Kelas Inspirasi 2013 – Surabaya

Kelas Inspirasi
“Bangun Mimpi Anak Indonesia…”

Mari berbagi cerita yang dapat menumbuhkan cita. Jejak langkah profesimu sebagai awalnya.
Sudah saatnya para profesional turut mengambil peran dalam pendidikan anak bangsa.

"Bagi Anda hanya satu hari cuti bekerja, namun bagi murid-murid itu bisa menjadi hari yang menginspirasi mereka seumur hidup. Berbagi cerita, pengetahuan, dan pengalaman untuk menjadi cita-cita dan mimpi mereka."

-Kelas Inspirasi-

Saya mengenal Kelas Inspirasi (KI) awalnya dari perkenalan dengan Indonesia Mengajar (IM). Saya ingat betul pagi itu hari minggu melihat lowongan untuk menjadi pengajar muda dikoran Kompas ketika saya sedang bekerja di Jakarta. Saat itu IM baru angkatan pertama tahun 2010. Setelah membaca profil tentang IM, tanpa pikir panjang saya langsung mengirim semua persyaratan untuk menjadi Pengajar Muda (PM) walaupun tipis harapan akan lolos karena pada saat itu usia sudah tidak muda lagi (tidak masuk dalam persyaratan yang diajukan). Tapi saya cuek saja, siapa tahu rejeki, pikir saya waktu itu. Beberapa minggu kemudian, saya mendapatkan jawaban kalau saya memang ditolak, tidak bisa bergabung menjadi PM. Tetapi mereka (atas nama Pak Anies Baswedan) menawari saya untuk bergabung menjadi pengurus membantu kelancaran terlaksananya IM. Saya membalas dengan mengatakan bahwa saya ingin menjadi pengajar, ingin mengabdikan diri pada kelangsungan pendidikan Indonesia yang lebih baik kedepannya dengan terjun langsung mengajar. Pada akhirnya saya melanjutkan lagi ritme hidup dengan tetap menjadi pekerja kantoran di Jakarta yang tidak pernah berhenti mengeluh ini itu.

Suatu ketika, Indonesia Bercerita, wadah saya menyalurkan hobi bercerita kepada anak-anak kecil, mendapatkan undangan dari IM. Ternyata mereka ingin mensosialisasikan tentang Indonesia Menyala. Indonesia Menyala adalah gerakan buku dan perpustakaan yang diinisiasikan oleh Gerakan Indonesia Mengajar. Filosofi dibalik pemilihan nama ini, menurut Bapak Anies Baswedan, adalah anak-anak desa yang menyala akal dan budinya karena membaca buku yang baik bersama para Pengajar Muda, bagaikan ribuan dan jutaan lampu yang menyalakan Indonesia. Saat itu saya membantu beberapa kegiatan Indonesia menyala yaitu menyortir dan mencari buku-buku yang bisa dikirimkan ketempat para Pengajar Muda. Kegiatan tersebut tidak bisa lama saya tekuni karena frekuensi pekerjaan yang mengharuskan bepergian keluar kota semakin meningkat. Setelahnya saya rutin mengikuti berita tentang kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Gerakan Indonesia Mengajar, salah satunya Kelas Inspirasi.

Pada tahun 2012, Kelas Inspirasi (KI) pertama kali diadakan di Jakarta. Saya ikut mendaftar sebagai relawan untuk mengajar. Sebenarnya apa kelas Inspirasi? Kelas Inspirasi adalah kegiatan yang mewadahi professional dari berbagai sektor untuk ikut serta berkontribusi pada misi perbaikan pendidikan di Indonesia. Melalui program ini, para professional pengajar dari berbagai latar belakang diharuskan untuk cuti satu hari serentak untuk mengunjungi dan mengajar SD yaitu pada hari Inspirasi. Tujuan dari KI ini ada dua, yaitu menjadi wahana bagi sekolah dan siswa untuk belajar dari para professional, serta agar para professional secara lebih luas dapat belajar mengenai kenyataan dan fakta mengenai kondisi pendidikan kita.

Tahun 2013 ketika saya sedang meneruskan kuliah di Surabaya, ternyata ada perekrutan relawan pengajar untuk kota Surabaya. Saya kembali mendaftar. Awalnya sempat bimbang karena pada saat itu status saya Mahasiswa, tidak mempunyai pekerjaan. Sempat bingung kalau misalkan saya lolos seleks,i cerita apa yang akan dibagikan. Tapi saya tepis keraguan dan tetap mendaftar. Ternyata saya lolos seleksi dan mendapatkan penempatan di SDN Kedungcowek II/254 Surabaya. Seperti biasa seminggu sebelumnya kami para relawan diharuskan datang briefing untuk mengetahui teknis pelaksanaan serta untuk mengetahui lebih jauh tentang KI itu sendiri. Dan saya selalu tidak bisa menyembunyikan air mata ketika menyanyikan lagu Indonesia Raya. Semua rasa menyatu : haru, sesak, bahagia. Padahal dulu sewaktu sekolah sering membolos upacara bendera atau pura-pura sakit terus tidur diruang UKS.

Sebelum hari H, saya sudah menyiapkan alat peraga. Pada KI kali ini saya ingin berbagi cerita tentang pekerjaan sebagai Researcher. Karena dikantor sebelumnya memang saya beberapa kali berganti titel dan salah satunya researcher. Saya juga ingin menjelaskan lebih jauh bahwa yang saya teliti adalah dibidang marketing. Supaya tidak membingungkan mereka, maka saya tulis pekerjaan saya : Peneliti. Maka alat peraga yang saya siapkan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan angka, tabel, gambar, grafik dan lainnya. Saya juga menyiapkan kalkulator raksasa dari kardus bekas sebagai analogi bahwa memang kemanapun saya membawa kalkulator. Dua hari sebelum hari H, kami para relawan survey lokasi dan berkenalan dengan beberapa guru yang ada serta kepala sekolah untuk mengetahui kondisi lapangan seperti apa. Juga untuk pembagian tugas siapa yang akan mengajar kelas berapa. Relawan disini bukan hanya pengajar saja tetapi ada bagian dokumentasi foto dan merekam juga ada koordinator. Masih jelas teringat kalau koordinator saya anak ITS jurusan Desain Produk, karena waktu survey lapangan dan hari H saya numpang dia dari ITS-SD-ITS. Ngelamak.

Tanggal 11 Nopember 2013 tiba sebagai Hari Inspirasi. Dimulai dengan upacara bendera memperingati Hari Pahlawan tanggal 10 Nopember. Lalu jam 8 pagi kelaspun dimulai. Bohong kalau saya tidak grogi. Dari pengalaman sebelumnya yang super capek tapi juga riang gembira menghadapi kelincahan anak SD kelas 5  ditambah pertanyaan-pertanyaan yang tidak terduga, sayapun menyiapkan mental kalau kali ini pasti ada pengalaman baru yang tidak terduga lainnya. Kali ini saya kebagian kelas 5. Masuk kelas sudah disambut salam. Kemudian saya memperkenalkan diri dan membuat permainan untuk mereka memperkenalkan diri juga. Saya mulai bertanya satu persatu cita-cita mereka apa. Ada seorang murid yang bertanya, tidak mengerti cita-cita itu apa. Selalu ada yang seperti ini, jadi bukan hal yang baru untuk saya. Lalu pertanyaan tersebut saya lemparkan ke kelas. Supaya teman-temannya yang lain ikut menerangkan juga. Jadi komunikasi dikelas makin hidup. Tidak hanya guru. Kelas saya ini termasuk aktif sekali. Kalau saya berikan pertanyaan, mereka berebut menjawab. Kalau saya tantang dengan permainan, mereka berebut maju depan kelas. Suara sampai saya tinggikan entah beberapa oktaf untuk mengontrol mereka yang lari kesana kemari karena antusias dengan permainan, sampai tidak terasa diakhir acara suara sudah serak. Menjadi seorang Guru tidaklah mudah. Butuh kesabaran tinggi. Selalu salut dengan perjuangan Bapak Ibu Guru.

Saya menerangkan tentang pekerjaan yang lalu, tentang apa yang saya kerjakan, tentang dengan siapa saja saya berhubungan dalam pekerjaan, tentang tanggungjawab apa yang harus diselesaikan, dan tentang bagaimana keseharian saya dipekerjaan. Tentunya saya menjelaskan sesuai dengan bahasa mereka dan saya selingi dengan beberapa permainan karena jika saya menerangkan terlalu panjang lebar, pasti mereka akan bosan dan tidak fokus lagi. Saya juga menerangkan tentang status saya saat itu sebagai mahasiswa. Lalu saya juga memberikan gambaran bahwa bekerja dibidang marketing terutama untuk urusan riset konsumen itu sering keluar kota bahkan keluar negeri untuk mengikuti pelatihan atau seminar. Saya menceritakan bahwa saya senang dengan pekerjaan sebagai peneliti karena bisa mengenal banyak orang, bisa mengetahui banyak tempat baru, dan bisa belajar banyak hal sehingga menambah ilmu.

Saat mereka menyebutkan satu persatu ingin menjadi apa mereka nantinya, saya menemukan kejutan-kejutan jawaban. Ada yang ingin menjadi polisi, tentara, pemain sepak bola, presiden, tukang jual sate, tukang tambal ban, supir taksi, dokter, pemain sinetron, guru, pegawai negeri, ingin membela kebenaran, dan bahkan ada yang menjawab ingin seperti Caesar (itu lho yang dulu heboh dengan goyang apa namanya lupa). Satu yang saya ingat sampai sekarang dan selalu membuat terharu tentang seorang gadis kecil. Dia lumayan pendiam diantara anak-anak lainnya.  Saya bertanya dia punya cita-cita apa. Lalu dia menjawab “ingin seperti Ibu saya.” Lalu saya bertanya lagi kenapa ingin seperti Ibu. Dia menjawab “saya ingin seperti ibu. Mengumpulkan sampah lalu menjual, memasak untuk saya dan adik-adik, membersihkan rumah dan membantu ayah yang sakit tidak bisa kemana-mana.” Kalau dalam bahasa jawa, hati saya langsung maktratap. Saya merasa trenyuh, terharu, juga ingin menangis. Anak sekecil itu sudah merasakan kerasnya hidup. Sementara teman-temannya yang lain langsung mengolok cita-citanya, yang kemudian saya tenangkan suasana riuh dikelas dan saya bilang bahwa setiap anak mempunyai cita-cita yang berbeda. Kita harus saling menghormati cita-cita baik setiap orang. Saya mengatakan pada mereka agar jangan putus sekolah, menjadi anak yang kreatif, mencintai buku dan membacanya supaya pengetahuan bertambah.

Ada beberapa kejadian yang membuat saya tersenyum sekaligus membuat ngenes ketika diingat sekarang. Jadi ada satu waktu saya mengajak mereka untuk bernyanyi bersama. Saya menawarkan Hymne Guru. Sebagian besar dari mereka keberatan dan meminta lagu yang lain. Saya bertanya maunya lagu apa. Hampir semua serentak menjawab lagu Kereta Malam. Saya terdiam sejenak mencoba mengingat lagu apa itu. Tetapi karena saya sama sekali tidak tahu, saya bertanya mereka mendengar lagu itu dimana. Ternyata diacara TV yang mereka lihat yang isinya joged-joged. Wah, mereka menolak menyanyikan Hymne Guru dan memilih lagu dari acara TV yang selalu mereka tonton setiap malam. Pengaruh TV kuat sekali. Pada akhirnya mereka tetap menyanyikan Hymne Guru.

Sesi terakhir adalah setiap anak menuliskan cita-cita mereka pada kertas yang sudah kami berikan. Kertas-kertas itu kemudian ditempel pada tempat yang disediakan yang ditaruh dekat dengan halaman sekolah. Mereka bisa membaca satu persatu cita-cita teman yang lain serta mereka dengan bangga menunjukkan pada teman-teman yang lain apa yang sudah dituliskan. Mereka nampak bahagia. Pada saat pulang sekolah, satu anak datang kepada saya untuk bersalaman seraya mengucapkan “Bu, terima kasih ya sudah datang ke sekolah. Saya akan belajar rajin dan banyak membaca. Saya ingin seperti Ibu, sekolah tinggi terus bisa keliling dunia.” Ah saya sungguh terharu. Ketika dikelas saya memang mengatakan kalau ingin keliling dunia untuk membawakan buku bagi anak-anak yang tidak mampu supaya mereka bisa melihat dunia luar dan makin bertambah ilmu.

Satu hari yang tidak akan terlupakan. Banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan. Bukan saya yang menginspirasi mereka, tetapi merekalah yang sudah memberikan saya banyak inspirasi tentang hidup dan pendidikan. Bahwa definisi cita-cita tinggi itu relatif bagi setiap anak. Kadangkala kita juga harus realistis dalam menggapai apa yang sudah dicita-citakan. Seringkali kita juga harus berdamai dengan keadaan jika cita-cita dimasa kecil tidak menjadi kenyataan ketika sudah dihadapkan pada realitas kehidupan. Bahwa apapun yang menjadi cita-cita memang layak diperjuangkan sampai batas maksimal. Memang belum seberapa apa yang sudah saya lakukan sebagai relawan di Kelas Inspirasi ini. Tapi saya selalu berharap ini akan berguna untuk pendidikan Indonesia. Semua dimulai dari langkah kecil. Dimulai dengan langkah kita untuk terjun langsung menjadikan pendidikan Indonesia menuju ke arah yang lebih baik. Dimulai dengan cuti satu hari untuk berbagi cerita yang menumbuhkan cita anak Indonesia.

Saya rindu mengajar lagi, rindu bertemu dengan mereka, rindu belajar dari mereka, dan rindu berbagi dengan sesama.

Langkah menjadi panutan. Ujar menjadi pengetahuan. Pengalaman menjadi inspirasi -@KelasInspirasi-

Sudahkan menjadi bagian dari Kelas Inspirasi? Lalu apa cita-citamu dulu?

Saya sertakan satu video Lilin Lilin Penyala diakhir tulisan ini. Video ini selalu membuat saya terharu.

-Den Haag, 24 September 2015-

Semua foto adalah dokumentasi Kelas Inspirasi Surabaya.

Saya bawa serta ke Belanda. Kenangan yang tidak akan terlupa
Saya bawa serta ke Belanda. Kenangan yang tidak akan terlupa
Mereka dan Cita-cita
Mereka dan Cita-cita
Ketika saya sedang menunjukkan foto beberapa tempat di Luar Negeri yang pernah saya kunjungi> Untuk memotivasi mereka supaya mempunyai cita-cita yang tinggi
Ketika saya sedang menunjukkan foto beberapa tempat di Luar Negeri yang pernah saya kunjungi. Untuk memotivasi mereka supaya mempunyai cita-cita yang tinggi.
Senyum masa depan bangsa
Senyum masa depan bangsa.
Ketika saya sedang bercerita tentang pekerjaan
Ketika saya sedang bercerita tentang pekerjaan
Alat peraga selain kalkulator raksasa. Saya ingin menunjukkan bahwa sehari-hari dengan angka-angka, tabel, diagram dan gambar-gambar seperti inilah saya bergelut didalam pekerjaan
Alat peraga selain kalkulator raksasa. Saya ingin menunjukkan bahwa sehari-hari saya bergelut dengan angka-angka, tabel, diagram dan gambar-gambar seperti inilah ketika bekerja
Membaca cita-cita yang tertempel. Semoga mereka diberikan kemudahan mewujudkan impian dimasa depan
Membaca cita-cita yang tertempel. Semoga mereka diberikan kemudahan mewujudkan impian dimasa depan.
Bersama Ibu Bapak Guru
Bersama Ibu Bapak Guru dan para relawan
Satu-satunya kantin
Satu-satunya kantin Sekolah
Kantin sekolah
Kantin sekolah
Piring plastik kotor yang menumpuk ditempat cucui piring yang tidak layak kebersihan
Piring-piring plastik kotor yang menumpuk ditempat cucui piring yang tidak layak kebersihan
Nasi soto, makanan yang paling banyak diminati dibandingkan jajanan lainnya. Harganya Rp 1.000 satu pring plastik kecil.
Nasi soto, makanan yang paling banyak diminati dibandingkan jajanan lainnya. Harganya Rp 1.000 satu pring plastik kecil.
Lingkungan disekitar SDN Kedung Cowek Surabaya
Lingkungan disekitar SDN Kedung Cowek Surabaya

 

Saya selalu suka dan tersentuh dengan apa yang Pak Anies Baswedan utarakan pada video Lilin Lilin Penyala ini.