Ingin Membuktikan Apa?

Suatu malam, disalah satu pembicaraan kami sebelum tidur, saya tiba – tiba teringat sesuatu :

Saya : Kapan – kapan pengen deh nulis khusus tentang kamu. Semacam apresiasi buat kamu atas semua yang sudah kamu lakukan selama kita menikah. Jadi nulis yang baik – baiknya. Semacam yang indah – indah gitu. Segala hal baik yang sudah kamu lakukan *lalu yang baca nahan – nahan mual di perut.

Suami : Oh ya bagus itu, biar aku sesekali tampil lah jadi pemeran utama di blog kamu. Bukan sekedar bayangan *huahaha bayangan, ngakak waktu itu. Tulis ya yang bagus – bagus, yang banyak *lah rikues Pak Suami.

Saya : Eh tapi, nanti dipikir kita ada lagi ada masalah. Kan aku ga pernah nulis panjang lebar tentang kamu. Tiba – tiba membahas kamu, semacam mencurigakan. Biasanya kan gitu, kalau ada pasangan yang jarang atau bahkan ga pernah ngomongin hubungan mereka secara terbuka, trus tiba – tiba sering muncul dengan foto dan cerita yang indah – indah, biasanya kan ada sesuatu yang disembunyikan. Lalu akhirannya, terjadi sesuatu. Kamu pernah mengamati hal itu ga?

Suami : oh ya, bener juga. Aku juga sering memperhatikan hal ini. Sama pemikiran kita…….. *pembicaraan pun berlanjut makin seru.

Suami istri kompak nggosip berkedok menganalisa tingkah laku manusia.


Saya pada dasarnya suka mengamati sekitar, apapun itu, manusia, hewan, bahkan kerikil – kerikil. Sejak kecil sudah seperti itu. Makin bertambah umur, makin terasah apalagi sejak nyemplung di dunia riset (kualitatif). Makanya saya lebih senang tidak terlalu berisik kalau sedang dalam suatu kelompok, karena saya sibuk mengamati. Lalu dari hasil pengamatan tersebut, biasanya kepala saya akan sibuk menganalisa, cari – cari referensi semacam jurnal atau artikel. Atau ya hanya sekedar mengamati dan menganalisa di kepala saja. Ujung – ujungnya, jadi bahan tulisan. Pernah beberapa teman ngomong seperti ini : hati – hati loe – loe pada sama Deny, otaknya tuh ga pernah berhenti mikir. Kelihatannya dia diem, tapi kepalanya penuh ide buat nulis. Daun ga gerak aja bisa dibuat tulisan panjang sama dia. Jadi, hati – hati sama gelagat kalian, bisa – bisa jadi bahan tulisannya.

Saya ngakak parah sih kalau ada yang komentar seperti itu, karena benar adanya. Saya tidak menggosip kelakuan secara personal, tapi saya suka mengamati, menganalisa, dan ujung – ujungnya hasil analisa pribadi jadi bahan tulisan. Senang saja saya mengamati tingkah laku manusia.

Tapi pada hasil amatan dalam tulisan ini, cuma sekedar amatan tanpa ada bukti ilmiah yang mendukung. Hanya sekedar mengamati fenomena sosial yang terjadi sejak saya mulai ngeh dengan media sosial, diantara kalangan pertemanan, pesohor, ataupun saudara sendiri. Ini tentunya tidak bisa gebyah uyah atau pukul rata ya, hanya beberapa yang tak luput dari amatan saya, kok ya pas kejadian. Dan sekali lagi, tidak ada yang salah dalam membagikan cerita romantis dan foto – foto bahagia dengan pasangan. Sama sekali tidak salah karena itu hak setiap orang. Pada dasarnya memang media sosial diciptakan untuk berbagi hal apapun kan.

Banyak pasangan yang memilih untuk berbagi cerita kehidupan sehari – hari, cerita percintaan, ataupun foto – foto mesra yang diunggah ke khalayak umum. Tak sedikit pasangan juga memutuskan hal sebaliknya, menyimpan dan tidak mau berbagi hal – hal ke media sosial, yang mereka anggap masuk ranah pribadi, dengan alasan menjaga privasi. Yang memilih berbagi foto mesra dan cerita kehidupan bersama pasangan, alasannya banyak. Ada yang memang hanya sekedar berbagi cerita, berbagi momen bahagia, syukur – syukur bisa menginsipirasi yang melihat dan membaca. Ada beberapa juga yang ternyata sedang menyembunyikan gundah gulana lalu ingin menunjukkan pada dunia bahwa mereka sedang baik – baik saja dengan menuliskan hal – hak baik tentang pasangan, mengunggah foto yang ceria, ataupun memuji setinggi langit apa yang sudah dilakukan pasangan.

Untuk mereka yang masuk pada kelompok terakhir, biasanya yang tidak pernah atau sangat jarang muncul hadir di media sosial bersama pasangannya, lalu mak bedundug ikut meramaikan jagad media sosial dengan segala cerita indah dan puja puji untuk pasangan. Biasanya saya langsung curiga wahh ini ada apa ya. Insting langsung berbicara. Tapi yah, itu kan hanya Suudzon saya saja. Meski banyak juga yang akhirnya terbukti seperti hipotesa awal saya.

Saya sendiri, sudah lama sekali tidak pernah menampilkan foto suami di akun media sosial maupun di blog. Apalagi follower twitter saya makin banyak, jadi tidak bisa sebablas dulu lagi untuk menuliskan dan menampilkan foto di sana. Bagus juga seperti itu. Jadi saya punya rem cakram. Punya filter. Hanya 2 tahun pertama kalau tidak salah, saya menampilkan foto suami di blog. Setelahnya tidak sama sekali. Kalau untuk bercerita, ya pasti masih saya ceritakan.

Sama halnya dengan anak – anak. Baru beberapa tahun terakhir saya mulai membuka diri untuk mengatakan bahwa saya adalah seorang Ibu yang punya anak tiga. Sebelumnya, saya lumayan tertutup tentang anak – anak. Sekarang saya ceritakan beberapa kali di media sosial tentang anak – anak, secara umum, tanpa menyebutkan umur, jenis kelamin, dan foto. Dan yang saya ceritakan pun, bukan hal yang spesifik.

Banyak yang bertanya (ya beberapa oranglah, ga banyak banget) kenapa saya tidak terbuka tentang keluarga, paling tidak pamer foto anak dan suami. Jawabannya simple : saya menghargai privasi mereka dan saya takut kejahatan mengintai. Itu saja. Toh saya tidak harus membuktikan apapun kepada dunia tentang keluarga saya. Mereka yang saya jumpai di dunia nyata mengetahui dengan pasti, itu saja sudah lebih dari cukup. Selebihnya saya memilih menyimpang dan tidak membagikan pada dunia luas yang saya tidak tau seberapa aman di luar sana.

Kembali lagi ke pembahasan tentang pasangan yang tiba – tiba memunculkan foto berdua atau cerita kemesraan, padahal sebelumnya tidak, ya biarkan saja. Bukan hak saya untuk menghakimi kalau mereka sedang ada masalah atau memang sedang dalam masa romantis. Meski menganalisa dan membahas dengan sirkel terdekat tetap berjalan. Saya sudah tidak adil sejak dalam pikiran.

Mau pamer untuk membuktikan sesuatu silahkan. Mau pamer ya karena sedang jatuh cinta bertubi dengan pasangan ya silahkan. Tidak usah kepikiran nanti orang lain mikir ini dan itu. Yang tau kebenarannya, ya cuma kamu.

Kalian sendiri bagaimana, apa tipe yang ga masalah menampilkan foto pasangan dan anak – anak di media sosial? atau ya sudah disimpen saja, ngapain ditampilkan.

-29 Februari 2024-

*Tulisan ini intinya apa? Ya ga ada hahaha. Saya sedang meneruskan tulisan yang ada di draft saja. Daripada cuma tersimpan ga jelas, sayang. Jadi saya teruskan, meski ngalor ngidul ga jelas. Lumayan kan, blog jadi terisi lagi :))))

4 thoughts on “Ingin Membuktikan Apa?

  1. Duh aku sebagai pasangannya public figure can’t relate. Hahaha.. padahal cuma artis kecamatan.
    Maksudnya aku sering menggunakan blog dan sosmed sebagai kendaraan promosi dia ๐Ÿ˜‰

  2. iyaah, titin sampe kaget baca mba den udah punya 3 anak. ketinggalan apa titin? ternyata emang gak nyerita2 ya hehe

    bahagia selalu yaa, kalian.. seneng baca cerita mudiknya ^^

    1. Hahahah Tin, sekalinya pengumuman sudah beranak 3 ya ๐Ÿ™‚

      Terima kasih ya. Sehat2 juga kamu

Thank you for your comment(s)

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.