Perihal Staatsexamen NT2 Programma I (B1)

Buku-buku NT2 di perpustakaan pusat Den Haag

Menikah dengan warga negara Belanda itu susah susah gampang, setidaknya itu yang saya rasakan selama mendekati 2 tahun perkawinan kami. Jangan salah sangka dulu karena yang saya maksud disini adalah proses administrasinya. Susah susah gampangnya adalah dokumen yang dibutuhkan pada saat akan menikah lumayan menguras konsentrasi dan ketelitian untuk mempersiapkannya, itupun prosesnya bertingkat, printilannya banyak. Setelah kawin, masih ada dokumen-dokumen lainnya yang perlu dipersiapkan dan dikirim untuk mendapatkan visa tinggal di Belanda, jika memang kesepakatan dari awal pihak Indonesia akan pindah ke Belanda. Setelah sampai Belanda pun masih saja ada persyaratan yang harus dipenuhi, misalkan untuk memperpanjang ijin tinggal, mendaftarkan perkawinan, dan masih panjang jalan yang harus ditempuh (salah satunya adalah harus cek bebas TBC setiap 6 bulan sampai 5 kali, jadi total 2.5 tahun) untuk memenuhi peraturan pemerintah tentang imigran yang akan tinggal di Belanda. Bersyukurnya proses ini sejak awal sebelum menikah sampai sekarang (dan masih belum selesai, tapi hampir selesai) kami jalani dengan santai tapi pasti. Santai karena kami tidak terlalu ngoyo, pasti karena kami niat untuk melewatinya sampai selesai dengan hasil memuaskan. Sejauh ini jalan yang kami tempuh lancar-lancar saja, meskipun tetap ada kerikil sesekali tetapi tidak sampai mengganggu. Kami bawa dengan rasa riang dan gembira. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam proses panjang ini adalah lulus ujian bahasa Belanda.

Diantara segala persyaratan yang harus dipenuhi, ujian bahasa Belanda ini yang paling menguji mental dan menguras emosi kami, terutama saya yang menjalani. Ujian bahasa Belanda yang saya lakukan tidak cukup hanya sekali. Salah satu persyaratan untuk mengajukan visa tinggal di Belanda lebih dari 3 bulan, yang disebut MVV, adalah dengan menyertakan bukti lulus ujian tingkat A1 (basis inburgeringsexamen – disebut juga mvv examen) yang dilakukan di kedutaan Belanda di Jakarta. Cerita lengkap tentang ujian A1 dan segala lika likunya sudah pernah saya tuliskan disini. Setelah mvv examen selesai dan dinyatakan lulus, saya bisa bernafas lega, namun hanya sementara.

Ketika pindah ke Belanda, tantangannya berbeda dan semakin nyata. Saya yang lulus ujian A1 lebih banyak dari hasil belajar sendiri lewat youtube dan karena disambi mengerjakan tesis, langsung praktik berbicara bahasa Belanda di negara asalnya itu rasanya semacam garuk-garuk kepala setiap hari, ora mudheng. Benar bahwa hampir semua orang Belanda itu bisa berbicara bahasa Inggris, tapi tetap saja kalau pada saat acara keluarga rasanya aneh kalau anggota keluarga yang lain harus berbicara menggunakan bahasa Inggris hanya karena saya tidak bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda. Selain itu, untuk memperpanjang ijin tinggal, (saya mendapatkan kartu ijin tinggal yang namanya verblijfsvergunning selama 5 tahun, kartu ini juga berlaku sebagai kartu ijin bekerja), saya sebagai imigran wajib menjalani ujian integrasi yang diberikan waktu untuk lulus maksimal 3 tahun sejak kedatangan ke Belanda. Karena benar-benar ingin belajar bahasa Belanda secara baik dan benar, saya memutuskan untuk sekolah bahasa Belanda. Cerita super lengkapnya tentang pencarian sekolah sudah pernah saya tuliskan disini. Awalnya saya ingin mengikuti ujian tingkat B2 yaitu Staatsexamen NT2 Programma II, tetapi setelah saya pikir-pikir lagi sesuai dengan tujuan kedepannya, tingkat B1 saja sudah cukup untuk saya, untuk saat ini. Untuk ujian integrasi sendiri, minimal harus lulus tingkat A2, tetapi jika ingin mengambil tingkatan yang lebih tinggi diperbolehkan. Sekedar informasi, ujian bahasa Belanda itu tingkatannya dari paling bawah sampai paling atas : A1-A2-B1-B2-C1-C2. Jadi saya mengambil ujian satu tingkat diatas syarat minimal yang diwajibkan.

Setelah sembilan bulan penuh berjibaku dengan pelajaran di sekolah (sekolah yang saya ikuti ini hanya libur satu minggu pada 25 desember sampai 1 januari, selebihnya gas pol masuk terus), akhirnya awal Januari 2016 saya dinyatakan selesai sekolah bahasa Belanda. Selanjutnya babak yang paling menegangkan adalah ujian integrasi itu sendiri. Ujian integrasi untuk mereka yang datang ke Belanda per 1 Januari 2015 terdiri dari (sering-sering dicek website DUO karena sering terjadi perubahan dalam kurun waktu tertentu) :

  1. Kennis Nederlandse Maatschappij (KNM) : Ujian pengetahuan dan kemasyarakatan Belanda
  2. Oriëntatie Nederlandse Arbeidsmarkt (ONA) : Ujian wawancara kerja
  3. Examen Schrijfvaardigheid (Schrijven) : Ujian menulis
  4. Examen Spreekvaardigheid (Spreken) : Ujian berbicara
  5. Examen Luistervaardigheid (Luisteren) : Ujian mendengarkan
  6. Examen Leesvaardigheid (Lezen) : Ujian membaca.

Semua ujian diatas dilakukan di DUO. Karena uang sekolah saya termasuk dengan uang ujian, maka yang mendaftarkan ujian adalah pihak sekolah, saya tinggal menunggu jadwal sambil deg deg ser. Saya sudah melakukan ujian KNM, Schrijven, Spreken, Luisteren, dan Lezen. Untuk ONA akan saya lakukan menyusul (mungkin 3 bulan kedepan) karena ONA ini tidak diurus oleh sekolah dan harus saya sendiri yang mendaftar serta saya harus menyiapkan dokumen-dokumen penunjang (butuh menyetarakan ijazah ke IDW juga). Setelah melalui serangkaian ujian tersebut, akhirnya pengumuman itu tiba. Saya LULUS! Rasanya terbayarkan sudah segala kerja keras saya selama satu tahun terakhir berjibaku dengan susahnya belajar bahasa Belanda, walaupun tetap menikmati proses panjangnya. Ujian Staatsexamen NT2 (B1) itu adalah yang saya sebutkan diatas pada nomer 3 sampai 6, dan buat saya yang baru satu tahun tinggal di Belanda saat pelaksanaan ujian, B1 itu susah. Pada satu titik saya hampir menyerah dan ingin ujian A2 saja, tapi ada suara yang berbicara di dalam kepala yang membuat saya tetap maju untuk ujian B1. Suara itu adalah ego saya, dia mengatakan “kalau kamu tidak mencoba sampai batas maksimal kemampuanmu, bagaimana kamu tahu kalau kamu berhasil atau tidak.” Akhirnya saya maju ujian dan mencoba optimis, yang penting dicoba dulu, perkara gagal, itu urusan belakangan. Perjuangan untuk lulus akhirnya terbayarkan sudah.

Ada beberapa tips dan informasi yang bisa saya bagikan disini, mungkin bisa digunakan untuk mereka yang memutuskan, sedang proses belajar atau akan menghadapi Staatsexamen NT2 programma 1 (B1). Tips dan info ini berdasarkan pengalaman saya, beda orang beda cara juga :

  • Tak kenal maka tak sayang

Benar adanya peribahasa diatas. Kalau tidak mengenali sesuatu, bagaimana bisa menyukai atau menyayanginya. Karenanya, kenali bahasa Belanda dulu secara perlahan. Dari pengalaman saya, mengenal bahasa Belanda itu tidak bisa dipaksakan, harus kesadaran sendiri dan dari dalam hati. Awal masuk sekolah, saya masing setengah-setengah belajar bahasa Belanda. Tapi seiring berjalannya waktu, saya semakin menyukai bahasa Belanda karena sering menonton film, mendengarkan lagu berbahasa Belanda dan berkomunikasi dengan bahasa Belanda. Saya mendengar bahasa Belanda itu sexy kalau diucapkan. Semakin banyak saya melakukan kesalahan di pengucapan ataupun grammatica, semakin tertantang untuk belajar terus. Sekarang saya bukan hanya jatuh cinta dengan suami yang WN Belanda, tetapi juga bahasa Belanda itu sendiri.

  • Belajar mandiri secara rutin, konsisten, dan terjadwal

Yang saya lakukan adalah selain belajar di sekolah juga rutin dan konsisten belajar di luar sekolah. Karena belajar di sekolah saja tidak cukup waktunya jadi harus ditunjang dengan belajar mandiri di luar sekolah. Saya belajar di luar sekolah setiap hari maksimal 3 jam rutin dari senin sampai jumat, sabtu dan minggu libur. Untuk lama belajar setiap orang berbeda kebutuhannya. Untuk saya, 3 jam itu sudah maksimal, lebih dari itu pusing kepala. Lebih baik belajar dalam waktu yang pendek tetapi rutin daripada waktu yang lama tetapi hanya satu hari saja. Setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan dibidang tertentu dan sejak dulu saya menyadari bahwa bahasa bukan bidang saya, karenanya saya harus belajar lebih tekun dibandingkan yang lainnya. Jika memutuskan tidak sekolah, belajar mandiri bisa dilakukan melalui website-website yang memberikan materi dan contoh ujian. Tenang saja, banyak sekali. Bisa juga ke perpustakaan (Bibliotheek) untuk meminjam buku atau mengikuti koffie met taal, ini program perpustakaan tanpa dipungut biaya untuk belajar bersama-sama dengan guru dan peserta yang lain.

Buku penunjang belajar. 4 buku saya dapat dari sekolah, lainnya adalah pemberian kenalan.
Buku penunjang belajar. 4 buku saya dapat dari sekolah, lainnya adalah pemberian kenalan. Apakah saya pelajari semua? tentu tidak, saya fokus pada 4 buku yang didapat dari sekolah dan satu buku khusus grammatica. Buku-buku lainnya saya baca kalau sempat.
Taal huis (rumah bahasa) yang ada di perpustakaan pusat kota Den Haag. Disini sering ada acara-acara yang diadakan gratis untuk membantu mereka yang akan ujian integrasi
Taalhuis (rumah bahasa) yang ada di perpustakaan pusat Den Haag. Disini sering ada acara-acara yang diadakan gratis untuk membantu mereka yang akan ujian integrasi ataupun ujian Staatsexamen NT2. Dengan deposito 31 euro, bisa meminjam semua buku yang ada disini gratis maupun memanfaatkan fasilitas lainnya.
Fasilitas komputer yang bisa digunakan
Fasilitas komputer yang bisa digunakan
Buku-buku NT2 di perpustakaan pusat Den Haag
Buku-buku NT2 di perpustakaan pusat Den Haag
Folder-folder yang berisi latihan soal
Folder-folder yang berisi latihan soal
  • Kenali kelemahan

Kelemahan saya adalah bagian berbicara (spreken) dan mendengarkan (luisteren), karenanya saya bekerja keras pada dua bagian ini. Bukan berarti saya melalaikan bagian menulis dan membaca karena pada dua bagian ini hasil latihan di sekolah selalu bagus, jadi saya optimis pada dua bagian ini selain karena saya memang suka menulis dan membaca. Tidak heran nilai ujian membaca saya lebih unggul dibandingkan yang lainnya. Dengan mengenali kelemahan, kita bisa tahu bagian mana yang harus ditingkatkan, lebih keras dan tekun belajarnya

  • Keluar dari zona aman dan nyaman

Yang saya maksudkan disini tentu saja keluar rumah untuk bergaul dengan lingkungan luar. Contohnya : kalau sudah yakin akan melamar kerja, ya bisa dimulai dengan melamar kerja. Bisa juga dengan mengikuti kegiatan sukarelawan seperti yang saya lakukan. Cerita tentang beberapa kegiatan sukarelawan yang saya ikuti sudah pernah saya tulis disini. Selain lebih memperluas pengetahuan kita tentang lingkungan di Belanda juga bisa memperlancar komunikasi dalam bahasa Belanda. Salah satu manfaat yang bisa saya dapat adalah : sewaktu mengikuti ujian KNM, saya tidak terlalu mengalami kesulitan meskipun baru sempat belajar 2 minggu menjelang ujian. Hal ini karena materi KNM nyaris sama dengan yang sehari-hari saya temui di luar rumah ataupun dengan membaca berita. Akhirnya saya mendapatkan nilai sempurna untuk KNM. Kalau hanya berdiam diri di rumah tanpa melakukan kegiatan apapun, bisa saja, toh itu berdasarkan kebutuhan masing-masing orang. Tapi, sangat sayang kalau misalkan banyak fasilitas di luar rumah yang bisa digunakan tetapi tidak dimanfaatkan dengan baik sebagai bagian proses integrasi. Setelah 2 bulan menjadi sukarelawan di verpleeghuis, waktu itu saya merasa ada peningkatan pada kemampuan berbicara dalam bahasa Belanda.

Penilaian KNM ini berbeda dengan penilaian Staatsexamen NT2 untuk B1 pada 4 bagian yang sudah saya sebutkan. Untuk B1 nilai minimal yang harus dicapai untuk lulus yaitu 500, nilai maksimalnya 900 berdasarkan keterangan di website Iamexpat ini (website ini sangat informatif, silahkan dibaca jika memerlukan informasi mendalam, salah satunya tentang Staatsexamen NT2)

Nilai KNM
Nilai KNM
  • Belajar dari radio, tv, film, lagu-lagu, banyak membaca koran dalam bahasa Belanda ataupun novel.

Yang saya sebutkan diatas adalah cara untuk memperkaya kosakata dalam bahasa Belanda maupun mempelajari struktur kalimat selain melatih mata untuk membaca dan telinga untuk mendengarkan, bahkan tangan untuk menulis serta mulut untuk melatih pengucapan. Kalau melihat TV bisa juga dipasang subtitle dalam bahasa Belanda sehingga kita juga bisa belajar membaca selain mendengarkan.

  • Membatasi bergaul dengan sesama orang Indonesia

Terdengar sok dan belagu ya dengan saya menuliskan untuk membatasi bergaul dengan sesama orang Indonesia, tapi ini berhasil untuk saya. Logikanya : kalau setiap saat atau katakanlah setiap hari kita selalu bertemu atau beraktivitas dengan sesama orang Indonesia menggunakan bahasa Indonesia, lalu kapan kita akan bisa mempraktikkan komunikasi menggunakan bahasa Belanda. Kalau setiap saat kita berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia selama di Belanda, lalu apa bedanya dengan saat kita tinggal di Indonesia. Ingat, belajar bahasa itu bukan seperti legenda Bandung Bondowoso yang dapat membangun candi dalam waktu satu malam. Belajar bahasa itu tentang latihan yang teratur dan praktik yang konsisten. Perluas pergaulan bukan hanya dengan sesama orang Indonesia saja. Sudah saatnya mengubah cara berpikir, tidak harus selalu bersama-sama dengan yang sesama negara. Ada saatnya untuk berkumpul, tapi tidak harus selalu. Selain itu juga bisa menghindarkan diri dari gosip-gosip yang tidak perlu.

  • Dukungan dari pasangan dan keluarga

Sejak saya masuk sekolah, komunikasi dengan suami yang pada awalnya menggunakan bahasa Inggris berganti dengan bahasa Belanda. Dari yang prosentasenya hanya 5%, sekarang sudah sekitar 90% kami berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda. Suami saya termasuk galak dan super tegas dalam hal ini. Setiap saya menggunakan bahasa Inggris, dia selalu menjawab dengan bahasa Belanda. Lama-lama akhirnya saya mengikuti. Begitu juga dengan keluarga disini, saya berkomunikasi dengan mereka full menggunakan bahasa Belanda. Tidak hanya itu saja, suami selalu mengoreksi ucapan saya yang salah ketika berbicara, membetulkan tulisan ketika saling berkirim pesan di whatsapp ataupun email. Salah disini termasuk cara pengucapannya maupun grammatica. Awalnya kesal ya setiap berbicara kok dikoreksi. Lama-lama jadi terbiasa dan merasakan manfaatnya. Selain itu, suami juga rajin mengoreksi hasil latihan menulis bahkan dua bulan menjelang ujian, sepulang dia bekerja, kami setiap malam berlatih bersama. Dia mengoreksi hasil latihan saya di contoh soal ujian maupun berlatih ujian berbicara. Dia mengatakan bahwa ujian integrasi ini adalah tanggungjawab bersama, jadi kerja team. Karena kalau saya tidak lulus, dia juga kan yang akan rugi. Karenanya dukungan suami sangatlah dibutuhkan. Adakalanya saya capek dan bosan belajar, dia tidak memaksa. Itu wajar katanya. Hanya satu ucapannya yang saya selalu ingat, “Saya mengikuti kamu. Kalau kamu memang mau lulus, mari belajar bersama-sama. Tapi kalau kamu tidak disiplin dalam belajar, kamu juga harus terima konsekuensinya apa, dan tidak boleh marah-marah ataupun sedih berkepanjangan. Apa yang kamu tanam, itu yang kamu dapatkan manfaatnya.”

Contoh latihan ujian menulis yang dikoreksi oleh suami
Contoh latihan ujian menulis yang dikoreksi oleh suami.
  • Latihan, praktik dan praktik

Praktik ini tidak mengenal batasan waktu dan tempat. Terutama yang saya soroti disini adalah praktik berbicara. Pada awalnya saya takut kalau melakukan kesalahan ketika berbicara, tetapi lama kelamaan saya berpikir, saya kan bukan asli orang Belanda. Jadi kalau melakukan kesalahan ya wajar saja, namanya juga belajar. Kalau melakukan kesalahan berbicara tidak akan didenda juga. Jadi hajar saja, jangan takut. Yang menjadi lawan bicara juga pasti akan tahu kalau saya bukan asli Belanda. Kalau takut terus yang dipelihara, kapan bisa maju. Akhirnya saya nekat berbicara mengunakanan bahasa Belanda dimanapun berada, misalkan di pasar, di supermarket, menelefon rumah sakit, membuat janji dengan dokter, bahkan ketika berkonsultasi dengan dokter ketika di rumah sakit saya menggunakan bahasa Belanda, atau saat mengirim email ke koordinator di tempat kerja. Intinya dimanapun dan kapanpun. Kecuali kalau dalam keadaan sangat terpaksa : misalkan sesuatu yang berhubungan dengan medis, kalau sudah dijelaskan menggunakan bahasa Belanda berkali-kali dan ada hal yang saya belum paham, saya meminta dijelaskan menggunakan bahasa Inggris, daripada salah pemahaman.

  • Ukur kemampuan

Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, untuk ujian integrasi kita diberikan waktu maksimal 3 tahun untuk lulus. Kita harus bisa mengukur kemampuan kita sendiri apakah sudah siap untuk ujian atau belum. Tingkat B1 lebih sulit ujiannya dibanding A2, itu pasti karena memang tingkatan B1 diatas A2. Tetapi yang saya ingin tekankan disini adalah karena B1 itu susah (menurut pendapat saya yang baru 1 tahun tinggal di Belanda), kita harus menetapkan batas terhadap diri sendiri kapan akan ujian. Kalau dirasa satu tahun cukup untuk belajar, lalu memutuskan ujian, silahkan. Kalau dirasa dua tahun itu waktu yang dibutuhkan untuk belajar lalu ujian, silahkan. Yang jangan dilupakan adalah batas maksimal 3 tahun. Jangan menetapkan standar berdasarkan kacamata orang lain, tetapi jadikan keberhasilan orang lain itu sebagai motivasi. Kalau memang ternyata setelah ujian dan hasilnya gagal, jangan terlalu kecewa. Segera bangkit dan telisik kembali gagalnya dibagian mana. lalu perbaiki. Banyak latihan, praktek dan jangan mudah menyerah. Salah satu yang menjadi motivasi saya adalah ketika melihat digrup NT2 ada yang mengumumkan lulus ujian setelah 9 bulan belajar. Wah, ternyata bukan hal yang mustahil ya. Setelahnya saya menjadi terpacu untuk belajar maksimal.

  • Beberapa website yang bisa digunakan untuk belajar (alamatnya bisa langsung diklik):

EHBN (Eerste Hulp Bij Nederlands) : Ini untuk belajar dan latihan soal-soal KNM. Saya belajar KNM dari situs ini selain buku yang didapat dari sekolah.

NT2taalmenu : Materi dan contoh soal NT2

Lingua Incognita : Materi dan contoh soal NT2, A2 dan KNM

Ad Appel : Materi dan contoh soal A1, A2, NT2

Virtueletraining : Materi dan contoh soal NT2

Exercisesinburgering : Materi A1, siapa tahu ada yang membutuhkan

Inburgeren : Ini adalah website DUO sebenarnya, tetapi disini bisa dibaca lengkap tentang segala informasi tentang ujian integritas dan contoh soal sebagai bahan latihan.

Dutchgrammar : Untuk belajar grammar.

Hetcvte : Website ini khusus untuk Staatsexamen NT2 milik DUO, dari cara mendaftar ujian sampai contoh soal dan materinya.

  • Pada saat ujian

Sehari sebelum ujian, saya tidak memegang satu bukupun. Tujuannya supaya pikiran tenang. Pada hari ujian, usahakan datang 30 menit sebelum ujian dengan membawa lengkap syarat-syarat yang sudah tertulis dalam surat undangan. Jangan tegang dan panik, terutama bagian spreken. Fokus saja pada diri kita, percaya diri saja bahwa bisa mengerjakan. Berdoa supaya diberikan kemudahan, jika memang dibutuhkan. Saya menemukan sebuah cerita tentang pengalaman saat ujian. Bisa dibaca disini. Apa yang dituliskan nyaris sama dengan pengalaman saya. Dan ternyata, setelah saya melewati ujian-ujian tersebut, soalnya tidak sesusah yang saya bayangkan. Bahkan pada bagian luisteren, suaranya jelas tidak seperti contoh ujian yang saya buat latihan.

  • Setelah ujian

Setelah ujian waktunya untuk bersenang-senang. Lakukan apapun yang kita suka, piknik misalnya karena kita sudah terbebas dari ujian. Kalau saya bersama suami jalan-jalan ke Perancis dua minggu setelah ujian berakhir. Masalah hasil, tidak usah terlalu dipikirkan walaupun dalam kenyataannya tetap saja sih kepikiran tapi tidak terlalu berlebihan. Kalau kita sudah berusaha semaksimal mungkin, hasil akan mengikuti, tenang saja. Optimis. Dan satu lagi, berdoa semoga hasilnya adalah lulus. Hasil ujian bisa dilihat pada website DUO dalam waktu 5 minggu dan suratnya akan dikirim ke alamat kita dalam waktu 6 minggu terhitung sejak waktu ujian, kecuali KNM hasilnya bisa dilihat sekitar 3 hari setelah ujian.

Itulah pengalaman dan informasi yang bisa saya bagi mengenai ujian integrasi maupun Staatsexamen NT2 Programma I (B1). Saya saat ini masih mempersiapkan untuk ujian ONA, setelah melewati 5 ujian lainnya. Jika sudah ada hasil ONA, informasi disini akan saya update. Buat saya, yang terpenting adalah kemauan dari kita sendiri untuk belajar semaksimal mungkin. Sebagus dan semahal apapun sekolahnya, kalau tidak diimbangi dengan kemauan kita untuk belajar di luar sekolah, semuanya tidak akan berarti apa-apa. Saya memperhatikan banyak yang lulus ujian B1 tanpa harus bersekolah (karena memang sekolah tidak wajib setelah tahun 2014), mereka belajar sendiri. Sebaliknya pun begitu, ada yang tidak lulus ujian B1 walaupun sekolahnya ditempat yang bagus, karena mereka tidak mau praktik dan menambah frekuensi belajar di luar sekolah. Semuanya kembali pada kita sendiri, ada kemauan kuat untuk lulus atau tidak.

Apakah sekarang saya sudah lancar berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda? Wah ya belum pastinya, jauh dari sempurna. Tinggal disini saja saya belum genap 1.5 tahun, ngomong masih sering belepotan grotal gratul kata orang Jawa, menulis masih sering ketinggalan lidwoordnya, dan masih sering tidak mudheng kalau ada yang berbicara dalam bahasa Belanda dengan kecepatan tinggi dan beraksen. Tapi setidaknya saya sudah berani mencoba dan selalu memperbaiki diri dari segala kesalahan yang ada. Jangan takut salah ketika mencoba dan selalu berpikir positif bahwa kita bisa. Proses belajar tidak serta merta berhenti ketika ujian selesai. Proses belajar akan berlangsung sampai kapanpun. Ada kalimat bagus yang saya kutip dari website Iamexpat “A pass does not mean your Dutch is perfect, but it proves you have a good understanding of the language and you are familiar with the grammar and vocabulary.”

Heel veel succes voor iedereen die examen (Inburgeringsexamen of Staatsexamen NT2) gaat doen!

Baca juga pengalaman Zilko (disini) mengikuti ujian integrasi sebagai salah satu syarat untuk mengajukan permohonan izin tinggal permanen di Belanda.

-Den Haag, 18 Mei 2016-

Suami tidak bisa melihat saya ongkang-ongkang kaki, “Jadi selanjutnya kamu mau ujian menyetir atau ambil diploma renang?” owalahh Mas, tawarannya kok ujian lagi, ora uwis uwis 😀

Sekolah Bahasa Belanda – Tingkat Inburgeringsexamen (A2) atau Staatsexamen NT2?

Sudah sebulan ini saya kembali bersekolah, lebih tepatnya belajar bahasa Belanda. Pada beberapa tulisan sebelumnya, saya pernah menyinggung bahwa saya tidak pernah mengikuti kursus bahasa Belanda ketika di Indonesia. Untuk keperluan MVV, diharuskan lulus A1 dikedutaan Belanda, dan semuanya lebih banyak saya pelajari secara otodidak. Jadi ketika sudah pindah ke Belanda, saya niatkan sejak awal ingin bersekolah, belajar secara benar tentang tata bahasa Belanda, tidak lagi menggunakan ilmu nekat. Awalnya saya tidak ingin cepat bersekolah, dengan pertimbangan pada saat itu saya baru selesai sidang tesis. Mendinginkan otak dulu, begitu pemikiran saya. Tetapi setelah satu bulan tidak ada kegiatan ternyata bosan juga. Akhirnya saya bilang suami kalau ingin segera sekolah saja supaya otak tidak terlalu lama menganggurnya.

Sebenarnya bersekolah ataupun kursus privat itu bukanlah sebuah keharusan karena sejak tahun 2014 semua harus kita sendiri yang membayar, dimana tahun sebelumnya semua pendatang diharuskan bersekolah dan semua biayanya ditanggung (disubsidi) oleh Gemeente kota setempat. Pada tahun tersebut, untuk mereka yang tidak bersekolah malah dikenakan denda. Kenapa harus sekolah? karena bagi para pendatang diharuskan untuk lulus ujian integrasi minimal level A2 atau yang disebut sebagai Inburgeringsexamen, dan batas waktu untuk lulus ujian adalah 3 tahun terhitung sejak hari pertama kedatangan di Belanda. Kelulusan ujian tersebut berhubungan dengan perpanjangan ijin tinggal di Belanda. Jika tidak lulus dalam waktu 3 tahun, berdasarkan pengalaman beberapa kenalan, akan dikenakan denda 200 euro tiap 3 bulan sampai beberapa bulan yang ditentukan. Jika tidak lulus juga sampai batas kelonggaran yang telah diberikan IND (Immigratie en Naturalisatiedienst), maka ijin tinggalnya akan dicabut, dan kembali ke negara asal, konon ceritanya seperti itu. Untuk informasi mengenai ini, lebih baik rajin memperbaharui informasi di website IND karena peraturannya seringkali berubah. Batas waktu 3 tahun untuk saya lulus berdasarkan surat yang dikirim IND adalah akhir Februari 2018 dengan ijin tinggal awal adalah selama 5 tahun.

Selain untuk kepentingan lulus ujian, dengan belajar bahasa Belanda, diharapkan para imigran melebur dan berbaur dengan masyarakat setempat. Meskipun hampir semua orang Belanda bisa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris, tetapi merekapun akan lebih senang kalau kita sebagai pendatang ini bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda. Kita akan lebih nyaman juga untuk berkomunikasi kalau misalkan ke pasar atau supermarket atau mengurus sesuatu ke kantor pemerintahan atau bekerja jika menggunakan bahasa Belanda. Bayangkan saja jika kita tinggal di Indonesia kemudian ada pendatang dari negara lain bisa berkomunikasi dengan kita menggunakan bahasa Indonesia, lebih menyenangkan bukan. Seperti kata pepatah Di Mana Bumi Dipijak, Di Situ Langit Dijunjung. Jadi kita harus tahu diri, numpang hidup dinegara orang, jangan bersungut-sungut ketika harus belajar bahasa Belanda. Jangan hanya ingin dianggap sebagai turis dengan mengandalkan komunikasi menggunakan bahasa Inggris, padahal akan tinggal lama disini, lha wong kita ini imigran lho, begitu diwajibkan lulus ujian, menjadi bersungut-sungut. Selain itu, dengan belajar bahasa Belanda, kesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik juga akan semakin luas, buat mereka yang bertujuan mencari kerja.

Kalau kita tidak ingin sekolah dan merasa mampu untuk belajar sendiri, itu juga sah-sah saja. Saya juga mendengar ada banyak orang yang lulus ujian A2 bahkan NT2 programma I dari belajar sendiri. Bagaimana caranya? Mencari bahan ajar yang banyak tersebar di internet ataupun membeli buku-buku yang diperlukan, mendatangi beberapa komunitas belajar mandiri dimasing-masing kota (langsung cari digoogle misalkan dengan kata kunci conversatieles + kota tinggal), belajar dengan partner, join grup Inburgeringsexamen (A2) di Facebook, atau Staatsexamen NT2 (Nederlands als Tweede Taal), atau mencari informasi tentang guru privat yang bisa datang kerumah tanpa membayar alias gratis (vrijwilliger). Ada beberapa kenalan yang menggunakan cara yang terakhir. Intinya, jangan pernah malas untuk mencari informasi sebanyak mungkin.

Kalau ingin sekolah, maka harus mencari informasi tentang sekolah berdasarkan dengan kebutuhan dan tujuan kita serta jika memungkinkan dekat dengan rumah. Hal pertama yang perlu ditetapkan diawal sebelum memutuskan akan belajar disekolah atau belajar sendiri sebenarnya adalah ujian tingkat apa yang akan kita inginkan. Hal ini berkaitan dengan tujuan apa yang akan kita raih kedepannya. Jika tujuannya untuk memenuhi syarat minimal yang diajukan DUO, maka Inburgeringsexamen (A2) sudah cukup. Jika tujuannya lebih dari itu, misalkan ingin melanjutkan sekolah atau ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih bagus, atau pindah kewarganegaraan, maka perlu ujian yang tingkatannya lebih tinggi yaitu Staatsexamen NT2 Programma I atau II (B1 atau B2). Apa perbedaan tentang A2 dan NT2? Silahkan langsung ke website DUO karena disana informasinya sudah sangat terperinci. Tentu saja ujian A2 dan NT2 berbeda, karena level NT2 lebih tinggi dari A2 maka ujiannya juga lebih susah. Setelah tujuan jelas, maka selanjutnya kita akan putuskan apakah akan belajar di sekolah atau belajar sendiri. Jika belajar disekolah, maka setelah mencari beberapa alternatif sekolah, kita juga harus melihat program yang ditawarkan apakah sesuai dengan tujuan yang akan kita capai. Karena ada sekolah yang programnya memang langsung untuk ujian integrasi, ada juga beberapa sekolah yang programnya untuk belajar bahasa Belanda secara reguler. Informasi tentang sekolah ini bisa kita dapatkan dengan bertanya dari beberapa kenalan yang sudah tinggal lebih dulu di Belanda, bertanya langsung pada Gemeente setempat, atau dari google.

Setelah melihat cocok tidaknya program sekolah tersebut dengan tujuan kita, selanjutnya masalah penting lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah biaya. Apakah biaya yang kita anggarkan sesuai dengan biaya pada sekolah tersebut. Jika memang keuangan kita tidak mencukupi, DUO menyediakan program pinjaman untuk kita belajar disekolah. Untuk lebih lengkapnya, bisa langsung dipelajari pada website DUO karena ada beberapa syarat dan ketentuan yang berlaku. Secara garis besar, itulah gambaran tentang Staatsexamen NT2 dan Inburgeringsexamen (A2) serta beberapa cara untuk belajar bahasa Belanda, disekolah atau belajar sendiri.

Kembali kepada pengalaman saya, setelah melalui beberapa pertimbangan tentang tujuan belajar bahasa Belanda yang ingin saya lakukan yaitu : mampu berkomunikasi secara lancar lisan maupun tulisan dalam bahasa Belanda, lulus ujian integrasi, dan mencari pekerjaan serta jika memungkinkan ingin melanjutkan kuliah lagi. Karena tujuan tersebut maka saya memutuskan untuk mengikuti ujian Staatsexamen NT2. Jadi tujuan ini ditetapkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing orang. Jangan cepat menghakimi bahwa ketika seseorang ingin mengikuti ujian NT2 dianggap “sok-sok an” atau ketika ada yang ingin mengikuti ujian A2 terus kita anggap levelnya biasa-biasa saja. Setiap orang mempunyai kebutuhan dan kemampuan yang berbeda.

Selanjutnya yang saya lakukan adalah mencari beberapa informasi sekolah yang lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal (penentuan lokasi juga penting berhubungan dengan efisiensi waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk pulang dan pergi ke sekolah). Pada awalnya ada tiga tempat yang masuk kriteria yaitu Universitas A, Universitas B, dan sekolah bahasa Belanda C. Setelahnya saya membuat janji untuk mengikuti placement test supaya ketika masuk nanti sesuai niveau (tingkat) berdasarkan hasil placement test tersebut. Pada akhirnya saya hanya mengikuti placement test di 2 tempat yaitu di Universitas A dan Sekolah bahasa Belanda C. Hasil tes dikedua tempat tersebut sama yaitu saya ada di niveau A2.  Jadi saya masuk kelas A2 sebagai permulaan levelnya untuk menuju level B2 sebelum ujian NT2 programma II. Setelah melakukan beberapa pertimbangan : program yang ditawarkan, untuk tempat yang terakhir memang tempat untuk belajar yang tujuannya langsung pada ujian integrasi, sedangkan di Universitas A lebih pada program bahasa Belanda sistemnya reguler. Waktu dan tempat : di Universitas A waktu yang tersisa jam 7-10 malam, 3 kali seminggu, lama belajarnya membutuhkan waktu 1.5 tahun sampai level B2 (jika lancar), biaya sekolahnya total sekitar 3000 euro diluar buku dan biaya ujian, serta biaya yang dibutuhkan untuk akomodasi setiap kali datang 10 euro naik kereta PP. Sedangkan di Sekolah bahasa Belanda C, bisa ditempuh naik sepeda sekitar 20 menit dari rumah, atau satu kali naik tram dengan biaya 3 euro PP, waktu belajarnya jam 9-12 pagi seminggu 2 kali, lama belajarnya 9 bulan sampai pada level B2 untuk bisa mengikuti ujian NT2 Programma II, biaya sekolahnya sekitar 2000 euro (bisa dicicil 2 kali pembayaran) sudah termasuk segala macam buku dan biaya ujian di DUO.

Dengan pertimbangan yang sudah disebutkan, maka saya dan suami memutuskan untuk memilih Sagenn karena sesuai dengan tujuan dan keadaan saya. Awalnya saya ingin mengajukan pinjaman ke DUO, tetapi ternyata syaratnya tidak memenuhi karena gaji suami melebihi syarat minimal yang ditentukan oleh DUO. Dengan sistem pembayaran 2 kali sudah lumayan meringankan karena tidak harus membayar sekali waktu dalam jumlah yang lumayan besar. Pertimbangan lainnya kenapa saya lebih memilih belajar di sekolah adalah supaya bisa berinteraksi langsung dengan berbagai macam tipe orang dari berbagai macam negara. Menambah wawasan dan pengetahuan. Saya senang berinteraksi dengan lingkungan baru, meskipun saya akui tidak bisa cepat beradaptasi. Tetapi dengan memilih belajar disekolah, saya jadi mengetahui banyak hal dibandingkan jika saya belajar sendiri atau memilih belajar privat. Keuntungan lainnya bisa langsung praktek berbicara, berdiskusi, maupun belajar kelompok dengan teman-teman sekelas.

Begitulah pengalaman saya dalam memilih dan mempertimbangkan sistem belajar mana yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, serta ujian tingkat apa yang akan saya lakukan nantinya. Kembali lagi, semuanya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan masing-masing. Pertimbangkan baik-baik sebelum memutuskan karena Belanda adalah negara yang mahal, setiap euronya sangat berarti jadi jangan sampai membuang uang untuk sesuatu yang kita putuskan secara tergesa ataupun ikut-ikutan saja.

Semoga berguna apa yang telah saya tuliskan dan selanjutnya akan saya bagikan pengalaman selama sebulan saya bersekolah, tentang sistem belajarnya juga interaksi saya dengan teman baru dan guru-guru disana dari beberapa negara.

Jika ada informasi tambahan dan yang terbaru, monggo dengan senang hati saya menerimanya.

-Den Haag, 19 Mei 2015-

So you want to learn Dutch? You can!

Be prepared for a long and difficult journey though.

Since Adek Deny is trying to master the Dutch language she obviously comes to me with questions about how and why some things are as they are in Dutch language and grammar. As Dutch is my native language I accepted a lot of things when I learned the language over the years without explicitly thinking about the things I was taught. Frustrating for a new comer, because I have to think deeply and sometimes do not have a proper explanation  at all.

I want to show you in this post some of the difficulties that one might experience, trying to learn the Dutch language. Those difficulties are based on my own experiences with the questions from Adek Deny.

1. The Dutch have a very difficult system with conjugating verbs

Learning to use verbs correctly in sentences can be a nightmare, it is so difficult that the Dutch themselves make lots of mistakes actually. I have this example from one of the most popular and best read Dutch blogs: Geenstijl. It states “betaald” while it should say “betaalt” because they mix up the writing of a past particle with the third person singular tense (there is also an extra other bonus mistake as you can see in the picture).

betaald

All media often make grammatical errors (maybe this might give you some comfort). Through Google you can find lots of  websites that will try to give you the best explanations of the difficult matter of conjugating verbs.

2. The Dutch break have a habit of putting words in a sentence in a special order

Sometimes you think you can get away by your knowledge of the English language when creating your first sentences. Unfortunately, in some cases your knowledge of the English language is not applicable in Dutch. Have a look for example at this sentence: “I go to school tomorrow“. Knowledge of English language is not enough to make a correct Dutch sentence like “Ik ga naar school morgen” (although the Dutch will understand what you mean). The correct order would be: “Ik ga morgen naar school”. So besides that you already speak a language with news words and carefully have to think about the verbs to use, things can get extra complicated when at the same time you carefully have to consider the order in which you put the words in an sentence.

3. The Dutch break verbs apart

I never realised it myself, but there is something else strange going on with verbs. We break them apart in some circumstances. There are verbs like ‘aanzetten’ (= “to put on”) that suddenly are split when used in a sentence like ‘Ik zet de televisie aan”  (= “I put on the the television”). Actually what happens is that the verb already contains a preposition (“aan”) that will be taken away from the ‘real’ verb (“zetten”).

4. Pronunciation of the Dutch is very unlike most languages

In Netherlands we have this mocking about to how to determine someone is not originally Dutch by having her or him pronounce the word “Scheveningen” (the name of a beach village located close to Den Haag). The Dutch used that trick in Second World War to discover secret German agents and soldiers.

I started to realise that the Dutch have many more unique (vowel) sounds, like “ui” as in “huis” (=”house”), “eu” as in “keuken” (= “kitchen”), but even more standard vowel sounds like “aa” are difficult to master, because the Dutch really like to prolong  the sound, so don’t be afraid to hold the vowel and say a long “aaaaaaa” instead of a short “aa”. Trust me, it will make you sound more authentically Dutch.

5. The Dutch love to use in between and extra words

Also never realised it, but we Dutch use lots of extra words to create a sort of “cuty” effect or to make someone clear it is all not too serious (I tried to think about why we do that and I can not come up with a more satisfying explanation).

Use lots of words like “hoor” as in “Ja hoor”, “Nee hoor”, “Jammer hoor”. But there are so many other words, like “wel”, “nog”, “even”, “en zo”, “of zo” all difficult or impossible to translate in other languages. An example of a sentence using some of these words would be like: “Ik kan nog wel even doorgaan of zo” (= “I could continue like this’).

Some other tip to improve your authenticity as a Dutch speaking person: repeat some words lot. So when you leave friend or family, say “Doei doei” instead of “Doei” (=”Bye”) or say “Ja, ja” instead of “Ja” (=”Yes”).

6. De/ Het

Ok, so the Dutch have two defining articles “de” and “het” where the English only have one (=”the”). The positive side of the story is that this is one less than in German (“Der”, “Die”, “Das”), the bad news is that you must be prepared to study long time to learn what article to use in what case. There are so many ‘rules’ what to use in what instance, that it is probably easier to learn them by heart and expand your knowledge as you get more comfortable by learning Dutch.

There are more other difficulties with Dutch, so maybe one day I will expand the list later when Adek Deny comes with new questions. Be patient with your partner to teach him or her Dutch, because despite the difficulties I mentioned, you can absolutely learn Dutch and the Dutch will be very proud when you try to master their language! Mingle among the Dutch, watch television a lot or YouTube movies teaching Dutch, start with children books (like the famous “Nijntje”) and I am sure you will be doing fine learning the Dutch!

 

 

Belajar Bahasa Asing

Saya suka mempelajari hal baru, termasuk belajar Bahasa. Tapi ternyata suka saja tidak cukup, karena perlu niat kuat dan ekstra ketekunan untuk memahaminya. Bahasa Indonesia tetap saya pelajari sampai sekarang, meskipun ini adalah bahasa Ibu, bukan bahasa asing. Tidak pernah ada habisnya untuk belajar berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, dari cara penulisan maupun pengucapan. Belajar menulis dan menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar menurut saya adalah sebagai bentuk penghormatan terhadap bahasa Nasional dan bentuk kecintaan pada bahasa Ibu serta ucapan terima kasih pada pendahulu kita yang telah berjuang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa Persatuan. Bahasa Indonesia itu indah. Apakah bahasa Indonesia saya sudah sempurna? tentu saja masih jauh dari kata sempurna. Ketika menulis blog, saya selalu membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online untuk mencari padu padan kata. Dengan begini, saya mencoba untuk belajar lebih jauh lagi bagaimana berbahasa Indonesia secara baik dan benar.

Bahasa asing yang saya pelajari pertama kali adalah Bahasa Arab. Pada usia 6 tahun, orangtua sudah memasukkan saya ke Madrasah Ibtidaiyah (MI), waktu sekolahnya sore hari. Jadi pagi hari saya masuk ke SD Negeri, sorenya saya belajar ke MI di Situbondo. Selama 6 tahun saya intensif belajar menggunakan bahasa Arab, selain pelajaran yang lain tentunya di MI. Belajar bahasa Arab meliputi semua hal, dari menulis, berbicara, membuat kaligrafi, sampai ikut perlombaan pidato menggunakan bahasa Arab. Saya ingat betul di STTB, nilai bahasa Arab saya yang paling bagus. Setelah lulus MI, karena jarang digunakan, kemampuan berbahasa Arab saya perlahan tapi pasti menjadi luntur. Dari yang level aktif, akhirnya berubah menjadi pasif. Sampai sekarang mungkin sudah berubah menjadi sangat pasif. Masih bisa menulis dan membaca huruf gundul. Tapi kalau disuruh berbicara sudah tersendat, tapi kalau ada orang berbicara menggunakan bahasa Arab masih sedikit paham.

Bahasa asing kedua yang saya pelajari adalah bahasa Inggris sewaktu dibangku SMP. Masa itu adalah awal mula saya berkenalan dengan bahasa Inggris. Sangat antusias sekali pada saat itu sehingga nilai bahasa Inggris saya sangat bagus. Pada dasarnya saya ini memang suka heboh diawal kalau belajar bahasa baru. Dan biasanya beberapa waktu kemudian menjadi bosan. Sifat jelek yang tetap melekat sampai sekarang. Saya tidak pernah mendaftar kursus bahasa Inggris, ya mengandalkan guru yang mengajar disekolah. Saya ingat betul pada masa SMP itu Ibu sangat bersemangat mendukung saya untuk lancar berbahasa Inggris, salah satunya adalah praktek langsung berbicara dengan bule. Rumah kami dekat dengan terminal, dan Situbondo adalah kota yang dilewati ketika menuju Bali menggunakan angkutan umum dari arah Surabaya. Jadi tidak mengherankan kalau di Situbondo banyak dijumpai bule yang sengaja beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke Bali. Ibu kalau melihat ada bule jalan, langsung diajak berbicara dengan bahasa pengantar seadanya dan ujung-ujungnya diundang kerumah supaya saya bisa langsung praktek berbicara. Sambil saya belajar, ibu menyajikan makanan ke bule-bule itu. Pada saat itu saya belum mengetahui kalau tidak semua bule bisa berbahasa Inggris. Jadi entah benar atau salah pada saat itu yang penting berani berbicara. Sampai sekarangpun saya terus belajar bagaimana menulis dan berbicara menggunakan bahasa Inggris yang benar dan baik. Komunikasi saya dengan suami menggunakan bahasa Inggris, meskipun untuk saat ini sudah diselingi dengan menggunakan bahasa Belanda dan sesekali suami juga belajar bahasa Indonesia.

Sewaktu SMA, saya mengikuti ekstrakurikuler Bahasa Jepang. Tujuan awalnya karena pada saat itu sedang gandrung mengikuti serial Tokyo Love Story disalah satu TV Swasta di Indonesia. Jadi akhirnya tertarik untuk mempelajari bahasa Jepang. Selama 3 tahun belajar dari tingkatan yang tidak mengerti sama sekali sampai bisa menulis menggunakan huruf Hiragana dan Katakana serta berbicara menggunakan bahasa Jepang. Saya mengikuti beberapa kali ujian sampai level advanced. Sampai pernah satu waktu saya bergabung dengan klub bahasa Jepang disekolah dan dapat pekerjaan untuk menterjemahkan dokumen dari bahasa Jepang ke bahasa Indonesia dari salah satu perusahaan Jepang di Surabaya. Selain mendapatkan pengalaman juga uang yang jumlahnya lumayan besar pada saat itu. Setelah lulus SMA, perlahan tapi pasti kemampuan Bahasa Jepang saya menurun, karena tidak pernah dipraktekkan. Dari yang aktif menggunakan Bahasa Jepang, akhirnya menjadi pasif.

Kemudian pada tingkat akhir perkuliahan, ada program belajar bahasa Mandarin gratis ditempat kuliah. Saya mendaftar dan selama setahun belajar secara rutin bahasa Mandarin. Tujuan awalnya memang iseng, mumpung gratis kan sayang kalau tidak ikut, pikir saya waktu itu. Setelah setahun berjalan, saya mulai bosan. Akhirnya belajar bahasa Mandarin tidak diteruskan dan putus tengah jalan, saya hanya mengikuti dua kali ujian saja. Setelah pindah ke Jakarta, saya mempunyai keinginan untuk kembali mempelajari bahasa asing lainnya. Waktu itu sempat terpikir bahasa Belanda dan bahasa Jerman. Ingin mempelajari bahasa Belanda karena memang sedang berburu beasiswa ke Belanda, sedangkan ingin belajar bahasa Jerman karena iseng, nampak terlihat keren bahasanya sepintas lalu. Tapi keinginan untuk mempelajari dua bahasa tersebut hanya angan-angan karena tidak pernah menjadi kenyataan pada saat itu.

Setelah menikah, mau tidak mau saya harus belajar bahasa Belanda karena persyaratan untuk pindah ke Belanda harus lulus ujian bahasa Belanda level A1 yang dilakukan di Kedutaan Belanda. Belajar bahasa Belanda pada saat itu saya lakukan otodidak. Saya hanya punya waktu 2 bulan untuk belajar dari nol sampai waktu ujian yang ditetapkan. Saya tidak sempat untuk mengikuti les dalam jangka waktu yang normal. Saya pernah menceritakan tentang ini ditulisan tentang MVV Basis Inburgeringsexamen. Tetapi pada saat saya belajar selama 2 bulan itu, mempunyai tujuan yang jelas, bahwa saya harus lulus ujian A1 supaya bisa pindah ke Belanda. Jadi selama proses persiapan ujian yang cukup singkat, saya selalu memotivasi diri sendiri untuk lulus. Akhirnya saya lulus dengan nilai yang lumayan memuaskan, menurut saya, yang benar-benar pemula. Bahkan nilai TGN atau kemampuan berbicara dalam bahasa Belanda saya nilainya setara dengan level B1 (menurut isi surat kelulusan yang saya terima).

Entah mengapa, saya senang sekali belajar bahasa. Awalnya saya berpikir untuk menyeimbangkan kerja otak. Sehari-hari otak saya bekerja dengan angka-angka karena memang kecintaan saya pada hitungan. Dengan belajar bahasa, saya merasa otak jadi seimbang. Belajar bahasa itu sexy, karena bisa tahu juga aksen berbicara dari negara asalnya. Seperti bahasa Inggris, saya suka aksen British, awalnya karena mendengar Jude Law berbicara dibeberapa filmnya, terdengar sexy. Benar sekali, saya memang orang yang gampang terpengaruh oleh film. Jadi kalau ada film yang saya senangi, biasanya akan mencari informasi yang terkait sampai kulit-kulitnya. Tapi aksen itu bukan utama, yang penting adalah mengerti dan memahami bahasa yang sedang kita pelajari dan konsisten mempraktekkannya supaya tidak menjadi lupa. Satu lagi, belajar bahasa asing itu benar-benar menyenangkan.

Tulisan Mbak Yoyen tentang Learn Your Languages ini akhirnya menjadi jawaban kenapa selama ini saya suka belajar bahasa asing. Salah satunya ya yang seperti saya sebutkan sebelumnya yaitu menyeimbangkan otak dan bagus untuk kerja otak. Manfaat yang lainnya masih banyak lagi tentunya. Belajar itu butuh kesungguhan dan kerja keras jadi hasilnya bisa maksimal. Tidak seperti saya yang sudah susah-susah belajar beberapa bahasa Asing ujung-ujungnya tidak dipergunakan secara maksimal akhirnya perlahan menjadi lupa dan berujung hanya mengumpulkan sertifikat lulus ujiannya saja. Dari beberapa bahasa asing yang pernah saya pelajari, yang masih dipergunakan secara aktif adalah bahasa Inggris. Sisanya berbekas samar-samar. Saat ini saya sedang memulai lagi belajar bahasa asing, yaitu bahasa Belanda. Tujuan belajar bahasa Belanda ini jelas, supaya saya bisa berkomunikasi disini, meskipun penduduk Belanda ini banyak yang bisa berbahasa Inggris, tetapi tetap saja saya ingin lancar berbahasa Belanda lisan maupun tulisan. Tujuan kedua setelah menguasai bahasa Belanda adalah lulus ujian untuk memperpanjang ijin tinggal saya disini selama 5 tahun. Dan tujuan ketiga adalah untuk mencari pekerjaan. Kalau sudah menetapkan tujuan diawal, belajar akan lebih menyenangkan dan terarah.

Bahasa asing apa yang sedang kamu pelajari sekarang, atau bahasa asing apa yang kamu kuasai sampai saat ini?

-Den Haag, 8 Mei 2015-

Gambar dipinjam dari sini dan sini.