Tidak Sulit Untuk Berempati

(Nyaris) semua orang saat ini sedang berlomba2 bersama menyelamatkan diri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Tidak hanya lingkup negara, tapi seluruh dunia. Musuh kita tak kasat mata tapi sudah membuktikan kekuatannya : menghilangkan banyak nyawa dan menimbulkan krisis ekonomi.

Setiap individu punya cara masing-masing untuk bertahan, apapun itu. Bertahan waras secara mental maupun raga. Bertahan untuk hidup menit demi menit.

Ada yang setiap masuk rumah dari luar rumah, langsung mandi dan mencuci bajunya. Apakah berlebihan? Tidak. Itu cara mereka bertahan hidup dengan melindungi diri dan keluarganya. Supaya hal-hal yang tak kasat mata dan mematikan di luar tidak menyebar di dalam rumah.

Ada yang merasa cemas setiap berpapasan dengan orang lain lalu memilih jauh-jauh supaya tidak berdekatan. Apakah berlebihan? Tidak. Itu cara mereka menentramkan hati supaya tidak was-was tertular atau menularkan pada orang lain. Kita tidak pernah tahu siapa yang jadi pembawa musuh utama kita saat ini.

Ada yang sangat patuh dengan anjuran : menjaga jarak, banyak diam di rumah, bahkan menggunakan masker saat di luar rumah. Apakah berlebihan? Tidak. Itu cara mereka berjuang supaya virus ini tidak semakin merajalela. Mereka percaya pada ahli-ahli yang lebih mengerti tentang hal ini.

Ada yang pergi ke psikolog bahkan sampai dirujuk ke psikiater karena butuh pertolongan untuk membuat kesehatan mental mereka tetap terjaga. Apakah mereka berlebihan? Tidak. Rasa was-was dan cemas dengan keadaan ini sangat nyata dan bisa mempengaruhi kesehatan jiwa. Mereka butuh pertolongan untuk tetap sehat secara mental.

Ada yang lebih memilih tinggal di rumah, merasa nyaman untuk tidak bertemu banyak orang, dan menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan untuk mengalihkan perhatian dari berita-berita yang bersliweran. Apakah mereka berlebihan? Tidak. Itu cara mereka bertahan melewati hari, menumbuhkan sekeping harapan bisa melewati pandemi ini dengan selamat bersama yang mereka cintai.

Ada yang tidak punya pilihan, harus tetap bekerja di luar rumah. Menjadi bagian yang menyelamatkan banyak nyawa karena musuh yang tak tampak jelas oleh mata, menjadi bagian yang bekerja membersihkan tempat-tempat rawan oleh makhluk ini, tidak memikirkan keselamatan diri selama masih punya uang untuk membeli nasi dan membawa pulang untuk dimakan bersama keluarga. Dan masih banyak yang tidak punya pilihan untuk jauh-jauh dari virus ini.

Ada yang tidak mengindahkan anjuran dan malah mencela pilihan orang lain yang sangat berhati-hati sekali menjaga diri dan lingkungan terdekat. Apakah yang mencela ini berlebihan? Entahlah. Yang pasti, saya menuduh mereka tidak punya empati.

Ada yang berbondong-bondong bergerombol mendatangi suatu tempat demi kesenangan sesaat dan melupakan anjuran untuk menjaga jarak. Apakah mereka berlebihan? Tentu saja. Apa manfaatnya datang ke suatu tempat beramai-ramai hanya demi kesenangan sesaat lalu membuat virus ini semakin ke sana ke mari. Melupakan bahwa banyak orang yang berjuang supaya keadaan saat ini aman kembali.

Kita yang punya banyak pilihan, bersyukurlah. Bersyukur karena masih hidup dengan sehat, punya cukup makanan, masih bisa melihat anggota keluarga berkumpul dengan lengkap. Bersyukur sampai saat ini kita masih selamat dari virus ini.

Namun, tak perlu jumawa. Virus ini berbahaya. Bagi banyak orang, sangat menakutkan. Tidak perlu berkoar-koar bahwa virus ini tidak ada apa-apanya hanya karena kita masih bisa duduk santai dipagi hari sambil makan roti dan menyeruput kopi. Jika kita masih sehat, bersyukurlah. Mari sama-sama jadi bagian untuk berjuang melawan makhluk ini. Semua orang lelah dengan keadaan saat ini. Setiap jenuh, ingatlah tenaga kesehatan yang bahkan mereka tidak punya pilihan untuk jenuh, tetap berjuang menyelamatkan banyak nyawa. Setiap rasa rindu berkumpul dengan teman-teman dan keluarga datang, tahanlah dan ingat petugas kebersihan yang bekerja di tempat-tempat rawan bergelut dengan virus ini. Ingatlah mereka yang tidak punya pilihan untuk menghindar. Tahanlah untuk melakukan hal-hal demi kesenangan pribadi semata untuk saat ini, paling tidak sampai semua ini aman kembali.

Tahanlah sejenak setiap merindukan ritme kehidupan yang lalu untuk datang lagi. Ini tidak akan lama jika kita berjuang bersama dengan cara sekecil apapun yang kita bisa. Mari saling jaga. Ingatlah banyak orang meninggal karena virus ini. Ingatlah banyak keluarga yang kehilangan orang-orang yang mereka cintai. Ingatlah banyak Oma Opa yang tidak bisa memeluk anak cucunya, menahan rindu karena ingin menjaga diri mereka dan keluarga dari virus ini. Semua saat ini sedang berjuang bersama. Virus ini nyata, bukan hasil gembar gembor media. Angka-angka mereka yang meninggal bukan hanya sekadar angka karena itu adalah nyawa. Jika ada yang punya teori sendiri mengenai keadaan saat ini, simpan sajalah. Tak perlu mengerdilkan keadaan yang kacau saat ini hanya karena masih bisa berdiri tegak tanpa kurang satu hal. Tak perlu.

Jika saat ini kita masih sehat, bersyukurlah dan jangan jumawa. Tiap orang punya cara sendiri untuk berjuang, jangan dianggap sebelah mata apapun usahanya, asal bisa selamat dan tetap hidup demi tidak terpapar sang virus. Tidak sulit untuk berempati, kecuali memang sudah tak ada hati atau sang empati sudah mati.

*Awalnya saya tulis di FB. Sekarang saya salin di blog.

-15 Mei 2020-