Trekking Enam Jam di Cinque Terre – Italia

Manarola - Cinque Terre

Pada saat membuat rencana perjalanan ke Italia, hampir saja saya melewatkan Cinque terre. Padahal saat melihat foto-foto yang bersliweran di IG tentang Cinque Terre, saya mbatin kalau suatu hari ke Italia ingin mampir ke tempat ini. Ternyata saya masih berjodoh dengan Cinque Terre sehingga bisa mengunjunginya pada saat liburan musim panas tahun 2016 sekaligus perjalanan 18 hari di Italia saat suami berulangtahun.

 

Monterosso dari atas

Monterosso dari atas

Monterosso dilihat dari kebun anggur

Monterosso dilihat dari kebun anggur

Hari sebelumnya, kami mampir ke PortofinoKami sengaja memilih untuk menginap di La Spezia yang letaknya tidak jauh dari Cinque Terre dan bisa ditempuh dengan kereta karena penginapan di sana tidak semahal di Cinque Terre. Kami menginap di Airbnb yang berupa apartemen lengkap fasiltasnya. Letaknya pun tidak terlalu jauh dari stasiun kereta api. Kami tidak membawa kendaraan dan lebih memilih naik kereta ke Cinque Terre sengaja karena sudah merencanakan memilih jalur trekking  untuk menyusuri 5 desa yang ada di sana.

Hari itu tidak akan saya lupa. 6 Juli 2016 bertepatan dengan Idul Fitri, salah satu mimpi saya di dunia per jalan-jalan an terwujud. Selepas sholat Ied di apartemen, kami langsung menuju ke Cinque Terre naik kereta. Tiket yang kami beli sudah termasuk dengan masuk Taman Nasional yang merupakan jalur trekkingnya. Kira-kira jam 11 siang kereta yang kami naiki berangkat. Sepanjang perjalanan, saya benar-benar gembira luar biasa, tidak berhenti tersenyum. Rasanya akan ketemu dengan blind date yang selama ini cuma bisa diangan-angan saja.

Kami tiba di desa yang pertama yaitu Monteresso, yang kami pilih sebagai titik awal trekking. Setelah berkeliling sebentar untuk membeli minuman dan makanan sebagai bekal trekking, kami memulai titik trekking dari desa ini. Suhu saat itu mendekati 40ºC saat matahari sudah di atas kepala. Jalur trekkingnya sungguh luar biasa indah. Kami melewati perkebunan anggur dan bisa melihat betapa birunya lautan dari atas. Meskipun medan trekking yang tidak mudah (bagi saya) karena menanjak dan sempit ditambah panas yang luar biasa, tetapi ketika melihat keindahan alam dan satu persatu desa yang kami datangi, memupuskan segala keluh kesah. Ditambah lagi banyak anak kecil yang sliweran di jalur trekking. Bahkan beberapa balita pun saya lihat dengan santainya jalan dan bersenda gurau dengan orangtuanya. Lah kan jiwa kompetitif saya jadi bergelora. Di beberapa tempat, saya melihat beberapa keluarga beristirahat sambil membacakan buku cerita buat balitanya. Berkali-kali saya mengucapkan syukur karena diberikan kesempatan dan kesehatan untuk menikmati dan merasakan semua ini.

Salah satu jalur trekking

Salah satu jalur trekking

Ada satu hal yang saya tidak pernah lupa sewaktu trekking di Cinque Terre selain hawa panas tadi yaitu saya memakai celana bolong haha! Jadi ceritanya dalam perjalanan waktu itu saya tidak terlalu banyak membawa celana dengan bahan yang bisa menyerap keringat dengan baik. Kebanyakan saya membawa rok. Nah sebelum trekking, saya cek berapa derajat suhunya. Ternyata nyaris 40 derajat. Saya lihat dalam koper kira-kira celana mana yang bisa dipakai. Ternyata ada satu celana rumah yang bahannya nyaman, adem. Ya karena ini di Eropa di mana orang-orang akan cuek kamu mau pakai apa, akhirnya saya memutuskan memakai celana rumah itu untuk trekking. Saya tidak memeriksa sebelumnya kondisi celana itu. Setelah pertengahan jalur trekking, saat jalurnya benar-benar menanjak sampai dengkul ketemu dengan janggut (saking menanjaknya), mata saya lihat kok ada yang bolong ditengah celana. Eh ternyata celana yang saya pakai tengahnya bolong besar hahaha! Duh saya langsung tertawa terbahak dan lapor ke suami. Saya tunjukkan bolongnya. Kami lalu tertawa terbahak. Ya sudahlah, selama jalannya santai toh orang tidak tahu kalau saya pakai celana bolong haha!

Vernazza dari kejauhan

Vernazza dari kejauhan

Vernazza

Vernazza

Vernazza

Vernazza

Di setiap desa, kami pasti berhenti. Entah sekedar minum atau makan atau istirahat untuk mengumpulkan tenaga menuju desa berikutnya. Sungguhlah cuaca yang panas saat itu membuat cepat lelah dan anginpun pelit bertiup. Bayangkan saja bagaimana energi tersedot dengan cepatnya.

Corniglia dari kejauhan

Corniglia dari kejauhan

Corniglia

Corniglia

Corniglia

Corniglia

Panas-panas makan ini, Yummm!!. Selama di Italia, hampir setiap hari kami makan Gelatto

Panas-panas makan ini, Yummm!!. Selama di Italia, hampir setiap hari kami makan Gelatto

Corniglia

Corniglia

Manarolla dilihat dari Corniglia

Manarolla dilihat dari Corniglia

CQ14

Kami sampai di desa ke empat yaitu Manarola saat matahari menjelang terbenam. Jadi kami putuskan bahwa Manarola adalah desa terakhir yang kami kunjungi karena selain badan sudah rontok, juga hari sudah beranjak malam. Riomaggiore, desa ke lima hanya bisa kami lihat dari atas kereta. Lihatlah foto Manarola yang saya ambil menggunakan kamera dari Hp, inilah foto yang selama ini selalu membuat saya berkhayal suatu hari bisa datang ke Cinque Terre dan melihat secara langsung desa-desa yang ada di sana yang masuk dalam Unesco World Heritage. Akhirnya saya bisa mewujudkannya setelah sekian lama, pergi bersama suami tercinta. Mimpi jadi nyata.

Manarola - Cinque Terre

Manarola – Cinque Terre

Inilah kami saat trekking di Cinque Terre dan saya memakai celana bolong :)))

Inilah kami saat trekking di Cinque Terre dan saya memakai celana bolong :)))

-Nootdorp, 8 Agustus 2018-

13 Comments

  1. veronica5277

    Keren ih trekking… Celana bolong, siap takut :))

    Reply
    1. Denald (Post author)

      Hahaha iya, celana bolong bukan halangan

      Reply
  2. fahrizinfa

    Wahh itu tempat yang sering aku liat di postcard2 italy dan di beberapa film hollywood. kepengen deh bisa stay disana untuk beberapa minggu sepertinyaa damai banget ya tempat nya 🙂

    Reply
    1. Denald (Post author)

      Semoga bisa kesampaian ya

      Reply
  3. Frany Fatmaningrum

    Wow, fit banget sih mbak pake trekking

    Reply
    1. Denald (Post author)

      Tahun 2016 itu aku rajin olahraga (terutama lari),jadi trekking segitu jauh masih kuat. Dua tahun belakangan ini oahraganya ya ngurusi rumah plus jalan kaki. Jadi entah masih kuat apa ga trekking sampai berjam2 gitu. Apalagi kalau cuaca panas menyengat

      Reply
  4. sikiky

    Awww cantiknya Manarolla
    Mau trekking gini persiapan fisik juga tidak sebelumnya? Lumayan waktunya 6 jam

    Reply
    1. Denald (Post author)

      Aku ga ada persiapan fisik khusus Mbak. Karena tahun itu masih rajin lari, jadinya terbantu banget stamina. Kalau sekarang disuruh trekking segitu lamanya, entahlah masih kuat apa ga :)))

      Reply
  5. maureenmoz

    waaaah hebaaaaat… kami ngga trekking, tapi berenang aja di pantainya..

    dan masih pengen mbaleni demi trekking, hahaha..

    Reply
    1. Denald (Post author)

      OMG, arep mbalik maneh hahaha. Sing penting ojok pas musim panas. Duh panase kentang2 pengen pengsan rasane nang nduwur

      Reply
  6. Yos Adya

    Kalo lagi trekking deket pinggir pantai, rasanya memang beda. Aku dulu juga pernah keliling ke beberapa pantai sekaligus di Kebumen, Jawa Tengah. Pemandangan di sana indah banget.

    Reply
    1. Denald (Post author)

      Waahhh bagus banget pasti itu keliling ke beberapa pantai. Asal ga terlalu panas memang masih bisa dinikmati ya. Kalau panasnya keterlaluan, rasanya pengen nyerah aja.

      Reply
      1. Yos Adya

        Iya, terlalu panas malah bisa bikin stress.

        Reply

Leave a Reply to Denald Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.