan pancake dengan keju dan jamur. Ternyata enak juga pancake dengan aneka rasa seperti itu karena biasanya dimakan dengan gula, meses atau segala sesuatu yang manis.

Sudut yang desainnya seperti dalam kapal
Sudut yang desainnya seperti dalam kapal

Aneka rasa pancake
Aneka rasa pancake

Saya senang sekali akhir pekan ini kami habiskan waktu banyak di luar ruangan dan mencoba hal baru yang nampaknya sepele yaitu pancake. Tapi disetiap hal baru pasti akan ada pengalaman tak terlupakan bukan, karenanya kami sangat menikmati saat-saat seperti ini. Berkumpul bersama di akhir pekan.

Oh ya, akhir pekan ini saya memasak nasi kuning dengan pelengkap yang lumayan niat. Pelengkapnya adalah ayam goreng, orek tahu tempe, sambel pete, telur dadar, mie kuning, perkedel, dan sayur urap. Niat ya haha. Kalau sedang kepingin memang harus dituruti kalau tidak, akan kepikiran. Masak begini saya juga dibantu suami. Dia bagian bersih-bersih dapur setelah saya selesai memasak dan mencuci peralatan masak. Dan saya mikirnya akhir pekan adalah saat kami bisa makan siang bersama jadi setiap akhir pekan kalau sedang tidak ada undangan atau tidak ada rencana makan ke luar, saya masak yang sedikit berbeda dari biasanya. Senang semuanya lahap makan nasi kuning ini sampai nambah-nambah. Terharu saat sabtu malam menjelang tidur suami tiba-tiba menyelutuk :

Suami (S) : ga sabar besok siang

Saya (D) :  ada apa?

(S) : makan enak

(D) : hah di mana? Kan masih ada makanan di kulkas

(S)  :ya itu,nasi kuning kamu enak.

(D) : *merona lalu meleleh *lemah kena gombalan

Nasi kuning dengan pelengkap ayam goreng,orek tahu tempe, sambel pete, telur dadar, mie kuning, perkedel, dan sayur urap
Nasi kuning dengan pelengkap ayam goreng,orek tahu tempe, sambel pete, telur dadar, mie kuning, perkedel, dan sayur urap

Karena minggu depan cuaca masih menghangat, saya sudah mempunyai beberapa rencana untuk menikmati matahari di beberapa tempat, dengan catatan kalau tidak malas haha. Ya, selama cuaca masih ok, harus dinikmati dengan maksimal.

 

-Nootdorp, 7 Oktober 2018-

Science Centre di Delft

Minggu lalu cuaca lumayan “terik” dibandingkan minggu ini. Kenapa teriknya pakai tanda petik? Ya meskipun matahari bersinar nyentrong selama 5 hari, tapi angin dan dinginnya tak tahan aduhai membuat harus memakai jaket tebal. Maklum suhu sudah dikisaran 14 derajat celcius ke bawah. Tapi dengan adanya sisa-sisa matahari yang nongol, jadwal ke luar rumah harus dimaksimalkan karena tidak tahu kapan matahari akan nongol lagi.

Hari Rabu kami nongkrong di Delft. Matahari sedang bergembira sampai obral sinarnya sehingga kami bisa duduk leyeh-leyeh depan gereja sambil menikmati bekal dari rumah dan bersenda gurau. Oh ya, Delft ini adalah salah satu kota favorit saya selain Den Haag. Saya langsung jatuh cinta saat pertama kali ke sini tahun 2014. Suasana di Delft itu Cozy dengan bangunan-bangunannya yang masih mempunyai ciri khas bangunan tua tapi terawat dengan baik. Banyak turis datang ke sini tapi tidak sehiruk pikuk Amsterdam ataupun Den Haag. Kalau Den Haag sebenarnya juga tidak terlalu banyak turis, tapi memang penduduknya yang banyak. Kalau berkesempatan ke Belanda, silahkan mampir ke Delft dan rasakan perbedaannya dengan Amsterdam.

Delft saat cuaca cerah
Delft saat cuaca cerah

Hari kamis, makbedundug saya menerima pesan dari mahasiswa PhD sekaligus tempat belajar saya dalam dunia nak kanak children. Maureen sering membagikan ilmu dan pengalamannya  di blog dalam menyelami dunia anak-anak sebagai seorang Ibu maupun sebagai akademisi dan praktisi di bidang tersebut. Oh jangan salah, meskipun namanya nampak “barat”, medoknya Sorbeje asli. Saya pertama kali ketemu awal tahun ini sewaktu ada acara di rumah kami. Kenal lewat blog, twitter dan WhatsApp sudah lama. Ya beberapa tahun ini maksudnya.

Jadi, maksud dia kirim pesan ke saya, mengajak ketemuan di Delft mumpung cuaca masih cerah. Dia dan Stan -putranya- pengen ke Science Centre – museum science untuk anak-anak. Saya langsung cek jadwal dengan suami, hari sabtu kami tidak ada acara jadi saya langsung mengiyakan ajakannya. Sudah lama juga sebenarnya saya ingin ke museum ini tapi masih belum ketemu waktu yang pas. Saya langsung menghubungi Yayang mau mengajak juga siapa tahu Cinta Cahaya belum pernah ke sini. Sayang karena terlalu mendadak, Yayang yang bekerja pada hari sabtu tidak bisa bergabung dengan kami. Mudah-mudahan bulan depan bisa ketemu ya Yang!

Awalnya suami tidak mau ikut. Tapi entah kenapa saat makan siang tiba-tiba dia mengutarakan keinginannya untuk ikut. Ya tentu saja saya senang. Sekalian rame-rame. Rencananya saya akan berangkat naik bis. Tetapi karena dia ingin ikut, maka akhirnya kami naik sepeda. Jarak Science Centre dari rumah kami tidak terlalu jauh, hanya 20 menit jika naik sepeda. Jam 3 sore kami sudah tiba di sana. Tahu tidak, saya itu selalu berdebar-debar kalau melihat tulisan TU Delft dan ketika berada dalam area kampus ini. Maklum ya, memang sudah impian dan cita-cita saya sejak dahulu kala bisa kuliah di tempat ini. Jadi jangan bosan-bosan ketika membaca tulisan saya yang selalu mengungkapkan bahwa TU Delft adalah kampus impian. Mudah-mudahan suatu saat saya bisa kuliah di sini. Kalau tidak sampai PhD seperti Maureen, ya paling tidak bisa mencicipi program masternya.

Ruang depan Science Centre TU Delft
Ruang depan Science Centre TU Delft

Ruang tunggu. Berasa anak kuliahan lagi nongkrong sewaktu duduk di sini *ngayal jangan nanggung2
Ruang tunggu. Berasa anak kuliahan lagi nongkrong sewaktu duduk di sini *ngayal jangan nanggung2

Masuk ruang tunggunya saja langsung berasa sekali aura tekniknya. Jadi Science centre ini memang museum yang ditujukan untuk dikunjungi oleh anak-anak. Tiga tema dari tempat ini adalah Sains, Desain, dan Teknik. Science centre merupakan tempat semua alat atau bahan penelitian yang sudah dan sedang dilakukan oleh TU Delft. Jadi kita bisa menikmati hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh mahasiswa maupun para peneliti. Tiket masuknya jika mempunyai museumkaart, gratis. Jika tidak mempunyai, untuk anak berumur dibawah 7 tahun gratis, umur 7-17 tahun harga tiketnya €4, diatas 18 tahun €7, dan untuk seluruh keluarga maksimal 4 orang €17.5.  Tentang Science centre, lebih lengkapnya bisa dibaca di sini.

Tertera di keterangan, ini permainannya agak rumit. Minimal butuh waktu 20 menit. Kata Maureen "duh, hidup sehari2 sudah serus masa iya main pun musti serius. Pening"
Tertera di keterangan, ini permainannya agak rumit. Minimal butuh waktu 20 menit. Kata Maureen “duh, hidup sehari2 sudah serius masa iya main pun musti serius. Pening”

Disetiap ruangannya, enath di lantai, tembok ataupun langit-langitnya selalu bertebaran rumus-rumus. Mengingatkan saya akan masa lalu yang tertimbun rumus-rumus
Disetiap ruangannya, entah di lantai, tembok ataupun langit-langitnya selalu bertebaran rumus-rumus. Mengingatkan saya akan masa lalu yang tertimbun rumus-rumus

Beberapa alat peraganya bisa dimainkan. Misalkan main simulasi mobil atau bola yang jatuh dari langit-langit atau simulasi angin. Di beberapa ruangan juga banyak yang bisa dicoba untuk dimainkan.

Ini ruangan utamanya
Ini ruangan utamanya

Ruangan utama
Ruangan utama

Sampai langit-langit pun ada rumusnya
Sampai langit-langit pun ada rumusnya

Kalau ke sini bukan hanya bisa berkeliling di ruangan-ruangannya saja, tapi juga bisa mengikuti workshop yang diadakan dengan jadwal yang ada pada websitenya. Selain itu, jika ada yang ingin merayakan ulangtahun, juga bisa jauh hari menghubungi pihak Science centre sehingga acara ulangtahunnya bisa dirayakan di tempat ini. Kalau ingin mengikuti tour, bisa juga. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan di sini. Oh iya, di halaman belakang, ada taman bermain juga. Sayang saya tidak bisa mengambil foto karena banyak anak yang sedang bermain di sini.

Tak terasa satu jam lebih kami berasa di sini. Senang rasanya berkeliling, melihat dan menjajal alat peraga yang ada. Saya dan Maureen juga sempat berbincang di taman belakang. Meskipun sak nyuk an ketemu tapi obrolan kami mendalam. Senang juga bisa berbagi cerita dengan Stan. Anak pintar dan supel. Stan ini bisa berbicara 4 bahasa lho. Jepang, Inggris, Belanda, dan Indonesia tentu saja. Jawa juga kalau mau dimasukkan. Sehat selalu ya Stan!

Kami lalu melanjutkan perjalanan ke Pusat Delft. Kalau hari sabtu ada pasar, jadi seru bisa berkeliling sambil melihat-lihat pasar. Tidak berapa lama karena haus, akhirnya kami nongkrong.

Camilan nongkrong kami. Saya di mana-mana memang selalu pesannya susu coklat haha *sebelum ada yang nanya
Camilan nongkrong kami. Saya di mana-mana memang selalu pesannya susu coklat haha *sebelum ada yang nanya

Itu yang dipiring adalah Tortilla disiram keju dan saus tomat ditambahi Jalapeno. Terus terang saya tidak terlalu suka. Jadi saya makan sedikit saja. Andaikan bisa makan bakso ya *yak ngayal episode kesekian pun dimulai.

Setelah sekitar 30 menit menikmati sisa sore, kami memutuskan pulang tapi mampir dulu ke toko buku. Sempat ketemu lagi dengan Maureen dan Stan yang sedang berjemur di depan Gereja sambil makan kentang goreng. Tot volgende keer Maureen en Stan!

Kesan saya tentang Science centre, seru! Tapi kata suami, biasa saja. Ya beda selera. Yang penting ada yang senang bisa menikmati dan bersenang-senang di sana.

Saat menulis ini, di luar matahari sedang gonjreng dan langitpun biru menawan. Kami sedang bersiap jalan-jalan ke danau.

-Nootdorp, 3 Oktober 2018-