Buku yang Tuntas Dibaca Q1 2019

Buku Q1 2019

Memenuhi janji terhadap diri sendiri, bukan hanya lebih rajin membaca buku ditahun ini, tetapi juga rajin menuliskan di blog buku-buku apa saja yang sudah tuntas dibaca. Supaya tidak menumpuk di belakang dan malah membuat malas menuliskannya (lalu hanya berakhir menjadi wacana), saya akan membuat tulisan tentang buku setiap tiga bulan sekali. Untuk Q1 2019 (Januari – Maret 2019), saya membaca tuntas 10 buku. Menurut saya ini kemajuan dibandingkan tahun kemaren apalagi kesibukan saya di rumah sekarang bertambah. Mencuri waktu membaca buku di tengah hiruk pikuk pekerjaan rumah tangga. 

Buku Q1 2019
Buku Q1 2019

Beberapa buku tersebut akan saya bahas beberapa :

MEMPELAJARI KEMBALI TENTANG ISLAM

Tahun 2019 ini saya niatkan untuk serius mempelajari kembali tentang Islam. Saya tidak berkiblat pada siapapun, benar-benar mengosongkan diri ketika nawaitu untuk belajar. Melepaskan segala ilmu yang saya dapatkan sebelumnya supaya kepala dan otak saya mau dan mampu menerima ilmu. Supaya saya tidak terjebak dalam ke-sok tahu-an. Buku yang pertama saya baca adalah Islam yang Saya Anut dari M. Quraish Shihab. Dalam buku ini dikupas satu persatu dasar-dasar Islam dari Rukun Iman, Rukun Islam, tata cara Sholat, Zakat dll. Bahasanya yang mudah dipahami, tidak ndakik ndakik, dan menjabarkan secara runtun dan terperinci tentang dasar Islam membuat niat belajar kembali tentang Islam tidaklah berat dan memberatkan.

Buku lainnya, meskipun tidak terlalu berkaitan erat dengan ilmu keislaman tapi masih ada irisannya yaitu tentang spiritual yaitu buku Hidup Itu Harus  Pintar Ngegas dan Ngerem, kumpulan tulisan Emha Ainun Nadjib. Topik yang diangkat dalam buku ini bermacam karena merupakan kumpulan tulisan yang sudah dipublikasikan maupun yang ada di website maiyahan, tapi secara garis besar selama hidup kita musti tahu menempatkan diri. Maksudnya adalah tahu kapan harus mempertahankan pendapat, tahu kapan harus menundukkan hati dan memperlambat langkah. Sepertinya mudah, tapi kadang dalam pelaksanaannya susah. 

PARENTING

Ada tiga buku tentang parenting yang saya baca pada tiga bulan pertama tahun ini. Five Minute Mindfulness Parenting mengupas tentang bagaimana menjadi orangtua tidaklah gampang, tapi juga jangan dipersulit. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk tidak melupakan bahwa orangtuapun adalah seorang individu, jadi tetap harus menyisakan waktu untuk diri sendiri, memenuhi diri sendiri dengan banyak cinta sehingga akan memberikan banyak cinta juga untuk keluarganya. Buku ini juga mengingatkan bahwa apa yang dilakukan oleh anak sesungguhnya adalah cerminan yang dilakukan oleh orangtua. Ingin anak kita sopan, mulailah dari diri sendiri dulu sebelum menuntut mereka untuk sopan. Mereka meniru dan mencontoh apa yang ada di depan mata, setiap hari. Ada kutipan dari buku ini yang saya suka :

“Your children model their behavior on your behavior. If you use your phone or screens incessantly, then do not be surprised when their technology usage mirrors or exceeds your own”

Buku kedua adalah Indahnya Susahnya Jadi Ibu. Sesungguhnya jika belum siap menjadi Ibu janganlah coba-coba karena menjadi Ibu tak seindah yang ditampilkan oleh selebgram-selebgram yang bergentayangan dengan tampilan kesempurnaan mereka sebagai sosok seorang Ibu. Menjadi Ibu itu capek, betul. Menjadi Ibu itu melelahkan, tidak salah. Menjadi Ibu menjadikan dunia jungkir balik, betul pada awalnya karena harus beradaptasi dengan hal-hal baru dan dengan manusia mungil yang tergantung 100 persen dengan kita. Namun ada banyak hal juga yang bisa dipelajari ketika status Ibu sudah menempel pada kita. Kelucuan-kelucuan yang spontan hadir serta hal-hal menyenangkan lainnya. Menjadi Ibu menjadi menyenangkan jika menjalaninya secara sadar. Buku ini mengupas secara apik dan lucu tentang pengalaman penulis (dan mungkin mewakili banyak Ibu diluaran sana) sehari-hari menghadapi bayi dan toddler. Saya seperti bercermin ketika membaca buku ini.

Parenting Without Borders adalah salah satu buku parenting yang saya suka. Memang benar bahwa setiap anak itu unik dan setiap orangtua punya  gaya parenting masing-masing. Buku ini mengupas banyak hal tentang tipe parenting di beberapa negara. Membuka mata saya bahwa tiap negara mempunyai garis merah tentang khas parenting yang ada di dalamnya. Juga dijabarkan baik buruknya gaya parenting setiap negara tersebut. Misalkan : di Amerika anak diajarkan untuk percaya diri dengan menjadikan mereka berlomba-lomba menjadi nomer satu (disekolah dan lingkungan akademis), sementara di beberapa negara Eropa malah mengajarkan bahwa bermain lebih dikedepankan karena jika mereka gembira maka ketika berhadapan dengan akademis tidak akan merasa terpaksa dan meminimalisir depresi. Selain itu dengan bermain bisa diajarkan banyak hal misalkan kerjasama tim, belajar memecahkan masalah dan lain sebagainya. Buku ini sangat saya rekomendasikan untuk dibaca bagi yang tertarik dengan topik parenting.

Menjadi orangtua sampai kapanpun mustinya tak pernah berhenti untuk belajar, meskipun pada prakteknya akan banyak trial and error. Yang penting sudah ada bekal ilmu dan tak lelah untuk terus memperbaiki diri, koreksi diri dan belajar lebih baik hari demi hari. Saya selalu mengingat apa yang disarankan Maureen : Keep Learning. Belajar dan selalu belajar setiap saat supaya hari ini lebih baik dari hari kemarin. Tidak ada orangtua yang sempurna, saya pun tidak berambisi untuk menjadi sempurna. Yang saya harapkan bisa memberikan kasih sayang yang tulus, mempunyai stok sabar dan tegas yang berlimpah serta stok waktu dan cinta yang tak terbatas.

NOVEL

Laila S.Chudori adalah salah satu penulis favorit saya. Semua bukunya sudah saya baca. Laut Bercerita adalah novel yang ditulis dengan latar belakang kisah nyata yang terjadi pada jaman Orba khususnya tragedi ’98. Kisah para aktivis yang hilang, tentang keluarga mereka yang menunggu dan menuntut keadilan sampai saat ini, dan kisah mereka yang kembali tapi melalui beberapa perlakuan yang mengerikan. Mata saya semakin dibuka dengan banyak hal menyakitkan yang terjadi saat Orba. Pada bagian akhir Laut Bercerita membuat saya menangis. Membayangkan bagaimana menjadi keluarga mereka yang hilang tanpa diketahui nasibnya. Jika disuruh memilih, lebih baik tahu mereka meninggal dan bisa dikuburkan daripada tidak tahu kepastian nasibnya bagaimana, apakah masih hidup atau sudah mati, berharap setiap saat mereka pulang kembali ke rumah. 

FILOSOFI

Filosofi Teras adalah buku pertama yang saya baca tahun ini. Terus terang tertarik baca buku ini awalnya karena penulisnya, Henry Manampiring, yang merupakan twitter crush saya haha *ngaku. Bukan hanya perkara tampang ya, tapi menurut saya, dia ini pintar dan cerdas. Makanya saya suka. Lalu ketika gencar dipromosikan Filosofi Teras karena dijanjikan bahwa bukunya tidak seperti buku filsosfi pada umumnya yang berat, makin tertariklah saya baca. Ternyata benar, buku ini enak dibaca karena dihubungan dengan kejadian sehari-hari. Stoicism adalah akar dari Filosofi Teras. Sebuah Filosofi yang mengajarkan untuk tidak terlalu mengambil pusing hal-hal yang di luar kendali kita dan lebih fokus dengan hal-hal yang bisa kita kendalikan. Ternyata, suami saya pernah mempelajari Stoicism ketika mengerjakan tesisnya (jadi salah satu bahan dalam tesisnya) dan dia punya beberapa buku yang membahas Stoicism. Saya makin tertarik mempelajari lebih dalam filosofi ini. 

Yang lebih penting, Filosofi Teras bukanlah buku motivasi yang bahasanya indah-indah. Penulisnya menyelipkan beberapa contoh yang seringnya malah membuat senyum-senyum bahkan terbahak. Buku ini serius tapi juga banyak lucunya. 

LAIN – LAIN

Buku L’art de la Simplicite : How to live more with less cukup menarik dengan cara penulisan yang mudah dimengerti. Beberapa ide dan gagasan bagaimana kita bisa merasa hidup yang lebih dengan mengurangi atau mereduksi kepemilikan terhadap barang. Misalkan untuk rumah : disarankan jika rumah tidak terlalu banyak aksesori yang dipajang. Selain supaya rumah lebih nampak lapang, juga dengan keberadaan banyak barang (yang sebenarnya tak terlalu penting secara fungsi), bisa menyerap energi kita. Akibatnya, orang yang berada dalam rumah yang banyak barangnya akan cepat merasa lelah, sering mempunyai pikiran yang negatif dan sebagainya. Intinya, jangan terlalu melekatkan hidup kita terhadap barang-barang. Semakin sedikit yang kita punya, semakin lebih yang kita rasakan. Kalau dituruti, memiliki barang-barang dan terlalu lekat, tidak akan pernah habis dan terpuaskan. Miliki sesuai kebutuhan dan fungsinya.

 

Itulah beberapa buku yang sudah selesai saya baca ditiga bulan pertama tahun 2019. Semoga Q2 2019 tidak terlalu banyak bedanya secara jumlah. Yang pasti ada beberapa buku yang benar-benar menarik yang sudah saya baca di Q2. Tunggu review selanjutnya, edisi Q2 2019 

Buku apa yang paling menarik sampai saat ini yang sudah kalian baca tahun 2019?

-Nootdorp, 17 Juni 2019- 

 

Buku-Buku yang Tuntas Dibaca Tahun 2018

Buku-buku Fiksi dan Non Fiksi tahun 2018

Akhirnya kesampaian juga menuliskan di blog tentang buku-buku yang tuntas dibaca. Setiap tahun memang niatnya ingin rajin mendokumentasikan di blog tentang buku-buku apa saja yang tuntas dibaca, tapi apa daya selama ini hanya wacana belaka. Mumpung sekarang lagi rajin, jadi didokumentasikan dalam bentuk tulisan. Jadi kalau dibaca lagi, bisa memotivasi untuk tetap dan semakin semangat membaca ditengah kesibukan sehari-hari.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, buku yang saya baca bukan hanya fiksi saja tetapi juga nonfiksi. Bukan hanya dalam bahasa Indonesia saja tapi juga bahasa Inggris (tahun sebelumnya malah rajin baca novel bahasa Belanda, sekalian belajar buat ujian).

BUKU FIKSI

Dari daftar buku fiksi, akhirnya saya membaca juga bukunya Eka Kurniawan. Padahal saya sudah punya dua buku ini sejak tahun 2016, tapi baru ada niatan membaca tahun 2018. Ternyata oh ternyata, saya langsung jatuh cinta dengan gaya penulisan dan berceritanya. Suka sekali!. Jadi menyesal kenapa telat bacanya. Saya pikir dulu itu gaya bertuturnya akan berat, eh ternyata tidak sama sekali. Nyastra sih tapi masih bisa mengikuti alur ceritanya dengan baik. Jadi ingin membeli buku Eka Kurniawan yang lainnya. Padahal saya sudah bertemu dengan Beliau sewaktu di Belanda, minta tanda tangan dibukunya, eh baru dibaca haha.

Jika buku Laksmi Pamuntjak sebelumnya yang berjudul Aruna dan Lidahnya membuat saya bosan sekali kecuali bagian cerita kulinernya, tidak dengan buku Laksmi yang berjudul Amba. Buku ini bisa menghipnotis saya dengan cerita fiksi yang dipadukan dengan sejarah. Seperti tidak rela berhenti sejenak tapi juga tidak rela cepat-cepat selesai. Sama rasanya ketika saya membaca semua tulisan Leila S.Chudori.

Kalau buku fiksi lain yang saya suka adalah Resign! Dari halaman awal, sudah mempesona ceritanya. Menarik, unik, lucu, dan segar. Mungkin karena ada kesamaan cerita yang pernah saya alami sewaktu bekerja di Jakarta selama 7 tahun (terutama bagian lemburnya), jadi sangat menikmati cerita dalam buku ini. Sayang ketika hampir selesai, jalan ceritanya terlalu seperti dipaksakan untuk berakhir. Tidak smooth. Kabarnya buku ini akan difilmkan, semoga sebagus bukunya atau lebih bagus dari bukunya.

Buku fiksi yang agak mengecewakan adalah Dilan. Saya sudah berharap terlalu tinggi dengan cerita dalam buku ini karena gaungnya di tanah air sangat kencang apalagi filmnya yang dielu-elukan. Ternyata membaca dua bukunya, tidak sesuai yang saya harapkan. Bukan tipe buku yang ingin saya baca. Ternyata saya bukan fans Dilan. Biasa saja.

BUKU NONFIKSI

Buku nonfiksi tahun lalu yang saya baca selain masih seputaran parenting juga ada topik lainnya misalkan tentang industri makanan dan revolusinya (terutama di Amerika) yaitu buku In Defense of Food. Dari buku ini saya jadi tahu tentang fakta-fakta industri makanan yang jarang terkuak (atau memang sudah jadi rahasia umum hanya saja saya yang tidak tahu). Misalkan tentang sapi-sapi yang dibiakkan secara instan supaya bisa lebih cepat dipotong salah satunya dengan digelonggong (kalau ini ada juga ya di Indonesia) atau disuntik atau ditempatkan di kandang yang sangat kecil dan sumpek. Bacanya jadi miris sendiri.

Nonfiksi favorit saya adalah The Childhood roots of adult happiness. Saya sampai memberi bintang lima untuk buku ini. Berkali-kali dibahas betapa pentingnya mengajak anak untuk sebanyak mungkin bermain di alam, bersinggungan dengan alam dan benar-benar meniadakan (tidak memperkenalkan terlebih dahulu) paparan teknologi (misalnya TV, gadget dll) untuk usia tertentu (dibawah dua tahun). Contoh yang diberikan misalnya di Jerman, anak-anak selalu diajak bermain di luar rumah minimal 1.5 jam setiap hari apapun musimnya. Jadi tidak ada alasan hujan tidak bermain di luar. Bukan musimnya yang salah, tapi memakaikan pakaian yang tepat untuk setiap musim, jadi anak-anak tetap bisa bermain di luar. Saya merekomendasikan buku ini bagi yang tertarik membaca tentang parenting.

Imperfection juga jadi favorit karena saya seperti ditarik ke belakang jaman pencarian jati diri. Cara bertutur penulis di buku ini tidak menggurui karena memang berdasarkan pengalaman semasa masih dalam taraf pencarian jati diri dan menerima segala kekurangan yang ada, menjadikannya sebagai bahan lecutan untuk menjadi lebih baik. Terbaca klise ya,tapi tulisannya membuat saya malas untuk berhenti sejenak membaca buku ini. Inginnya langsung selesai, saking menariknya.

Satu lagi yang menjadi favorit saya adalah Jatuh Hati Pada Montessori. Di buku ini tidak dijelaskan tentang teori Montessori melainkan pengalaman penulis sebagai praktisi Montessori yang mendirikan sekolah berbasis Montessori. Banyak sekali motivasi terselip disetiap ceritanya dan membuat saya berdecak kagum juga akhirnya jadi termotivasi untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

BUKU FIKSI DAN NON FIKSI

Buku-buku Fiksi dan Non Fiksi tahun 2018

Buku-buku Fiksi dan Non Fiksi tahun 2018
Buku-buku Fiksi dan Non Fiksi tahun 2018

Tiga buku parenting yang tidak ada di goodreads
Tiga buku parenting yang tidak ada di goodreads

BUKU CERITA ANAK

Selain buku-buku di atas, saya juga membeli dan membaca beberapa buku cerita anak bahasa Indonesia. Di rumah kami, untuk buku cerita anak memang difokuskan dalam bahasa Belanda dan bahasa Indonesia karena sehari-hari kami aktif menggunakan dua bahasa tersebut. Untuk bahasa Inggris, kami tiadakan dulu. Karenanya koleksi buku cerita anak di rumah saat ini dalam dua bahasa tersebut. Dua penulis cerita anak favorit saya sampai saat ini adalah Clara Ng dan Watiek Ideo. Topik yang diangkat dalam karya tulisan merekapun beragam tapi saya senang membaca tentang toleransi dan perbedaan dalam hubungan pertemanan. Jelajah kota pun jadi salah satu buku favorit saya selain rangkaian kisah dari Nusantara (Kisah dari Alor, Kisah dari Sumba, dan Kisah dari Banggai).

Karena bahasanya yang sederhana, suami saya jadi suka juga membacanya dan jika ada kalimat atau kata yang dia tidak mengerti, langsung bertanya apa artinya. Saat ini, kemampuan berbahasa Indonesia suami jadi lebih meningkat dibanding sebelumnya. Semakin banyak kata dalam bahasa Indonesia yang mampu dia ingat dan ucapkan dan juga bisa merangkai kalimat panjang. Lumayan kan, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.

Buku Cerita Anak
Buku Cerita Anak

Buku Cerita Anak
Buku Cerita Anak

Buku Cerita Anak
Buku Cerita Anak

BUKU RESEP MASAKAN

Sejak mempunyai buku resep masakan karya Junita (Xander’s kitchen), saya jadi selalu mempunyai ide mau memasak apa. Biasanya pagi hari saat sarapan, saya mencari ide akan masak apa hari itu dengan membuka buku resep ini dan membolak baliknya, mencari apa yang sesuai dengan bahan yang saya punya di kulkas. Benar-benar membantu sekali dengan keberadaan buku ini.

Sebenarnya saya juga nitip ke sepupu untuk dibelikan buku Icha Irawan, karena tertarik ada resep kue kue juga. Eh ternyata laku keras terus.

Tidak hanya buku resep masakan dewasa yang jadi favorit saya tahun lalu, juga buku resep mpasi BLW.

Buku resep masakan penolong kalau lagi males mikir mau masak apa
Buku resep masakan penolong kalau lagi males mikir mau masak apa

Itulah cerita buku-buku yang tuntas saya baca ditahun 2018. Jadi ada 34 buku yang saya baca (Seingat saya malah 36 buku, tapi dua lainnya saya kok lupa baca buku apa). Untuk saya pribadi, ini sudah sebuah prestasi bisa membaca buku sebanyak itu tahun lalu mengingat kesibukan sehari-hari yang sepertinya tiada henti. Meskipun setiap tahun target membaca selalu saya pasang 50 buku, dan tidak pernah kesampaian sampai saat ini, tapi bisa membuat saya selalu semangat untuk terus membaca buku.

 

 

Buku-buku yang rencananya akan dibaca tahun 2019

Kalau tadi sudah saya jabarkan dan perlihatkan buku-buku apa saja yang sudah saya baca tahun 2018, di bawah ini adalah buku-buku baru yang sudah nongkrong di ruang perpustakaan kami di rumah. Total ada 30 buku dan kebanyakan adalah Non Fiksi yang kali ini didominasi tentang topik Parenting dan Stoic. Ceritanya saya sedang tertarik memperdalam pengetahuan tentang Stoicisme (awalnya karena membaca Filosofi Teras, jadinya malah sangat tertarik dan pas banget suami saya pernah melakukan penelitian tentang filosofi ini jadi ada beberapa bukunya di rumah).

Semoga semua buku ini bisa saya baca. Target saya bisa membaca 40 buku tahun 2019. Mudah-mudahan bisa ya karena 2019 makin bertambah yang diurus jadi makin sibuk. Sampai saat ini dari buku-buku di bawah ini, sudah 9 buku selesai saya baca dan sekarang sedang membaca buku ke 10. Semangat!

Buku-buku yang rencananya akan dibaca rahun 2019
Buku-buku yang rencananya akan dibaca tahun 2019

xBuku-buku yang rencananya akan dibaca tahun 2019
Buku-buku yang rencananya akan dibaca tahun 2019

Buku-buku yang dihibahkan awal tahun 2019

Setiap tahun saya selalu rajin membeli buku fisik, ada buku-buku yang ingin saya koleksi, ada yang tidak ingin saya simpan lagi. Karenanya, setiap tahun saya selalu rajin menyortir buku-buku apa saja yang harus keluar dari rumah kami. Karena sesuai dengan prinsip yang saya anut sejak kecil : jika membeli satu barang, minimal satu barang harus keluar dari rumah. Hal tersebut berlaku juga untuk buku. Jadi awal tahun saya sudah woro-woro di twitter dan grup whatsapp, buku-buku apa saja yang saya tawarkan untuk dikirim seputar Eropa. Gratis hanya ganti ongkos kirimnya saja. Selain 25 buku di bawah yang ternyata laris manis sudah menyebar ke beberapa negara di Eropa, buku-buku tentang kehamilan, parenting dan perbayian yang pernah saya tulis di sini, juga saya berikan kepada kenalan yang lebih membutuhkan. Supaya manfaatnya terus mengalir. Jadi lumayan, rak buku di rumah jadi tidak penuh.

Buku-buku yang dihibahkan awal tahun 2019
Buku-buku yang dihibahkan awal tahun 2019

 

Begitulah cerita panjang saya seputar buku. Semoga apapun kondisinya, saya selalu punya semangat dan waktu untuk tetap membaca buku. Karena tahun 2019 ini salah satu komitmen saya adalah lebih mengurangi aktivitas bermedia sosial dan blogging, itu kenapa produktivitas membaca buku saya rasakan jadi meningkat.

Kalau kamu, setiap tahun punya target membaca tidak? Lebih suka membaca buku fiksi atau nonfiksi?

-Nootdorp, 5 Maret 2019-

Minibieb : Perpustakaan Mini di Belanda

Minibieb

Dalam bahasa Belanda, perpustakaan adalah Bibliotheek atau sering disingkat Bieb (baca : Bib). Nah jika diartikan, Minibieb adalah perpustakaan mini. Maksudnya gimana nih? Jangan dibayangkan perpustakaan mini adalah sebuah ruangan kecil yang penuh dengan buku dan kita bisa meminjam buku-buku tersebut. Perpustakaan mini di Belanda adalah sebuah lemari kecil berkaca (biasanya dua atau tiga rak atau bahkan ada yang lebih besar) yang di dalamnya berisi buku-buku (kebanyakan dalam bahasa Belanda). Lemari buku ini dibuat oleh perorangan atau komunitas atau bahkan perusahaan dan diletakkan di tempat-tempat strategis yang dilewati orang-orang, misalnya di pinggir jalan besar, depan rumah, pojokan jalan  bahkan di taman bermain luar ruangan atau tempat di ruang publik lainnya. Yang saya lihat selama ini seringnya diletakkan di depan rumah orang yang mempunyai inisiatif membuat minibieb.

Minibieb
Minibieb di depan rumah

Lemari kaca yang berisi buku-buku ini tidak dalam keadaan terkunci. Jadi siapa saja bisa meminjam dan mengembalikan kapanpun setiap saat. Bahkan, siapapun juga bisa meletakkan buku yang sekiranya sudah tidak ingin mereka simpan lagi di rumah. Karena tidak dikunci, jelas sistemnya saling percaya. Yang meminjam nanti akan mengembalikan lagi jika sudah selesai membaca, yang mempunyai minibieb percaya bahwa buku-buku yang diletakkan akan dikembalikan atau bahkan diganti dengan buku lainnya. Apakah pernah ada kejadian minibieb ini dicuri atau tiba-tiba menghilang? Yang saya tahu, tetangga dekat rumah pernah kehilangan minibiebnya. Tapi beberapa hari kemudian ditemukan di sungai dekat rumah juga. Buku-buku masih ada lengkap di dalamnya. Jadi tidak tahu sebenarnya motivasi orang yang mengambil minibieb ini apa. Mungkin kejadian ini hanya satu dari banyak yang aman karena selama ini saya tidak pernah membaca tentang pencurian minibieb.

Minibieb
Minibieb

Lemari kaca bisa dibuat sendiri maupun membeli, tergantung lebih mudahnya bagaimana. Yang saya taruh foto-fotonya di sini adalah minibieb yang ada di sekitaran rumah, jadi lemarinya tidak terlalu besar. Namun beberapa kali saya melihat minibieb yang diletakkan di pinggir jalan raya besar itu lemarinya besar, ya seperti lemari baju berkaca berisi penuh buku. Menurut saya konsep ini sangat menarik. Jadi orang-orang yang kebetulan melewati dan punya keinginan membaca buku tidak perlu jauh-jauh untuk meminjam buku ke perpustakaan. Saya sering meminjam buku di minibieb yang ada di sekitar rumah. Seringnya buku cerita anak. Meskipun jarak rumah ke perpustakaan juga tidak terlalu jauh (hanya sekitar 200 meter dan saya sering ke sana), tapi meminjam buku-buku di minibieb dekat rumah juga mengasyikkan karena ragam bukunya juga banyak.

Minibieb
Minibieb di pinggir jalan untuk sepeda

Seiring makin banyaknya minibieb, sekarang tak kurang ada 900 jumlahnya yang tersebar di seluruh Belanda. Data ini saya baca dari portal berita AD. Tidak hanya jumlahnya yang makin bertambah sejak pertama kali minibieb ada yaitu tahun 2009, namun fungsinya saat ini juga mulai meluas tidak hanya sebagai perpustakaan mini untuk buku. Beberapa lemari kaca ini selain untuk menaruh buku, juga kadang ditemukan beberapa makanan atau bunga atau camilan yang bisa diambil juga secara gratis. Atau kalau misalkan ada yang ingin menaruh makanan di lemari ini juga bisa. Makin menarik saja fungsi dari minibieb dewasa ini.

Minibieb
Minibieb

Saya pernah mengutarakan pada suami tentang keinginan untuk memiliki minibieb di depan rumah. Jadi lumayan bisa menaruh beberapa koleksi buku yang ada di rumah dan bisa dipinjam untuk dibaca oleh mereka yang melintas depan rumah kami. Mungkin tahun depan mulai direalisasikan. Informasi tentang minibieb bisa dibaca pada website resminya.

Ada yang tertarik menerapkan konsep ini di lingkungan tempat tinggalnya? atau mungkin ada yang sudah punya di rumahnya?

-Nootdorp, 10 Februari 2019-