Catatan Kuliner : Semarang – Jogjakarta – Solo

Pecel didepan Pasar Beringharjo. Kalau melihat foto ini selalu kangen kota Jogjakarta.

Update : Ini sebenarnya postingan lama, tapi gara-gara saya ngubek folder foto, akhirnya menemukan foto-foto liburan saya dengan teman-teman sekitar tahun 2009 di Jogja, akhirnya saya update sekalian rekomendasi tempat makan yang di Jogja. Saya posting ulang siapa tahu ada yang akan ke Jateng libur panjang besok dan ingin wisata kuliner.


Menjelang akhir pekan seperti ini rasanya ingin ngabur sebentar buat jalan-jalan ya. Melepaskan sedikit penat karena rutinitas harian yang tidak ada habisnya. Kalau menuruti pekerjaan, memang tidak akan pernah selesai. Perlu sesekali memanjakan diri untuk berlibur disuatu tempat, membuat rileks pikiran dan badan. Tidak harus jalan-jalan serius, wisata kuliner juga bisa membuat hati senang. Tidak harus makanan yang mahal, yang penting hati riang.

Saya dan Mas Ewald suka makan dan mencoba beragam makanan baru, kecuali unggas dan daging buat saya. Nah, mumpung Mas Ewald sebulan di Indonesia, saya ingin memperkenalkan beragam makanan Indonesia. Supaya dia tahu kalau makanan Indonesia itu tiada duanya dan selalu membuat kangen siapapun yang merantau keluar negeri.

Dibawah ini beberapa tempat makan yang kami datangi ketika jalan-jalan pada bulan Agustus 2014 di 3 kota yaitu Semarang, Jogjakarta, dan Solo. Tempat makan di 3 kota ini kebanyakan saya kenal karena pernah mendatangi sebelumnya (saya sering ditugaskan di 3 kota ini sewaktu bekerja). Jadi bukan dari rekomendasi atau tempat yang jadi rujukan website travelling, melainkan dari pengalaman pribadi. Tetapi ada juga tempat yang kami datangi karena tidak sengaja, kepepet sudah kelaparan dan malas mencari tempat lainnya, eh ternyata tempatnya nyaman.

SEMARANG

1. Bandeng Juwana

    Jl. Pandanaran 57, Semarang. Website : http://www.bandengjuwana.com

Restoran Bandeng Juwana yang terletak di Jalan Pandanaran ini saya ketahui pertama kali sewaktu sering ditugaskan ke Semarang oleh kantor. Awalnya tidak tahu kalau dipusat oleh-oleh ini terdapat tempat makan di lantai 2. Tempatnya nyaman, makanannya enak, harga bersahabat. Kami 2 kali makan ditempat ini. Oh iya, kita juga bisa memesan lumpia dengan bermacam variasinya di lantai satu, kemudian diantar ke lantai 2.

DSC_0174
Restaurant dan Pusat Oleh-Oleh
DSC_0175
Lumpia yang kami pesan belum datang. Menu yang kami pesan oseng jamur, oseng pare, garang asem bandeng, semur bandeng, oseng daun pepaya, bakwan jagung, es dawet, dan teh tawar. Total yang harus dibayar tidak sampai 100 ribu
Lantai satu sebagai pusat oleh-oleh
Lantai satu sebagai pusat oleh-oleh

 

2. Noeri’s Cafe

    Jl. Nuri no. 6 – Kota Lama, Semarang

Nah, Cafe ini tidak sengaja kami temukan karena aslinya salah jalan. Jadi setelah membeli tiket ke Jakarta dari Stasiun Tawang, kami ingin ke Gereja Blenduk. Tapi kami tidak tahu arah kesana lewat jalan mana. Akhirnya kami gambling lewat jalan kecil, persis depan stasiun. Ketika berjalan melewati tempat ini, kami merasa tidak ada yang spesial. Seperti Cafe biasa pada umumnya. Mas Ewald sempat berhenti untuk mengambil gambar dari depan. Tiba-tiba dari dalam ada seorang lelaki yang mempersilahkan masuk. Kami ragu-ragu karena memang tidak berencana untuk makan, selain itu hari sudah menjelang malam. Tapi Mas Ewald bilang, mampir saja sebentar. Setelah masuk, Wow! kami ternganga. Interiornya benar-benar vintage dan barang-barang yang ada disana antik semua. Jadi Cafe ini memang didirikan untuk menyalurkan hobi pemiliknya yang merupakan kolektor benda antik professional, Pak Handoko. Tema Cafe ini adalah kolonial. Mas Ewald tentu saja girang melihat banyak benda yang sangat Belanda. Lebih lengkap tentang Noeri’s Cafe akan saya ceritakan lengkap pada postingan berbeda. Pada akhirnya kami tidak menikmati makan dan minum disini, hanya tour singkat yang dipandu oleh salah satu pengelola Cafe yaitu Pak Wawan. Saya sempat melihat sekilas menu makan dan minum, tidak berbeda dengan Cafe pada umumnya. Makanan dan minuman ringan. Jika ingin mencari alternatif Cafe dengan suasana yang berbeda, sangat disarankan ke Noeri’s Cafe

DSC_8514_1

DSC_0201
Interior Noeri’s Cafe
DSC_0202
Mesin di Kasir yang antik
Noeri's Cafe
Pajangan di dinding yang sangat kental suasana kolonial di Noeri’s Cafe
DSC_0200
Berpuluh radio antik. Dan semuanya masih berfungsi dengan baik

 

3. Toko OEN

    JL Pemuda, No.52 Semarang. Website : http://tokooen.com/

Pasti sudah tidak asing lagi dengan nama Toko Oen. Toko yang terkenal dengan es krim yang rasanya super lezat itu, terletak tidak jauh dari kota lama Semarang. Toko Oen adalah toko roti dan kue pertama di Yogyakarta yang berdiri tahun 1922. Berikutnya menyusul dibuka di Semarang, Malang dan Jakarta. Akan tetapi, tahun 1958 Toko Oen di Yogyakarta dan Jakarta ditutup, sementara yang di Malang dibeli seorang pengusaha. Kini hanya tersisa Toko Oen di Jalan Pemuda 52, Semarang. Toko Oen di Semarang telah berdiri sejak 1936, bangunannya barcat putih dengan kaca besar dan pintu kayu yang masih lekat nuansa klasik. Toko Oen dibangun dengan model jendela dan atap melengkung tinggi meniru desain yang popular di Eropa abad ke-19. Interior bangunannya masih asli ditambah langit-langit yang tinggi dan digantungi lampu-lampu elegan. Furniture resto ini juga menarik karena dilengkapi sebuah mesin kasir tua, jam kayu kuno besar, dan sebuah piano kuno berwarna hitam. Suasana ruangannya menenangkan berpadu dengan lagu-lagu klasik yang mampu membangkitkan nostalgia. Tepat di depan pintu masuknya terpampang etalase dan toples kaca besar berisi kue-kue kering. Sejak dulunya Toko Oen merupakan tempat makan orang-orang Belanda. Bahkan hingga kini pun toko ini tetap menjadi tujuan wajib wisatawan asal Belanda yang datang ke Semarang. (sumber : Wonderful Indonesia)

Mas Ewald senang sekali disini karena suasananya yang kental dengan negeri Belanda. Kami sebenarnya tidak membeli makanan yang banyak. Hanya mencicipi Es Krim yang terkenal enaknya. Niatnya ke Toko Oen sih ingin menumpang Wifi. Duduk berlama-lama hampir satu jam dengan bermodalkan segelas Es Krim. Tapi benar, Toko Oen sangat kami rekomendasikan selain tempatnya yang nyaman juga Es krimnya yang lezat.

DSC_0218

DSC_0216

DSC_0217
Setelah lulus A1 2 bulan lalu, ngertilah saya baca ini *hahaha congkak

 

 4. Bakmi Djowo Doel Noemani

Nah, Bakmi Djowo ini juga tidak sengaja kami temukan. Setelah selesai Mas Ewald Tour Lawang Sewu, kami merasa lapar, tapi tidak ingin makanan yang terlalu berat. Kami sepakat untuk makan seadanya yang kami temukan sepanjang jalan menuju hotel. Ternyata didepan hotel Amaris, tempat kami menginap, ada tempat makan yang pembelinya terlihat banyak sekali. Tanpa pikir panjang kami pun menghampiri. Ternyata Bakmi. Setelah bakmi yang kami pesan datang, dan karena kelaparan, kamipun makan tanpa banyak bicara. Rasanya enak sekali. Kami memesan Bakmi Goreng. Mas Ewald sampai tambah 1 piring lagi. Mas, luwe nemen yo kok sampek nambah hehe. Porsinya menurut saya pas, tidak terlalu banyak maupun sedikit. Harganya juga tidak mahal per porsinya Rp 8000 kalau tidak salah ingat untuk sepiring Bakmi Goreng. Yang membutuhkan tempat makan dimalam hari, datang saja ke Bakmi Djowo Pak Doel Noemani.

Foto dipinjam dari http://bakmiedjowodoelnoemani.blogspot.com/
Meskipun kelas warung, karyawannya pakai seragam batik yang berganti setiap hari. Dan rasa khas bakmienya didapat dari cara memasaknya yang menggunakan Anglo
Meskipun kelas warung, karyawannya pakai seragam batik yang berganti setiap hari. Dan rasa khas bakmienya didapat dari cara memasaknya yang menggunakan Anglo
2 kali kesini ga sempat difoto, kebur habis karena kelaparan. Foto dipinjam dari http://wisatasemarang.wordpress.com/page/3/?pages-list
2 kali kesini ga sempat difoto, keburu habis karena kelaparan. Foto dipinjam dari http://wisatasemarang.wordpress.com/page/3/?pages-list

JOGJAKARTA

1. Pasar Bringharjo

Setiap ke Jogjakarta, saya tidak pernah absen menyempatkan diri untuk sarapan di bagian depan Pasar Bringharjo. Rasa makanannya khas rumahan dan pilhan makanannya beragam. Tempat makan depan Pasar yang terletak di Jalan Malioboro ini menyedikan segala macam jenis sate, pecel, mie, baceman, gudeg, dan lainnya. Harganya tentu saja sangat bersahabat. Kalau sudah disini, dipastikan pasti kalap mata. Rasanya semua ingin disantap. Silahkan mampir kesini jika ingin mencari alternatif tempat untuk sarapan

DSC_0141
Segala makanan ada di emperan Pasar Bringharjo
DSC_0142
Sarapan disini selalu membuat ketagihan untuk kembali datang. Rasanya mak nyuss 🙂 *Aduh saya jadi lapar sluruuphh

 

2. Jejamuran

    Jl. Magelang KM 10 Yogyakarta /Sleman

Jejamuran ini salah satu tempat yang saya selalu kunjungi jika mendapat tugas kantor ke Jogjakarta. Saya mengajak Mas Ewald kesini karena ingin menunjukkan bahwa jamur bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan yang sangat lezat. Kami ke Jejamuran ini setelah dari Borobudur. Jadi kami turun di perempatan sleman, kemudian jalan kaki sekitar satu kilo ke arah kiri dari perempatan sleman arah dari Borobudur. Untuk menuju ke Jejamuran, tidak ada kendaraan umum yang melintas karena tidak terletak dijalan besar. Jejamuran berdiri sejak tahun 1997 dan pemiliknya adalah Pak Ratidjo, seorang pengusaha jamur. Semua menu yang tersedia disini berbahan dasar Jamur. Cocok untuk mereka yang vegetarian. Jika ingin berkunjung,  tempat makan khas jamur ini buka dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 21.00. Sekedar saran, jika datang pada siang hari, usahakan sebelum jam makan siang, karena bisa dipastikan restoran yang memiliki parkir luas ini, penuh pengunjung terutama para pegawai kantor di seputaran Kota Yogyakarta. Rasa enak, namun harga tidak menguras kantong.

Rendang Jamur, Tongseng Jamur, Sate Jamur, Asem-asem Jamur. Yummyy!!
Rendang Jamur, Tongseng Jamur, Sate Jamur, Asem-asem Jamur. Yummyy!! Minumnya Es Kencur nambah 3 kali hahaha haus banget setelah jalan 1 km. Segeerrr. Kami membayar cukup 100 ribu saja

 

3. Legian Garden Restaurant

    Jl. Perwakilan no. 9, second floor across Ibis Hotel and Malioboro Mall, Yogyakarta Website : http://legianrestaurant.weebly.com/

Restoran Legian ini juga salah satu tempat yang kami temukan tanpa sengaja. Jadi, pada saat itu seharian kami penuh drama menuju Museum Ullen Sentalu. Akses kendaran umum yang susah menuju dan dari Ullen Sentalu-Jogja membuat energi kami terkuras karena harus berganti berkali-kali kendaraan umum. Setelah turun dari TransJogja, kami memutuskan untuk makan di mall Malioboro saja karena malas dan terlalu capek kalau harus cari-cari lagi tempat makan. Tiba-tiba sebelum mall persis kami melewati tempat ini. Saya bilang ke Mas Ewald, yuk kita lihat sebentar. Setelah naik kelantai 2, kami langsung suka dengan tempatnya. Konsepnya adalah restoran diatap semi outdoor yang berkonsep kebun. Jadi suasananya sejuk karena semilir angin juga romantis karena seperti makan ditengah kebun ditemani temaram lilin. Makanannya enak, harga tidak terlalu mahal, suasananya pun romantis. Perfect!. Oh iya, saya melihat pengunjungnya banyak yang bule.

Sate Jamur, Ikan Bakar ukuran jumbo, Tumis Kangkung, Minuman Rempah
Sate Jamur, Ikan Bakar ukuran jumbo, Tumis Kangkung, Minuman Rempah 2 porsi. Sekitar 150 ribu
Restoran di atap semi outdoor nuansa taman
Restoran di atap semi outdoor nuansa taman. Cozy

 

4. The House Of Raminten

     Jl. FM Noto 7, Kotabaru, Yogyakarta

The House of Raminten juga tempat makan yang selalu saya kunjungi jika ke Jogja. Menurut saya, rasa makanannya sangat biasa dan harganya murah meriah. Tapi entah kenapa meskipun rasanya biasa, saya selalu ingin kembali datang kesini. Mungkin saya suka dengan suasananya yang unik. Jadi sejarah The House of Raminten adalah diawali dari hobby, Hamzah.HS yang sangat menyukai makanan dan minuman tradisional yaitu jamu dan sego kucing dan juga rasa sosialnya yang tinggi akhirnya Hamzah.HS membuka suatu peluang usaha yang diberi nama The House of Raminten. Dimana nama Raminten adalah nama tokoh yang diperankan oleh Hamzah HS dalam sebuah sitcom di Jogja TV yang ditayangkan setiap Minggu jam 17.00 dengan judul Pengkolan. The House Of Raminten sendiri buka 24 jam dengan nonstop musik gamelan. Untuk lebih lengkap tentang sejarahnya, bisa dibaca disini

Selain nama-nama menunya yang unik, pramusajinya juga selalu menggunakan kostum yang khas. Selalu menggunakan kemben atau kebaya untuk wanitanya, berjarik dan berompi untuk yang pria.

DSC_8178

Disediakan sudut ruang untuk belajar membatik
Disediakan sudut ruang untuk belajar membatik
Lesehan
Lesehan
Sarapan porsi Jumbo karena kelaparan setelah semalaman naik kereta api ekonomi dari semarang. Gudeg komplit, Sambel Tempe Penyet, Tempe Mendoan, Lumpia, Minuman Rempah
Sarapan porsi Jumbo karena kelaparan setelah semalaman naik bis dari Surabaya. Gudeg komplit, Sambel Tempe Penyet, Tempe Mendoan, Lumpia, Minuman Rempah, es cendol. Kami membayar semuanya tidak sampai 60 ribu
Minuman Susu Perawan Tancep. Unik ya, gelasnya berbentuk payudara
Minuman Susu Perawan Tancep. Unik ya, gelasnya berbentuk payudara

 

5. Gudeg dan Ronde

Makanan lainnya yang tidak boleh lupa untuk dicicipi ketika datang ke Jogjakarta tentu saja Gudeg dan Ronde. Waktu itu, kami tidak memilih secara khusus pergi ke Gudeg yang terkenal di Jogja. Kami makan gudeg pun karena sudah lapar setelah berkeliling di Keraton Jogja. Jadi kami makan seadanya disekitaran pintu keluar Keraton Jogja. Saya dan Mas Ewald sama-sama bukan penyuka manis. Jadi untuk Gudeg, kalau tidak terpaksa, kami akan mencari alternatif makanan yang lainnya.

Sedangkan Ronde, kalau malam pasti banyak sekali ditemui disetiap sudut Jogja. Kami menikmati wedang ronde didepan hotel kami menginap, yaitu Ameera Boutique. Wedang Ronde merujuk pada air jahe panas (wedang adalah bahasa Jawa yang merujuk pada minuman panas) yang disajikan bersama dengan ronde. Air jahe juga bisa menggunakan gula kepala, diberi taburan kacang tanah goreng (tanpa kulit), potongan roti, kolang-kaling, dan sebagainya. Sedangkan ronde adalah makanan tradisional China dengan nama asli Tāngyuán (Hanzi=湯圓;penyederhanaan=汤圆; hanyu pinyin=tāngyuán). Nama tangyuan merupakan metafora dari reuni keluarga (Hanzi=團圓;penyederhanaan=团圆) yang dibaca tuányuán (menyerupai tangyuan). Ronde terbuat dari tepung ketan yang dicampur sedikit air dan dibentuk menjadi bola, direbus, dan disajikan dengan kuah manis (Wikipedia)

Gudeg

Ronde
Ronde

DSC_0171

6. Oseng-oseng Mercon Bu Narti

Oseng mercon ini letaknya kalau tidak salah waktu itu di Jl. KH Ahmad Dahlan (mudah-mudahan tidak pindah). Oseng-oseng yang berisi kulit, tulang muda, gajih, dan kikil ini dimasak dengan sekitar 6-7kg cabe rawit merah untuk 50kg koyoran. Kenapa disebut mercon?karena rasa pedasnya yang meledakkan mulut, dan rasanya seperti melelehkan lidah. Teman saya yang memakan oseng-oseng mercon ini sampai kebingungan meredakan rasa pedasnya dengan meminum teh hangat berkali-kali. Saya yang waktu itu makan lele bakar dengan sambel dari oseng-oseng mercon ini saja rasanya tidak sanggup menghabiskan, saking pedasnya. Tetapi meskipun pedas, rasanya memang mantap. Nasi hangat panas disantap dengan sambel atau oseng-oseng mercon ditemani dengan lele bakar dan teh hangat plus kerupuk. Haduh, saya jadi lapar.

Oseng-oseng mercon
Oseng-oseng mercon. Foto pinjam teman.

DSCN0268

SOLO

Kami singgah ke Solo hanya beberapa jam. Kami pergi dari Jogjakarta menuju Solo menggunakan Pramex. Mas Ewald ingin melihat Kraton Solo. Saya sudah bercerita sebelumnya kalau Mas Ewald ini suka sekali dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan sejarah. Karenanya, dia selalu mengajak ke tempat yang bersejarah, seperti museum dan yang lainnya.

Kalau saya ke Solo, pertama kali yang ingin saya tuju untuk makan adalah Spesial Sambal (SS). Sebenarnya SS ini tidak hanya ada di Solo, di beberapa kota juga sudah ada cabangnya. Tapi entah kenapa saya makan SS ini hanya kalau sedang di Solo. Di Solo pun, lokasinya ada di beberapa titik. Karena saya adalah penggila sambal, tentu yang saya buru adalah berbagai jenis sambal yang enak sekali rasanya dan tingkat kepedasannya pun bisa disesuaikan dengan permintaan pembeli. Yang ingin merasakan berbagai jenis sambal, silahkan ke SS untuk merasakan sensasi kepedasannya.

DSC_8367
Spesial Sambal yang terletak dekat terminal Solo
Makanan sebegini banyak tidak sampai 70 ribu. Aneka jenis sambalnya benar-benar bikin kalap mata. Semuanya tandas tidak bersisa :)
Makanan sebegini banyak tidak sampai 70 ribu. Aneka jenis sambalnya benar-benar bikin kalap mata. Semuanya tandas tidak bersisa 🙂

Begitulah catatan kuliner dari perjalanan kami Semarang – Jogjakarta – Solo. Semoga bisa memberikan rekomendasi tempat makan bagi yang ingin jalan-jalan disekitar 3 kota tersebut.

Punya pengalaman kuliner di 3 kota tersebut? Ada tempat favorit makan dikota-kota tersebut? yuk berbagi disini ^^

Selamat berakhir pekan ^^

-Situbondo, 12 Desember 2014-

Update : -Den Haag, 4 Februari 2016-

Saya lapar sekali malam-malam lihat foto makanan disini. Duh, kangen dengan Jogja! Selamat berlibur panjang ya buat yang di Indonesia.

PS : Semua foto adalah dokumentasi pribadi kecuali yang kami pinjam menggunakan keterangan.

Catatan Perjalanan – Karimunjawa

Ada bentangan pantai berpasir putih di sini dengan beragam fauna yang menakjubkan, juga hutan mangrove dan hutan tropis dataran rendah yang menyajikan pemandangan menyejukan mata.

Wonderful Indonesia

Masih dalam rangkaian jalan-jalan sebulan dari Bali dan seluruh Jawa, kali ini episode Karimunjawa. Tulisan kali ini agak panjang, jadi sabar ya membacanya. Karena pengalaman di Karimunjawa sangat sayang untuk tidak ditulis semua.

Sebelum dengan suami, saya sudah pernah ke Kepulauan Karimunjawa sebelumnya, tahun 2009, backpacker-an berenam dari Jakarta. Saat itu, Karimunjawa belum terlalu ramai seperti saat ini.

Karimunjawa adalah gugusan pulau yang sangat indah dengan hamparan pasir putih menawan, meliputi 27 pulau dalam 1 kecamatan dan terbagi dalam 3 desa. Luas tempat indah ini adalah 107.225 ha, sebagian besar wilayahnya berupa lautan (100.105 ha) sementara sisanya adalah daratan seluas 7.120 ha. Karimunjawa dijuluki Perawan Jawa, sebuah inisial yang merujuk pada perairannya begitu bening sehingga sebuah koin yang jatuh ke dalamnya akan dengan mudah ditemukan karena kejernihannya (Wonderful Indonesia)

Tidaklah susah menuju Karimunjawa. Ada dua cara melalui Jepara atau Semarang. Kalau bertanya lewat Google, maka informasi kapal menuju Karimunjawa akan sangat gampang ditemukan. Dan, tidak setiap hari ada kapal menuju pulau ini. Jadi rajin-rajin update karena jadwal bisa berubah mendadak karena kondisi cuaca, seperti yang kami alami waktu itu.

Karena sebelumnya saya menyeberang melalui Semarang, maka kali ini saya ingin merasakan melalui Jepara. Penyeberangan melalui Jepara ini dibumbui oleh drama-drama dan kejutan-kejutan. Segala informasi saya cari di google. Saya sudah memesan tiket Express Bahari (Harga tiket Rp 110.000) melalui telepon ke Agen yang (katanya) resmi. Ketika saya tanya uang harus ditransfer kemana, mas yang menerima telepon bilang tidak usah. Langsung datang ke loket pada hari H. Dari sini saja saya sudah mulai curiga kenapa uang tidak mau ditransfer. Tapi menurut mas tersebut, nama saya sudah dicatat. Jadi saya antara tenang dan tidak juga sih rasanya. Masih was-was. Sedangkan untuk tiket kembalinya, yaitu Karimunjawa – Semarang, kami menggunakan Kapal Cepat Kartini, dan saya sudah menelepon (024) 70400010 dengan Ibu Chandra. Ini adalah nomer telepon Pelni Semarang. Jadi saya lumayan tenang karena sudah mentransfer uang (Harga tiket Rp 130.000). Ibu Chandra bilang kalau tiket fisiknya mendekati jadwal kepulangan akan dititipkan kepada salah satu awak kapal.

Jadwal penyeberangan kami Jepara-Semarang Jumat 22 Agustus 2014 (14:00-17:00). Karena sebelum ke Jepara kami menginap di Semarang, maka saya memesan travel Semarang-Jepara untuk keberangkatan Jumat jam 7 pagi, dengan asumsi masih punya banyak waktu untuk jalan-jalan disekitar pelabuhan karena lama perjalanan Semarang-Jepara sekitar 3 jam. H-1 saya masih belum memesan penginapan dan kapal untuk snorkeling disana. Malamnya, ketika sedang menunggu Mas E yang sedang menjelajah Lawang Sewu (Saya tidak pernah berani masuk ke gedung Lawang Sewu, jadi saya menunggu diluar, duduk-duduk dengan bapak satpam), iseng-iseng saya menelepon salah satu penginapan yang (lagi-lagi) saya dapat dari Google. Setelah deal masalah penginapan, mas yang terima telpon saya (lupa namanya, maaf ya mas:D) bertanya saya sedang ada dimana. Saya jawab saja masih di Semarang karena penyeberangan dari Jepara jam 2 siang jadi saya baru berangkat ke Jepara jumat pagi. Masnya terkejut, dibilang kalo penyeberangan dari Jepara dipindah pagi jam 10 karena alasan cuaca buruk. Dan pemberitahuan tentang pindah jadwal ini sudah diumumkan seminggu sebelumnya. Lah, mana saya tahu. Waakk!! Saya langsung panik. Bagaimana ini? Kalau jam 10 pagi, harus berangkat jam berapa dari Semarang, dan saya tidak tahu apakah ada travel pagi sebelum jam 7 berangkat ke Jepara. Huhh!! Asli panik sekali. Saya langsung tanya sana sini, akhirnya saya memperoleh satu nama travel (lupa lagi namanya), ada pemberangkatan jam 5, dan kursi yang tersisa tinggal 2. Pas!!

Paginya sekitar jam 5 kami sudah dijemput dan jam 6 mulai meninggalkan Semarang. Sampai di Pelabuhan Jepara sekitar jam 9.30. Dan itu yang namanya pelabuhan sudah penuh dengan lautan manusia. Wisatawan asing dan wisatawan lokal memenuhi pelabuhan. Saya tiba-tiba panik. Kami kan belum membeli tiket kapal. Kami langsung menuju loket, ternyata masih tutup. Dan antrian sudah panjang. Beberapa saat, kami mendengar kalau tiket penyeberangan sudah terjual habis beberapa hari sebelumnya. Duh! Rasanya kesal sekali. Jadi yang saya pesan lewat telepon tidak berguna. Menyebalkan!. Saya bilang ke Mas E untuk menjaga tas. Saya mau keliling nyari calo (hahaha, baru kali ini rasanya saya nyari calo). 10 menit sebelum keberangkatan saya sudah pasrah saja tidak dapat tiket karena setelah keliling, para calo bilang kalau tiket sudah habis. Saya berjalan gontai. Dan ketika sudah pasrah seperti itu, ternyata keajaiban datang. Saya melewati beberapa lelaki yang bergerombol membicarakan tiket. Sayup-sayup mendengar ada 2 tiket lebih. Langsung saya berteriak kalau saya bersedia membeli berapapun harganya. Dan, diluar dugaan, tiket dijual dengan harga normal dengan syarat saya dan Mas E disuruh menginap di penginapan saudaranya. Saya langsung menyanggupi dengan konsekuensi saya harus membatalkan reservasi penginapan yang sudah saya buat sebelumnya. Yiaayy!! Saya jogged-joged India karena kesenengan dapat tiket last minute. Mas E yang tidak mengerti jalan ceritanya saya cium-cium karena saya terlalu senang. Saya bilang kalau Tuhan selalu bersama orang-orang yang sedang bulan madu 🙂

Perjalanan 3.5 jam laut kami lalui dengan lancar. Tidak ada drama mabuk laut meskipun ombak sedang tinggi. Tetapi ada drama lain didalam kapal. Kami baru sadar ternyata tiket yang sudah dibeli beda kelas. Satu VIP dan satu bisnis. Akhirnya saya yang mengalah, saya yag dikelas bisnis. Tanpa AC tentu saja, dan Mas E di VIP. Alasan saya yang mengalah, karena dia kan belum lama di Indonesia, saya takut dia merasa tidak nyaman kalau harus kepanasan tanpa AC, dan duduk berdesakan dengan penumpang yang lain. Rasanya sangat tidak nyaman duduk terpisah ruangan begitu. Biasanya runtang runtung, ngobrol dan tertawa bareng, sekarang jadi manyun sendiri. Mas E juga ternyata merasa seperti itu. Tanpa sepengetahuan saya, ternyata dia “menyuap” a.k.a dengan membayar tambahan 10.000 kepada awak kapal agar saya bisa satu ruangan. Suapan pertama yang dia lakukan, karena awak kapal yang ternyata memberi ide untuk membayar uang tambahan.

Sesampainya di Karimunjawa kami langsung dijemput mobil (sebenarnya jalan kaki juga bisa, sekitar 15 menit) langsung menuju penginapan. Ternyata penginapannya bersih dan nyaman sekali. Semalam harganya 80 ribu sekamar. Kamar mandi bersih dengan toilet duduk dan setiap pagi sore dapat minuman dengan rasa (kacang hijau, es cincau, teh, dan es apa ya satu lagi lupa). Pelayanan memuaskan. Di Karimunjawa penginapannya adalah rumah penduduk. Rata-rata sih bersih dan nyaman. Kalau mau menginap di hotel atau resort sih bisa. Harga menyesuaikan, artinya jauh lebih mahal dibandingkan penginapan di rumah penduduk, karena biasanya dimiliki oleh warga negara asing. Ada juga penginapan apung ditengah laut. Tapi saya juga tidak tahu harganya berapa. Di Karimunjawa pasokan listrik dibatasi. Dari jam 7 pagi sampai jam 17.00 sore listrik padam. Jadi kalau malam segala gadget harap di charge sebelum paginya listrik dipadamkan

HARI PERTAMA

Hari pertama langsung nyebur kelaut. Snorkeling dengan paket snorkeling yang dapatnya dadakan dengan harga Rp 150.000 per orang untuk alat snorkeling lengkap, makan siang dan sewa kapal. Jadi, untuk siapapun yang ke Karimunjawa tidak ikut paket tur, jangan khawatir. Selalu ada paket snorkeling dadakan seperti pengalaman kami. Seperti yang sudah disebutkan, Karimunjawa terdapat 27 pulau. Tetapi tidak semua pulau bisa dimasuki atau bisa menjadi tempat snorkeling karena beberapa pulau sudah dibeli oleh warga negara asing. Biasanya yang menjadi tempat snorkeling adalah Pulau Menjangan besar dan kecil, Pulau cemara besar dan kecil, Tanjung Gelam, Pulau Tengah dan Pulau Cilik. Kami snorkeling di 2 tempat, Pulau Cemara Besar dan Pulau Menjangan Besar. Setelah muter sana sini, komentar suami bagus banget pemandangan bawah lautnya meskipun biota laut tidak sebanyak di Pulau Menjangan, Bali.

Setelah puas snorkeling 2 dua tempat, kami melanjutkan ke Penangkaran Hiu. Jadi ditempat ini ada satu kolam berisi anak-anak hiu, dan kita diperbolehkan bermain-main dengan mereka asal tidak ada luka atau kalau yang wanita tidak sedang menstruasi (kata penjaganya sih begitu).

Dari penangkaran hiu, kami kembali ke penginapan karena sudah menjelang malam. Malam harinya kami menikmati suasana Karimunjawa yang tenang dengan berkumpul di Alun-alun bersama banyak pengunjung menikmati kuliner lokal. Makanan yang ditawarkan kebanyakan makanan laut pastinya dengan harga yang masih masuk akal. 1 ikan bakar ukuran besar sekali (Saya makan berdua berasa kenyang sekali dan masih sisa karena sudah kekenyangan) harganya Rp 50.000. Selain kuliner, di Alun-alun juga banyak yang menjual Souveni Karimunjawa seperti kaos, gantungan kunci, pernak pernik dari laut. Kaos yang dijual rata-rata Rp 30.000. Kami membeli di malam kedua karena kehabisan baju.

HARI KEDUA

Hari kedua Mas E mengajak mengelilingi pulau dengan menyewa sepeda motor. Dia sudah merasa cukup snorkeling karena sebelumnya sudah snorkeling di Bali. Saya sebenarnya agak cemas dengan ide Mas E untuk mengelilingi pulau dengan menggunakan sepeda motor. Sebabnya dia baru sekali naik sepeda motor ketika sedang liburan di Yunani. Jadi ini menjadi pengalaman keduanya. Waduh! Saya kan takut kalau dia tidak stabil mengendarai karena untuk mengelilingi pulau jalannya kan naik turun dan tidak semua jalan rata. Tapi kecemasan saya tidak terbukti, sepanjang jalan baik-baik saja kami. Jadi, mengelilingi pulau bisa dijadikan alternatif wisata di Karimunjawa. Dengan menyewa sepeda motor matic penduduk setempat seharga Rp 70.000 per hari plus bensin 3 liter (saat itu satu liter harganya Rp 10.000 disana) sangat cukup untuk mengelilingi pulau dari ujung sampai ujung, dari pagi sampai malam.

Pertama kali dibonceng sama suami, rasanya romantis hahaha. Karena kami santai, tidak terburu oleh apapun, maka kami banyak berhenti di pantai-pantai yang tersembunyi, misalkan Pantai Barakuda, Pantai Nirwana dan yang lainnya (lupa saking banyaknya singgah). Kami juga berhenti untuk trekking di Hutan Mangrove yag terletak di desa Kemojan. Juga menemukan bukit yang bernama Joko Tuo dimana kami bisa melihat seluruh Karimunjawa dari atas. Perjalanan kami berujung di Bandar Udara Dewandaru. Baru tahu ternyata Karimunjawa mempunyai Bandara, meskipun bukan pesawat komersil yang beroperasi melainkan beberapa pesawat pribadi dari warga negara asing dan pesawat milik pemerintah. Sepanjang perjalanan beberapa kali kami berhenti untuk makan. Mas E yang doyan banget makan kelapa muda selama di Indonesia jadi seperti merasakan surga di Karimunjawa karena bisa makan kelapa muda yang langsung dipetik dari pohon. Ketika makan di salah satu rumah penduduk, tiba-tiba kami ditawari untuk membeli tanah dengan harga per meter persegi Rp 340.000 tersedia untuk 1000 meter persegi. Woohh, murah hitungannya. Mereka bilang kalau banyak sekali warga asing yang membeli tanah di Karimunjawa untuk dijadikan resort atau sekedar tempat tinggal untuk liburan. Mas E sempat menyelutuk “untung disini ga ada ATM, kalau ada bisa langsung aku beli itu” <— Mbujuukk Mas Mas :D. Oh iya, di Karimunjawa tidak ada ATM ya, jadi bawalah uang yang cukup selama tinggal disana

Perjalanan darat kami diakhiri dengan melihat sunset di Tanjung Gelam. Rupanya pulau ini menjadi salah satu tempat terbaik untuk mengabadikan sunset di Karimunjawa selain bukit Joko Tuo. Dan memang benar, sunsetnya sungguh menghipnotis. Perjalanan hari itu sungguh menyenangkan. Banyak sekali mengunjungi pantai dan tempat yang kami belum tahu sebelumnya. Berkenalan dengan penduduk setempat, berbincang dan bercanda bersama mereka

Inilah yang kami suka dari sebuah perjalanan. Tidak hanya mengenal tempat yang baru, tetapi bisa berinteraksi dengan penduduk setempat, mengenal dan berbaur dengan mereka. Perjalanan itu bukan hanya tentang sebuah tujuan, melainkan mendapatkan pengalaman.

HARI KETIGA

Hari ini waktunya kami pulang. Kami sudah siap sejak jam 7 pagi karena kapal akan pergi pada pukul 10. Kami memutuskan untuk jalan kaki menuju pelabuhan karena kami rasa jaraknya masih normal dengan menggendong ransel yang besar. Sesampainya di Pelabuhan, kami sudah diberi tahu awak kapal bahwa ombak sedang tinggi. Ternyata benar, tidak lama setelah kami bertolak dari tepi pantai, ombak mulai membuat kapal bergoyang kesana sini. Konon waktu itu ombak sampai ketinggian 5 meter. Walhasil saya dan Mas E mabuk muntah-muntah sepanjang jalan. Saya muntah didalam kapal, dia muntah diluar kapal. Kocak banget sekarang kalau diingat. Sesampainya di Semarang, kami sudah lemas karena seluruh isi perut keluar. Lapar ujung-ujungnya. Mas E sampai bilang “aku ga akan naik kapal ini lagi. Nightmare” hahaha. Yang bikin mabuk sebenarnya bukan kapalnya, tapi ombak yang tinggi itu.

Kesan Mas E terhadap Karimunjawa adalah pulau yang menyenangkan dan ideal buat tempat liburan. Tidak rame dan alamnya masih alami belum banyak eksploitasi sana sini. Awalnya dia terpikir untuk membeli tanah dan tinggal disini. Tapi setelah melewati drama mabuk laut, jadi berpikir ulang, kecuali menuju Karimunjawa naik pesawat pribadi *berasa pejabat ya Mas 😀

Selama di Karimunjawa, saya lebih mengenal Mas E. Ya maklum saja, selama ini kami selalu menjalin hubungan jarak jauh, dan waktu 8 bulan sejak kenal sampai memutuskan menikah sangatlah singkat untuk mengenal satu sama lain apalagi dipisahkan oleh jarak. Tidak dipungkiri selama di Karimunjawa kami sering bertengkar, dari hal-hal sepele sampai yang besar. Tapi kami menyadari bahwa itu adalah proses pengenalan kami satu sama lain. Istilahnya pacaran setelah menikah. Dan saya senang telah memilih traveling selama sebulan dari Bali sampai seluruh kota-kota besar di Jawa sebagai proses kami untuk saling mengenal. Selama perjalanan, baik buruk pasangan jadi terkuak semua. Traveling adalah cara yang paling efektif untuk lebih dekat mengerti dan memahami pasangan

Perjalanan bukan hanya tentang sebuah tujuan, melainkan tentang pengalaman, termasuk pengalaman dalam mengenal pasangan

 

NB : Saya bukan pengingat dan pencatat yang baik. Karenanya saya jarang mengabadikan detail perjalanan dalam sebuah catatan. Saya hanya bisa mengingat detail kejadian. Dan saya bukan perencana perjalanan yang baik. Saya biasanya hanya merencanakan secara garis besar. Tapi tidak bisa sampai detail, karena terlalu ribet. Dan saya juga biasa menikmati perjalanan yang mengalir dengan segala kejutan-kejutannya :). Tapi saya selalu punya senjata. Mengandalkan kecanggihan teknologi dan tanya sana sini ^^. Jadi buat yang ingin pergi mandiri, jangan malas untuk cari informasi sebanyak-banyaknya dari internet ya. Jangan gampang bertanya sesuatu yang sebetulnya informasinya mudah didapat dari google. Happy traveling 🙂

Bagaimana dengan pengalamanmu?

Selamat melakukan perjalanan dengan pasangan 🙂

-Surabaya, 28 November 2014-

 

Snorkeling di Pulau Cemara Besar
Snorkeling di Pulau Cemara Besar
Karimunjawa dilihat dari atas bukit Joko Tuo
Karimunjawa dilihat dari atas bukit Joko Tuo
Kedua kali naik sepeda motor seumur hidupnya. Jadi bangga kesenengan si Mas :)
Kedua kali naik sepeda motor seumur hidupnya. Jadi bangga kesenengan si Mas 🙂
Melewati pemandangan ini sepanjang tour darat
Melewati pemandangan ini sepanjang naik sepeda motor muter pulau
Selama di Indonesia, dimana-mana yang dicari selalu kelapa muda. Tidak pernah sebelumnya makan kelapa muda yang langsung ambil dari pohonnya
Selama di Indonesia, dimana-mana yang dicari selalu kelapa muda. Tidak pernah sebelumnya makan kelapa muda yang langsung ambil dari pohonnya
Sarapan dengan Lontong Pecel super pedas. Duh! ini enak banget rasanya. Sepiring penuh harganya Rp 5.000
Sarapan dengan Lontong Pecel super pedas. Duh! ini enak banget rasanya. Sepiring penuh harganya Rp 5.000
Hutan Mangrove
Hutan Mangrove
Mangrove Karimunjawa
Mangrove Karimunjawa
Pohon Ranting berdiri kokok diatas tanah kering
Pohon Ranting berdiri kokok diatas tanah kering
Sunset di Tanjung Gelam
Sunset di Tanjung Gelam
Rawa
Rawa
Kolam Hiu di Pulau Menjangan Besar. Jadi kita bisa nyemplung dan bermain bersama bayi-bayi hiu ini. Saya dan Mas E? Duduk-duduk saja di Perahu :D
Kolam Hiu di Pulau Menjangan Besar. Jadi kita bisa nyemplung dan bermain bersama bayi-bayi hiu ini. Saya dan Mas E? Duduk-duduk saja di Perahu 😀

P1000746

Sunset Tanjung Gelam
Sunset Tanjung Gelam
Numpang Narsis :)
Numpang Narsis 🙂 … Ya ampun, nampak seperti liliput gitu, mungil disebelah Suami 😀