Basis Inburgeringsexamen (MVV Examen)

Paket Naar Nederland

Sebelum saya lupa, saya akan berbagi pengalaman tentang segala seluk beluk Basis Inburgeringexamen atau MVV Examen atau ujian dasar kemasyarakatan di luar negeri. MVV Examen adalah ujian dasar bahasa Belanda dimana harus dilakukan bagi mereka yang ingin tinggal di Belanda lebih dari 90 hari. Saya ujian pada 28 Oktober 2014, maka saya mengikuti sistem ujian yang lama. Karena per tanggal 1 November 2014, sistem ujiannya sudah baru. Untuk lebih jelasnya tentang sistem ujian yang baru, silahkan ke Naar Nederland

Apa itu Basis Inburgeringexamen atau MVV Examen atau Ujian Dasar Kemasyarakatan di Luar Negeri?

Sejak 15 Maret 2006 sebagian dari pendatang baru yang ingin datang ke Belanda untuk jangka panjang (lebih dari 90 hari) dan memerlukan MVV (Machtiging tot Voorlopig Verblijf : Ijin tinggal sementara) harus mengikuti ujian dasar kemasyarakatan sebelum kedatangan ke Belanda. Ujian dasar kemasyarakatan adalah ujian yang menguji pengetahuan bahasa Belanda dan kehidupan kemasyarakatan  Belanda. Ujian dilakukan dengan tata cara Belanda di kedutaan Belanda atau konsulat jenderal di negara asal atau di negara tempat menetap. Negara tempat menetap adalah negara dimana orang asing boleh tinggal lebih lama dari tiga bulan atas dasar izin tinggal. Ujian di lakukan dengan tata cara untuk tinggal di Belanda (Sumber : Website Kedutaan Belanda di Indonesia). Alasan tinggal di Belanda dalam waktu lama bisa bermacam-macam. Berobat, bekerja, mengikuti keluarga ataupun yang lainnya. Kalau saya, karena ingin mengikuti suami yang warga negara Belanda, maka sertifikat lulus MVV Examen nanti akan disertakan untuk pengajuan visa MVV yang diajukan di IND Belanda. Ujiannya sendiri dilaksanakan di Kedutaan Besar Belanda di Jakarta. Tes ini terdiri dari 3 bagian, dan ketiganya harus lulus. Salah satu saja tidak lulus, maka wajib mengulang. Jadi harus lulus ya bagi yang akan mengikuti ujian ini, karena jika tidak, maka harus mengulang, membayar lagi (mahal banget). Boros waktu dan tentu saja boros biaya.

Belajar Bahasa Belanda

Setelah suami datang ke Indonesia dan melamar pada Februari 2014, saya mulai mencari informasi tentang apa saja yang diperlukan untuk pindah ke Belanda (karena kesepakatan kami, saya yang akan pindah), selain informasi untuk mendaftarkan pernikahan tentunya. Ternyata salah satunya MVV Examen ini. Waktu itu saya mikirnya, wow saya musti belajar dari nol nih. Ga ngerti apa-apa saya tentang bahasa Belanda. Mencari informasi di internet tempat kursus bahasa Belanda di Surabaya, muncul satu nama : Caraka Mulya. Setelah saya telepon kesana, ternyata saya harus membeli paket buku Naar Nederland (seperti foto diatas). Buku tersebut dibelinya langsung dari Belanda, jadi Caraka Mulya tidak menyediakan. Akhirnya saya bilang sama Mas E. Dan dia langsung beli bukunya seharga sekitar 110 euro. Tapi sebelum kursus untuk MVV Examen, saya diwajibkan untuk Kursus dasar bahasa Belanda. Secara singkat, Kursus yang harus diikuti untuk persiapan MVV Examen sebanyak 30 kali pertemuan @1.5 jam. Kalau mau nambah lagi, silahkan itu dibicarakan kemudian dengan gurunya. Akhirnya buku Naar Nederland sampai bulan April awal, kemudian awal Mei saya ke Belanda selama 2 minggu untuk perkenalan dengan keluarga disana. Sepulangnya dari Belanda, yaitu Mei akhir saya mulai kursus bahasa Belanda dasar sebanyak 10 kali pertemuan. Guru saya waktu itu adalah Pak Mario dan Ibu Inge. Setelah kursus dasar ini selesai, saya tidak bisa langsung lanjut ke kursus persiapan MVV karena saya kejar tayang untuk seminar proposal tesis dan maju sidang. Jadi kursusnya ditunda.

Pada akhirnya sidang tesis tidak bisa dilaksanakan yang artinya kuliah saya molor, nambah 1 semester. Akhirnya saya lanjutkan lagi kursus persiapan pada awal Juli 2014. Kursus kali ini langsung saya lakukan di rumah Ibu Inge (dan Pak Mario, karena mereka Ibu dan Anak). Jadi privat tidak terikat lagi dengan Caraka Mulya. Kursus kali ini saya lakukan sebanyak 10 kali pertemuan. Pada akhir kursus, hasilnya masih belum memuaskan sehingga Ibu Inge memutuskan saya harus menambah 10 kali pertemuan lagi. Karena pada saat itu sudah dekat dengan hari pernikahan dan lebaran, maka kursus lebih lanjutnya ditunda lagi. Dengan harapan saya belajar mandiri supaya lebih bisa menguasai materi. Bulan Agustus menikah, dilanjutkan jalan-jalan sebulan dari Bali sampai Bandung, saya tidak belajar sama sekali. Kalau suami mengingatkan, ada saja alasan saya menolak untuk belajar. Maleslah, capeklah. Saya mikirnya, masak iya bulan madu musti belajar juga.

Belajar mandiri yang saya lakukan
Belajar mandiri yang saya lakukan

Setelah suami kembali ke Belanda awal September, saya langsung tancap gas belajar. Tidak hanya dari buku Naar Nederland saja, tapi dari beberapa sumber di Internet, sering nonton film di Youtube, sering mendengarkan percakapan dalam bahasa Belanda. Intinya saya tidak bergantung dengan buku yang sudah ada. Memperbanyak referensi untuk tambahan bahan belajar.

Pada dasarnya bahasa Belanda itu susah, apalagi untuk pelafalannya. Tetapi saya terbantukan dengan fakta bahwa bahasa Indonesia banyak memakai kata serapan dari bahasa Belanda. Jadi banyak kosakata yang mudah diingat. Misalkan rok, tas, jas, handdoek, klaar, dan banyak lagi. Tipsnya : banyak baca, banyak mendengarkan percakapan bahasa Belanda, banyak nonton film untuk melatih pendengaran, memperbanyak kosakata. Saya jarang belajar sama suami. Entah kenapa, bawaannya selalu ga PD. Padahal dia tidak pernah mentertawakan atau mengkritik. Justru selalu menyemangati bahwa saya bisa lulus ujian ini. Tetapi secara keseluruhan, belajar dengan partner sangat membantu.

Selama sebulan menjelang ujian, selalu ke kampus numpang wifi karena mau belajar secara online
Selama sebulan menjelang ujian, selalu ke kampus numpang wifi karena mau belajar secara online

Pendaftaran MVV Examen

Awalnya saya berencana mendaftar akhir September untuk ujian. Tapi pada tanggal 11 September Ibu Inge bilang kalau mau mengejar ujian dengan sistem lama (maksimal 31 Oktober, karena per 1 November 2014 sistem ujiannya menggunakan yang baru, dan konon lebih susah) saya harus segera mendaftar, karena sudah penuh sampai 14 Oktober. Wah, saya panik. Langsung saya minta tolong suami untuk segera mendaftar. Kamis malam suami mendaftar melalui IND (Immigratie- en Naturalisatiedienst / Dinas Imigrasi dan Naturalisasi). Jumat ada email konfirmasi tentang pembayaran. Biaya untuk ujian ini 350 euro. Mahal kan, makanya harus lulus. Suami langsung membayar dan kami menunggu konfirmasi berikutnya untuk membuat janji dengan Kedutaan. Senin sore ada email konfirmasi, saya langsung telepon ke Kedutaan Belanda. Ternyata waktu tercepat yang kosong untuk ujian 28 Oktober jam 14.00. Wah, lagi rame sekali rupanya. Akhirnya sepakat tanggal itu saya akan ujian. 1.5 bulan lagi dari waktu pembuatan janji. Ujian di Kedutaan ini seminggu ada 3 kali. Selasa, rabu, dan Kamis. Satu hari ada 2 kali, jam 12.00 dan 14.00.

Saat Penentuan. Tes di Kedutaan Belanda Jakarta

Saya berangkat dari Surabaya ke Jakarta hari Sabtu. Sengaja berangkat jauh hari untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, dan supaya punya waktu untuk mengulang materi ujian. Saya tinggal di tempat teman kuliah daerah Rasuna Said, tidak berapa jauh dari Kedutaan Belanda.Satu hari sebelum ujian saya tidak belajar. Sengaja supaya pikiran tidak terlalu capek. Saya datang satu jam sebelum waktu ujian. Terlalu antusias :). Ini juga penting datang tidak terlalu mepet waktu ujian supaya kita bisa mengenali lingkungan dan tidak diburu waktu. Yang perlu dibawa untuk ujian hanya Passport. Tas dan lain-lain akan ditinggal di loker yang sudah disediakan. Awalnya sebelum berangkat ujian tegang banget. Saya gangguin suami berkali-kali (padahal masih waktu tidur di Belanda), kirim sms ke Ibu berkali-kali untuk mendoakan saya, sampai Ibu jadi ikut-ikutan tegang dan berkali-kali telepon saya. Bahkan Pappa dan Mamma (Mertua) ikut-ikutan senewen dengan mengirim email berkali-kali. Tapi entah kenapa sejak sampai Kedutaan, saya menjadi tenang. Ada isyarat yang makin membuat saya tenang (saya tukang baca isyarat. Iseng sih, tapi terkadang benar). Saya menerima kunci loker nomer 26. Ada satu bagian ujian namanya TGN, bagian ini paling susah. Syarat lulusnya adalah skor minimal 26. Jadi menerima kunci loker 26 menjadi semacam isyarat buat saya kalau akan lulus.

Isyarat yang saya maksud
Isyarat yang saya maksud

Mengutip dari sini , Jadi yang namanya Inburgering Examen itu terdiri dari 3 bagian :

Part 1. Pengetahuan Kemasyarakatan Belanda (KNS – Kennis van de Nederlandse Samenleving)

Ini sih paling gampang karena di paket Naar Nederland sudah ada bahan disertai jawaban pula. Dari 100 bahan soal dari Fotoboek yang keluar cuma 30 soal acak. Pertanyaannya disertai foto. Mendingan jangan menghapal foto dan jawaban deh. Tips dari saya pahami pertanyaan dan jawabannya karena ada 100 foto yang harus dihapal dan beberapa foto ada yang mirip. Dari 30 soal itu minimal harus benar 70% atau 70 dari skor maksimum 100.

 Part 2. Tes Berbicara Dutch (TGN – Toets Gesproken Nederlands)

Ini bagian paling susaahh karena kalimat-kalimat soal cepet banget dan yang ngomong orang Belanda asli melalui komputer. Tes ini dibagi lagi menjadi 5 bagian dan diawali dengan contoh soal dan jawaban. TGN terdiri dari :

  • Repeat the sentence or Nazeggen 14 sentences (mengulang kalimat)
  • Answer the questions or vragen 10 questions (menjawab pertanyaan)
  • Another repeat the sentence 14 sentences (mengulang kalimat kembali)
  • Opposite words or tegenstellingen 10 words (kebalikan kata, misal : hoog – laag)
  • Repeat the story or verhalen 2 stories (mengulang cerita)

Tips : jangan diam atau menjawab “Ik weet het niet” (saya tidak tahu) meski pun kamu tidak tahu jawabannya. Pokoknya jawab sebisa-bisanya. Saat mengulang kalimat kalau cuma bisa menangkap satu kata ya ucapkan satu kata itu supaya tetap ada skor. Begitu juga saat bagian mengulang cerita, di mana dalam satu paragraf itu kita mungkin hanya mengerti beberapa kata. Nah, dari beberapa kata itu kembangkan saja cerita sendiri yang penting jangan ada jeda hening karena kita diam. Ga gampang memang, makanya harus rajin menambah kosa kata dan pengucapan yang benar.

Tips tambahan : kalau benar-benar tidak mendengar apa yang diucapkan pada bagian ini, tetap tirukan intonasi dari native. Saya menerapkan itu. Tips ini juga saya dapat dari teman-teman yang pernah mengikuti ujian ini sebelumnya. Jadi selama belajar, selain saya belajar kosakata dan mendengarkan pelafalan dalam bahasa Belanda, saya juga belajar menirukan intonasi. Intinya tetap tenang, tidak usah panik. Sekalinya panik, bubar jalan deh. Karena ngomongnya cepet banget pada bagian ini.

Skor minimum untuk lulus adalah 26 dari maksimum skor 80. Ga tinggi kan jadi jangan panik yah…

Part 3. Tes Pemahaman dan Membaca Dutch (GBL – Geletterheid en Begrijpend Lezen)

Untuk GBL tingkat kesulitannya medium. Yang penting bisa membaca bahasa Belanda dengan baik maka pasti lulus. Untuk tes ini kamu akan mendapat lembar tes. Sekali lagi dengan petunjuk baik-baik ya. Jangan menjawab sebelum mendengar nada ‘peep’. Tes ini dibagi menjadi beberapa bagian :

  • Reading words (Woordrijen oplezen) – you will get 8 words in 4 lines
  • Reading the sentence (Zinnen oplezen) – there are 8 of short and long sentences to read
  • Read the short story/article(Teksten oplezen) – you will have to read aloud to the 2 printed story and 1 hand written text.
  • Completing the sentences (Zinnen oplezen en aanvullen) – 28 sentences to be fill the correct word that can be choose from 3 different choices.
  • Answer the questions from the story – there are 3 stories  and each has 4 questions to answer. You do not have to read but speak only the correct answer after hearing the peep sound.

Skor minimum untuk lulus saya tidak tahu tapi skor maksimumnya adalah 35 (sempat diberitahu Pak David, tapi lupa). Jadi dapet skor 30 juga udah bagus banget.

 Total waktu yang diperlukan dari awal sampai pembuatan sertifikat selesai sekitar 2 jam. Setelah perjuangan sejak bulan Mei sampai Oktober, belajar selama 5 bulan dengan mood yang naik turun, dan benar-benar belajar sungguh-sungguh 1.5 bulan menjelang ujian, akhirnya saya lulus dengan skor 100/53/34. Senang sekali nilai TGN saya tinggi, dan kalau di convert, saya mencapai level B1. Untuk pemula, level B1 termasuk tinggi, menurut penjelasan Pak David dan surat hasil ujian dilembar kedua. Jangan takut, banyak kok yang mendapatkan skor yang tinggi, lebih tinggi dari saya juga banyak. Jadi santai saja, bagi yang akan ujian, pasti bisa!. Terima kasih untuk Pak David, petugas Kedutaan, yang benar-benar membuat tenang dengan segala macam penjelasan selama ujian. Yiaaayyy!! Senang banget. Pengen lompat-lompat rasanya. Seperti pecah bisul, lega! *padahal ya ga pernah bisulan. Segala senewen Ibu, Suami dan Mertua langsung berganti senang. Setelah tes berakhir, saya diminta menunggu sebentar untuk pembuatan sertifikat. Dan Pak David memberitahu bahwa sertifikat yang asli saya simpan untuk keperluan pengambilan MVV visa di Jakarta kalau sudah turun suratnya. Sementara untuk memasukkan berkas di IND Belanda cukup scan dan kirim via email ke Suami.

Penampakan hasil Basis Inburgeringsexamen
Penampakan hasil Basis Inburgeringsexamen

 Jadi bagi yang melihat dan memantau kalau menikah dengan pria WNA itu selalu enak, tolong dilihat lagi bagaimana perjuangan dibaliknya, atau behind the scenenya. Setelah ujian MVV ini selesai, kami masih harus menunggu visa MVV turun yang entah berapa lama waktu yang diperlukan. Jika beruntung, 2 minggu sudah turun. Jika tidak beruntung, bisa berbulan-bulan bahkan sampai setahun. Dan selama visa MVV belum turun, saya tidak diperbolehkan melakukan kunjungan ke Belanda. Tapi kalau mau keluar negeri lainnya masih bisa. Sekarang saatnya was-was tahap selanjutnya buat kami :). Berhenti sampai disini? oh tentu tidak. Setelah sampai Belanda, ujian bahasa Belanda tahap lanjut sudah menanti. Satu-satu dulu dijalani. Pada saatnya nanti, pasti akan terlewati. Ujian tidak perlu dihindari, tapi dihadapi ^^.

Bagi yang akan mengikuti ujian ini dengan sistem yang baru, saya ucapkan selamat ya. Semoga lulus dan berhasil.

Belanda, tunggu saya datang yaa ^^
Belanda, tunggu saya datang yaa ^^

 

Beberapa link online yang membantu saya belajar mandiri :

1. http://studeersite.nl/

2. http://www.basisinburgeringsexamen.nl/

3. http://www.naarnederland.nl/ <– untuk perkembangan terbaru tentang MVV examen

4. http://adappel.nl/en/

5. https://www.facebook.com/groups/basisexamen/ <– Grup Basis Inburgeringsexamen di Facebook untuk memantau perkembangan terbaru dan testimoni

6. Jangan malas untuk memperbanyak kosakata, melatih pendengaran lewat film-film di youtube, atau berlatih dengan pasangan

(Jika ada yang ingin menambahkan, silahkan)

 

-Surabaya, 7 November 2014-

Belanda dan Impian yang Tertunda

Belanda, sebuah negara dimana selama 7 tahun kebelakang saya ingin sekali pergi kesana. Awalnya saya tidak terlalu ambisi karena pada saat itu masih dimasa awal bekerja. Sibuk ini itu sebagai lulusan baru. Kemudian seorang teman menceritakan betapa dia ingin ke Belanda, melanjutkan kuliah disana, ingin berkelana ke Eropa. Saya pun jadi tertarik untuk menelusuri seperti apakah Belanda itu. Beberapa fakta yang saya cari saat itu sama seperti yang tertera pada gambar dibawah ini. Hanya saja saat itu saya mencari versi tahun 2007.

 Fact About Netherlands

Karena latar belakang kuliah saya adalah Statistik, dan bidang kerja adalah Marketing Riset, maka yang perlu saya cari adalah universitas apa yang cocok untuk menampung saya disana, bidang riset apa saja yang bisa saya lakukan, dan bagaimana keilmuan saya bisa beradaptasi disana. Selain itu, karena saya penyuka sesuatu yang berhubungan dengan seni, maka informasi tentang kehidupan berkesenian menjadi sangat penting.

Singkat cerita, akhirnya saya mencari berbagai macam informasi tentang beasiswa ke Belanda. Beberapa kali tes TOEFL di Nesso, tapi selalu gagal, tidak memenuhi syarat minimal yang diajukan. Setiap tahun menghadiri pameran pendidikan di Belanda di Jakarta. Menjadi pengumpul sejati brosur-brosur dan gimmick universitas-universtitas disana. Tekad saya semakin bulat, saya harus kuliah di Belanda. Berkali-kali gagal tidak menyurutkan langkah. Tempelan kata-kata “2009 berangkat ke Belanda” “Ayok Semangat, Belanda menanti” “Bangun, raih Tulipmu. Raih Belanda” dan beberapa kata-kata motivasi lainnya menghiasi dinding kamar, buku agenda kerja sampai layar monitor computer.

Dengan kata-kata motivasi yang saya buat itu, mau tidak mau selalu teringat sampai alam bawah sadar. Tidak hanya di kamar, di buku catatan kerja juga saya tuliskan. Selain itu, ada satu buku yang menjadi penyemangat saya untuk tetap mewujudkan impian itu. Buku Negeri Van Oranje. Berisi tentang dinamika kehidupan mahasiswa S2 di Belanda asal Indonesia. Namun pada suatu saat dipekerjaan, saya dipromosikan dan deskripsi kerja semakin banyak. Saya diharuskan keluar kota dalam jangka waktu yang lama dengan frekuensi yang sering. Dan harapan untuk kuliah ke Belanda semakin jauh dari jangkauan karena kesibukan dan saya yang mulai patah semangat karena tidak kunjung lulus tes TOEFL. Tapi didalam hati kecil, saya selalu mengucap, suatu hari saya akan menginjakkan kaki di Eropa dan Belanda, entah kapan, entah dengan cara apa.

Ketika memutuskan berhenti kerja di Jakarta dan kembali untuk kuliah lagi di Teknik Industri ITS Surabaya pada tahun 2012, saya mulai cari-cari lagi beasiswa short course ke Belanda. Belum berhasil juga karena gagal dalam persyaratan. Malah saya lolos untuk double degree ke Taiwan, namun tidak saya ambil. Akhirnya kesibukan kuliah (kembali) menenggelamkan ambisi saya untuk ke Belanda.

Hingga pada saatnya tiba, saya menikah dengan seorang berkewarganegaraan Belanda. Pertemuan yang tidak diduga, singkat padat jelas kemudian kami menikah. Sebelum menikah, saya diminta ke Belanda oleh orangtua Mas E. Mereka ingin mengenal saya lebih dekat. Juga berkenalan dengan saudara-saudara disana. Sayangnya sewaktu Mei saya kesana tidak bisa dalam waktu yang lama karena sedang kejar tayang untuk seminar proposal tesis. Dan saat itulah pertama kali saya melihat dan memegang bunga Tulip secara nyata di Keukenhof, yang selama ini hanya ada di mimpi saya, melihat di majalah ataupun di media sosial lainnya. Saya terkagum-kagum dengan cara kerja Tuhan yang misterius. Dia selalu bekerja dengan cara yang tidak mampu kita pikirkan. Tidak pernah mengijinkan saya untuk ke Belanda dalam rangka kuliah, malah saya dipertemukan dengan suami asli Belanda dan dalam waktu dekat akan pindah kesana.

Seneng banget bisa sampai Belanda, menghirup udara Eropa. Norak foto depan Schiphol
Seneng banget bisa sampai Belanda, menghirup udara Eropa. Norak foto depan Schiphol 🙂

Yang selalu saya yakini adalah : Tuhan selalu memberikan yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Dia selalu tahu apa yang terbaik untuk kita. Memberikan disaat yang tepat, tidak kurang, tidak lebih. Tidak terlalu cepat, tidak terlambat. Kalau kita merasa Tuhan tidak mengabulkan doa kita, yakin saja bahwa doa kita sedang menunggu saat yang tepat dan dalam keadaan yang lebih baik dari apa yang kita minta. Tuhan itu Maha Segalanya.

Suatu ketika Mas E pernah berkata “Kalau kamu nanti susah dapat kerja di Belanda, lanjutkan saja kuliah di universitas impian kamu.” Dan memang, impian untuk kuliah itu masih saja tersimpan rapi dalam angan saya. Tuhan memberi lebih dari apa yang saya inginkan selama ini. Suami impian, dan harapan untuk kuliah di Belanda.

Lalu, apa impianmu yang terwujud seolah-olah itu adalah sebuah keajaiban?

-Surabaya, 6 November 2014-

 

DSC_9774DSC_9574DSC_9535DSC_9654DSC_9652 (2)DSC_9663DSC_9655 (2)deny-may-2014-netherlands48DSC_9764 (2)

DSC_9638deny-may-2014-netherlands11