Pisa – Italia

Menara PIsa - PIsa - ITalia

Nama Menara Pisa sering saya dengar, bahkan sejak SD karena sering muncul di RPUL (yang hapal isinya RPUL, ngacung *saya! Saat masih SD ya). Sebuah menara miring di Italia dan merupakan salah satu keajaiban dunia, begitu yang saya ingat. Saya pikir, Pisa itu benar-benar hanya nama sebuah menara. Jadi seperti Monas gitu, saya pikir tidak ada sangkut pautnya dengan nama tempat. Ternyata saya salah. Saat menyusun rute perjalanan, baru saya paham kalau Pisa adalah nama sebuah kota di wilayah Tuscany, Italia. Hapal RPUL ternyata belum tentu pintar (ngaku haha).

Pisa Baptistery, Cathedral Santa Maria Assunta, Campo Santo, Menara Pisa - PIsa - Italia
Pisa Baptistery, Cathedral Santa Maria Assunta, Campo Santo, Menara Pisa – PIsa – Italia
Pisa Baptistery
Pisa Baptistery

Setelah tahu kalau Pisa adalah nama kota, masih dalam bayangan saya, menara Pisa letaknya tidak di dalam komplek yang ada beberapa bangunan bersejarah lainnya. Ya bayangan saya seperti Monas gitu (haha maap ya dari tadi contohnya Monas terus, karena memang pada saat itu saya membayangkan lokasinya seperti Monas gitu). Setelah sampai sana, owalah ternyata beberapa bangunan bersejarah ini terletak dalam satu komplek, satu area. Jadi dalam satu area ada Pisa Baptistery, Cathedral Santa Maria Assunta, Campo Santo, Menara Pisa. Baru mudeng saya.

Cathedral Santa Maria Assunta dilihat dari Pisa Baptistery
Cathedral Santa Maria Assunta dilihat dari Pisa Baptistery

 

Cathedral Santa Maria Assunta, Menara Pisa - PIsa - Italia
Cathedral Santa Maria Assunta, Menara Pisa – PIsa – Italia
Cathedral Santa Maria Assunta
Cathedral Santa Maria Assunta

Kami ke sana saat musim panas. Waduh, saya yang gampang terkena serangan panik kalau berada di keramaian yang super ramai, benar saja saat baru memasuki gerbangnya, melihat orang yang sangat banyak memenuhi dalam komplek, mendadak badan saya gemetar. Saya sampai harus duduk untuk menenangkan diri dan meneduh dari sengatan sinar matahari yang saat musim panas di Italia rasanya ada 10 biji di atas kepala. Super panas. Waktu itu suhu sampai 40 derajat celcius. Sepanjang mata memandang, banyak sekali turis Asia (terutama turis Cina).

Campo Santo
Campo Santo

Untuk masuk ke bangunan-bangunan tersebut harus membeli tiket dulu. Tiket yang dijual saya tidak ingat apakah bisa membeli satuan ataukah harus terusan. Kami membeli tiket terusan sehingga bisa dipakai untuk masuk ke semua tempat di dalam area tersebut. Untuk masuk ke Menara Pisa, harus bergiliran. Jadi ada penjaganya  yang mengatur kapan kita bisa masuk ke dalam. Tahun 2016, ada pengerjaan bangunan terkait dengan kemiringan menara Pisa. Tapi saya tidak ingat pastinya pengerjaan yang seperti apa. Tentang Menara Pisa, bisa googling sendiri ya, banyak yang sudah menyediakan informasi lengkapnya (haha blog macam apa ini).

Menara Pisa - PIsa - Italia
Menara Pisa – PIsa – Italia
Naik ke Menara Pisa
Naik ke Menara Pisa
Tangganya sampai jeglong begini
Tangganya sampai jeglong begini

Yang paling menarik perhatian saya selain Menara Pisa adalah turis-turis (termasuk saya) yang berfoto dengan berbagai macam pose. Saking menariknya saya sampai memotret beberapa yang “terniat.” Ada banyak, tapi tidak saya tampilkan di sini ya takutnya yang bersangkutan tidak berkenan. Benar-benar niatlah pose mereka. Dari yang bergaya standar (macam saya yang hanya berdiri tegak di atas batu lalu pose seolah-olah memegang Menara Pisa) sampai pose yang jumpalitan. Menarik sekali mengamati tingkah turis-turis ini. Belum lagi turis-turis yang ributnya macam di sana hanya ada mereka saja, yang lainnya semacam tak terlihat haha. Lah bagaimana tidak, ngomong kenceng sekali ditambah berteriak, rasa-rasa tidak ada orang lain saja di sekelilingnya.

Kota Pisa dilihat dari atas Menara PIsa
Kota Pisa dilihat dari atas Menara Pisa

Satu yang kami tidak lupa tentang kota Pisa adalah cerita dibalik dompet suami yang hilang lalu mendadak ada seorang wanita yang membawa dan mengembalikannya. Jadi ceritanya, setelah selesai dari Menara Pisa dan beberapa tempat lainnya, kembalilah kami ke area parkir mobil. Menuju tempat parkir mobil, banyak sekali orang menjajakan dagangannya, macam kalau di Paris. Nah saat suami akan membayar parkir mobil di mesin, dia mencari dompet di tasnya kok tidak ada. Wah paniklah kami, karena masih ada waktu 1.5 minggu lagi di Italia, lalu bagaimana dengan selanjutnya. Saat membayar di mesin tersebut, ada beberapa orang yang mepet maksa menawarkan dagangannya. Jadi berhati-hatilah dengan para pedagang di sana ya.

Saya coba berpikir positif, mungkin saja ketinggalan di mobil. Saat akan menuju ke mobil, seorang wanita berteriak-teriak. Kami menoleh, rupanya dia berteriak ke kami. Dikembalikan dompet suami, dia bilang terjatuh di jalan. Kami heran, kapan mengeluarkan dari tas ya kok sampai terjatuh. Tas suami modelnya selempang tidak terlalu besar dan hampir selalu ditaruh di depan. Setelah diperiksa, tidak ada satupun yang hilang dari dompet. Bahkan uang pun masih lengkap. Sungguhlah suatu keajaiban. Kami benar-benar berterima kasih pada perempuan yang menemukan. Dia hanya tersenyum lalu melanjutkan jalannya.

Menara PIsa - PIsa - ITalia
Menara PIsa – PIsa – ITalia

Sungguhlah Pisa tidak terlupakan buat kami. Cerita dompet hilang  lalu tiba-tiba kembali dan masih lengkap isinya dan banyaknya turis yang ada di sana. Beneran lho itu turis membludak jumlahnya. Yang pasti, saya senang bisa mengunjungi tempat yang selama ini selalu jadi hapalan di RPUL. Buat saya, melihat Menara Pisa secara langsung membuat terkagum, berdecak dan juga terpana dengan megahnya serta kemiringannya.

-14 Nopember 2019-

San Marino dan San Gimignano – Italia

San Gimignano

Suhu di Belanda semakin dingin dan nyaris tiap hari hujan. Dalam rangka menghangatkan hati dan pikiran, saya akan menuliskan cerita liburan yang belum terdokumentasikan di blog. Jadi harap maklum ya kalau tulisan saya ke depannya akan sering cerita liburan yang sudah bertahun lalu lamanya.

San Marino dan San Gimignano, dua nama yang agak sama. Namun keduanya sangat berbeda karena satunya adalah nama negara dan satunya nama kota. San Marino adalah sebuah negara yang terletak di negara Italia. Jadi, negara dalam negara. Sedangkan San Gimignano adalah nama kota yang terletak di wilayah Tuscany. Ini adalah tulisan lanjutan yang sudah ada beberapa kali sebelumnya, tentang perjalanan kami selama tiga minggu di Italia bagian Utara, tahun 2016.

REPUBLIK SAN MARINO

Kami mampir San Marino sebelum ke kota selanjutnya yaitu Ravenna. Penasaran akan tiga menara yang terletak di atas bukit batu di negara San Marino. Setelah saya datangi, lebih tepat kalau dikatakan kastil kecil, yang sudah ada sejak abad ke 11.

San Marino adalah sebuah negara Republik, jadi seringnya disebut sebagai Republik San Marino. Untuk mencapai tiga menara, dari pusat kota, bisa berjalan kaki atau menggunakan cable car. Waktu itu kami naik menggunakan Cable Car dan turunnya jalan kaki biasa. Cable car ini hanya sampai kota tuanya. Untuk menuju tiga menara, harus jalan kaki biasa. Medannya lumayan menanjak meskipun jalan setapaknya tidak terlalu susah dilalui. Sering-sering olahraga saja, jadi tidak terlalu ngos-ngosan menanjaknya.

Republik San Marino
Republik San Marino
Republik San Marino
Republik San Marino
Republik San Marino
Republik San Marino
Republik San Marino
Republik San Marino

Tiga tower ini letaknya di bukit yang berbeda. Jadi kalau niat jalan sampai ke tiga towernya, ya harus semi hiking sampai tower yang terakhir. Kita bisa masuk ke dalamnya. Kalau tidak salah ingat, membayar tiket supaya bisa masuk. Saya terkesima dengan ketiga menara tersebut. Selain letaknya yang di atas bukit batu jadi terlhat megah dan kokoh, juga dari masing-masing menaranya, bisa dibaca sejarah menara tersebut.

Republik San Marino
Republik San Marino
Republik San Marino
Republik San Marino

Karena masuk ke dalam sebuah negara, sebenarnya kita bisa minta stempel di paspor. Lumayan kan menambah koleksi stempel haha (ya ga ngefek juga ya kalau tinggalnya di wilayah Schengen, lintas negara tidak ada stempelnya). Tapi setelah saya bertanya ke kantor, semacam imigrasinya Republik San Marino, untuk mendapatkan stempel harus membayar. Urunglah saya minta stempel. Mengunjungi San Marino satu hari saja sudah cukup. Mengitari Kota tua dan hiking ke tiga menaranya tidak membutuhkan waktu yang lama.

 

SAN GIMIGNANO

San Gimignano adalah salah satu kota yang sangat membekas di ingatan karena areanya sangat cantik. Selain itu, sewaktu di sana, saya sedih sekali (sampai menangis berderai-derai) karena teringat keluarga di Indonesia yang merayakan lebaran sedangkan saya jauh dari mereka.

Kami menginap di Airbnb yang letaknya di tengah perkebunan anggur dan zaitun. Pemiliknya mempunyai usaha rumahan pembuatan Wine dan Minyak Zaitun. Rumah yang kami tempati sangat nyaman dan dari kamar mata benar-benar dimanjakan hamparan anggur dan zaitun. Selain itu bisa terlihat jelas juga dari kamar, menara-menara yang ada di kota tua San Gimignano.

Penginapan di San Gimignano. Di tengah perkebunan anggur dan zaitun
Penginapan di San Gimignano. Di tengah perkebunan anggur dan zaitun

Sesampainya kami di penginapan, pemilik rumah langsung mengajak kami untuk keliling ke lokasi usahanya, yang terletak di samping rumahnya. Peralatan di dalamnya sederhana, tetapi hasil produksinya sudah diexport ke beberapa negara di Eropa. Kami diberi dua gelas wine untuk dicicipi. Saya berikan gelas saya pada suami, jadi puaslah dia minum dua gelas haha. Pemilik rumahnya sangat ramah dan berbahasa Inggris dengan jelas. Sarapan yang disediakan juga sangat lezat, salah satunya adalah kue-kue buatan sendiri.

Wine dan Olive Oil produksi dari San Gimignano
Wine dan Olive Oil produksi dari San Gimignano
San Gimignano
San Gimignano
San Gimignano
San Gimignano

San Gimignano adalah kota kecil yang terletak antara Florence dan Siena. Kota ini terkenal dengan arsitektur abad pertengahan dan menara-menara yang menjulang sehingga nampak menarik jika dilihat dari kota sekitarnya yang terletah di lembah (maksudnya dari kota yang letaknya di bawah San Gimignano).

Keluarga ningrat San Gimignano pada puncak kejayaannya membangun sampai dengan 72 menara sebagai simbol kekayaan dan kekuasaan. Meskipun hanya 14 yang tersisa sampai sekarang, namun menara-menara tersebut masih dalam keadaan terawat dengan baik.

San Gimignano
San Gimignano
San Gimignano
San Gimignano
San Gimignano
San Gimignano
San Gimignano
San Gimignano

Masuk dalam UNESCO World Heritage Site sejak tahun 1990, berkunjung ke San Gimignano seperti ditarik mundur ke abad pertengahan. Melewati gerbangnya, kita langsung merasakan kontras suasana antara di dalam dan di luar San Gimignano. Saya sangat merekomendasikan San Gimignano untuk dikunjungi jika ada kesempatan berkunjung ke Italia dan rutenya di sekitar Florence atau Siena. Kota yang sangat cantik.

San Gimignano
San Gimignano
San Gimignano
San Gimignano

Sekilas cerita tentang San Marino dan San Gimignano. Menulis tentang dua kota ini saja sudah membuat hati saya hangat. Mengingat liburan kami selama di Italia.

-12 November 2019-

Verona dan Siena

Cathedral of Santa Maria Assunta - Siena

Salah satu yang membuat saya bermimpi untuk bisa ke Italia dikarenakan film Letters To Juliet. Entah sudah berapa belas kali sampai sekarang saya menonton film tersebut, masih belum ada bosannya. Filmnya sih biasa saja ya, cerita cinta biasa dan gampang ditebaklah jalan ceritanya. Tapi ada yang membuat saya terpikat yaitu alam Italia (khususnya wilayah Tuscany) dan aksen British pemain filmnya. Saya memang gampang terpikat kalau mendengar ada pria yang berbicara menggunakan aksen British haha padahal belum tentu juga saya paham yang diomongkan karena terdengar tidak jelas di telinga.

Letters To Juliet seperti memberikan sebuah ambisi pada saya untuk bisa ke beberapa kota yang ada di film tersebut. Ketika ada kesempatan ke Italia pada tahun 2016, tidak saya sia-siakan memasukkan Siena (serta beberapa kota di Tuscany) dan Verona ke dalam kota yang wajib dikunjungi. Karena film ini juga, saya sampai punya niatan, kalau punya anak perempuan ingin diberi nama Siena atau Sophie (nama karakter perempuan di film ini). Segitunya ya haha.

Inilah cerita singkat yang akan saya tuliskan kali ini. Mengunjungi dua kota di Italia yang berawal dari film Letters To Juliet.

VERONA

Verona adalah dua kota yang terakhir kami kunjungi saat road trip selama di Italia, setelah dari Venezia. Letak kota ini tidak jauh dari Venezia. Kami hanya menginap satu malam di Verona, itu sudah cukup untuk mengelilingi pusat kotanya. Senangnya lagi, di Verona ada Amphitheatre dan lumayan besar. Saya selalu menuliskan bahwa kami berdua memang punya ketertarikan mengunjungi kota-kota yang mempunyai catatan sejarah berhubungan dengan amphitheatre.

Verona
Verona
Verona Arena Amphitheatre
Verona Arena Amphitheatre
Verona Arena Amphitheatre
Verona Arena Amphitheatre

Verona adalah kota yang dikenal secara Internasional sebagai tempat dalam karya Shakespeare, Romeo and Juliet. Wisatawan yang datang ke Verona salah satunya bertujuan untuk melihat di mana tempat tinggal Juliet. Adalah sebuah bangunan yang tidak jauh dari Piazza delle Erbe, yang akhirnya dijadikan tempat sebagai rumah dari Juliet. Tidak peduli bahwa ceritanya fiksi, wisatawan tetap berbondong-bondong ke tempat ini untuk melihat rumah tersebut. Nama rumah tersebut adalah Casa di Giulietta. Pada tahun 1930, ditambahkan balkon yang menghadap ke halaman, lalu beberapa dekade kemudian ditambahkan patung perunggu dan di dalam rumah dijadikan semacam museum yang mengisahkan perjalanan hidup Juliet. Untuk sampai ke balkon, wisatawan  harus membeli tiket.

Verona
Verona

Niatan awal mengunjungi Verona karena ingin napak tilas segala yang ada di film kan, jadinya wajib mengunjungi Rumah Juliet ini. Pada gerbang masuknya, di dinding kanan kiri, banyak sekali coretan. Mungkin memang disediakan untuk dicorat coret. Di halaman, penuh sekali wisatawan yang ingin melihat seperti apa sih balkon yang konon ada di bagian cerita Romeo and Juliet. Setiap ada yang muncul di balkon, orang-orang yang di bawah langsung melambaikan tangan pada orang yang di balkon haha agak lucu juga jadinya. Padahal ya mereka tidak saling kenal. Suami lalu menyuruh saya untuk masuk ke dalam dan naik sampai balkon. Saya awalnya ragu karena kok agak malu ya dadah-dadah dari atas haha. Karena suami bilang nanggung sudah sampai sini tidak naik sampai balkon. Saya pikir, iya juga.

Casa di Giulietta
Casa di Giulietta
Casa di Giulietta
Casa di Giulietta

Nah, foto di bawah ini ketika saya sudah sampai balkon. Pas dadah-dadah ke suami, kerumunan di bawah mendadak riuh. Bukan riuh karena saya muncul dari balkon haha tapi karena ada adegan melamar di bawah. Jadi ada sepasang kekasih yang sedang dalam adegan melamar, Waahh romantis sekali ya. Jadinya saya menonton dari atas, lumayan dapat tontonan yang saya ingat seumur hidup. Entah saya tidak ingat apakah prosesi melamar tersebut berakhir indah (yang dilamar menjawab iya maksudnya).

Casa di Giulietta
Casa di Giulietta
Verona
Verona

Senang sekali ke Verona bisa sampai ke rumah Juliet dan napak tilas ke beberapa tempat yang ada di film Letters To Juliet. Ya beginilah kalau termakan dengan film haha. Tapi tak apa, Verona memang sungguhlah cantik. Oh ya, di Verona ada Verona Card. Jika akan tinggal di Verona minimal 24 jam, bisa menggunakan kartu ini untuk mengunjungi semua museum bahkan masuk ke Amphitheatre dan digunakan ke Balkon rumah Juliet. Akan lebih murah kalau berencana masuk ke banyak museum juga menghindari antrian panjang. Pilihannya ada yang 24 jam (20 euro) dan 48 jam (25 euro).

Verona
Verona

SIENA

Cantik ya nama kota ini, Siena. Kotanya juga secantik namanya. Kami sampai Siena setelah sebelumnya menginap dua malam di San Gimignano. Kami mengunjungi Siena juga karena alasan yang sama : saya ingin napak tilas beberapa tempat yang ada di film Letters to Juliet.

Seingat saya, pusat kota Siena tidak terlalu besar. Lebih besar Verona. Jadi, waktu satu hari juga sangatlah cukup mengunjungi semua tempat yang ada di sana. Saya naik ke Tower bernama Torre del Mangia untuk melihat kecantikan Siena dari atas.

Sungguhlah cantik memang wilayah Tuscany ini.

Piazza del Campo - Siena
Piazza del Campo – Siena
Palazzo Pubblico and Museo Civico - Siena
Palazzo Pubblico and Museo Civico – Siena
Siena
Siena

Melewati setiap jalan yang saya ingat jelas ada di film tersebut, membuat senyum tidak terhenti tersungging dan rasanya pipi saya menghangat. Rasa agak lebay ya, tapi ya memang begitulah rasanya haha. Saya sampai hapal sekali semua yang ada di film tersebut sampai akhirnya hapal dialognya. Sama seperti dialog film AADC 1 dan Kuch Kuch Hota Hai yang saya hapal luar kepala karena keseringan nonton. Percayalah, saya ini memang agak-agak terobsesi dengan film kalau sudah sangat suka bisa menonton sampai berulang kali. Bukan di bioskop tentu saja karena nonton film di bioskop cukup satu kali. Selebihnya biasanya nonton dari YouTube.

Siena
Siena
Cathedral of Santa Maria Assunta - Siena
Cathedral of Santa Maria Assunta – Siena
Siena
Siena

Begitulah cerita singkat saya napak tilas ke dua kota yang jadi impian ingin saya kunjungi sejak pertama nonton film Letters To Juliet. Sewaktu menonton film tersebut, rasanya agak ngayal yang berlebihan bisa sampai ke Verona dan Siena. Tidak terpikirkan di masa depan malah saya bisa mengunjungi bersama orang yang saya cintai. Ya filmnya kan romantis, jadi makin romantis kalau datang bersama belahan jiwa.

-1 November 2019-

Mencicipi Ragam Kuliner di Italia – Bagian II

Baru saja membuka deretan panjang draft, lalu terhenti saat membaca judul dan isinya foto-foto makanan selama di Italia. Ternyata cerita tentang kulineran di Italia yang bagian kedua hanya sebatas judul dan foto, lalu nangkring manis begitu saja di draft haha, padahal sudah ada sejak 2016 *tukang ngedraft. Daripada sia-sia, saya lanjutkan saja, meskipun sudah banyak yang lupa :))) maklumin saja ya, sudah 3 tahun lalu. Cuma satu yang saya ingat dengan pasti, selama makan di Italia, makanannya ga ada yang ga enak karena enak semua. Apalagi yang restoran benar-benar lokal ya, enak semua yang kami makan. Itulah salah satu keuntungannya kalau nginep di airbnb, minta rekomendasi makanan dari orang lokal. Mereka pasti tahu yang enak yang mana.

Cerita kulineran bagian pertama, bisa klik di sini.

Cerita beberapa kota (Venezia, Lake Como, Portofino, Cinque Terre, Burano Murano) yang sempat saya tuliskan selama kami roadtrip di Italia bisa klik di siniMasih banyak yang belum dituliskan seperti Florencia, San Marino, Ravenna, San Gimignano, beberapa kota di Tuscany. Kalau ada waktu mudah-mudah bisa di cicil.

TURIN

Kami sampai Turin sudah menjelang malam, dalam keadaan capek karena muter-muter salah terus menemukan alamat apartemen. Setelah sampai, pemilik airbnb menyarankan kami untuk makan malam di sekitaran Piazza Castello. Nanti di sana akan banyak dijumpai restoran lokal yang kualitas rasanya dijamin ok. Akhirnya selama dua malam kami di Turin, makan malam kami selalu di seputaran Piazza Castello.

Turin, meskipun bangunannya banyak yang nampak kusam, tapi secara keseluruhan kotanya menyenangkan. Jika ada waktu lebih, saya sarankan ke Basilica di Superga yang berada di atas bukit. Dari sana bisa terlihat kota Turin yang cantik. Turin juga dikenal sebagai tempat Juventus berasal dan stadionnya juga di sana (kami tidak ke sana).

 

 

Turin 7

Turin 6Turin 4Turin 3

Turin 8Turin 5

Turin 1.jpg

Turin 2

BRA

Dari Turin, kami mampir sebentar ke kota Bra yang merupakan asal muasal slow food.  Kotanya kecil, jadi cuma beberapa jam saja sudah selesai mengelilingi pusat kotanya. Kami tidak makan siang selama di sana, hanya membeli pizza (camilan haha) dan beberapa pastry.

Bra 1Bra

LA SPEZIA

Saat akan ke Cinque Terre, saya mendapatkan saran dari Anggi untuk mencari penginapan di sekitaran La Spezia karena selain harganya tidak semahal di Cinque Terre, juga bisa mencicipi pesto khas wilayah Genoa (ini kalau tidak salah ingat ya). Kata Anggi, pesto di wilayah Genoa rasanya khas dan berbeda dengan wilayah Italia lainnya. Kami makan di restoran kecil yang isinya orang-orang lokal. Makanannya benar-benar enak dan rasa pestonya memang berbeda dari beberapa kali kami makan di beberapa kota sebelumnya. Nama makanannya yang memakai pesto saya lupa. Yang pasti saya akhirnya membeli satu botol kecil pesto dari La Spezia.

La Spezia 1La SpeziaLa Spezia 3La Spezia 2

SEBUAH KOTA DEKAT VENEZIA

Nah ini dia, saya bener-bener lupa nama kota tempat kami menginap selama ke Venezia. Yang pasti tidak terlalu jauh karena kami naik bis hanya sebentar saja. Kami dapat rekomendasi dari pemilik airbnb untuk mencoba spaghetti cumi item karena khas sana. Makanan di tempat ini enak-enak semua, apalagi spaghetti seafoodnya *saya jadi lapar lho malam-malam nulis ini haha.

M 1MM 3M 2

VERONA

Setelah dari Venezia, kami lanjut ke Verona. Karena cuma satu malam di Verona, kami tidak terlalu kulineran. Tulisan tentang Verona dan Siena sebenarnya juga sudah nangkring lama di draft. Mudah-mudahan saya bisa menyelesaikannya karena dua kota inilah saya akhirnya bisa keturutan juga mewujudkan impian ke Italia. Oh ya, saya kan tidak terlalu suka truffle karena aroma dan rasanya yang tajam. Tapi, selama di Italia jadi doyan banget karena kok rasanya tidak setajam yang pernah saya makan sebelumnya. Kembali ke Belanda, jadi tidak doyan lagi haha. Memanglah makanan Italia di Italia itu luar biasa, semuanya jadi enak.

VeronaVerona 2Verona 3

LAKE COMO

Selama di Lake Como, kami hanya satu kali makan di luar penginapan. Selebihnya kami pesan makanan di penginapan karena memang rasanya lokal sekali. Entahlah, tulisan di blog ini kok terlalu banyak saya menuliskan kata enak, karena memang nyatanya seperti itulah penggambaran selama kami makan di Italia. Tidak ada makanan yang tidak enak yang kami makan.

Lake Como 1Lake Como 2Lake Como

Wah, selesai juga akhirnya, pfiuhh. Saya tidak menuliskan secara rinci ya makanan apa saja dan namanya yang kami makan. Seperti yang saya tuliskan di awal, karena sudah tiga tahun lalu jadi banyak lupanya haha. Beda sekali dengan cerita kulineran bagian pertama yang lengkap sekali ulasannya. Mudah-mudahan setelah baca tulisan kali ini, tidak ada yang keruyukan lapar ya, karena saya sendiri jadi lapar melihat foto-foto makanannya .

-17 Oktober 2019-

Keindahan Lake Como – Italia

Como - Lake Como - Italy

Catatan perjalanan di Italia pada tahun 2016

 

Hari kedua di Italia, kami menuju ke tujuan liburan selanjutnya yaitu Lake Como. Dari Milan, dengan mengendarai mobil sewa, tidak terlalu membutuhkan waktu lama untuk sampai ke penginapan kami di Lake Como, sekitar 1.5 jam. Kami menyewa kamar melalui Airbnb, yang jika dilihat dari foto-fotonya letaknya sangatlah menyenangkan dengan pemandangan Lake Como yang sangat fantastis. Ternyata oh ternyata, pemandangan yang luar biasa indahnya harus dibayar dengan susah menuju ke lokasi penginapan karena letaknya sangat di atas bukit. Dan dari tempat parkir mobil ke tempat penginapan harus berjalan kaki selama 10 menit melewati hutan kecil. Terbayang kalau malam lewat jalan setapak ini, berasa horornya *produk dibesarkan oleh film-film horor macam Suzanna ya begini ini, di mana-mana yang terpikir hantu haha.

Lake Como - Italia
Lake Como – Italia

Jalan sepanjang Lake Como cukup curam, sempit dan banyak kelokan. Untung saja suami lihai mengemudikan mobil, walaupun saya sepanjang jalan merepet, “Aduh, awas hati-hati. Aduh jangan ngebut-ngebut donk, yang penting sampai dengan selamat. Duh ga usah salip-salipan deh, jantungku ga kuat rasanya.” Yah maklum ya, orang Belanda memang kebanyakan kalau nyetir luar biasa ngebutnya (tapi tetap sesuai peraturan) apalagi kalau sudah main rem, kalau tidak tahan, jadi mual-mual.

Penginapan yang kami sewa selama tiga malam ini adalah usaha keluarga. Ada 6 kamar yang pemandangannya langsung ke Lake Como. Apalagi ruang makannya, benar-benar pengalaman yang tak terlupakan bisa makan sambil berlama-lama menatap suguhan alam yang indah langsung di depan mata.

Jalan menuju penginapan di Lake Como - Italia
Jalan menuju penginapan di Lake Como – Italia
Halaman depan penginapan
Halaman depan penginapan
Pemandangan dari ruang makan di penginapan - Lake Como - Italia
Pemandangan dari ruang makan di penginapan – Lake Como – Italia

Jika sedang perjalanan darat di Italia, saran saya sempatkanlah untuk mengunjungi beberapa danau di Italia yang memang terkenal dengan keindahannya seperti Lake Maggiore, Lake Garda, dan tentu saja Lake Como. Masih banyak yang lainnya juga tentu saja. Lake Como dengan luas 146 kilometer persegi merupakan danau terbesar ke tiga di Italia setelah Lake Garda dan Lake Maggiore. Kami mengunjungi ke tiga danau-danau tersebut. Kalau sudah singgah di Milan, tak ada salahnya untuk mampir ke Lake Como karena jarak yang tidak terlalu jauh dan untuk merasakan pengalaman yang berbeda, jauh dari hiruk pikuk di Milan.

Banyak pesohor yang memiliki properti di sini, sebut saja Goerge Clooney, Richard Branson, Madonna, dan masih banyak lainnya. Lake Como juga menjadi tempat latar belakang di beberapa film seperti : Ocean’s Twelve, Star Wars: Episode II – Attack of the Clones (yang tempat pengambilan gambarnya di Villa del Balbianello), James Bond movie Casino Royale juga di Villa del Balbianello. Karena terkenal sering menjadi latar belakang di beberapa film dan banyak pesohor yang ke Lake Como, maka banyak turis yang mengunjungi tempat ini. Dari pengalaman kami mengunjungi 3 danau terbesar di Italia, Lake Como yang paling banyak turisnya. Namun, masih dalam taraf yang nyaman karena Lake Como sendiri terdiri dari banyak kota dan sangat luas, jadi turis-turis yang datang tidak terpusat pada satu tempat atau kota saja.

Dari ruang makan bisa langsung melihat danaunya - Lake Como - Italia
Dari ruang makan bisa langsung melihat danaunya – Lake Como – Italia

Supaya lebih puas menjelajah Lake Como dan bisa mengunjungi beberapa kota yang ada di sana, menggunakan kapal adalah pilihan yang tepat dengan membeli tiket terusan yang bisa digunakan satu hari penuh. Dengan membeli tiket terusan, kita bisa naik dan turun di beberapa kota tanpa harus terburu waktu dan lebih hemat, jika memang tujuannya ingin menjelajah Lake Como dalam satu hari itu. Selain itu, pemandangan dari kapal juga luar biasa indahnya, mata dimanjakan oleh keindahan danau ini.

Pagi itu, kami mendapatkan kejutan dari pemilik penginapan. Karena hari itu suami berulangtahun, maka mereka memberikan secara gratis taart dan sebotol wine. Saya sedang berpuasa, maka saya minta tolong untuk disimpankan beberapa potong taart untuk saya makan saat berbuka nanti. Oh ya, selama kami di Italia, saya jadi memperhatikan kalau orang Italia ini doyan sekali dengan kue-kue yang super manis. Dan dimakannya dalam segala waktu. Bahkan sarapan saja selalu disuguhi kue manis. Saya yang tidak terlalu suka manis, hanya bisa memandangi kue-kue tersebut, walaupun sesekali mencicipi dalam potongan yang sangat kecil.

Naik kapal ini untuk berkeliling ke sebagian Lake Como - Italia
Naik kapal ini untuk berkeliling ke sebagian Lake Como – Italia
Penginapan kami adalah rumah paling atas. Kebayang kan naiknya ke atas agak perjuangan.
Penginapan kami adalah rumah paling atas. Kebayang kan naiknya ke atas agak perjuangan.

COMO

Como adalah kota terbesar yang ada di Lake Como. Setelah membeli tiket terusan naik kapal dari Lavenna, petualangan menjelajah Lake Como pun dimulai. Tujuan pertama kami adalah ke Villa Balbianello. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, tempat ini terkenal karena menjadi tempat pengambilan gambar beberapa film seperti Star Wars: Episode II – Attack of the Clones dan James Bond movie Casino Royale. Untuk masuk ke tempat ini, harus membeli tiket dulu.

Como - Lake Como - Italy
Como – Lake Como – Italy
Como - Lake Como - Italy
Como – Lake Como – Italy
Como - Lake Como - Italy
Como – Lake Como – Italy
Villa Balbianello - Lake Como - Italy
Villa Balbianello – Lake Como – Italy
Villa Balbianello - Lake Como - Italy
Villa Balbianello – Lake Como – Italy

Villa ini benar-benar cantik dan saat kami ke sana, meskipun sudah masuk musim panas, tidak terlalu banyak turis. Setelah puas berkeliling dan sebelum naik kapal ke kota berikutnya, kami duduk sebentar di dermaga. Menikmati angin semilir dan juga saya istirahat sejenak. Saat itu saya sedang puasa Ramadan, jadi agak lelah setelah jalan menanjak ke Villa Balbianello.

Villa Balbianello - Lake Como - Italy (Saat badan 15kg yang lalu :D)
Villa Balbianello – Lake Como – Italy (Saat badan 15kg yang lalu :D)
Villa Balbianello - Lake Como - Italy
Villa Balbianello – Lake Como – Italy
Villa Balbianello - Lake Como - Italy
Villa Balbianello – Lake Como – Italy
Villa Balbianello - Lake Como - Italy
Villa Balbianello – Lake Como – Italy

VARENNA

Kota ke dua adalah Varenna yang letaknya tidak jauh dari Bellagio. Kota kecil dengan bangunan khas yang berwarna warni ini dikenal sebagai kotanya para nelayan. Ada banyak tempat di Varenna untuk bisa disinggahi seperti taman besar yang terletak diantara Villa Monastero dan Villa Cipressi. Kami tidak berkunjung masuk ke dalam taman ini karena lebih tertarik untuk menaiki bukit menuju ke Castello di Vezio untuk melihat Lake Como dari ketinggian dan dari sudut yang berbeda. Puasa Ramadan dan patakilan naik bukit bukanlah kombinasi yang pas karena saya merasakan haus yang luar biasa sampai rasanya dehidrasi. Tapi saya tahan-tahan, sayang kalau sampai batal. Untunglah saya masih kuat untuk meneruskan puasa.

Varenna - Lake Como - Italy
Varenna – Lake Como – Italy
Varenna - Lake Como - Italy
Varenna – Lake Como – Italy
Varenna - Lake Como - Italy
Varenna – Lake Como – Italy

Pemandangan dari atas Castello di Vezio luar biasa bagusnya. Decak kagum tidak berhenti. Entah kenapa saya jadi teringat Danau Toba karena melihat betapa luasnya Lake Como ini. Dari Milan, ada kereta yang langsung menuju Varenna

Dari atas Castello di Vezio - Varenna - Lake Como - Italy
Dari atas Castello di Vezio – Varenna – Lake Como – Italy
Dari atas Castello di Vezio - Varenna - Lake Como - Italy
Dari atas Castello di Vezio – Varenna – Lake Como – Italy
Varenna - Lake Como - Italy
Varenna – Lake Como – Italy
Varenna - Lake Como - Italy
Varenna – Lake Como – Italy

BELLAGIO

Sebenarnya setelah dari Varenna ada satu kota lagi yang kami singgahi sebelum menuju ke Bellagio, tapi saya lupa nama kotanya apa. Karena hanya sebentar, saya juga tidak sempat mengambil gambar. Nah, Bellagio adalah kota terakhir yang kami datangi itupun tidak terlalu lama karena hari sudah sore. Jadi kami jalan-jalan di sekitar Bellagio lalu kembali ke penginapan dengan naik bis.

Bellagio - Lake Como - Italy
Bellagio – Lake Como – Italy
Bellagio - Lake Como - Italy
Bellagio – Lake Como – Italy

Sesampainya di penginapan, sudah menjelang waktu berbuka puasa. Saya memesan pasta seperti foto di bawah ini. Pasta rumahan menggunakan resep warisan keluarga, begitu pemilik penginapan memberikan infonya. Malam terakhir di Lake Como kami habiskan dengan berbincang santai sambil menikmati makanan lezat sambil memandang Lake Como di depan mata dari ruang makan penginapan. Hari yang indah merayakan pertambahan umur suami. Esok hari, kami meneruskan perjalanan ke kota selanjutnya, Turin.

Jadi pengen liburan di Italia lagi kalau lihat foto makanan ini. Makan malam terakhir di penginapan. Buka puasa kala itu
Jadi pengen liburan di Italia lagi kalau lihat foto makanan ini. Makan malam terakhir di penginapan. Buka puasa kala itu

-Nootdorp, 26 November 2018-

Trekking Enam Jam di Cinque Terre – Italia

Manarola - Cinque Terre

Pada saat membuat rencana perjalanan ke Italia, hampir saja saya melewatkan Cinque terre. Padahal saat melihat foto-foto yang bersliweran di IG tentang Cinque Terre, saya mbatin kalau suatu hari ke Italia ingin mampir ke tempat ini. Ternyata saya masih berjodoh dengan Cinque Terre sehingga bisa mengunjunginya pada saat liburan musim panas tahun 2016 sekaligus perjalanan 18 hari di Italia saat suami berulangtahun.

 

Monterosso dari atas
Monterosso dari atas
Monterosso dilihat dari kebun anggur
Monterosso dilihat dari kebun anggur

Hari sebelumnya, kami mampir ke PortofinoKami sengaja memilih untuk menginap di La Spezia yang letaknya tidak jauh dari Cinque Terre dan bisa ditempuh dengan kereta karena penginapan di sana tidak semahal di Cinque Terre. Kami menginap di Airbnb yang berupa apartemen lengkap fasiltasnya. Letaknya pun tidak terlalu jauh dari stasiun kereta api. Kami tidak membawa kendaraan dan lebih memilih naik kereta ke Cinque Terre sengaja karena sudah merencanakan memilih jalur trekking  untuk menyusuri 5 desa yang ada di sana.

Hari itu tidak akan saya lupa. 6 Juli 2016 bertepatan dengan Idul Fitri, salah satu mimpi saya di dunia per jalan-jalan an terwujud. Selepas sholat Ied di apartemen, kami langsung menuju ke Cinque Terre naik kereta. Tiket yang kami beli sudah termasuk dengan masuk Taman Nasional yang merupakan jalur trekkingnya. Kira-kira jam 11 siang kereta yang kami naiki berangkat. Sepanjang perjalanan, saya benar-benar gembira luar biasa, tidak berhenti tersenyum. Rasanya akan ketemu dengan blind date yang selama ini cuma bisa diangan-angan saja.

Kami tiba di desa yang pertama yaitu Monteresso, yang kami pilih sebagai titik awal trekking. Setelah berkeliling sebentar untuk membeli minuman dan makanan sebagai bekal trekking, kami memulai titik trekking dari desa ini. Suhu saat itu mendekati 40ºC saat matahari sudah di atas kepala. Jalur trekkingnya sungguh luar biasa indah. Kami melewati perkebunan anggur dan bisa melihat betapa birunya lautan dari atas. Meskipun medan trekking yang tidak mudah (bagi saya) karena menanjak dan sempit ditambah panas yang luar biasa, tetapi ketika melihat keindahan alam dan satu persatu desa yang kami datangi, memupuskan segala keluh kesah. Ditambah lagi banyak anak kecil yang sliweran di jalur trekking. Bahkan beberapa balita pun saya lihat dengan santainya jalan dan bersenda gurau dengan orangtuanya. Lah kan jiwa kompetitif saya jadi bergelora. Di beberapa tempat, saya melihat beberapa keluarga beristirahat sambil membacakan buku cerita buat balitanya. Berkali-kali saya mengucapkan syukur karena diberikan kesempatan dan kesehatan untuk menikmati dan merasakan semua ini.

Salah satu jalur trekking
Salah satu jalur trekking

Ada satu hal yang saya tidak pernah lupa sewaktu trekking di Cinque Terre selain hawa panas tadi yaitu saya memakai celana bolong haha! Jadi ceritanya dalam perjalanan waktu itu saya tidak terlalu banyak membawa celana dengan bahan yang bisa menyerap keringat dengan baik. Kebanyakan saya membawa rok. Nah sebelum trekking, saya cek berapa derajat suhunya. Ternyata nyaris 40 derajat. Saya lihat dalam koper kira-kira celana mana yang bisa dipakai. Ternyata ada satu celana rumah yang bahannya nyaman, adem. Ya karena ini di Eropa di mana orang-orang akan cuek kamu mau pakai apa, akhirnya saya memutuskan memakai celana rumah itu untuk trekking. Saya tidak memeriksa sebelumnya kondisi celana itu. Setelah pertengahan jalur trekking, saat jalurnya benar-benar menanjak sampai dengkul ketemu dengan janggut (saking menanjaknya), mata saya lihat kok ada yang bolong ditengah celana. Eh ternyata celana yang saya pakai tengahnya bolong besar hahaha! Duh saya langsung tertawa terbahak dan lapor ke suami. Saya tunjukkan bolongnya. Kami lalu tertawa terbahak. Ya sudahlah, selama jalannya santai toh orang tidak tahu kalau saya pakai celana bolong haha!

Vernazza dari kejauhan
Vernazza dari kejauhan
Vernazza
Vernazza
Vernazza
Vernazza

Di setiap desa, kami pasti berhenti. Entah sekedar minum atau makan atau istirahat untuk mengumpulkan tenaga menuju desa berikutnya. Sungguhlah cuaca yang panas saat itu membuat cepat lelah dan anginpun pelit bertiup. Bayangkan saja bagaimana energi tersedot dengan cepatnya.

Corniglia dari kejauhan
Corniglia dari kejauhan
Corniglia
Corniglia
Corniglia
Corniglia
Panas-panas makan ini, Yummm!!. Selama di Italia, hampir setiap hari kami makan Gelatto
Panas-panas makan ini, Yummm!!. Selama di Italia, hampir setiap hari kami makan Gelatto
Corniglia
Corniglia
Manarolla dilihat dari Corniglia
Manarolla dilihat dari Corniglia

CQ14

Kami sampai di desa ke empat yaitu Manarola saat matahari menjelang terbenam. Jadi kami putuskan bahwa Manarola adalah desa terakhir yang kami kunjungi karena selain badan sudah rontok, juga hari sudah beranjak malam. Riomaggiore, desa ke lima hanya bisa kami lihat dari atas kereta. Lihatlah foto Manarola yang saya ambil menggunakan kamera dari Hp, inilah foto yang selama ini selalu membuat saya berkhayal suatu hari bisa datang ke Cinque Terre dan melihat secara langsung desa-desa yang ada di sana yang masuk dalam Unesco World Heritage. Akhirnya saya bisa mewujudkannya setelah sekian lama, pergi bersama suami tercinta. Mimpi jadi nyata.

Manarola - Cinque Terre
Manarola – Cinque Terre
Inilah kami saat trekking di Cinque Terre dan saya memakai celana bolong :)))
Inilah kami saat trekking di Cinque Terre dan saya memakai celana bolong :)))

-Nootdorp, 8 Agustus 2018-

Romantisme Venezia

Venezia

“Waktu kita ke Venezia, kamu kan sedang ngambek. Masalah apa ya kok kamu sampai marahnya luar biasa”

“Ehhmmm… Iya ya kenapa. Aku ingat waktu itu marah banget. Tapi aku ga ingat kenapa sampai kayak gitu”

Beberapa waktu lalu Suami tiba-tiba membuka pembicaraan tentang Venezia. Entah kenapa dia menjadi teringat sewaktu saya marah besar, bahkan sebelum kaki kami menginjak di Venezia. Sampai saat saya menulis ini pun, saya tidak ingat kenapa waktu itu marah dan ngambek ga karuan. Ya memang seperti itulah, hampir di setiap perjalanan yang kami lakukan, ada saja saat dimana saya tantrum tidak jelas. Ada yang ingat betul penyebabnya apa, ada yang tidak ingat. Kalau yang tidak ingat, biasanya ya seputar perut lapar atau saya sedang mengantuk dan capek haha. Akhirnya cranky ga jelas.

Karena pembahasan tentang Venezia tersebut, ingatan saya terlempar pada tanggal 13 Juli 2016, waktu kami ke sana, salah satu kota yang kami kunjungi ketika sedang melakukan perjalanan beberapa minggu di Italia. Suami sudah pernah ke Venezia beberapa puluh tahun sebelumnya, sedangkan saya tentu saja ini menjadi kali yang pertama.

 

Venezia
Venezia
Venezia
Venezia
Venezia
Venezia
Santa Maria Gloriosa dei Frari
Santa Maria Gloriosa dei Frari

Sudah banyak tulisan atau artikel yang saya baca tentang Venezia. Betapa romantisnya kota ini dengan gondolanya, jembatan kecil, grand canal, St. Mark’s Basilica dan masih banyak hal lainnya yang menambah daya tarik turis untuk menyaksikan secara langsung seperti apa Venezia. Satu hal yang selalu tersebut tentu saja adalah turis yang berjubel terutama pada musim panas. Saya kalau sudah membaca atau mendengar tentang suatu tempat dengan banyak turis, entah kenapa langsung keliyengan dulu. Males mengunjungi, tapi ingin. Kalau ke sana, takutnya jadi pusing. Tapi daripada penasaran kan ya, akhirnya memantapkan niat untuk ke Venezia. Kami sengaja datang pagi dari tempat menginap yang letaknya di kota lain tapi tidak jauh dari Venezia. Kami lalu membeli tiket kapal terusan yang bisa dipergunakan selama 24 jam (lupa harganya berapa), karena memang sudah niat akan menyusuri Venezia menggunakan kapal dan juga akan mampir ke beberapa tempat seperti Burano dan MuranoSelain untuk naik kapal, tiket yang kami beli ini juga termasuk tiket naik bis yang masih dalam jangkauan (tertera di tiketnya zona nya), jadi bisa kami gunakan untuk kembali ke penginapan.

Karena masih pagi, kami memutuskan untuk menyusuri gang-gang yang ada di sana. Lumayan seru lho menyusuri setiap gang yang ada, menyesatkan diri di dalamnya. Banyak sudut-sudut menarik yang bisa diabadikan maupun sebagai tempat berhenti sejenak dan memandang bangunan atau kapal kecil yang berlalu lalang. Setelah puas menyusuri gang, kami lalu menuju ke St. Mark’s Square dimana terdapat St. Mark’s Basilica yang terkenal. Untuk masuk ke dalam gereja ini tidak dipungut biaya, tetapi antriannya memang lumayan panjang dan berliku. Di dalam gereja pun kita tidak boleh memotret. Tapi dalamnya memang bagus sekali. Jadi kalau ke Venezia, saya sarankan untuk tidak melewatkan mengunjungi St. Mark’s Basilica.

Venezia
Venezia
St. Mark's Square, Venezia
St. Mark’s Square, Venezia
Venezia. Yang di depan itu antrian masuk ke St. Mark's Basilica
Venezia. Yang di depan itu antrian masuk ke St. Mark’s Basilica
St. Mark's Basilica
St. Mark’s Basilica

Setelah dari St. Mark’s Basilica, kami lalu berpindah ke tower yang ada di depannya untuk melihat Venezia dari atas. Untuk naik ke tower ini kita harus membayar (kalau tidak salah 8 euro) dan ke atas naik lift. Jadi tenang saja, tidak naik menggunakan tangga. Dari atas, kita disuguhi pemandangan Venizia yang tampak berbeda. Bangunan, air, dan pulau-pulau yang ada di sekitarnya. Saya betah berlama-lama di atas tower ini. Rasanya kamera tidak pernah cukup untuk mengabadikan apa yang ada di depan mata dari sudut menara yang berbeda. Indah.

Venezia
Venezia
Venezia
Venezia
Venezia
Venezia
Venezia
Venezia

Saya pernah membaca atau mendengar, bahwa Venezia agak sedikit bau airnya jika musim panas. Untungnya pada saat itu, saya tidak mencium air yang berbau. Cuaca sangat terik ditambah lagi banyak turis, tetapi entah kenapa saya menikmati Venezia tanpa pusing sedikitpun melihat banyak orang di sana. Mungkin saya tersihir oleh pesona Venezia sehingga melupakan kebiasaan saya yang suka panik sendiri kalau melihat orang banyak yang berjubel. Kami sengaja tidak naik gondola, alasannya : mahal! Kami cukup terhibur melihat pasangan maupun keluarga yang banyak memilih untuk totalitas menikmati keromantisan Venezia dengan naik gondola.

Venezia
Venezia
Venezia. Gondola dan Rialto Bridge
Venezia. Gondola dan Rialto Bridge
Venezia
Venezia
Venezia
Venezia
Sedih lihat sampah
Sedih lihat sampah
Venezia
Venezia

Kami kembali ke penginapan sekitar jam 8 malam. Langit masih cerah tapi badan kami mulai rontok dan mulai mengantuk. Usia memang tidak bisa bohong ya haha. Kesan kami, Venezia memang punya daya tarik yang luar biasa. Entahlah, kami bisa merasakan keromantisannya meskipun turis luar biasa banyaknya. Salah satu tempat yang membuat saya bisa berubah mood secepat kilat dari marah besar menjadi berbinar-binar sepanjang hari. Susah dijelaskan, tapi saat meninggalkan Venezia, hati saya menghangat membawa kenangan indah selama satu hari berada di sana.

-Nootdorp, 21 September 2017-

 

Portofino – Kampung Nelayan Yang Tersohor

Portofino

Dalam perjalanan dari Turin menuju Cinque Terre (kami menginap di La Spezia, kota terdekat ke Cinque Terre), kami mampir Bra lalu Portofino. Awalnya Portofino tidak masuk dalam daftar yang akan kami kunjungi, tapi Anggi merekomendasikan desa ini. Katanya tempatnya sangat bagus meskipun kalau musim panas berjubel turis. Dan karena kami melihat rutenya juga tidak terlalu nyempal, akhirnya kami mampir.

Portofino
Portofino
Portofino
Portofino

Portofino ini tempatnya menjorok, semacam di pojokan. Lokasinya di wilayah Genoa. Menuju ke Portofino sepanjang jalan mata dimanjakan oleh warna biru laut dan banyak sekali Yacht yang bersandar di dermaga. Dulu, Portofino ini adalah kampung nelayan. Tetapi karena keindahan alamnya, lambat laun tempat ini berubah menjadi tempat liburan para artis dari seluruh dunia dan orang-orang terkenal lainnya. Karenanya, di Portofino saat ini banyak sekali resor-resor mewah dan menjadikan Portofino sebagai kampung nelayan yang tersohor. Waktu itu saya berharap bisa berpapasan dengan Bon Jovi *ngayal jangan nanggung-nanggung.

Portofino
Portofino
Portofino. Di Italia, banyak dijumpai jemuran bergelantungan, tapi tetap sedap dillihat
Portofino. Di Italia, banyak dijumpai jemuran bergelantungan, tapi tetap sedap dillihat
Portofino
Portofino. Mungkin artis-artis Hollywood nya ada di sana
Portofino
Portofino

Selain banyak ditemui restoran-restoran dengan harga yang standar sampai harga yang super mahal (Kami hanya mengintip harga makanan karena saya puasa Ramadhan hari terakhir), sepanjang bibir pantai juga banyak ditemui butik-butik dengan merek terkenal seperti Dior, Prada, Versace (masih banyak tapi lupa nama-namanya).

Portofino
Portofino

Portofino

Untuk bisa menikmati Portofino dari ketinggian, salah satu tempat yang pas yaitu dari Kastil Brown. Untuk masuk Kastil Brown, perlu membayar tiket (lupa berapa) sehingga bisa menikmati dalam kastilnya juga. Tetapi jika tidak ingin melihat dalam kastilnya, ada jalan setapak yang menuju ke salah satu sudut di ketinggian sehingga tetap bisa melihat keindahan Portofino secara maksimal.

Portofino
Portofino
Portofino
Portofino
Portofino
Portofino
Salah satu sudut Kastil Brown - Portofino
Salah satu sudut Kastil Brown – Portofino

Sewaktu kami ke sana, ramainya tidak seperti yang kami bayangkan. Memang ramai turis tetapi tidak sampai sesak berjubel. Karena memang mampir, jadi kami tidak berlama-lama di sana, tidak sampai 3 jam. Setelahnya kami melanjutkan kembali perjalanan ke La Spezia.

 

Warna Warni Burano dan Murano

Setiap hari sekarang langitnya berwarna abu abu, hujan, dan ditambah suhu sudah sekitar -1ºC di pagi hari sehingga kalau ada jadwal kerja dan berangkat naik sepeda dinginnya minta ampun. Belum lagi kalau angin kencang, rasanya saya ingin marah-marah sama anginnya (ojok ditiru :D). Tapi masih bersyukur belum (tidak) ada salju sementara beberapa negara di Eropa seperti Swedia, Austria, Jerman, sudah turun salju. Daripada muram merasakan dingin, saya mau menuliskan sesuatu yang membuat hati bahagia saja. Ini adalah catatan perjalanan ketika kami sedang bepergian ke Italia beberapa bulan lalu. Salah satu tempat yang kami kunjungi adalah Venice. Kota yang tersohor ini tidak luput kami kunjungi karena ingin melihat sendiri kanal-kanalnya, grand canal, gondola, pulau-pulau disekitarnya, air berwarna tosca, dan beberapa bangunan yang menjadi ikon Venice. Kalau tahun lalu kami mengunjungi Venice-nya Belanda yang bernama Giethoorn, siapa sangka tahun ini saya bisa mengunjungi Venice yang asli (kalau suami sudah dua kali ini ke Venice). Cerita Venice saya tuliskan lain waktu karena kali ini saya akan berbagi cerita tentang dua pulau yang kami kunjungi yang termasuk wilayah Venice, yaitu Murano dan Burano.

Ketika sedang menyusun rencana perjalanan ke Venice, banyak informasi yang saya dapat menuliskan untuk mengunjungi juga pulau-pulau yang berada di sekitar Venice. Ada beberapa pulau, sebut saja : Murano, Burano, Torcello, Punta Sabbioni, dan beberapa pulau kecil lainnya. Akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi beberapa tempat tersebut, tergantung dari kecukupan waktu. Kami sampai di Venice dari Marghera, kota tempat kami menginap selama dua malam, sekitar pukul 8 pagi. Masih tidak terlalu banyak pengunjung. Kami lalu menuju loket pembelian Tourist Travel Card dan memilih kartu yang berlaku selama 24 jam seharga €20 per orang. Kartu ini bisa digunakan untuk naik perahu (ACTV Vaporetto) dan naik bis tujuan kota-kota sekitar Venice, asalkan masih dalam waktu 24 jam. Kami membeli kartu ini karena memang niat untuk naik perahu sepanjang Grand Canal dan menuju pulau-pulau di sekitar Venice.

Setelah puas menyusuri setiap lorong Venice dengan berjalan kaki dan mengunjungi beberapa bangunan yang ada, perjalanan kami lanjutkan dengan menggunakan perahu. Ada banyak halte (sebut saja namanya halte, tempat penumpang menunggu) perahu yang sesuai dengan tujuan perahu. Jadi sebelum masuk ke halte tersebut, cek terlebih dahulu perahu yang singgah di sana akan menuju ke mana. Dan lihat juga rute yang terpampang di bagian depan halte. Jika tidak mengerti, bisa bertanya ke petugas perahu sebelum kita naik ke perahu, untuk memastikan. Perhatikan juga jam keberangkatan. Untuk tujuan tertentu (misalnya Burano, yang jaraknya jauh dari Venice), kita harus transit dahulu di beberapa pemberhentian untuk ganti perahu.

Murano
Murano
Murano
Murano
Murano
Murano

Karena jumlah perahunya banyak dan selalu tepat waktu, jadi meskipun pada saat kami ke sana puncak turis datang yaitu musim panas, kami tidak terlalu berdesakan di dalam perahu. Jadi kita bisa memilih duduk di dalam atau berdiri di bagian luar. Tujuan pertama kami adalah Murano. Letak Murano sendiri tidak terlalu jauh dari Venice, hanya beberapa menit saja kami sudah sampai. Dari kejauhan tampak rumah berderet dengan warna warni yang mencolok. Murano dikenal sebagai pulau yang menghasilkan barang pecah belah. Jika ingin ikut menyaksikan cara pembuatannya, bisa mendaftar yang informasinya bisa ditemukan online atau langsung bertanya ke toko-toko pecah belah yang ada di sana. Pada saat kami ke Murano, ada pabrik yang sedang mengadakan pelatihan dan mempertunjukkan proses pembuatannya, tapi kami tidak tertarik untuk melihat karena saat kuliah saya pernah masuk ke pabrik pecah belah yang ada di Surabaya dan menyaksikan proses pembuatannya. Jadi saya pikir akan sama saja. Ada juga Museum yang berisikan barang pecah belah dan sejarah yang menceritakan bagaimana Murano terkenal dengan kerajinan pecah belahnya.

Awalnya saya berpikir Murano tidak akan terlalu banyak dikunjungi turis. Ternyata saya salah, turis penuh di pulau ini. Karena pulaunya lumayan besar, jadi ada beberapa sudut yang tidak dipenuhi pengunjung. Lumayan untuk memotret. Lalu saya bilang ke suami kalau Burano akan lebih sepi dari Murano, begitu yang saya baca di beberapa artikel. Setelah puas berkeliling Murano dan duduk-duduk di pinggir kanalnya sambil menikmati roti dan minuman, kami melanjutkan perjalanan ke Burano. Cuaca yang sangat panas hari itu (sekitar 39ºC) membuat kami harus sering minum. Padahal sewaktu di Surabaya dengan suhu yang sama saya merasa baik-baik saja, sewaktu liburan ke Italia dengan suhu segitu saya rasanya mau dadah dadah ke kamera. Sudah terbiasa digempur dengan dingin dan hujan selama di Belanda jadi begitu merasakan cuaca panas langsung terasa bedanya.

Burano
Burano
Burano
Burano
Burano
Burano
Burano
Burano

Burano selain terkenal dengan rumah yang berwarna warni dan kanal-kanalnya yang indah, juga dikenal dengan pembuatan renda. Akan banyak ditemui toko-toko yang menjual beraneka bentuk renda, tapi pastikan sebelum membeli bahwa yang dijual tersebut adalah buatan tangan, bukan mesin yang memproduksi dalam jumlah yang banyak. Jika ingin tahu lebih lanjut tentang tradisi pembuatan renda, bisa mengunjungi Museum Lace. Awalnya saya menduga Burano akan lebih sepi dari Murano, ternyata salah besar. Burano lebih ramai dikunjungi turis. Saya yang suka memperhatikan tingkah turis dimanapun berada, jadi keasyikan sendiri melihat ada yang selfie dipinggir kanal dengan raut muka yang dibentuk sedemikian rupa, ada yang sibuk berputar-putar dengan tongsisnya, ada yang semacam foto prewed di depan rumah warna warni lengkap dengan busana yang apik, ada yang bergerombol berbicara dengan kencang, dan ada yang tertegun memperhatikan sekitar (iya, ini saya :D).

Warna warni rumah di Burano lebih berani dan lebih menyala dibandingkan Murano, begitu yang saya lihat. Satu rumah dengan lainnya mempunyai warna yang berbeda sehingga rumah-rumah yang berjajar tersebut terlihat kontras dengan sapuan warna stabilo, menyala, dan eye catching. Melihatnya sangat menggemaskan apalagi kami menemui beberapa rumah dicat dengan pola-pola tertentu. Pengecatan rumah ini dilakukan setiap dua tahun sekali dan jika ada penduduk yang ingin memperbarui warna catnya, harus mendapatkan persetujuan dahulu dari pemerintah. Bukan hanya mata saja yang terasa dimanjakan melihat kemeriahan warna di Burano, hati juga ikut gembira rasanya.

Burano
Burano
Burano
Burano
Salah satu tembok yang dicat berwarna warni di Burano
Salah satu tembok yang dicat berwarna warni di Burano

Saat kami sedang berfoto bergantian dengan latar belakang tembok yang berwarna warni (foto di atas), ada satu keluarga yang sedang melintas dan ketika mendengarkan saya dan suami berbicara menggunakan bahasa Belanda, salah satu diantara mereka menawarkan untuk mengambil pose kami berdua. Rupanya mereka keluarga yang berasal dari Belgia. Jadilah kami semua berbicara menggunakan bahasa Belanda dan berbincang-bincang sebentar. Ketika kami menawarkan untuk bergantian memotret, mereka menolak karena ingin segera makan di restoran tidak jauh dari tempat ini. Senangnya punya foto berdua suami di Burano, dengan kebaikan tawaran dari mereka.

Ada satu lagi kesamaan antara Murano dan Burano selain warna warni rumahnya yaitu jemuran ada dimana-mana, di setiap gang ataupun jalan utama. Melihat jemuran di sini nampak enak dilihat mata, tertata dan tidak semrawut. Jadinya jemuran pun mempunyai daya tarik tersendiri.

Burano
Burano
Jemuran di Burano
Jemuran di Burano
Burano
Burano

Setelah dari Burano, niatnya kami ingin mengunjungi pulau yang lainnya yaitu Torcello. Tapi setelah menghitung waktu, nampaknya tidak cukup karena kami ingin menyusuri Grand Canal menjelang matahari terbenam sambil melihat orang-orang yang menaiki gondola diiringi alunan suara dari yang mendayung gondola (tapi saya cuma menjumpai beberapa yang bernyanyi). Puas rasanya bisa mengunjungi dua dari tiga pulau yang terkenal disekitar Venice. Melihat secara langsung keindahan warna warni rumah dan menepi sesaat dari pikuknya Venice. Jika ingin membeli cinderamata, saya melihat banyak toko menjual beraneka bentuk topeng. Saya menduganya ini adalah cinderamata khas Venice.

Souvenir Venice
Souvenir Venice
Burano
Burano
Burano
Burano

Jadi terinspirasi ingin mengecat rumah dengan warna yang ngejreng?

-Den Haag, 9 November 2016-

Semua foto dokumentasi pribadi

Mencicipi Ragam Kuliner di Italia – Bagian I

Daging sapi diiris tipis, dibagian bawahnya sayur mayur ada kejunya juga.

Tulisan kali ini bukan ingin mengulik atau membahas satu persatu tentang kuliner Italia berdasarkan dari sejarahnya ataupun rasa yang mendetail karena saya dan suami bukanlah foodie dan kami bukanlah food blogger. Kami hanyalah pasangan yang suka mencoba makanan baru dan suka makan (meskipun untuk saya tetap pilih-pilih). Jadi didalam tulisan ini hanya akan ada dua kata untuk mendeskripsikan rasa dari masing-masing kuliner Italia yang pernah kami cicipi saat berlibur ke Italia selama 18 hari. Dua kata tersebut adalah : enak dan enak sekali *komentar amatiran haha!. Bagaimana tidak, hanya dua kata tersebut yang bisa kami ucapkan setiap selesai makan karena selama di Italia tidak ada makanan yang rasanya tidak enak. Tetapi nama makananannya kami lupa-lupa ingat, karena tidak pernah kami catat.

Setiap bepergian, saya dan suami mengusahakan untuk mencicipi makanan lokal tempat yang akan kami kunjungi, dengan catatan untuk saya makanan tersebut masuk kategori yang masih bisa saya makan. Sewaktu saya ke Ho Chi Minh, karena keterbatasan informasi tempat makanan halal, saya dan teman-teman membawa bubuk cabai. Hal tersebut kami lakukan untuk berjaga-jaga supaya nafsu makan tetap terjaga kalau susah menemukan makanan yang sesuai selera. Nyatanya selama di sana, kami hampir selalu makan di restoran India dan restoran Malaysia. Lumayanlah rasanya masih masuk ukuran lidah meskipun tetap menaburkan bubuk cabai 😀

Sejak pindah ke Belanda, saya mulai belajar untuk merasakan jenis makanan dari negara lain. Dan makanan dari beberapa negara tersebut tentunya tidak semua ada rasa pedasnya. Dengan cara seperti itu, saya menjadi tidak terikat lagi dengan namanya rasa pedas. Kalau makan di luar rumah dan makanannya tidak pedas, sekarang sudah bukan masalah lagi bagi saya. Dan selama di Belanda, saya tidak pernah membawa saus cabe dalam bentuk sachet (karena memang saya tidak terlalu suka rasanya) maupun bubuk cabai. Selain untuk merasakan rasa asli sebuah makanan, juga untuk menghormati darimana makanan itu berasal. Misalnya : kalau makan sayur asem trus dikasih kecap, rasanya jadi tidak asli sayur asem, sudah tercampur. Jadi kita tidak bisa merasakan lagi sayur asem itu rasa aslinya seperti apa. Walaupun kembali lagi, rasa adalah selera.

Nah, selama beberapa kali bepergian ke luar negeri, akhirnya saya terapkan untuk tidak terlalu memikirkan tentang makanan harus pedas. Jadinya ya saya tidak membawa bubuk cabe, sambel bajak, ataupun saus sambel. Saya ingin benar-benar merasakan makanan lokalnya seperti apa. Selama liburan di Italia tidak sedikitpun saya rewel harus makan nasi atau sambel. Iya, selama 18 hari itu saya hanya dua kali makan nasi (risotto), dan rasanya ya biasa saja tidak makan nasi selama itu. Sudah lama saya mulai menggantikan nasi dengan sumber karbohidrat yang lain (ubi, kentang, singkong, quinoa dll).

Selama di Italia, kami menginap mayoritas di Airbnb dan hanya dua kali menginap di hotel. Kami selalu bertanya kepada pemilik airbnb rekomendasi tempat makanan lokal yang patut dicoba. Dan selama di sana kami cocok dengan rekomendasi mereka. Atau kami juga mencari dari aplikasi Yelp dan Tripadvisor. Tapi kami selalu tertawa karena melihat stiker Tripadvisor hampir selalu ada disetiap tempat makan. Sedangan kalau Yelp tidak terlalu banyak. Saya bilang ke suami, mending pilih yang berstiker Yelp saja karena rekomendasinya dari orang lokal.

RAVENNA

Ravenna adalah kota yang terkenal dengan mosaic. Jadi bagi mereka yang memang suka sekali dengan mosaic, Ravenna adalah tempat yang tepat untuk dikunjungi karena kita bisa melihat keindahan mosaic hampir disetiap sudut Ravenna. Ada delapan tempat di Ravenna yang masuk dalam daftar Unesco World Heritage Site. Kami menginap hanya satu malam di sebuah hotel dekat dengan pusat kota. Kami bertanya kepada petugas hotel tempat mana yang dia rekomendasikan untuk makan malam. Ternyata pihak hotel mempunyai daftarnya dan memang mereka bekerjasama dengan restoran-restoran tersebut. Jadi jika kami makan di salah satu restoran tersebut maka kami akan mendapatkan diskon. Saya sudah kasak kusuk dengan suami, jangan-jangan harga makanannya sangat mahal dan rasanya biasa-biasa saja. Karena ketika kami sampai Ravenna sudah memasuki jam makan malam, maka kami bergegas mencari tempat-tempat yang ada di daftar. Setelah memilih dan melihat-lihat beberapa tempat serta daftar makanannya akhirnya kami sepakat untuk makan disebuah restoran yang tidak terlalu besar tetapi ramai pengunjung, dan sepertinya pengunjungnya juga banyak masyarakat lokal. Asumsinya : makanan enak. Ternyata kami tidak salah pilih, pelayanannya memuaskan dan rasa makananya tidak mengecewakan. Kami makan dua jenis makanan per orang. Dua diantaranya dapat dilihat pada foto di bawah :

Daging sapi diiris tipis, dibagian bawahnya sayur mayur ada kejunya juga.
Carpaccio. Daging sapi mentah diiris tipis, disajikan bersama rucola dan dibagian bawahnya sayur mayur ada kejunya juga. Kata suami rasanya asin campur creamy, jadinya enak banget karena dia suka dengan keju.
Ini standar sih, ikan bakar haha, tapi enaakk rasanya!
Ini standar sih, ikan bakar haha, tapi enaakk rasanya! Katanya ikan khas Ravenna.

Nah kalau Spaghetti ini, saya beli sewaktu makan siang. Ada satu tempat makan nyempil, keterangannya mereka menyajikan pasta yang homemade. Kami jadi penasaran lalu mampir. Wah, rasanya luar biasa enak. Saya lupa waktu itu suami makan apa. Tapi satu yang saya ingat, sebelum makan spaghetti ini, saya mampir ke sebuah toko roti, niatnya ingin membeli roti. Lalu saya tunjuklah satu roti tanpa isi, saya kira roti biasa. Salah satu penjualnya, orang Itali, bilang bahwa saya tidak bisa makan roti tersebut karena salah satu bahan yang dipakai untuk membuatnya ada kandungan babinya. Jadi terharu karena dia sampai memberitahu hal tersebut.

Spaghetti jamur. Ini kalau di Indonesia tempat jualannya kayak semacam warung, rasanya beda dengan rasa makanan di restoran besar. Bumbunya kerasa dan jamurnya yummy
Spaghetti jamur. Ini kalau di Indonesia tempat jualannya kayak semacam warung, rasanya beda dengan rasa makanan di restoran besar. Bumbunya terasa kuatdan jamurnya yummy

Dimanapun dan kapanpun kami tetap makan gelato dan granita karena cuaca di Italia yang panas sekali (sampai 39 derajat celcius). Granita ini (dari yang saya rasakan) semacam es diserut dicampur air dan buah terus didinginkan agak beku. Seperti yang terlihat pada foto di bawah, ini granita rasa semangka yang saya makan. Cuma yang ini rasanya terlalu manis untuk saya, jadi saya tidak habis dan dihibahkan ke suami.

Jam 11 malam makan Gelato dan Granita rasa Semangka
Jam 11 malam makan Gelato dan Granita rasa Semangka

Selama di Italia, kami mengamati di setiap menu pasti ada makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup. Awalnya kami kaget karena porsi makanannya besar, jadi apakah kami wajib untuk membeli semua makanan tersebut. Tapi ternyata tidak. Karena memang kebiasaan makan orang Itali yang ada makanan pembuka, utama, dan penutup dimana porsinya besar. Kami makan satu jenis makanan saja sudah sangat kenyang.

FIESOLE

Saat mengunjungi Florence, kami menginap di Fiesole. Jarak antara Fiesole dan Florence hanya 10 menit naik kereta. Kami menginap di rumah yang letaknya ditengah kebun pohon zaitun. Jadi tempatnya benar-benar sepi. Tidak seberapa jauh dari Airbnb, ada sebuah restoran lokal yang selalu ramai pengunjung. Selama dua malam kami selalu makan di tempat tersebut karena memang rasa makanannya otentik. Sayangnya di restoran ini tidak ada menu ikan. Jadi selama makan di sana saya selalu memesan menu yang ada jamurnya.

Spaghetti
Spaghetti
Ini lupa antara Fettuccine atau Tagliatelle. Yang pasti sausnya jamur dan rasanya gurih pedes, aroma herbs nya kuat (lupa herbs apa namanya). Yang di sebelahnya itu jamur goreng
Ini lupa antara Fettuccine atau Tagliatelle. Yang pasti sausnya jamur dan rasanya gurih pedes, aroma herbs nya kuat (lupa herbs apa namanya). Yang di sebelahnya itu jamur goreng
Gelato di Florence
Gelato di Florence

Setelah beberapa hari di Italia, kami juga mengamati kebiasaan makan malam orang Itali. Mereka kalau makan ternyata malam sekali. Jam sembilan malam rata-rata mereka baru keluar rumah untuk makan di restoran. Jadi restoran di Italia banyak yang buka sampai jam 1 atau 2 malam. Saya jadi teringat cerita Anggi, kalau dia makan di rumah mertuanya, mereka memulai makan malam juga sekitar jam 9. Sedangkan orang Belanda kalau makan malam jam 6, jam 9 malam sudah siap-siap tidur.

SAN GIMIGNANO

Kami memutuskan untuk menginap di San Gimignano saat akan mengunjungi kota Siena karena setelahnya akan melanjutkan ke San Marino. Jadi San Gimignano ini letaknya antara Pisa dan Siena dan masuk provinsi Siena. San Gimignano ini adalah sebuah kota kecil yang unik arsitekturnya letaknya diatas bukit. Kota tuanya masuk dalam daftar UNESCO World Heritage Site. Sewaktu di San Gimignano, kami menginap di rumah yang letaknya di tengah perkebunan anggur dan pohon zaitun. Dan rumah ini mempunyai usaha membuat wine. Jadi semacam home industry wine dan minyak zaitun. Hari pertama kami datang, pemilik rumah mengajak kami mengunjungi pabriknya yang terletak dibelakang rumah. Kami melakukan wine tour dan suami diberikan masing-masing satu gelas red wine dan white wine produksi mereka untuk dicicipi. Tercapai juga keinginanya untuk wine tasting langsung di pabriknya. Uniknya wine tersebut diambil langsung dengan membuka keran dimana wine disimpan selama berbulan-bulan. Selama di Italia, suami hampir setiap makan malam minum wine. Buat dia, mencicipi wine di negara tempat diproduksi adalah sebuah keharusan.

The best ice cream in the world di San Gimignano. Ga tau deh siapa yang menobatkan :D
The best ice cream in the world di San Gimignano. Ga tau deh siapa yang menobatkan 😀
The best ice cream in the world
The best ice cream in the world
Taddaaa!! The best ice cream in the wordl di San Gimignano. Saya makan rasa mint, suami rasa mangga. Segeeerrr
Taddaaa!! The best ice cream in the wordl di San Gimignano. Saya makan rasa mint, suami rasa mangga. Segeeerrr

Kami makan di restoran rekomendasi dari pemilik Airbnb. Tidak mengecewakan dan tempatnya ada teras belakang yang letaknya ditengah kebun bunga. Romantis sekali dan kami bisa melihat matahari terbenam. Saya memilih untuk makan salad karena satu hari belum makan sayur sama sekali. Istimewanya salad ini berisi Anchovy. Saya suka sekali dengan rasa Anchovy (ini kalau dalam bahasa Indonesianya ikan teri asin mungkin  ya? soalnya rasanya asin dan bentuknya kecil tetapi direndam dalam minyak).

Spaghetti entah pakai krim apa
Spaghetti entah pakai krim apa
Wine
Wine
Pizza isinya Anchovy. Favorit saya pokoknya yang ada Anchovy nya
Pizza isinya Anchovy. Favorit saya pokoknya yang ada Anchovy nya
Salad tuna. Menu biasa sih ini ya, cuma saya suka karena pakai Anchovy.
Salad tuna. Menu biasa sih ini ya, cuma saya suka karena pakai Anchovy.

Kami juga mengamati orang Itali kalau sarapan suka makan yang manis manis. Beberapa kali menginap di Airbnb mereka selalu menyediakan kue saat sarapan. Kami yang tidak pernah makan kue saat sarapan mencoba untuk mengikuti cara orang Itali sarapan. Sampai hari terakhir kami di Italia, rasanya tetap tidak terbiasa. Mungkin karena kami berdua bukan orang yang suka makan makanan manis.

LAKE GARDA

Saat di Lake Garda, kami menginap di Sirmione. Pagi hari dari Verona, kami langsung menuju Sirmione yang ditempuh tidak sampai satu jam. Setelah sampai hotel, kami langsung membeli tiket kapal untuk mengunjungi beberapa tempat yang ada di Lake Garda. Saat itu kami mengunjungi Bardolino, Geradone, Garda dan Lazise. Pilihan dengan menggunakan kapal kami rasa sangat tepat karena bisa menikmati keindahan Lake Garda dari segala sudut. Selain itu kami memang suka sekali naik kapal. Kami makan siang di Geradone, kota yang sepi turis. Kami memilih sebuah restoran di pinggir danau persis. Saya memilih makan Pizza karena isinya Anchovy sedangkan suami makan Penne pesto. Makan sambil melihat danau, ditemani semilir angin dan awan yang biru, membuat nafsu makan meningkat 😀

Penne pesto di
Penne pesto di Geradone
Pizza Anchovy pakai bijian warna hijau rasanya asin. Ini enak banget. Satu loyang besar saya habiskan sendirian *maruk :D
Pizza Anchovy pakai bijian warna hijau rasanya asin. Ini enak banget. Satu loyang besar saya habiskan sendirian *maruk 😀
Granita Mint dan Gelato kelapa
Granita Mint dan Gelato kelapa. Granitanya suegeerrr meredakan sengatan matahari 38 derajat celcius. Saya habis dua gelas

Malamnya kami makan di Sirmione. Karena Sirmione tempatnya sangat penuh turis, jadi kami harus seksama memilih tempat makan yang enak namun tidak banyak turis. Kalau banyak turis takutnya rasa makanan di tempat tersebut tidak asli lagi. Akhirnya kami hanya mengandalkan insting. Saat itu kami beruntung karena makanan yang kami pesan disebuah restoran yang letaknya jauh dari keramaian, dan disebelah kastil, rasanya sangat enak. Sampai saat menulis ini, saya masih ingat rasa saus berpadu dengan kerangnya. Makan malam sempurna sebagai penutup perjalanan 18 hari kami di Italia.

Makan malam di Sirmione. Ini isinya jenis-jenis kerang disiram saus tomat. Rasanya asin. Sausnya dicolek pakai roti. Enaak banget ini
Makan malam di Sirmione. Ini isinya jenis-jenis kerang disiram saus tomat. Rasanya asin. Sausnya dicolek pakai roti. Enaak banget ini.

Selesai menuliskan semua cerita tentang makanan tersebut, perut saya jadi kukuruyuk lapar. Kalau misalkan ada istilah atau nama makanan yang salah saya tuliskan, saya menerima masukan ataupun kritikan karena terus terang saya lupa-lupa ingat nama makanannya. Hanya mengandalkan ingatan saja. Nantikan kelanjutan cerita kuliner kami selama di Italia bagian selanjutnya, akan ada keseruan-keseruan lainnya.

Selamat hari Jumat dan selamat berakhir pekan. Pernah mencicipi makanan Italia? Apa makanan Italia favorit kamu?

-Den Haag, 1 September 2016-

Semua foto adalah dokmentasi pribadi