Amsterdam, Gouda 10km, Bertemu Teman Lama

Sejak pulang dari liburan, akhir pekan saya selalu sibuk dengan agenda bersosialisasi alias bertemu dengan beberapa teman. Sudah lama tidak menuliskan cerita akhir pekan, jadi kali ini saya akan merapel cerita 3 akhir pekan aktifitas bersama beberapa teman dan aktifitas pribadi.

  • KRAAMBEZOEK ALIAS TILIK BAYI

Sebulan sebelumnya, saya sudah memasak beberapa jenis makanan untuk dibawa ke rumah teman yang melahirkan 3 bulan lalu. Niat saya setelah pulang liburan, bisa tilik bayi alias melihat bayi dan ibunya setelah melahirkan, mumpung dia masih belum kembali bekerja. Saat liburan, saya membuat janji dan dia setuju dengan waktu yang saya tawarkan. Seminggu sebelum berangkat ke rumahnya, saya mulai mengecek kendaraan umum apa untuk menuju ke sana karena terus terang baru kali ini mendengar kota tempat dia tinggal. Sebenarnya letak rumahnya tidak jauh dari tempat tinggal saya, tapi karena akses kendaraannya tidak terlalu banyak, jadi waktu tempuh ke sana agak panjang.

Hari H ke rumahnya, saya membawakan kado untuk bayi dan Ibu juga beberapa makanan seperti ayam panggang, rendang, bakso, lodeh, mie goreng, bumbu soto, dan bumbu urap. Semuanya saya masak sendiri. Tak ketinggalan Banana Cake andalan saya. Alhamdulillah Banana cake mendapatka pujian, hari yang sama ludes karena mertuanya juga suka. Setiap menjenguk Ibu yang melahirkan, saya selalu membawakan makanan karena Ibu dan Bapak yang punya anak bayi butuh tenaga banyak dan mood yang baik untuk tetap bisa kuat dan bahagia menghadapi makhluk kecil mungil dan segala perubahan setelah melahirkan. Jadi, semoga makanan yang saya masak sendiri bisa membawa mood yang baik dan kebahagiaan tersendiri. BIsa dijadikan stok juga supaya mereka tidak sibuk masak.

Singkat cerita, setelah menempuh perjalanan dengan deg – deg ser takut nyasar, saya dan anak ragil sampai juga di rumahnya. Oh, bayinya lucu sekali. Kami mengobrol banyak hal, makan siang dengan mie goreng yang saya buat, lalu 3 jam kemudian saya pamit pulang. Selain Ibu dan bayinya butuh istirahat, saya juga harus cepat kembali karena anak mbarep sepulang sekolah sudah janjian di rumah membawa satu temannya. Jadi saya siap siaga menyedikan camilan untuk mereka.

  • PANEN TOMAT HIJAU

Cuaca mulai dingin dan daun mulai rontok, saatnya berbenah halaman depan dan belakang. Pulang dari liburan, tanaman tomat yang tiba – tiba saja muncul tanpa ditanam, buahnya sangat banyak. Untungnya, masih berwarna hijau. Jadi bisa disimpan di freezer untuk masak yang butuh rasa asam. Isi freezer saya terbatas, karenanya saya tawarkan ke teman apakah mau meminang si tomat – tomat ini, gratisan. Senangnya, dia mau. Selain tomat, saya juga panen Strawberry meski jumlahnya tidak seberapa. Daun mint juga tumbuh subur. Dedaunan seperti kucai, thyme, rosemary, dan basil juga lumayan banyak. Semuanya saya pangkas sekalian dengan bunga – bunga yang sudah mulai mengering. Siap menyambut musim gugur.

  • KULINERAN DI AMSTERDAM

Sabtu minggu berikutnya, saya dan anak tengah pergi ke Amsterdam dengan kereta. Saya dan seorang teman akan wisata kulineran meskipun belum diputuskan akan kemana. Awalnya kami sudah reservasi tempat ke satu Indonesia restoran yang baru dibuka. Tapi setelah membaca ulasan di Google, kami membatalkan reservasi dan memutuskan ke sana lain waktu saja jika mereka sudah lebih siap dan menu yang disajikan sudah lengkap.

Saat kami sudah bertemu dan berdiskusi cepat, akhirnya kami memilih makan di Satay Club. Ini juga restoran yang baru buka beberapa bulan lalu. Konsepnya mengusung berjualan sate seperti di Indonesia dengan membakar menggunakan arang. Kami tentu saja penasaran karena sepintas saya lihat penyajiannya bisa menggunakan lontong. Wah favorit saya ini, makan sate dengan lontong. Plus katanya pemilik restoran ini belajar ke Indonesia langsung untuk membuat sate dan mendatangkan orang Indonesia langsung untuk mengajari mereka cara membuat sate dan bumbunya yang enak. Sekarang si Bapak sudah kembali ke Indonesia.

Satay Club lokasinya tidak jauh dari Stasiun Amsterdam. Lokasi turis tentu saja. Sesampainya di tempat, masih sepi. Baru jam buka juga. Setelah memilih menu dan membayar (yang lumayan juga harganya) kami menunggu makanan datang dengan berbincang. Obrolan seputar liburan saya, hidup sehari – hari, dan rencana kami tentang liburan.

Makanan datang, kami mencicipi satenya. Saya pesan sate domba dan anak tengah makan sate ayam. Sate ayam dan bumbu kacangnya ok, tidak yang spesial. Sensasi bakarannya dapat, dagingnya agak kering, potongannya manusiawi tidak seperti potongan sate ayam di Belanda yang besar – besar. Sate domba yang saya pesan, rasanya enak. Bumbunya terasa jadi seperti sate Maranggi. Lontongnya yang mengecewakan karena disajikan dengan dingin. Saya minta dipanaskan katanya tidak bisa karena standar penyajian mereka ya dingin. Saya memberi masukan kalau di Indonesia kami makan sate tidak pernah dengan lontong yang dingin. Minimal suhu ruang. Apalagi setelah ini masuk musim dingin, akan tidak enak kalau makan sate dengan lontong yang dingin. Mereka menerima masukan saya dan akan mempertimbangkan untuk mengubah penyajian lontong.

Balado terong rasanya tidak masuk selera saya. Sambel bawangnya enak. Jadi secara keseluruhan, ok lah makan di sini. Tapi, cukup sekali saja untuk saya. Anak saya sih senang dan habis makan sate ayam dengan nasi. Katanya enak sekali. Pasti karena kelaparan.

Setelahnya kami ke toko oleh – oleh yang lokasinya persis di depan Satay Club. Saya membeli beberapa barang. Seperti turis saja ya. Lalu kami melanjutkan jalan kaki ke Restoran Thailand untuk bungkus bawa pulang, ke toko roti membeli kudapan, restauran Vietnam untuk membeli es kopi, dan ke toko es krim. Cuaca hari itu lumayan cerah cenderung gerah. Membuat hati juga ikutan gembira melihat matahari dan langit biru di Amsterdam. Seperti biasa ya Amsterdam, ramai sekali dan aromanya itu aduh, khas ganja. Aroma yang saya tidak suka.

Alhamdulillah, jalan – jalan ke Amsterdam selesai sudah. Perut kenyang sekali karena makan ini dan itu. Saya dan anak tengah pulang dengan hati gembira. Saya senang karena banyak ngobrol dengan teman dan makan dengan kenyang.

  • CARGILL SINGELOOP GOUDA 2025 – 10KM

Hari minggu keesokan harinya, saya mulai ragu apakah akan tetap berangkat ke Gouda untuk ikutan race 10km yang sudah saya daftar sejak bulan Januari dan nomernya pun sudah dikirim ke rumah. Yang membuat saya ragu adalah cuaca hari itu akan sangat terik dengan suhu 28 derajat celcius. Apalagi waktu berlarinya sore hari jam 3. Puncaknya panas. Suami meyakinkan saya untuk tetap berangkat saja karena sudah daftar, sayang kalau tidak datang. Apalagi Gouda cuma 20 menit saja naik kereta.

Akhirnya saya niatkan datang dengan berdoa semoga dikuatkan selama lari. Walapun tetap deg – deg an juga. Sesampainya di lokasi acara, wah peserta yang lain sudah terlihat siap sedia. Saat saya datang, yang 5km baru saja dimulai. Panasnya mulai terasa. Sangat menyengat ke muka.

Saya membeli air mineral dingin di supermarket terdekat dan berniat membawanya selama lari. Saya memakai pakaian dan jilbab tertipis. Supaya tidak terlalu panas. Niat saya pokoknya ya sudah dijalani saja, sesampainya saja. Kalaupun akan jadi yang terakhir masuk finish, ya sudah. Kalau tidak kuat ya stop saja.

Nanti akan saya ceritakan selengkapnya di tulisan yang terpisah. Singkat cerita dengan perjuangan dan keringat yang basah ke baju, hampir menyerah juga tidak melanjutkan, akhirnya saya jadi peserta terakhir yang sampai finish haha! sudah biasa. Saat saya sampai, semua langsung bersorak dan ya lumayan, dijepret foto banyak pose. Waktu saya 1 jam 35 menit. Ini lari dengan selingan jalan kaki terbanyak selama saya ikutan race. Ya lumayanlah, nambah 1 medali lagi.

  • BERTEMU TEMAN AKRAB

Sabtu minggu lalu, saya bersama anak ragil berkunjung ke rumah teman yang sudah 11 tahun ini saya kenal. Sudah lama saya tidak mengobrol panjang dengan dia. Sebelumnya sudah bertemu di acara Indonesia di Den Haag beberapa bulan lalu, tapi ya tidak terlalu lama juga. Plus berisik jadi ngobrol tidak khusyuk. Lalu kami membuat janji sebelum saya pergi liburan.

Jam 7 pagi saya sudah ada di stasiun metro. Untung anak kicik tidak terlalu susah bangunnya dan semangat sekali karena akan pergi dengan kereta. Perjalanan ke rumah teman ini, 3 jam lamanya. Jauh ya, karena memang sudah beda provinsi. Terbiasa jadi penduduk kota besar, jadi kalau mau ke provinsi lain berasa sekali jauhnya. Tapi ya tidak masalah, demi bisa bertemu teman dan ngobrol banyak, perjalanan jauh pun bukan hambatan. Makanya berangkat pagi supaya pulangnya pun tidak terlalu telat.

Jam 10 pagi pun saya sudah di rumahnya. Langsung kami heboh bercerita ke sana sini tanpa henti. Sampai suaminya yang maunya nongkrong duduk dekat kami, diusir untuk pergi saja haha karena dia tidak bisa berbahasa Indonesia. Daripada tidak paham kan, apalagi saya dan teman ini sama – sama orang Jawa Timur. Jadi obrolan kami jelasnya semuanya berbahasa Jawa Tapal Kuda. Kencang dan penuh tawa.

Lima jam tak terasa ngobrol dan makan. Kalau dengan teman yang sudah satu frekuensi, saya pikir ngobrol tujuh hari tujuh malam pun tidak akan pernah kehabisan topik. Dari topik tentang keluarga sendiri, diri sendiri, rencana ini itu, sampai menggosipkan orang *LOH!

Waktunya pulang, temu kangen sayangnya harus diakhiri di sini. Sampai berjumpa dilain waktu yang entah kapan karena rumah kami yang berjauhan dan dia pun kerja kantoran jadi waktunya tidak se fleksibel saya. Lima jam yang terasa pendek tapi cukuplah menuntaskan rasa rindu.

Butuh usaha kedua pihak untuk pertemanan yang awet. Tidak selalu ada pelangi dan kupu – kupu di dalamnya, tapi paling tidak sampai 11 tahun ini kami masih bersama. Memaafkan, menerima, dan saling memahami adalah kuncinya. Komunikasi juga tak kalah penting. Semoga kami tetap langgeng selalu.

Perjalanan 3 jam kembali ke rumah, lancar jaya. Pukul 6 malam kami sudah sampai. Anak kicik yang senang sekali dengan perjalanan kali ini, dia langsung bercerita banyak ke Papa dan kedua kakaknya. Kangen juga meninggalkan suami dan anak – anak di rumah seharian utuh.

  • MENGUNJUNGI MAMA MERTUA

Hari minggu, kami ke rumah Mama mertua. Jadwal kami setiap 2 hari minggu memang menjenguk Mama. Tidak lama di sana, berbincang seperti biasa lalu satu jam kemudian kami pulang. Mama juga tidak bisa terlalu lama karena gampang capek. Biasanya setelah dari Mama, kami muter – muter dulu di pusat kota Den Haag. Tapi kali ini kami langsung kembali ke rumah karena saya agak capek. Kali ini tidak jajan dulu di Toko Asia.

Wow, panjang juga ya rapelan cerita 3 akhir pekan. Senang sekali bisa menulis cerita akhir pekan seperti ini. Sama senangnya karena saya kembali rajin menulis di blog. Saat menulis ini, saya mulai jam 5 pagi karena sudah tidak bisa tidur lagi. Waktu yang tenang untuk berkonsentrasi. Fokus yang penuh. Satu jam menulis, sudah selesai.

Saya bersyukur sekali, masa – masa istirahat dari media sosial seperti ini, konsentrasi saya jadi panjang dan juga produktif untuk menulis kembali. Tidak sebentar – sebentar pegang Hp untuk mengecek media sosial. Entah sampai kapan rehatnya, yang pasti saya sangat menikmati waktu tanpa bermedia sosial.

  • 18 September 2025 –

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.