Pisa – Italia

Menara PIsa - PIsa - ITalia

Nama Menara Pisa sering saya dengar, bahkan sejak SD karena sering muncul di RPUL (yang hapal isinya RPUL, ngacung *saya! Saat masih SD ya). Sebuah menara miring di Italia dan merupakan salah satu keajaiban dunia, begitu yang saya ingat. Saya pikir, Pisa itu benar-benar hanya nama sebuah menara. Jadi seperti Monas gitu, saya pikir tidak ada sangkut pautnya dengan nama tempat. Ternyata saya salah. Saat menyusun rute perjalanan, baru saya paham kalau Pisa adalah nama sebuah kota di wilayah Tuscany, Italia. Hapal RPUL ternyata belum tentu pintar (ngaku haha).

Pisa Baptistery, Cathedral Santa Maria Assunta, Campo Santo, Menara Pisa - PIsa - Italia
Pisa Baptistery, Cathedral Santa Maria Assunta, Campo Santo, Menara Pisa – PIsa – Italia
Pisa Baptistery
Pisa Baptistery

Setelah tahu kalau Pisa adalah nama kota, masih dalam bayangan saya, menara Pisa letaknya tidak di dalam komplek yang ada beberapa bangunan bersejarah lainnya. Ya bayangan saya seperti Monas gitu (haha maap ya dari tadi contohnya Monas terus, karena memang pada saat itu saya membayangkan lokasinya seperti Monas gitu). Setelah sampai sana, owalah ternyata beberapa bangunan bersejarah ini terletak dalam satu komplek, satu area. Jadi dalam satu area ada Pisa Baptistery, Cathedral Santa Maria Assunta, Campo Santo, Menara Pisa. Baru mudeng saya.

Cathedral Santa Maria Assunta dilihat dari Pisa Baptistery
Cathedral Santa Maria Assunta dilihat dari Pisa Baptistery

 

Cathedral Santa Maria Assunta, Menara Pisa - PIsa - Italia
Cathedral Santa Maria Assunta, Menara Pisa – PIsa – Italia
Cathedral Santa Maria Assunta
Cathedral Santa Maria Assunta

Kami ke sana saat musim panas. Waduh, saya yang gampang terkena serangan panik kalau berada di keramaian yang super ramai, benar saja saat baru memasuki gerbangnya, melihat orang yang sangat banyak memenuhi dalam komplek, mendadak badan saya gemetar. Saya sampai harus duduk untuk menenangkan diri dan meneduh dari sengatan sinar matahari yang saat musim panas di Italia rasanya ada 10 biji di atas kepala. Super panas. Waktu itu suhu sampai 40 derajat celcius. Sepanjang mata memandang, banyak sekali turis Asia (terutama turis Cina).

Campo Santo
Campo Santo

Untuk masuk ke bangunan-bangunan tersebut harus membeli tiket dulu. Tiket yang dijual saya tidak ingat apakah bisa membeli satuan ataukah harus terusan. Kami membeli tiket terusan sehingga bisa dipakai untuk masuk ke semua tempat di dalam area tersebut. Untuk masuk ke Menara Pisa, harus bergiliran. Jadi ada penjaganya  yang mengatur kapan kita bisa masuk ke dalam. Tahun 2016, ada pengerjaan bangunan terkait dengan kemiringan menara Pisa. Tapi saya tidak ingat pastinya pengerjaan yang seperti apa. Tentang Menara Pisa, bisa googling sendiri ya, banyak yang sudah menyediakan informasi lengkapnya (haha blog macam apa ini).

Menara Pisa - PIsa - Italia
Menara Pisa – PIsa – Italia
Naik ke Menara Pisa
Naik ke Menara Pisa
Tangganya sampai jeglong begini
Tangganya sampai jeglong begini

Yang paling menarik perhatian saya selain Menara Pisa adalah turis-turis (termasuk saya) yang berfoto dengan berbagai macam pose. Saking menariknya saya sampai memotret beberapa yang “terniat.” Ada banyak, tapi tidak saya tampilkan di sini ya takutnya yang bersangkutan tidak berkenan. Benar-benar niatlah pose mereka. Dari yang bergaya standar (macam saya yang hanya berdiri tegak di atas batu lalu pose seolah-olah memegang Menara Pisa) sampai pose yang jumpalitan. Menarik sekali mengamati tingkah turis-turis ini. Belum lagi turis-turis yang ributnya macam di sana hanya ada mereka saja, yang lainnya semacam tak terlihat haha. Lah bagaimana tidak, ngomong kenceng sekali ditambah berteriak, rasa-rasa tidak ada orang lain saja di sekelilingnya.

Kota Pisa dilihat dari atas Menara PIsa
Kota Pisa dilihat dari atas Menara Pisa

Satu yang kami tidak lupa tentang kota Pisa adalah cerita dibalik dompet suami yang hilang lalu mendadak ada seorang wanita yang membawa dan mengembalikannya. Jadi ceritanya, setelah selesai dari Menara Pisa dan beberapa tempat lainnya, kembalilah kami ke area parkir mobil. Menuju tempat parkir mobil, banyak sekali orang menjajakan dagangannya, macam kalau di Paris. Nah saat suami akan membayar parkir mobil di mesin, dia mencari dompet di tasnya kok tidak ada. Wah paniklah kami, karena masih ada waktu 1.5 minggu lagi di Italia, lalu bagaimana dengan selanjutnya. Saat membayar di mesin tersebut, ada beberapa orang yang mepet maksa menawarkan dagangannya. Jadi berhati-hatilah dengan para pedagang di sana ya.

Saya coba berpikir positif, mungkin saja ketinggalan di mobil. Saat akan menuju ke mobil, seorang wanita berteriak-teriak. Kami menoleh, rupanya dia berteriak ke kami. Dikembalikan dompet suami, dia bilang terjatuh di jalan. Kami heran, kapan mengeluarkan dari tas ya kok sampai terjatuh. Tas suami modelnya selempang tidak terlalu besar dan hampir selalu ditaruh di depan. Setelah diperiksa, tidak ada satupun yang hilang dari dompet. Bahkan uang pun masih lengkap. Sungguhlah suatu keajaiban. Kami benar-benar berterima kasih pada perempuan yang menemukan. Dia hanya tersenyum lalu melanjutkan jalannya.

Menara PIsa - PIsa - ITalia
Menara PIsa – PIsa – ITalia

Sungguhlah Pisa tidak terlupakan buat kami. Cerita dompet hilang  lalu tiba-tiba kembali dan masih lengkap isinya dan banyaknya turis yang ada di sana. Beneran lho itu turis membludak jumlahnya. Yang pasti, saya senang bisa mengunjungi tempat yang selama ini selalu jadi hapalan di RPUL. Buat saya, melihat Menara Pisa secara langsung membuat terkagum, berdecak dan juga terpana dengan megahnya serta kemiringannya.

-14 Nopember 2019-

San Marino dan San Gimignano – Italia

San Gimignano

Suhu di Belanda semakin dingin dan nyaris tiap hari hujan. Dalam rangka menghangatkan hati dan pikiran, saya akan menuliskan cerita liburan yang belum terdokumentasikan di blog. Jadi harap maklum ya kalau tulisan saya ke depannya akan sering cerita liburan yang sudah bertahun lalu lamanya.

San Marino dan San Gimignano, dua nama yang agak sama. Namun keduanya sangat berbeda karena satunya adalah nama negara dan satunya nama kota. San Marino adalah sebuah negara yang terletak di negara Italia. Jadi, negara dalam negara. Sedangkan San Gimignano adalah nama kota yang terletak di wilayah Tuscany. Ini adalah tulisan lanjutan yang sudah ada beberapa kali sebelumnya, tentang perjalanan kami selama tiga minggu di Italia bagian Utara, tahun 2016.

REPUBLIK SAN MARINO

Kami mampir San Marino sebelum ke kota selanjutnya yaitu Ravenna. Penasaran akan tiga menara yang terletak di atas bukit batu di negara San Marino. Setelah saya datangi, lebih tepat kalau dikatakan kastil kecil, yang sudah ada sejak abad ke 11.

San Marino adalah sebuah negara Republik, jadi seringnya disebut sebagai Republik San Marino. Untuk mencapai tiga menara, dari pusat kota, bisa berjalan kaki atau menggunakan cable car. Waktu itu kami naik menggunakan Cable Car dan turunnya jalan kaki biasa. Cable car ini hanya sampai kota tuanya. Untuk menuju tiga menara, harus jalan kaki biasa. Medannya lumayan menanjak meskipun jalan setapaknya tidak terlalu susah dilalui. Sering-sering olahraga saja, jadi tidak terlalu ngos-ngosan menanjaknya.

Republik San Marino
Republik San Marino
Republik San Marino
Republik San Marino
Republik San Marino
Republik San Marino
Republik San Marino
Republik San Marino

Tiga tower ini letaknya di bukit yang berbeda. Jadi kalau niat jalan sampai ke tiga towernya, ya harus semi hiking sampai tower yang terakhir. Kita bisa masuk ke dalamnya. Kalau tidak salah ingat, membayar tiket supaya bisa masuk. Saya terkesima dengan ketiga menara tersebut. Selain letaknya yang di atas bukit batu jadi terlhat megah dan kokoh, juga dari masing-masing menaranya, bisa dibaca sejarah menara tersebut.

Republik San Marino
Republik San Marino
Republik San Marino
Republik San Marino

Karena masuk ke dalam sebuah negara, sebenarnya kita bisa minta stempel di paspor. Lumayan kan menambah koleksi stempel haha (ya ga ngefek juga ya kalau tinggalnya di wilayah Schengen, lintas negara tidak ada stempelnya). Tapi setelah saya bertanya ke kantor, semacam imigrasinya Republik San Marino, untuk mendapatkan stempel harus membayar. Urunglah saya minta stempel. Mengunjungi San Marino satu hari saja sudah cukup. Mengitari Kota tua dan hiking ke tiga menaranya tidak membutuhkan waktu yang lama.

 

SAN GIMIGNANO

San Gimignano adalah salah satu kota yang sangat membekas di ingatan karena areanya sangat cantik. Selain itu, sewaktu di sana, saya sedih sekali (sampai menangis berderai-derai) karena teringat keluarga di Indonesia yang merayakan lebaran sedangkan saya jauh dari mereka.

Kami menginap di Airbnb yang letaknya di tengah perkebunan anggur dan zaitun. Pemiliknya mempunyai usaha rumahan pembuatan Wine dan Minyak Zaitun. Rumah yang kami tempati sangat nyaman dan dari kamar mata benar-benar dimanjakan hamparan anggur dan zaitun. Selain itu bisa terlihat jelas juga dari kamar, menara-menara yang ada di kota tua San Gimignano.

Penginapan di San Gimignano. Di tengah perkebunan anggur dan zaitun
Penginapan di San Gimignano. Di tengah perkebunan anggur dan zaitun

Sesampainya kami di penginapan, pemilik rumah langsung mengajak kami untuk keliling ke lokasi usahanya, yang terletak di samping rumahnya. Peralatan di dalamnya sederhana, tetapi hasil produksinya sudah diexport ke beberapa negara di Eropa. Kami diberi dua gelas wine untuk dicicipi. Saya berikan gelas saya pada suami, jadi puaslah dia minum dua gelas haha. Pemilik rumahnya sangat ramah dan berbahasa Inggris dengan jelas. Sarapan yang disediakan juga sangat lezat, salah satunya adalah kue-kue buatan sendiri.

Wine dan Olive Oil produksi dari San Gimignano
Wine dan Olive Oil produksi dari San Gimignano
San Gimignano
San Gimignano
San Gimignano
San Gimignano

San Gimignano adalah kota kecil yang terletak antara Florence dan Siena. Kota ini terkenal dengan arsitektur abad pertengahan dan menara-menara yang menjulang sehingga nampak menarik jika dilihat dari kota sekitarnya yang terletah di lembah (maksudnya dari kota yang letaknya di bawah San Gimignano).

Keluarga ningrat San Gimignano pada puncak kejayaannya membangun sampai dengan 72 menara sebagai simbol kekayaan dan kekuasaan. Meskipun hanya 14 yang tersisa sampai sekarang, namun menara-menara tersebut masih dalam keadaan terawat dengan baik.

San Gimignano
San Gimignano
San Gimignano
San Gimignano
San Gimignano
San Gimignano
San Gimignano
San Gimignano

Masuk dalam UNESCO World Heritage Site sejak tahun 1990, berkunjung ke San Gimignano seperti ditarik mundur ke abad pertengahan. Melewati gerbangnya, kita langsung merasakan kontras suasana antara di dalam dan di luar San Gimignano. Saya sangat merekomendasikan San Gimignano untuk dikunjungi jika ada kesempatan berkunjung ke Italia dan rutenya di sekitar Florence atau Siena. Kota yang sangat cantik.

San Gimignano
San Gimignano
San Gimignano
San Gimignano

Sekilas cerita tentang San Marino dan San Gimignano. Menulis tentang dua kota ini saja sudah membuat hati saya hangat. Mengingat liburan kami selama di Italia.

-12 November 2019-

Verona dan Siena

Cathedral of Santa Maria Assunta - Siena

Salah satu yang membuat saya bermimpi untuk bisa ke Italia dikarenakan film Letters To Juliet. Entah sudah berapa belas kali sampai sekarang saya menonton film tersebut, masih belum ada bosannya. Filmnya sih biasa saja ya, cerita cinta biasa dan gampang ditebaklah jalan ceritanya. Tapi ada yang membuat saya terpikat yaitu alam Italia (khususnya wilayah Tuscany) dan aksen British pemain filmnya. Saya memang gampang terpikat kalau mendengar ada pria yang berbicara menggunakan aksen British haha padahal belum tentu juga saya paham yang diomongkan karena terdengar tidak jelas di telinga.

Letters To Juliet seperti memberikan sebuah ambisi pada saya untuk bisa ke beberapa kota yang ada di film tersebut. Ketika ada kesempatan ke Italia pada tahun 2016, tidak saya sia-siakan memasukkan Siena (serta beberapa kota di Tuscany) dan Verona ke dalam kota yang wajib dikunjungi. Karena film ini juga, saya sampai punya niatan, kalau punya anak perempuan ingin diberi nama Siena atau Sophie (nama karakter perempuan di film ini). Segitunya ya haha.

Inilah cerita singkat yang akan saya tuliskan kali ini. Mengunjungi dua kota di Italia yang berawal dari film Letters To Juliet.

VERONA

Verona adalah dua kota yang terakhir kami kunjungi saat road trip selama di Italia, setelah dari Venezia. Letak kota ini tidak jauh dari Venezia. Kami hanya menginap satu malam di Verona, itu sudah cukup untuk mengelilingi pusat kotanya. Senangnya lagi, di Verona ada Amphitheatre dan lumayan besar. Saya selalu menuliskan bahwa kami berdua memang punya ketertarikan mengunjungi kota-kota yang mempunyai catatan sejarah berhubungan dengan amphitheatre.

Verona
Verona
Verona Arena Amphitheatre
Verona Arena Amphitheatre
Verona Arena Amphitheatre
Verona Arena Amphitheatre

Verona adalah kota yang dikenal secara Internasional sebagai tempat dalam karya Shakespeare, Romeo and Juliet. Wisatawan yang datang ke Verona salah satunya bertujuan untuk melihat di mana tempat tinggal Juliet. Adalah sebuah bangunan yang tidak jauh dari Piazza delle Erbe, yang akhirnya dijadikan tempat sebagai rumah dari Juliet. Tidak peduli bahwa ceritanya fiksi, wisatawan tetap berbondong-bondong ke tempat ini untuk melihat rumah tersebut. Nama rumah tersebut adalah Casa di Giulietta. Pada tahun 1930, ditambahkan balkon yang menghadap ke halaman, lalu beberapa dekade kemudian ditambahkan patung perunggu dan di dalam rumah dijadikan semacam museum yang mengisahkan perjalanan hidup Juliet. Untuk sampai ke balkon, wisatawan  harus membeli tiket.

Verona
Verona

Niatan awal mengunjungi Verona karena ingin napak tilas segala yang ada di film kan, jadinya wajib mengunjungi Rumah Juliet ini. Pada gerbang masuknya, di dinding kanan kiri, banyak sekali coretan. Mungkin memang disediakan untuk dicorat coret. Di halaman, penuh sekali wisatawan yang ingin melihat seperti apa sih balkon yang konon ada di bagian cerita Romeo and Juliet. Setiap ada yang muncul di balkon, orang-orang yang di bawah langsung melambaikan tangan pada orang yang di balkon haha agak lucu juga jadinya. Padahal ya mereka tidak saling kenal. Suami lalu menyuruh saya untuk masuk ke dalam dan naik sampai balkon. Saya awalnya ragu karena kok agak malu ya dadah-dadah dari atas haha. Karena suami bilang nanggung sudah sampai sini tidak naik sampai balkon. Saya pikir, iya juga.

Casa di Giulietta
Casa di Giulietta
Casa di Giulietta
Casa di Giulietta

Nah, foto di bawah ini ketika saya sudah sampai balkon. Pas dadah-dadah ke suami, kerumunan di bawah mendadak riuh. Bukan riuh karena saya muncul dari balkon haha tapi karena ada adegan melamar di bawah. Jadi ada sepasang kekasih yang sedang dalam adegan melamar, Waahh romantis sekali ya. Jadinya saya menonton dari atas, lumayan dapat tontonan yang saya ingat seumur hidup. Entah saya tidak ingat apakah prosesi melamar tersebut berakhir indah (yang dilamar menjawab iya maksudnya).

Casa di Giulietta
Casa di Giulietta
Verona
Verona

Senang sekali ke Verona bisa sampai ke rumah Juliet dan napak tilas ke beberapa tempat yang ada di film Letters To Juliet. Ya beginilah kalau termakan dengan film haha. Tapi tak apa, Verona memang sungguhlah cantik. Oh ya, di Verona ada Verona Card. Jika akan tinggal di Verona minimal 24 jam, bisa menggunakan kartu ini untuk mengunjungi semua museum bahkan masuk ke Amphitheatre dan digunakan ke Balkon rumah Juliet. Akan lebih murah kalau berencana masuk ke banyak museum juga menghindari antrian panjang. Pilihannya ada yang 24 jam (20 euro) dan 48 jam (25 euro).

Verona
Verona

SIENA

Cantik ya nama kota ini, Siena. Kotanya juga secantik namanya. Kami sampai Siena setelah sebelumnya menginap dua malam di San Gimignano. Kami mengunjungi Siena juga karena alasan yang sama : saya ingin napak tilas beberapa tempat yang ada di film Letters to Juliet.

Seingat saya, pusat kota Siena tidak terlalu besar. Lebih besar Verona. Jadi, waktu satu hari juga sangatlah cukup mengunjungi semua tempat yang ada di sana. Saya naik ke Tower bernama Torre del Mangia untuk melihat kecantikan Siena dari atas.

Sungguhlah cantik memang wilayah Tuscany ini.

Piazza del Campo - Siena
Piazza del Campo – Siena
Palazzo Pubblico and Museo Civico - Siena
Palazzo Pubblico and Museo Civico – Siena
Siena
Siena

Melewati setiap jalan yang saya ingat jelas ada di film tersebut, membuat senyum tidak terhenti tersungging dan rasanya pipi saya menghangat. Rasa agak lebay ya, tapi ya memang begitulah rasanya haha. Saya sampai hapal sekali semua yang ada di film tersebut sampai akhirnya hapal dialognya. Sama seperti dialog film AADC 1 dan Kuch Kuch Hota Hai yang saya hapal luar kepala karena keseringan nonton. Percayalah, saya ini memang agak-agak terobsesi dengan film kalau sudah sangat suka bisa menonton sampai berulang kali. Bukan di bioskop tentu saja karena nonton film di bioskop cukup satu kali. Selebihnya biasanya nonton dari YouTube.

Siena
Siena
Cathedral of Santa Maria Assunta - Siena
Cathedral of Santa Maria Assunta – Siena
Siena
Siena

Begitulah cerita singkat saya napak tilas ke dua kota yang jadi impian ingin saya kunjungi sejak pertama nonton film Letters To Juliet. Sewaktu menonton film tersebut, rasanya agak ngayal yang berlebihan bisa sampai ke Verona dan Siena. Tidak terpikirkan di masa depan malah saya bisa mengunjungi bersama orang yang saya cintai. Ya filmnya kan romantis, jadi makin romantis kalau datang bersama belahan jiwa.

-1 November 2019-

Mencicipi Ragam Kuliner di Italia – Bagian II

Baru saja membuka deretan panjang draft, lalu terhenti saat membaca judul dan isinya foto-foto makanan selama di Italia. Ternyata cerita tentang kulineran di Italia yang bagian kedua hanya sebatas judul dan foto, lalu nangkring manis begitu saja di draft haha, padahal sudah ada sejak 2016 *tukang ngedraft. Daripada sia-sia, saya lanjutkan saja, meskipun sudah banyak yang lupa :))) maklumin saja ya, sudah 3 tahun lalu. Cuma satu yang saya ingat dengan pasti, selama makan di Italia, makanannya ga ada yang ga enak karena enak semua. Apalagi yang restoran benar-benar lokal ya, enak semua yang kami makan. Itulah salah satu keuntungannya kalau nginep di airbnb, minta rekomendasi makanan dari orang lokal. Mereka pasti tahu yang enak yang mana.

Cerita kulineran bagian pertama, bisa klik di sini.

Cerita beberapa kota (Venezia, Lake Como, Portofino, Cinque Terre, Burano Murano) yang sempat saya tuliskan selama kami roadtrip di Italia bisa klik di siniMasih banyak yang belum dituliskan seperti Florencia, San Marino, Ravenna, San Gimignano, beberapa kota di Tuscany. Kalau ada waktu mudah-mudah bisa di cicil.

TURIN

Kami sampai Turin sudah menjelang malam, dalam keadaan capek karena muter-muter salah terus menemukan alamat apartemen. Setelah sampai, pemilik airbnb menyarankan kami untuk makan malam di sekitaran Piazza Castello. Nanti di sana akan banyak dijumpai restoran lokal yang kualitas rasanya dijamin ok. Akhirnya selama dua malam kami di Turin, makan malam kami selalu di seputaran Piazza Castello.

Turin, meskipun bangunannya banyak yang nampak kusam, tapi secara keseluruhan kotanya menyenangkan. Jika ada waktu lebih, saya sarankan ke Basilica di Superga yang berada di atas bukit. Dari sana bisa terlihat kota Turin yang cantik. Turin juga dikenal sebagai tempat Juventus berasal dan stadionnya juga di sana (kami tidak ke sana).

 

 

Turin 7

Turin 6Turin 4Turin 3

Turin 8Turin 5

Turin 1.jpg

Turin 2

BRA

Dari Turin, kami mampir sebentar ke kota Bra yang merupakan asal muasal slow food.  Kotanya kecil, jadi cuma beberapa jam saja sudah selesai mengelilingi pusat kotanya. Kami tidak makan siang selama di sana, hanya membeli pizza (camilan haha) dan beberapa pastry.

Bra 1Bra

LA SPEZIA

Saat akan ke Cinque Terre, saya mendapatkan saran dari Anggi untuk mencari penginapan di sekitaran La Spezia karena selain harganya tidak semahal di Cinque Terre, juga bisa mencicipi pesto khas wilayah Genoa (ini kalau tidak salah ingat ya). Kata Anggi, pesto di wilayah Genoa rasanya khas dan berbeda dengan wilayah Italia lainnya. Kami makan di restoran kecil yang isinya orang-orang lokal. Makanannya benar-benar enak dan rasa pestonya memang berbeda dari beberapa kali kami makan di beberapa kota sebelumnya. Nama makanannya yang memakai pesto saya lupa. Yang pasti saya akhirnya membeli satu botol kecil pesto dari La Spezia.

La Spezia 1La SpeziaLa Spezia 3La Spezia 2

SEBUAH KOTA DEKAT VENEZIA

Nah ini dia, saya bener-bener lupa nama kota tempat kami menginap selama ke Venezia. Yang pasti tidak terlalu jauh karena kami naik bis hanya sebentar saja. Kami dapat rekomendasi dari pemilik airbnb untuk mencoba spaghetti cumi item karena khas sana. Makanan di tempat ini enak-enak semua, apalagi spaghetti seafoodnya *saya jadi lapar lho malam-malam nulis ini haha.

M 1MM 3M 2

VERONA

Setelah dari Venezia, kami lanjut ke Verona. Karena cuma satu malam di Verona, kami tidak terlalu kulineran. Tulisan tentang Verona dan Siena sebenarnya juga sudah nangkring lama di draft. Mudah-mudahan saya bisa menyelesaikannya karena dua kota inilah saya akhirnya bisa keturutan juga mewujudkan impian ke Italia. Oh ya, saya kan tidak terlalu suka truffle karena aroma dan rasanya yang tajam. Tapi, selama di Italia jadi doyan banget karena kok rasanya tidak setajam yang pernah saya makan sebelumnya. Kembali ke Belanda, jadi tidak doyan lagi haha. Memanglah makanan Italia di Italia itu luar biasa, semuanya jadi enak.

VeronaVerona 2Verona 3

LAKE COMO

Selama di Lake Como, kami hanya satu kali makan di luar penginapan. Selebihnya kami pesan makanan di penginapan karena memang rasanya lokal sekali. Entahlah, tulisan di blog ini kok terlalu banyak saya menuliskan kata enak, karena memang nyatanya seperti itulah penggambaran selama kami makan di Italia. Tidak ada makanan yang tidak enak yang kami makan.

Lake Como 1Lake Como 2Lake Como

Wah, selesai juga akhirnya, pfiuhh. Saya tidak menuliskan secara rinci ya makanan apa saja dan namanya yang kami makan. Seperti yang saya tuliskan di awal, karena sudah tiga tahun lalu jadi banyak lupanya haha. Beda sekali dengan cerita kulineran bagian pertama yang lengkap sekali ulasannya. Mudah-mudahan setelah baca tulisan kali ini, tidak ada yang keruyukan lapar ya, karena saya sendiri jadi lapar melihat foto-foto makanannya .

-17 Oktober 2019-

Keindahan Lake Como – Italia

Como - Lake Como - Italy

Catatan perjalanan di Italia pada tahun 2016

 

Hari kedua di Italia, kami menuju ke tujuan liburan selanjutnya yaitu Lake Como. Dari Milan, dengan mengendarai mobil sewa, tidak terlalu membutuhkan waktu lama untuk sampai ke penginapan kami di Lake Como, sekitar 1.5 jam. Kami menyewa kamar melalui Airbnb, yang jika dilihat dari foto-fotonya letaknya sangatlah menyenangkan dengan pemandangan Lake Como yang sangat fantastis. Ternyata oh ternyata, pemandangan yang luar biasa indahnya harus dibayar dengan susah menuju ke lokasi penginapan karena letaknya sangat di atas bukit. Dan dari tempat parkir mobil ke tempat penginapan harus berjalan kaki selama 10 menit melewati hutan kecil. Terbayang kalau malam lewat jalan setapak ini, berasa horornya *produk dibesarkan oleh film-film horor macam Suzanna ya begini ini, di mana-mana yang terpikir hantu haha.

Lake Como - Italia
Lake Como – Italia

Jalan sepanjang Lake Como cukup curam, sempit dan banyak kelokan. Untung saja suami lihai mengemudikan mobil, walaupun saya sepanjang jalan merepet, “Aduh, awas hati-hati. Aduh jangan ngebut-ngebut donk, yang penting sampai dengan selamat. Duh ga usah salip-salipan deh, jantungku ga kuat rasanya.” Yah maklum ya, orang Belanda memang kebanyakan kalau nyetir luar biasa ngebutnya (tapi tetap sesuai peraturan) apalagi kalau sudah main rem, kalau tidak tahan, jadi mual-mual.

Penginapan yang kami sewa selama tiga malam ini adalah usaha keluarga. Ada 6 kamar yang pemandangannya langsung ke Lake Como. Apalagi ruang makannya, benar-benar pengalaman yang tak terlupakan bisa makan sambil berlama-lama menatap suguhan alam yang indah langsung di depan mata.

Jalan menuju penginapan di Lake Como - Italia
Jalan menuju penginapan di Lake Como – Italia
Halaman depan penginapan
Halaman depan penginapan
Pemandangan dari ruang makan di penginapan - Lake Como - Italia
Pemandangan dari ruang makan di penginapan – Lake Como – Italia

Jika sedang perjalanan darat di Italia, saran saya sempatkanlah untuk mengunjungi beberapa danau di Italia yang memang terkenal dengan keindahannya seperti Lake Maggiore, Lake Garda, dan tentu saja Lake Como. Masih banyak yang lainnya juga tentu saja. Lake Como dengan luas 146 kilometer persegi merupakan danau terbesar ke tiga di Italia setelah Lake Garda dan Lake Maggiore. Kami mengunjungi ke tiga danau-danau tersebut. Kalau sudah singgah di Milan, tak ada salahnya untuk mampir ke Lake Como karena jarak yang tidak terlalu jauh dan untuk merasakan pengalaman yang berbeda, jauh dari hiruk pikuk di Milan.

Banyak pesohor yang memiliki properti di sini, sebut saja Goerge Clooney, Richard Branson, Madonna, dan masih banyak lainnya. Lake Como juga menjadi tempat latar belakang di beberapa film seperti : Ocean’s Twelve, Star Wars: Episode II – Attack of the Clones (yang tempat pengambilan gambarnya di Villa del Balbianello), James Bond movie Casino Royale juga di Villa del Balbianello. Karena terkenal sering menjadi latar belakang di beberapa film dan banyak pesohor yang ke Lake Como, maka banyak turis yang mengunjungi tempat ini. Dari pengalaman kami mengunjungi 3 danau terbesar di Italia, Lake Como yang paling banyak turisnya. Namun, masih dalam taraf yang nyaman karena Lake Como sendiri terdiri dari banyak kota dan sangat luas, jadi turis-turis yang datang tidak terpusat pada satu tempat atau kota saja.

Dari ruang makan bisa langsung melihat danaunya - Lake Como - Italia
Dari ruang makan bisa langsung melihat danaunya – Lake Como – Italia

Supaya lebih puas menjelajah Lake Como dan bisa mengunjungi beberapa kota yang ada di sana, menggunakan kapal adalah pilihan yang tepat dengan membeli tiket terusan yang bisa digunakan satu hari penuh. Dengan membeli tiket terusan, kita bisa naik dan turun di beberapa kota tanpa harus terburu waktu dan lebih hemat, jika memang tujuannya ingin menjelajah Lake Como dalam satu hari itu. Selain itu, pemandangan dari kapal juga luar biasa indahnya, mata dimanjakan oleh keindahan danau ini.

Pagi itu, kami mendapatkan kejutan dari pemilik penginapan. Karena hari itu suami berulangtahun, maka mereka memberikan secara gratis taart dan sebotol wine. Saya sedang berpuasa, maka saya minta tolong untuk disimpankan beberapa potong taart untuk saya makan saat berbuka nanti. Oh ya, selama kami di Italia, saya jadi memperhatikan kalau orang Italia ini doyan sekali dengan kue-kue yang super manis. Dan dimakannya dalam segala waktu. Bahkan sarapan saja selalu disuguhi kue manis. Saya yang tidak terlalu suka manis, hanya bisa memandangi kue-kue tersebut, walaupun sesekali mencicipi dalam potongan yang sangat kecil.

Naik kapal ini untuk berkeliling ke sebagian Lake Como - Italia
Naik kapal ini untuk berkeliling ke sebagian Lake Como – Italia
Penginapan kami adalah rumah paling atas. Kebayang kan naiknya ke atas agak perjuangan.
Penginapan kami adalah rumah paling atas. Kebayang kan naiknya ke atas agak perjuangan.

COMO

Como adalah kota terbesar yang ada di Lake Como. Setelah membeli tiket terusan naik kapal dari Lavenna, petualangan menjelajah Lake Como pun dimulai. Tujuan pertama kami adalah ke Villa Balbianello. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, tempat ini terkenal karena menjadi tempat pengambilan gambar beberapa film seperti Star Wars: Episode II – Attack of the Clones dan James Bond movie Casino Royale. Untuk masuk ke tempat ini, harus membeli tiket dulu.

Como - Lake Como - Italy
Como – Lake Como – Italy
Como - Lake Como - Italy
Como – Lake Como – Italy
Como - Lake Como - Italy
Como – Lake Como – Italy
Villa Balbianello - Lake Como - Italy
Villa Balbianello – Lake Como – Italy
Villa Balbianello - Lake Como - Italy
Villa Balbianello – Lake Como – Italy

Villa ini benar-benar cantik dan saat kami ke sana, meskipun sudah masuk musim panas, tidak terlalu banyak turis. Setelah puas berkeliling dan sebelum naik kapal ke kota berikutnya, kami duduk sebentar di dermaga. Menikmati angin semilir dan juga saya istirahat sejenak. Saat itu saya sedang puasa Ramadan, jadi agak lelah setelah jalan menanjak ke Villa Balbianello.

Villa Balbianello - Lake Como - Italy (Saat badan 15kg yang lalu :D)
Villa Balbianello – Lake Como – Italy (Saat badan 15kg yang lalu :D)
Villa Balbianello - Lake Como - Italy
Villa Balbianello – Lake Como – Italy
Villa Balbianello - Lake Como - Italy
Villa Balbianello – Lake Como – Italy
Villa Balbianello - Lake Como - Italy
Villa Balbianello – Lake Como – Italy

VARENNA

Kota ke dua adalah Varenna yang letaknya tidak jauh dari Bellagio. Kota kecil dengan bangunan khas yang berwarna warni ini dikenal sebagai kotanya para nelayan. Ada banyak tempat di Varenna untuk bisa disinggahi seperti taman besar yang terletak diantara Villa Monastero dan Villa Cipressi. Kami tidak berkunjung masuk ke dalam taman ini karena lebih tertarik untuk menaiki bukit menuju ke Castello di Vezio untuk melihat Lake Como dari ketinggian dan dari sudut yang berbeda. Puasa Ramadan dan patakilan naik bukit bukanlah kombinasi yang pas karena saya merasakan haus yang luar biasa sampai rasanya dehidrasi. Tapi saya tahan-tahan, sayang kalau sampai batal. Untunglah saya masih kuat untuk meneruskan puasa.

Varenna - Lake Como - Italy
Varenna – Lake Como – Italy
Varenna - Lake Como - Italy
Varenna – Lake Como – Italy
Varenna - Lake Como - Italy
Varenna – Lake Como – Italy

Pemandangan dari atas Castello di Vezio luar biasa bagusnya. Decak kagum tidak berhenti. Entah kenapa saya jadi teringat Danau Toba karena melihat betapa luasnya Lake Como ini. Dari Milan, ada kereta yang langsung menuju Varenna

Dari atas Castello di Vezio - Varenna - Lake Como - Italy
Dari atas Castello di Vezio – Varenna – Lake Como – Italy
Dari atas Castello di Vezio - Varenna - Lake Como - Italy
Dari atas Castello di Vezio – Varenna – Lake Como – Italy
Varenna - Lake Como - Italy
Varenna – Lake Como – Italy
Varenna - Lake Como - Italy
Varenna – Lake Como – Italy

BELLAGIO

Sebenarnya setelah dari Varenna ada satu kota lagi yang kami singgahi sebelum menuju ke Bellagio, tapi saya lupa nama kotanya apa. Karena hanya sebentar, saya juga tidak sempat mengambil gambar. Nah, Bellagio adalah kota terakhir yang kami datangi itupun tidak terlalu lama karena hari sudah sore. Jadi kami jalan-jalan di sekitar Bellagio lalu kembali ke penginapan dengan naik bis.

Bellagio - Lake Como - Italy
Bellagio – Lake Como – Italy
Bellagio - Lake Como - Italy
Bellagio – Lake Como – Italy

Sesampainya di penginapan, sudah menjelang waktu berbuka puasa. Saya memesan pasta seperti foto di bawah ini. Pasta rumahan menggunakan resep warisan keluarga, begitu pemilik penginapan memberikan infonya. Malam terakhir di Lake Como kami habiskan dengan berbincang santai sambil menikmati makanan lezat sambil memandang Lake Como di depan mata dari ruang makan penginapan. Hari yang indah merayakan pertambahan umur suami. Esok hari, kami meneruskan perjalanan ke kota selanjutnya, Turin.

Jadi pengen liburan di Italia lagi kalau lihat foto makanan ini. Makan malam terakhir di penginapan. Buka puasa kala itu
Jadi pengen liburan di Italia lagi kalau lihat foto makanan ini. Makan malam terakhir di penginapan. Buka puasa kala itu

-Nootdorp, 26 November 2018-

Romantisme Venezia

Venezia

“Waktu kita ke Venezia, kamu kan sedang ngambek. Masalah apa ya kok kamu sampai marahnya luar biasa”

“Ehhmmm… Iya ya kenapa. Aku ingat waktu itu marah banget. Tapi aku ga ingat kenapa sampai kayak gitu”

Beberapa waktu lalu Suami tiba-tiba membuka pembicaraan tentang Venezia. Entah kenapa dia menjadi teringat sewaktu saya marah besar, bahkan sebelum kaki kami menginjak di Venezia. Sampai saat saya menulis ini pun, saya tidak ingat kenapa waktu itu marah dan ngambek ga karuan. Ya memang seperti itulah, hampir di setiap perjalanan yang kami lakukan, ada saja saat dimana saya tantrum tidak jelas. Ada yang ingat betul penyebabnya apa, ada yang tidak ingat. Kalau yang tidak ingat, biasanya ya seputar perut lapar atau saya sedang mengantuk dan capek haha. Akhirnya cranky ga jelas.

Karena pembahasan tentang Venezia tersebut, ingatan saya terlempar pada tanggal 13 Juli 2016, waktu kami ke sana, salah satu kota yang kami kunjungi ketika sedang melakukan perjalanan beberapa minggu di Italia. Suami sudah pernah ke Venezia beberapa puluh tahun sebelumnya, sedangkan saya tentu saja ini menjadi kali yang pertama.

 

Venezia
Venezia
Venezia
Venezia
Venezia
Venezia
Santa Maria Gloriosa dei Frari
Santa Maria Gloriosa dei Frari

Sudah banyak tulisan atau artikel yang saya baca tentang Venezia. Betapa romantisnya kota ini dengan gondolanya, jembatan kecil, grand canal, St. Mark’s Basilica dan masih banyak hal lainnya yang menambah daya tarik turis untuk menyaksikan secara langsung seperti apa Venezia. Satu hal yang selalu tersebut tentu saja adalah turis yang berjubel terutama pada musim panas. Saya kalau sudah membaca atau mendengar tentang suatu tempat dengan banyak turis, entah kenapa langsung keliyengan dulu. Males mengunjungi, tapi ingin. Kalau ke sana, takutnya jadi pusing. Tapi daripada penasaran kan ya, akhirnya memantapkan niat untuk ke Venezia. Kami sengaja datang pagi dari tempat menginap yang letaknya di kota lain tapi tidak jauh dari Venezia. Kami lalu membeli tiket kapal terusan yang bisa dipergunakan selama 24 jam (lupa harganya berapa), karena memang sudah niat akan menyusuri Venezia menggunakan kapal dan juga akan mampir ke beberapa tempat seperti Burano dan MuranoSelain untuk naik kapal, tiket yang kami beli ini juga termasuk tiket naik bis yang masih dalam jangkauan (tertera di tiketnya zona nya), jadi bisa kami gunakan untuk kembali ke penginapan.

Karena masih pagi, kami memutuskan untuk menyusuri gang-gang yang ada di sana. Lumayan seru lho menyusuri setiap gang yang ada, menyesatkan diri di dalamnya. Banyak sudut-sudut menarik yang bisa diabadikan maupun sebagai tempat berhenti sejenak dan memandang bangunan atau kapal kecil yang berlalu lalang. Setelah puas menyusuri gang, kami lalu menuju ke St. Mark’s Square dimana terdapat St. Mark’s Basilica yang terkenal. Untuk masuk ke dalam gereja ini tidak dipungut biaya, tetapi antriannya memang lumayan panjang dan berliku. Di dalam gereja pun kita tidak boleh memotret. Tapi dalamnya memang bagus sekali. Jadi kalau ke Venezia, saya sarankan untuk tidak melewatkan mengunjungi St. Mark’s Basilica.

Venezia
Venezia
St. Mark's Square, Venezia
St. Mark’s Square, Venezia
Venezia. Yang di depan itu antrian masuk ke St. Mark's Basilica
Venezia. Yang di depan itu antrian masuk ke St. Mark’s Basilica
St. Mark's Basilica
St. Mark’s Basilica

Setelah dari St. Mark’s Basilica, kami lalu berpindah ke tower yang ada di depannya untuk melihat Venezia dari atas. Untuk naik ke tower ini kita harus membayar (kalau tidak salah 8 euro) dan ke atas naik lift. Jadi tenang saja, tidak naik menggunakan tangga. Dari atas, kita disuguhi pemandangan Venizia yang tampak berbeda. Bangunan, air, dan pulau-pulau yang ada di sekitarnya. Saya betah berlama-lama di atas tower ini. Rasanya kamera tidak pernah cukup untuk mengabadikan apa yang ada di depan mata dari sudut menara yang berbeda. Indah.

Venezia
Venezia
Venezia
Venezia
Venezia
Venezia
Venezia
Venezia

Saya pernah membaca atau mendengar, bahwa Venezia agak sedikit bau airnya jika musim panas. Untungnya pada saat itu, saya tidak mencium air yang berbau. Cuaca sangat terik ditambah lagi banyak turis, tetapi entah kenapa saya menikmati Venezia tanpa pusing sedikitpun melihat banyak orang di sana. Mungkin saya tersihir oleh pesona Venezia sehingga melupakan kebiasaan saya yang suka panik sendiri kalau melihat orang banyak yang berjubel. Kami sengaja tidak naik gondola, alasannya : mahal! Kami cukup terhibur melihat pasangan maupun keluarga yang banyak memilih untuk totalitas menikmati keromantisan Venezia dengan naik gondola.

Venezia
Venezia
Venezia. Gondola dan Rialto Bridge
Venezia. Gondola dan Rialto Bridge
Venezia
Venezia
Venezia
Venezia
Sedih lihat sampah
Sedih lihat sampah
Venezia
Venezia

Kami kembali ke penginapan sekitar jam 8 malam. Langit masih cerah tapi badan kami mulai rontok dan mulai mengantuk. Usia memang tidak bisa bohong ya haha. Kesan kami, Venezia memang punya daya tarik yang luar biasa. Entahlah, kami bisa merasakan keromantisannya meskipun turis luar biasa banyaknya. Salah satu tempat yang membuat saya bisa berubah mood secepat kilat dari marah besar menjadi berbinar-binar sepanjang hari. Susah dijelaskan, tapi saat meninggalkan Venezia, hati saya menghangat membawa kenangan indah selama satu hari berada di sana.

-Nootdorp, 21 September 2017-

 

Portofino – Kampung Nelayan Yang Tersohor

Portofino

Dalam perjalanan dari Turin menuju Cinque Terre (kami menginap di La Spezia, kota terdekat ke Cinque Terre), kami mampir Bra lalu Portofino. Awalnya Portofino tidak masuk dalam daftar yang akan kami kunjungi, tapi Anggi merekomendasikan desa ini. Katanya tempatnya sangat bagus meskipun kalau musim panas berjubel turis. Dan karena kami melihat rutenya juga tidak terlalu nyempal, akhirnya kami mampir.

Portofino
Portofino
Portofino
Portofino

Portofino ini tempatnya menjorok, semacam di pojokan. Lokasinya di wilayah Genoa. Menuju ke Portofino sepanjang jalan mata dimanjakan oleh warna biru laut dan banyak sekali Yacht yang bersandar di dermaga. Dulu, Portofino ini adalah kampung nelayan. Tetapi karena keindahan alamnya, lambat laun tempat ini berubah menjadi tempat liburan para artis dari seluruh dunia dan orang-orang terkenal lainnya. Karenanya, di Portofino saat ini banyak sekali resor-resor mewah dan menjadikan Portofino sebagai kampung nelayan yang tersohor. Waktu itu saya berharap bisa berpapasan dengan Bon Jovi *ngayal jangan nanggung-nanggung.

Portofino
Portofino
Portofino. Di Italia, banyak dijumpai jemuran bergelantungan, tapi tetap sedap dillihat
Portofino. Di Italia, banyak dijumpai jemuran bergelantungan, tapi tetap sedap dillihat
Portofino
Portofino. Mungkin artis-artis Hollywood nya ada di sana
Portofino
Portofino

Selain banyak ditemui restoran-restoran dengan harga yang standar sampai harga yang super mahal (Kami hanya mengintip harga makanan karena saya puasa Ramadhan hari terakhir), sepanjang bibir pantai juga banyak ditemui butik-butik dengan merek terkenal seperti Dior, Prada, Versace (masih banyak tapi lupa nama-namanya).

Portofino
Portofino

Portofino

Untuk bisa menikmati Portofino dari ketinggian, salah satu tempat yang pas yaitu dari Kastil Brown. Untuk masuk Kastil Brown, perlu membayar tiket (lupa berapa) sehingga bisa menikmati dalam kastilnya juga. Tetapi jika tidak ingin melihat dalam kastilnya, ada jalan setapak yang menuju ke salah satu sudut di ketinggian sehingga tetap bisa melihat keindahan Portofino secara maksimal.

Portofino
Portofino
Portofino
Portofino
Portofino
Portofino
Salah satu sudut Kastil Brown - Portofino
Salah satu sudut Kastil Brown – Portofino

Sewaktu kami ke sana, ramainya tidak seperti yang kami bayangkan. Memang ramai turis tetapi tidak sampai sesak berjubel. Karena memang mampir, jadi kami tidak berlama-lama di sana, tidak sampai 3 jam. Setelahnya kami melanjutkan kembali perjalanan ke La Spezia.