Canal Parade – Amsterdam Gay Pride 2015

Sabtu, 1 Agustus 2015, saya dan suami pergi ke Amsterdam untuk melihat salah satu acara rangkaian Amsterdam Gay Pride, yaitu Canal Parade. Saya mengetahui acara ini 2 minggu sebelumnya dari majalah gratisan ketika masuk ke toko elektronika. Mengetahui akan ada acara tersebut, saya langsung bersemangat untuk pergi kesana. Awalnya suami tidak mau menemani karena dia males berada ditengah keramaian yang berjubel, apalagi acara seperti Canal Parade ini. Tetapi karena satu dan lain hal, dia akhirnya mau menemani.

Amsterdam Gay Pride ini adalah acara tahunan yang diselenggarakan pada akhir pekan minggu pertama dibulan Agustus. Acara ini pada tahun 2015 berlangsung sejak tanggal 25 Juli sampai 2 Agustus. Sedangkan Canal Parade adalah puncak acaranya. Canal Parade diikuti sebanyak 80 organisasi yang mendukung LGBT (Lesbian Gay Bisexual Transgender) dan mereka akan berparade sepanjang 6km melalui kanal-kanal yang telah ditetapkan. Canal Parade ini dimulai jam 2 siang dan berakhir sekitar jam 6 malam, ada 80 kapal utama dan beberapa kapal pendukung lainnya. Ada banyak atraksi dalam Canal Parade. Untuk lebih lanjut tentang acara ini dapat dilihat pada website resmi Amsterdam Gay Pride.

Sebelumnya, saya tidak terlalu menaruh perhatian khusus tentang LGBT ini, meskipun saya mempunyai beberapa teman gay dan lesbian di Indonesia. Saya tahu bagaimana tertekannya mereka dan hidup kucing-kucingan, menyembunyikan jati diri mereka yang sesungguhnya kepada lingkungan, terlebih pada keluarga. Belum lagi cap yang diberikan sebagai sampah masyarakat, kutukan buat keluarga, ataupun dianggap sebagai sesuatu yang timbul karena ditularkan dari pergaulan. Seringkali saya mbatin pada saat itu, kenapa orang-orang begitu jahat sekali memberikan pelabelan kepada sesuatu yang dianggap tidak sejalan dengan kondisi ideal yang mereka ciptakan. Kenapa tidak bisa bersikap biasa saja tanpa perlu menuding ini dan itu. Kenapa perlu memusuhi suatu keadaan yang sebenarnya mereka sendiri tidak paham apa yang mereka tudingkan. Banyak sekali pertanyaan “kenapa” yang berkecamuk dikepala ketika teman-teman saya tersebut bercerita banyak hal tentang keadaan mereka.

Sejak tinggal di Belanda, saya menjadi tertarik untuk membaca dan mengetahui lebih lanjut tentang LGBT ini. Kenapa seperti itu? Karena pernikahan Gay dan Lesbian dilegalkan secara hukum sejak 1 April 2001 di Belanda. Hal ini saya ketahui dari tulisan Mbak Yoyen tentang Homo Emancipation. Dan sejak disinipun saya menjadi terbiasa melihat pasangan Gay dan Lesbian bebas berekspresi diruang publik. Apakah saya menjadi risih melihat mereka berpelukan, sesekali melihat mereka berciuman juga? Terus terang saya biasa saja, tidak risih ataupun merasa aneh melihat hal tersebut. Kenapa harus risih? mereka toh tidak mengganggu saya, tidak menimbulkan kerugian dihidup saya juga. Sesederhana itu cara saya dalam berpikir.

Dengan berpikir sederhana juga yang membuat saya datang melihat Canal Parade. Saya ingin melihat kemeriahan festival tersebut, tanpa harus berpikir panjang apapun. Ketika sampai ditempat acara, saya bisa merasakan hawa suka cita dari LGBT maupun dari penonton. Saya sebagai penonton juga larut dalam suasana senang disana sini. Disisi kiri kanan sungai, juga dijembatan penuh berjubel dengan lautan manusia. Banyak juga yang melihat langsung dari kapal yang terparkir disisi sungai. Kebanyakan mengenakan pakaian warna pink. Saya dengan badan yang kecil ini dengan mudah mendapatkan tempat yang meskipun tidak bisa dibilang strategis, tetapi masih bisa melihat parade dengan jelas disisi jembatan. Mereka yang mendapatkan tempat strategis harus datang sejak pukul 10 pagi meskipun parade baru dimulai pukul 2 siang. Beberapa orang menatap saya dengan pandangan yang saya juga tidak tahu artinya apa. Saya merasakan itu. Suami sempat berseloroh “mungkin mereka mengira kamu sedang memakai kostum, tahun ini kostumnya jilbab, tahun depan berganti menjadi Spiderman” karena memang saya melihat banyak orang yang datang menonton dengan menggunakan kostum khusus. Saya langsung tertawa terbahak mendengar seloroh suami.

Merasakan kemeriahan tersebut, menjadikan saya teringat dengan teman-teman di Indonesia. Jika mereka disini, kemungkinan besar akan bahagia. Saya suka membaca kata-kata yang hampir ada disetiap kapal. Semua seperti melebur menjadi satu saat itu, antara penonton maupun peserta. Ketika sedang duduk dipinggir sebuah apartemen untuk beristirahat, ada satu orang yang bertanya pada saya dalam bahasa Belanda, kalau saya artikan seperti ini “Kenapa kamu melihat festival ini? Apakah diperbolehkan dalam agamamu melihat acara seperti ini?” saya menjawab “setiap orang mempunyai pilihan dalam hidupnya, dalam kehidupan beragama juga seperti itu. Saya tidak ingin berbicara boleh atau tidak karena saya selalu melakukan apapun yang menurut saya tidak akan mengganggu atau merugikan orang lain.” Wanita yang bertanya tersebut hanya tersenyum mendengarkan jawaban saya.

Saya melihat Canal Parade bukan untuk menjawab pertanyaan “Tapi kamu tidak mendukung LGBT kan Den?” ataupun harus bersusah payah berpikir apakah orang lain akan terinspirasi ataupun akan mendapatkan hidayah dengan melihat pakaian yang saya kenakan. Saya datang kesana tidak untuk ceramah agama. Saya datang kesana sebagai seorang Deny. Hidup tidak semudah dengan hanya berpikir mendukung ataupun tidak mendukung. Hidup tidak segampang hanya dengan menghakimi orang lain dari suatu perbuatan yang mereka lakukan. LGBT sampai kapanpun akan selalu menimbulkan perdebatan, jika melihatnya dari kacamata yang berbeda. Bahkan buat seorang yang hanya sekedar melihat festivalnya saja. PR banget kalau nonton festival saja musti berpikir ini dan itu. Nonton ya nonton saja.

Paragraf terakhir dituliskan karena komen-komen dari satu postingan foto saya disosial media.

Salah satu kalimat yang saya suka dari satu kapal yaitu

Iedereen verdient de vrijheid om zichzelf te kunnen zijn

Everyone deserves the freedom to be themselves

FullSizeRender-2

 

-Den Haag, 2 Agustus 2015-

Beberapa foto Canal Parade ini adalah dokumentasi pribadi.

Salah satu atraksi air
Salah satu atraksi air

 

Share our rights. LGBT refugees
Share our rights. LGBT refugees
Just Married
Just Married
Tas warna Fuschia
Tas warna Fuschia