Kembali Belajar : Kelas Dasar Membuat Roti

Mejeng di kelas roti

Pertengahan tahun 2020, saat mulai tertarik menekuni dunia bikin kue dan roti, saya mencari informasi sekolah baking yang ada di Belanda. Saat itu, setelah berdiskusi dengan suami, saya ingin lebih serius terjun di bidang ini. Alih – alih ingin meneruskan ke S3 di Institut teknik (yang sudah saya rencanakan sejak dulu kala tapi nyatanya maju mundur ga jelas dengan berbagai alasan dan kesibukan), saya berpikir lebih baik saya jadikan serius saja dunia oven mengoven ini. Setelah mencari dan mengumpulkan informasi, dari berbagai macam sekolah baking, pilihan saya jatuh pada satu institut. Ga jadi ke Institut teknik, beloknya ke institut bakery haha. Saya diskusikan secara mendalam dengan suami, dia sangat mendukung rencana saya kembali sekolah meskipun bidangnya sangat berbeda dengan latar belakang pendidikan juga pengalaman kerja. Dia bilang : tekuni kalau memang ini yang kamu yakini, inginkan dan bisa membuat kamu berkembang secara ilmu dan pengalaman. Tekuni kalau memang ini bidang kerja yang kamu ingin jalani dan juga kamu senang mengerjakannya. Dapat dukungan gini, saya tentu saja jadi ringan melangkah.

Ruang kelas

Institut ini punya program khusus berdiploma yaitu kelas 9 minggu untuk Pattiserie dan 9 minggu Boulangerie. Waktu itu, saya memutuskan untuk ikut gabungan keduanya. Jadi minimal 20 minggu, setiap hari masuk dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Saya dan suami juga mulai cari cara bagaimana supaya berjalan seimbang antara yang di rumah dan saat saya sekolah. Ada beberapa hal yang menyulitkan sebenarnya, tapi kami mencoba jalan tengahnya. Ini program yang sangat intensif dan musti punya komitmen tinggi. Tidak bisa berhenti di tengah karena biayanya sangat mahal. Pun ujian akhirnya juga belum tentu lulus. Tergantung kemampuan peserta selama mengikuti sekolah.

Hasil roti hari pertama kursus

Singkat cerita, setelah berpikir lama mempertimbangkan segala hal dan mencoba mencari celah kesulitan yang kami hadapi kalau saya kembali sekolah secara intensif, akhirnya diputuskan saya akan mendaftar 1 jurusan dulu yaitu Boulangerie. Saya mendaftar sekitar Maret 2021, lalu dipanggil interview sekitar bulan Mei. Saat interview, semua bisa saya jawab dengan baik, dengan bahasa Belanda tentunya. Saat interview itulah saya mendapatkan gambaran kira – kira bagaimana nanti suasana selama 10 minggu sekolah. Akhirnya keesokan harinya, saya mendapatkan kabar kalau saya lulus interview dan bisa meneruskan proses pendaftaran yang berikutnya.

Hasil roti hari kedua kursus

Lalu saya mulai gamang. Saya mulai mempertanyakan diri sendiri, apa iya saya sanggup meninggalkan rumah seharian, 5 hari dalam seminggu, selama minimal 10 minggu (karena akan ada masa magang juga). Apa iya saya akan kuat secara mental meninggalkan yang ada di rumah. Pertanyaan – pertanyaan itu mulai saya pikirkan secara serius. Kalau menuruti ambisi, saya bisa saja berkeras hati tetap berjalan sesuai rencana. Tapi saya kembali berpikir, sebenarnya prioritas saya sekarang apa.

Salah satu materi kursus

Singkat cerita, saya akhirnya memutuskan mengundurkan diri, tidak melanjutkan untuk ikut kelas pendidikan 9 minggu Boulangerie. Tapi hasrat saya untuk masuk kelas tetap membara. Akhirnya saya memutuskan untuk mengambil kelas kursus pengenalan pembuatan roti. Sebenarnya kursus yang saya incar adalah kelas Croissant. Namun kelas ini mensyaratkan untuk ambil kursus dasar dulu. Meskipun secara praktek saya sudah bisa membuat roti bahkan menjualnya (bisa ditengok akun jualan dan prakarya baked goods IG : @SophieBreadnSweets) khusus sourdough bread, tapi secara teori saya butuh banyak belajar. Akhirnya saya mendaftar kursus di Institut ini dengan dosen yang sama mengajar di kelas pendidikan 9 minggu. Saya pikir, dengan jalan tengah seperti ini, semua hal bisa terakomodasi. Saya bisa tetap belajar di kelas yang berhubungan dengan baking, pun yang di rumah tidak keteteran saya tinggal karena waktunya tidak terlalu intensif. Toh dosennya sama dengan kelas pendidikan dan diakhir kursus saya mendapatkan sertifikat. Win Win Solution.

Mejeng dulu

Awal November, saya masuk kursus kelas dasar pembuatan roti. Kursus ini berlangsung 2 hari, yang tempatnya lumayan jauh dari tempat tinggal saya. Sekitar 4 jam perjalanan menggunakan kereta total pergi dan pulang. Waktu kursus, hari minggu dan senin dari jam 8 pagi sampai 4 sore . Peserta total 8 orang. Setelah perkenalan, diantara 8 orang ini, hanya 2 orang yang punya usaha baked goods. Saya dan satu orang dari Zeeland. Selebihnya, mereka baru mengenal dasar – dasar roti ya dari kursus ini.

Selama 2 hari kursus, banyak teori baru yang saya dapatkan berkaitan dengan cara membuat formula resep roti, proses kimianya, bahkan praktek cara melipat dan membentuknya pun saya mendapatkan insight baru. Wah antusias sekali saya selama 2 hari ini. Beberapa kali dipuji peserta kursus lainnya katanya cara saya membuat roti pakai tangan sudah terlihat professional. Lalu dosennya menjawab : ya dia jualan roti, kalau sampai tidak bagus kan bawa reputasi usahanya. Bwuahaha Pak Dosen, beraatt Pak! Namanya belajar otodidak dan belajar di kelas pasti banyak bedanya. Intinya, yang namanya belajar, pasti akan banyak hal baru yang didapat.

Hasil karya punya Pak Dosen. Memang beda kalau ahlinya yang bikin

Setiap hari selama 2 hari ini, para peserta membawa pulang hasil karya membuat roti. Dalam 1 hari, kami membuat 4 macam roti, dan per satu varian, kami membuat 3. Jadi jumlah roti yang kami bawa sebanyak 12 haha mabok roti dalam dua hari. 12 roti itu dalam satu hari saja ya. Besoknya membawa jumlah yag sama dengan varian yang berbeda. Karena kami sekeluarga akan pergi liburan, jadi roti yang saya bawa pulang, saya bagikan ke tetangga – tetangga. Dan dihari kedua, rotinya saya bagikan ke peserta kursus lainnya.

Roti yang dibawa pulang hari pertama

Yang membuat saya bangga dengan diri sendiri adalah, selama kursus dua hari ini saya paham apa yang dijelaskan dosen dalam bahasa Belanda. Bahkan saya ikut bertanya dan menjawab beberapa pertanyaan dari dosen dan peserta kursus lainnya. Dosen hari kedua, sudahlah ngomong Belandanya cepet, aksennya perancis. Duh puyeng. Saya sampai musti benar – benar konsentrasi penuh dengan apa yang dijelaskan. Jangan sampai meleng sedikit. Dan selama kursus 2 hari ini saya bersyukur memutuskan tidak jadi meneruskan mendaftar ke pendidikan 9 minggu. Lha dua hari saja terasa sekali capeknya. Berangkat sebelum jam 6 pagi, sampai rumah paling cepet jam 6 malam. Selama di kelas, tidak duduk sama sekali. Beda dengan kelas Patisserie di sebelah yang disediakan tempat duduk. Jadi selama 8 jam, duduk cuma 1/2 jam waktu makan siang dan waktu di toilet. Selebihnya berdiri. Tidak duduk karena memang sistem kerjanya berdiri wira wiri ngurusin resep, mencatat di papan, ngecek oven, sampai membuat adonan pakai tangan dan diajari pakai mesin.

Para peserta kursus. Foto sudah disepakati bersama boleh diunggah di media sosial (termasuk blog)

Akhir dari kursus, peserta mendapatkan sertifikat dan berfoto bersama. Pengalaman dan banyak ilmu yang saya dapatkan selama 2 hari kursus di Bakery Insitute. Juga mengenal peserta kursus dari bidang pekerjaan yang lain. Mereka baik sekali, kalau saya tidak paham, dijelaskan secara sabar pelan – pelan. Yang sekelas, cuma saya yang pendatang. Bahasa Belanda pun pas – pasan mentok yang lumayan bisa paham penjelasan dosen. Waktu sesi perkenalan, masing – masing menyebutkan umur dan bidang kerja saat ini. Karena saya mendapatkan urutan awal, saya PD sekali kalau saya akan masuk umur yang lumayan masih muda. Lha ternyata saat semua sudah memperkenalkan diri, ternyata saya masuk 3 besar paling atas umur yang tua hahaha. Terlalu PD dengan wajah sendiri.

Me time yang saya sukai ya salah satunya seperti ini. Belajar hal baru yang mudah – mudahan jadi jalan karier saya dimasa depan, yang dengan perasaan senang jadi pekerjaan yang saya serius geluti. Untuk tahun depan, saya sudah mendaftar 2 kursus, satu di Pattiserie dan satu Boulangerie di tempat yang sama. Tidak sabar ingin belajar di kelas lagi, menambah banyak ilmu baru lagi, dan bertemu dosen juga peserta kursus yang baru. Jadi, sampai dicerita kursus baking selanjutnya.

-9 Desember 2021-

Cerita Terkini – Merintis Usaha Dari Rumah – Berat Badan Turun 25kg

Perjalanan selanjutnya di Bakery Institute

Saya baru saja selesai belanja online buanyaakk banget tapi memang perlu untuk usaha yang baru saya rintis. Usaha yang masih kinyis – kinyis baru. Masih ada waktu sedikit sebelum kembali pada rutinitas harian, saya sempatkan untuk menulis blog. Ngakunya blogger kan ya, jadinya ya musti disempatkan nulis. Kalau saya bilang ke Tyke, biar blog ada isinya. Dipaksa nulis paling tidak seminggu sekali. Biar tidak kaku otak dan tangan.

Ini saya mau bercerita hal – hal yang pendek saja. Beberapa cerita yang terjadi sekitar 2 bulan terakhir. Paling tidak, banyak yang terjadi bulan Mei. Setelah saya pikir lagi, bulan Mei jadi mendadak produktif, beberapa tanpa direncanakan. Seperti mendadak kejadian baik datang bertubi.

– LULUS UJIAN PRAKTEK MENYETIR MOBIL

Ini sudah saya ceritakan secara rinci di postingan sebelum ini. Jadi, silahkan baca di sini ya. Yang pasti sekarang sudah lega, satu hal sudah selesai. Jadi punya banyak waktu untuk mengerjakan yang lainnya. Yang pasti lagi, dananya bisa dipakai untuk keperluan yang lain.

– LULUS INTERVIEW SEKOLAH PATISSERIE

Sejak pertengahan tahun lalu, saya sudah terpikir untuk sekolah Patisserie dan Boulangerie. Cuma, saya tahu diri waktunya yang belum berpihak. Saya masih sibuk sebagai seorang Ibu. Awal tahun ini, suami menanyakan apa saya masih minat sekolah. Saya jawab, tentu saja. Dia bilang tahun ini pekerjaannya lebih longgar, jadi bisa punya banyak waktu luang dengan anak – anak dan dia menyuruh saya untuk mendaftar sekolah. Saya cari jadwal yang cocok di website Bakery Institute, tempat yang saya pilih untuk sekolah karena punya program Carierre Switcher. Saya pengennya ke Boulangerie dulu baru ke Patisserie. Hanya tahun ini jadwal yang cocok untuk saya, Patiserrie. Setelah memikirkan panjang lebar dan sempat maju mundur karena sekolah ini intensif setiap hari selama 3 bulan, perjalanan PP 4 jam naik kereta, akhirnya saya mendaftar akhir April. Beberapa hari lalu saya interview dengan direktur sekolahnya dengan datang langsung ke sana.

Selama interview, lancar jaya dalam bahasa Belanda. Ya soalnya sekolahnya pun dalam bahasa Belanda. Setelahnya saya mendapatkan kabar kalau saya lulus interview. Yiayy Alhamdulillah. Selama proses interview tersebut, saya mendapatkan gambaran lebih jelas seperti apa sebenarnya nanti. Saya juga diperlihatkan modul belajar dan buku panduannya. Setelah dinyatakan lulus, justru saya berubah pikiran. Saya akhirnya memutuskan untuk ikut beberapa kursus di tempat yang sama, dengan dosen yang sama juga. Saya pikir, untuk kondisi saya saat ini, kursus lebih fleksibel waktunya dibandingkan sekolah. Toh bahan yang diajarkan sama dan dosennya pun sama. Bedanya, kalau selesai sekolah dapat diploma, kalau kursus dapat sertifikat. Kursusnya pun bisa memilih sampai tingkatan mana. Misalkan Patisserie, saya sudah mendaftar untuk tingkat pemula, menengah, dan master. Masing – masing 4 hari dan waktunya pun berbeda bulan. Untuk Boulangerie, saya sudah mendaftar fokus ke Sourdough, Croissant dan roti manis, dan roti perancis. Saya pikir, dengan kursus juga bagus untuk usaha yang baru saya rintis. Jadi tidak harus saya tinggalkan selama 3 bulan. Selamat datang perjalanan saya selanjutnya di kelas – kelas baking. Ini yang akan saya jadikan jalan karir saya selanjutnya. Siapa tahu kan ya dimasa depan bisa punya bakery sendiri di sini. Saya imani dan amini dulu. Dari tukang angka, sekarang jadi tukang roti dan kue. Masih berhubungan dengan angka.

– MERINTIS USAHA BARU DARI RUMAH

Saya sudah punya ancang – ancang untuk membuat serius kesenangan saya akan baking untuk dijadikan hal yang menghasilkan uang, terpikir sejak awal 2021. Cuma kapannya, saya belum tahu. Lalu, sekitar minggu kedua Mei, saya mengirimkan brownies ke seorang teman yang baru saja melahirkan. Dia lalu memberikan testimoni kalau brownies yang saya buat, enak sekali Dia langsung memesan satu brownies utuh. Bukan hanya sekali ini sebenarnya saya mendapatkan testimoni kalau hasil baking – an saya enak. Lalu ada beberapa saran, untuk diseriuskan saja sebagai sumber pendapatan. Lumayan kan, mengerjakan hobi dan mendapatkan uang. Bisa dikerjakan dari rumah pun.

Setelah teman saya memesan brownies, saya jadi mikir kenapa tidak sekarang saja ya saya jadikan serius. Toh bulan Juni ini waktu saya lebih longgar. Jadi memang waktunya sudah tepat. Lalu mulailah saya satu persatu mempersiapkan semuanya. Dari mendaftarkan ke KvK, jadi usaha saya sudah terdaftar resmi di Belanda. Lalu menyiapkan logo, membuat media sosial dsb. Singkat cerita, per 1 Juni usaha ini sudah bisa beroperasi. Saya pun sudah mulai mengulik sedikit demi sedikit media sosial dan memikirkan strategi marketingnya bagaimana. Ini juga dibantu Anis, Crystal, Ratih, Patricia, dan pastinya suami yang mendukung penuh usaha saya. Sebenarnya saya sudah menerima pesanan dari beberapa teman dan tetangga. Cuma karena packagingnya belum dapat semua, saya bilang kalau minggu depan mulai saya kerjakan pesanan mereka. Hahaha bakulan opooo iki durung siap. Nanti secara jelasnya, saya akan buatkan tulisan terpisah ya sebenarnya saya ini jualan apa. Yang pasti roti yang saya jual nanti adalah Sourdough Bread dan beberapa produk manisnya juga memakai Sourdough. Usaha saya namanya Sophie Bread & Sweets. Mohon doanya semoga lancar jaya ya usaha ini. Pelan – pelan sebisa mungkin tetap konsisten dan berkembang. Saya masih menyusun strategi bagaimana menyesuaikan dengan ritme sehari – hari sebagai Ibu dan Istri. Masih ngos – ngosan rasanya, tapi saya yakin pasti bisa.

– BERAT BADAN STABIL 55KG

Dari Agustus tahun lalu berat badan saya 80kg, sekarang sudah stabil 55kg. Jadi turun 25kg. Masih ingin sebenarnya menurunkan sampai 53kg. Tapi saya pikir 55kg pun sudah cukuplah, wong ini juga rasanya badan saya sudah terbentuk karena olahraga rutin dan menjaga pola makan. Jadi massa otot bertambah. Semua sudah mengecil sekarang. Dari pinggang, lengan, perut, paha. Bahkan perut saya berbentuk kayak model – model gitu hahaha. Serius ini. Nanti ya, saya ceritakan secara lengkap proses perjalanan bagaimana saya bisa sampai pada berat badan sekarang. Yang pasti, sekarang saya lebih bugar, lebih sehat, dan baju – baju lama sudah muat lagi. Bahkan tempo hari beli kaos, ukuran XS sini, masih terasa longgar di badan. Ini saya sertakan foto ya. Ceritanya menyusul di postingan tersendiri. Bagaiman, penampakan saya sekarang, ok kan? *bwuahaha PD Jaya.

– RENCANA LIBURAN

Meskipun pemerintah Belanda sudah memperbolehkan untuk liburan ke LN dengan syarat dan ketentuan berlaku, kami memutuskan tahun ini tetap liburan dalam negeri Belanda saja. Masih belum sanggup membayangkan keruwetan untuk liburan ke LN (naik pesawat). Kami berpikir, justru ini waktu yang tepat untuk menjelajah Belanda tanpa harus berbagi dengan turis dari LN. Masih sepi lah istilahnya. Jadi, kami sudah menyusun rencana untuk menjelajah dari satu museum ke museum lainnya, dari satu provinsi ke provinsi lainnya untuk menikmati alamnya. Belanda memang kecil, tapi kalau dijelajahi, banyak sekali tempat – tempat menarik yang cantik. Apalagi museumnya, ratusan untuk bisa disinggahi. Alamnya pun juga banyak yang bagus. Jadi, tidak akan habis kami menjelajah Belanda tahun ini.

– MATAHARI MULAI MUNCUL PANAS DAN BENDERANG

Belanda ini memang untuk ukuran cuaca, ekstrim sekali. Kalau panas, puanaaasss banget seperti Surabaya clekit – clekit di kulit. Kalau dingin dan berangin, waahh wassalaam dinginnya. Bagaimanapun juga, saya tetap senang kalau matahari muncul. Jadi lebih semangat beraktifitas. Jadi punya banyak waktu panjang di luar rumah. Padahal ya banyaknya tetap nongkrong di sekitaran kampung sini.

Begitu saja cerita saya terkini. Sehat – sehat yaaa kita semua.

-3 Juni 2021-

Memulai Perjalanan Bersama Sophie

Cerita Sophie

Perkenalkan, anggota terbaru keluarga kami yang lahir tanggal 25 Juli 2020. Kami menamainya, Sophie, si ragi alami. Sourdough atau Levain nama keren dari ragi alami.

Sophie saat hari ke 4 dibuat
Sophie saat hari ke 4 dibuat

Setelah berkutat belajar membuat roti menggunakan ragi segar sejak bulan Maret 2020 (pernah saya tuliskan di sini ceritanya) dan lumayan sudah agak pandai (agak ya, jadi masih ada beberapa kali kejadian error juga haha maklum pemula), akhirnya awal Juli saya mulai niat untuk mempelajari bagaimana cara membuat ragi alami. Momennya pas, mumpung cuaca mulai panas, jadi akan lebih mudah prosesnya dibandingkan saat masuk musim dingin.

Ragi alami bukan hal yang baru buat saya karena jauh sebelum Pandemi, Bude Tari (saya sertakan tautan akun IG Bude Tari di tulisan tentang belajar membuat roti) sudah sering berbagi foto dan cerita hasil rotinya menggunakan ragi alami. Saat itu, jangankan berpikir membuat ragi alami, berangan-angan membuat roti saja tidak pernah terlintas di kepala. Bahkan rekan-rekan satu grup saat awal pandemi sudah banyak yang mengikuti jejak Bude Tari. Sedangkan saya, santai saja. Lalu, saat sudah lumayan tahu seluk beluk dengan ragi segar, saya mulai penasaran tentang ragi alami. Saat mood sudah datang, lalu saya niat belajar langkah perlangkahnya

Sourdough Rustic Bread with Multigrain
Sourdough Rustic Bread with Multigrain
Sourdough Rustic Bread with Multigrain
Sourdough Rustic Bread with Multigrain

Langkah – langkah membuat ragi alami, saya belajar dari channelnya Helena. Saya sertakan tautannya di sini. Sebelum bereksperimen, saya putar berulang tutorial dari Helena tersebut. Saya pelajari dengan seksama sembari bertanya yang tidak saya pahami ke Bude Tari. Lima hari pertama, akhirnya sukses lahirlah Sophie. Setelahnya, karena saya mulai tahu sifat Sophie ini seperti apa, jadi memberi makannya pun sudah tidak mengikuti langkah yang Helena cantumkan, melainkan berdasarkan insting. Misalkan untuk ratio, saya sudah tidak memakai rasio lagi. Jadi setiap memberi makan, saya tidak memakai hydration 100%. Seringnya hanya 60%, jadi Sophie berbentuk seperti adonan kue, padat.

Sourdough roti tawar manis
Sourdough roti tawar manis

Saat biangnya sudah jadi, saya mulai mempelajari karakter Sophie ini seperti apa. Dia lebih suka kalau diberi makan campuran All Purpose Flour dan Rye Flour. Kalau orang lain bisa koleksi barang-barang bermerek, sejak Pandemi, koleksi saya adalah berbagai jenis tepung haha. Dari Patent Bloem, Patent Bloem Americans Type, Rye Flour, Speltmeel, Volkoren, Tarwebloem, Zelfrijzend bakmeel, dan Semolina. Itu saya pakai semua. Jadi kalau membuat roti, saya campur dua sampai 4 jenis tepung. Kalau untuk rustic bread, saya campur patent bloem, volkoren, speltmeel dan Rye. Tinggal padu padankan saja prosentasenya.

Cerita Sophie
Cerita Sophie

Kembali ke cerita Sophie, bersyukur sejak awal lahir sampai sekarang, tidak pernah rewel. Setiap dipakai membuat roti, hasilnya nyaris selalu berhasil. Ada masa Sophie sepertinya agak ngambeg jadi rotinya tidak maksimal terbentuk. Tapi secara keseluruhan, Sophie ragi yang baik. Kemungkinan besar karena selalu saya perhatikan dan diberi makan tepat waktu. Sama lah kayak Ibunya, kalau diperhatikan dengan baik dan makan tidak telat, hati selalu bahagia *cocoklogi :)))

Sourdough Multigrain Bread
Sourdough Multigrain Bread
Sourdough Multigrain Bread
Sourdough Multigrain Bread
Sourdough Multigrain Bread
Sourdough Multigrain Bread

Motivasi lain selain penasaran, suami juga sudah terbiasa makan Sourdough Bread sejak dahulu kala. Jadi sejak Pandemi, dia berhenti datang ke toko roti, akhirnya saya membuat roti sendiri dengan menggunakan ragi segar. Lalu saya bilang akan belajar membuat ragi alami. Wah, saat saya berhasil membuat roti yang biasa dia makan, gembiranya bukan main. Dia bilang roti buatan saya, jauh lebih enak dari Sourdough Bread yang biasa dia beli. Ah si Mas bisa saja. Kan jadi kembang kempis hidung saya.

Sourdough Pretzels
Sourdough Pretzels
Sourdough Pretzels
Sourdough Pretzels

Saya mulai sering mengutak atik resep yang menggunakan ragi biasa, saya transformasikan ke roti menggunakan Sophie. Lumayan berhasil dan gampang juga. Jadi Sophie ini saya gunakan bukan hanya untuk roti-roti ala Eropa, juga saya gunakan untuk roti-roti empuk ala Indonesia. Dalam satu minggu, saya menggunakan Sophie bisa 2-3 kali. Saya membuat roti hampir setiap hari.

Yang terbiasa menggunakan ragi instan atau ragi segar, begitu menggunakan ragi alami, akan diuji kesabarannya dengan lamanya waktu proofing. Biasa 2-3 jam adonan sudah ngembang (tergantung suhu ruangan), pakai ragi alami bisa 8-12 jam (bisa suhu ruang atau ditaruh di kulkas). Untungnya, saat awal mempunyai Sophie, sedang musim panas. Jadi tidak perlu mencari tempat khusus yang hangat. Satu lagi yang mungkin akan bikin kaget karena tidak terbiasa dengan ragi alami, yaitu rasa yang asam. Kalau untuk rustic bread, rasa asam malah membuat roti menjadi enak. Sedangkan untuk roti empuk dan manis, munculnya rasa asam yang membuat jadi tidak terlalu cocok, menurut saya. Jadi sekarang saya tahu, untuk jenis roti yang mana Sophie bisa digunakan. Satu yang masih membuat saya penasaran karena sampai sekarang masih belum bisa sempurna menghasilkan crumb yang besar pada rustic bread. Jangan patah semangat, suatu hari pasti bisa!

Sourdough Baguette
Sourdough Baguette

Sejak belajar ilmu membuat roti menggunakan ragi alami, saya juga banyak tahu kosakata baru, misalkan : hydration, laminating, stretch and fold, oven spring, open crumb, dll. Jadi makin banyak yang dipelajari, makin tahu dan menarik sekali ilmu ragi alami.

Saya masih pemula sekali untuk urusan ragi alami ini. Saya juga banyak belajar dari teman-teman yang berkutat dengan ragi alami, belajar dari beberapa orang di twitter, tidak sungkan bertanya jika tidak tahu. Apapun itu, yang membuat rasa penasaran saya bisa tertuntaskan. Biasanya setiap bereksperimen dengan Sophie, hasilnya akan saya bagikan (baca : pamerkan) di akun twitter dan FB beserta keterangan, misalkan tepung apa saja yang dipakai, hydration berapa % dan yang lainnya. Saya juga sangat senang kalau bisa berdiskusi tentang ragi alami. Unik sih ragi alami ini, polanya bisa berbeda tergantung suhu, makanan, dan suasana hati pemiliknya haha.

Sourdough Chocolate Cookies with Sea Salt
Sourdough Chocolate Cookies with Sea Salt

Semoga suatu hari nanti ada kesempatan sekolah untuk memperdalam ilmu dibidang membuat roti dan kue. Semoga terbuka jalan ke sana. Sekian cerita saya mengisi waktu, supaya hidup selama pandemi tidak hanya goler – goler saja (walau pada kenyataannya, ya lebih sering goler-goler dibandingkan produktif haha). Semoga Sophie hidup sejahtera bersama kami.

Penampakan Sophie saat ini, tidak terlalu cair lagi.
Penampakan Sophie saat ini, tidak terlalu cair lagi.

-28 September 2020-

Klepon Cake

Klepon Cake

Orang Indonesia memanglah kreatifitasnya tak perlu diragukan. Saya sampai takjub. Ini spesifik ngomentarin kreatifitas dalam hal makanan. Ada saja idenya. Ya walaupun saat ini hanya dalam angan saya semata perkara rasa makanan-makanan yang banyak bermunculan, setidaknya bisa memberi hiburan buat saya yang suka nonton vlog kulineran.

Beberapa waktu lalu suami ulangtahun. Sejak jauh hari saya sudah berniat mau membuat taart sendiri. Ya sebenarnya antara niat tak niat karena faktor takut gagal. Terakhir membuat taart ulangtahun saat keponakan di sini merayakan ulangtahun ke 5. Sukses saat itu, semua suka. Setelahnya saya malas berhubungan dengan kue ulangtahun. Mending pesan atau beli jadi sajalah, tidak ruwet. Tahun ini kok makbedundug ingin membuat taart untuk ulangtahun suami. Efek mendekam di rumah.

Klepon Cake

Setelah bertapa beberapa lama, saya memutuskan membuat kue yang (pernah atau masih) fenomenal di Indonesia. Klepon Cake. Saya tahu fenomenal ya dari YouTube. Saya pikir wah ok juga nih kalau dijadikan kue ulangtahun. Bisa dibagi ke tetangga – tetangga dan para saudara. Pasti unik rasanya buat mereka. Lalu bersemangatlah saya mencari resep-resepnya. Langsung mules begitu tahu resepnya menggunakan emulsifier untuk telor yang tidak banyak. Masalahnya, saya tidak punya emulsifier. Bisa saja tanpa emulsifier tapi kuning telor yang digunakan alamak banyaknya, sampai 18 kuning telor. Langsung meriang membayangkan semisal gagal. Bisa nangis meraung-raung di pojokan rumah. Saya sampai konsultasi dengan Mita di twitter. Ingin cari jalan supaya tidak terlalu rumit perkara telur ini. Lalu detik-detik menjelang hari ulang tahun suami, terpecahkanlah permasalahan telur. Saya konsultasi dengan salah satu teman yang tinggal di Belanda juga dan dia jago membuat kue. Saya konsultasi lewat FB. Konsultasi lintas platform media sosial.

Klepon cake ini printilannya banyak jadi langkah pengerjaannya pun panjang. Membuat dasar kue, membuat unti, membuat frosting, lalu membuat klepon. Kuenya saya menggunakan resep dari channel Emma’s Goddies. Hanya ada sedikit modifikasi, yoghurt saya ganti santan dan adonan ditambahi pasta pandan. Sedangkan frostingnya saya menggunakan resep Farah Quinn dengan takara gula saya kurangi 50% dari resep asli. Unti resep dari Ibu : kelapa, susu, gula merah, vanilla, dan sedikit garam.

Klepon Cake

Untuk pemula, ya lumayanlah jadi juga membuat kue yang fenomenal di Indonesia. Lucu juga ya, klepon cake. Masih terkagum dengan kreatifitas orang Indonesia. Meskipun belum sempurna karena bagian atasnya masih menggelembung. Setelah konsultasi dengan Mita dan Kak Timmy di Twitter, disinyalir karena adonan terlalu banyak saat memanggang. Mustinya dibagi dua. Atau suhu oven yang terlalu panas. Bisa diturunkan 10 derajat celcius dari resep asli.

Klepon Cake
Klepon Cake

Saat dibagikan ke para tetangga dan para saudara, testimoni dari mereka positif. Katanya rasa kuenya unik karena ada kelapa manis dan kelapa kering. Mereka juga suka frostingnya, beraroma pandan. Lalu mereka kaget saat makan kleponnya, tidak menyangka ada gula merahnya. Saya memang sengaja tidak memberitahu perihal gula merah. Kejutan buat mereka. Ah senangnya, pertama kali membuat Klepon Cake langsung suka semua. Suami apalagi, dia sampai nambah-nambah makan cake ini. Ada satu kerabat yang datang ke rumah dan mencicipi klepon cake, setelahnya dia memesan dibuatkan untuk ulangtahunnya bulan depan. Lah, langsung kesengsem si klepon haha.

TUMPENGAN

Seperti biasa kalau ada yang perlu dirayakan, tumpengan tidak pernah absen. Dan seperti biasa juga, karena tidak punya cetakan khusus, jadi bentuk tumpengnya ya sesuai cetakan yang ada saja.

Tumpengan Ulang tahun
Tumpengan ulangtahun

Tahun-tahun sebelumnya, setiap suami berulangtahun, kami pasti mengadakan acara di rumah dengan mengundang tetangga dan seluruh saudara. Tapi tahun ini keadaan berbeda, kami masih belum berani dalam satu ruangan dengan banyak orang, terutama karena ruangan di rumah yang ukurannya tidak terlalu besar. Jadi tidak banyak ruang buat jaga jarak. Mau membuat acara di halaman belakang, terlalu riskan juga dengan cuaca Belanda yang susah ditebak. Lha ndilalah pas hari H ternyata hujan deras. Akhirnya diputuskan tahun ini absen dulu membuat acara yang mengundang banyak orang di dalam rumah. Demi keselamatan bersama ya, saling jaga. Jadilah masakan dan kue kami hantarkan ke rumah masing-masing. Untungnya semua dekat, bisa ditempuh dengan sepeda.

Beberapa yang dihantarkan

Semoga suami selalu sehat, berkah hidup dan langkahnya, diberikan umur panjang dengan bahagia dan selalu menikmati suka duka yang ada. Semoga langgeng terus sekeluarga.

Klepon cake dan tumpengan

-17 Juli 2020-

Rekap Baking Challenge Bulan Juni 2020

Baking Challenge June 2020

Seru juga ikut Baking Challenge yang digagas oleh Mbak Yoyen. Lebih lengkapnya bisa dibaca di blog Mbak Yoyen mengenai baking challenge ini. Ada dua roti yang pertama kali saya buat. Kok ya, dua duanya selama ini saya hindari karena alasan tertentu. Nanti saya sebutkan alasannya kenapa. Ok, saya akan tuliskan rekapan per minggu apa saja yang sudah saya buat.

MINGGU PERTAMA – ROTI SOBEK PANDAN

Minggu pertama, saya tidak membuat roti sobek pandan karena seminggu sebelum challenge ini dimulai, saya sudah membuatnya. Jadi saya hanya setor foto. Adonan rotinya saya menggunakan adonan Brioche. Jadi super lembut dan wangi butter nya saat dipanggang, kuat sekali. Brioche salah satu favorit di rumah karena lembut dan wangi butter.

Resep dasarnya saya adaptasi dari blog Passion for baking. Hanya yang saya buat ini sudah diotak atik berdasarkan beberapa kali percobaan karena tepung yang saya pakai tidak sebanyak yang diresep. Jenis tepungnya pun beda. Saya menggunakan Patentbloem (all purpose flour) ditambahi sedikit bubuk gluten. Jadi yang lain-lain juga menyesuaikan. Roti sobek pandan yang saya buat ini isinya keju dan meses.

Roti sobek pandan
Roti sobek pandan
Roti sobek pandan

MINGGU KEDUA – FOCACCIA GARDEN

Minggu kedua, Focaccia Garden. Sebelum membuat Focaccia Garden, saya sudah tiga kali membuat focaccia dengan hiasan rosemary dan bawang putih. Yang saya suka dari Focaccia adalah rasa gurih dan kaya akan olive oil. Setiap membuat Focaccia, pasti boros Olive oil.

Focaccia Garden
Focaccia Garden
Focaccia Garden

Resep dasar Focaccia dan cara membuatnya, saya sudah cocok dengan yang ditulis (dan ada di YouTube) di blog Just one bite please. Menggunakan metode poolish, menurut saya tidak terlalu ribet malahan. Cuma tarik dan lipat saja. Waktu proofingnya memang jadi agak lama.

Hiasan untuk Focaccia Garden ini saya menggunakan bawang merah, bawang putih, seledri, rosemary, paprika, cabe merah besar, tomat, irisan kulit jeruk nipis, pistachio, bawang daun, dan olive.

Focaccia Garden
Focaccia Garden

Untuk yang suka rasa gurih, bisa-bisa kalap saat makan Focaccia. Kami serumah doyan ngegado Focaccia.

MINGGU KETIGA – CINNAMON ROLLS

Nah, ini salah satu yang selalu saya hindari sejak belajar membuat roti hampir 4 bulan ini. Saya agak ngeri dengan gula ditabur dan tidak terlalu suka aroma kayu manis dicampur dalam roti. Tapi karena ada dalam salah satu tantangan, jadi saya singkirkan rasa tidak terlalu suka tersebut.

Cinnamon Rolls
Cinnamon Rolls
Cinnamon Rolls
Cinnamon Rolls

Resep roti dan frostingnya saya adaptasi dari blog Ambitious Kitchen. Anis yang memberitahu saya tautan tersebut. Anis masternya bikin Cinnamon Rolls, jadi saya (mencoba) percaya haha. Kata kuncinya : kata Anis rasanya tidak terlalu manis. Jadi saya langsung mencoba resep yang ada di blog tersebut. Yang saya modifikasi adalah tepungnya. Saya menggunakan patentbloem (all purpose flour) dan Speltmeel (tepung teraja. Masih satu keluarga dengan tepung gandum). Prosentasenya, tepung teraja hanya 25%. Lalu takaran gulanya saya kurangi. Yang agak PR dari resep ini adalah saya harus mengconvert semua ukurannya dalam bentuk gram. Walhasil agak lama diawal.

Cinnamon Rolls
Cinnamon Rolls

Campuran kayu manis dan gulanya selain saya tabur di dalam adonan roti, juga saya taburkan di pinggan. Jadi saat dipanggang, bagian bawah rotinya juga ada rasanya nanti saat dimakan. Menunggu Cinnamon Rolls matang, seisi rumah aromanya sudah seperti toko kue. Harum sekali dengan aroma kayu manis.

Waktu yang mendebarkan pun tiba, mencicipi hasilnya. Saya takutnya pada ga doyan karena aroma kayu manis dan mungkin terlalu manis. Ternyata di luar dugaan, semua suka. Sekali makan, 6 potong langsung habis. Saya cuma mencicipi saja. Lidah saya masih terlalu susah untuk makan roti yang manis seperti ini. Unsur Jawa Timurnya masih terlalu kuat. Frostingnya juga saya suka, pas dengan yang saya inginkan tidak terlalu manis dan rasa kejunya dapat. Frostingnya menggunakan adonan cream cheese.

Cinnamon Rolls
Cinnamon Rolls

Sebagai pemula, lumayan ok lah ini hasil saya membuat Cinnamon Rolls, dari segi rasa dan tekstur. Dalam dua hari, 12 potong tandas tak bersisa.

MINGGU KEEMPAT – BAO BUN

Sewaktu membaca ada Bao Bun di unggahan Mbak Yoyen, saya tidak terlalu ngeh, Bao Bun itu apa. Apa bedanya dengan Bapao ya. Membuat Bapao saja selama ini selalu saya hindari karena dengar-dengar agak tricky.

Sebelum membuat Bao Bun, saya cari di YouTube mana yang sekiranya gampang. Lalu pilihan saya jatuh menggunakan resep Marion’s Kitchen. Saya pelajari dengan seksama langkah-langkahnya, bagaimana cara mengukusnya. Setelah dipraktekkan, ternyata tidak sesusah yang saya bayangkan. Hanya saja, kulitnya tidak semulus yang dia punya. Ah tak apa, yang penting tidak bantat.

Bao Bun
Bao Bun

Sebelum eksekusi, saya juga sempat konsultasi dengan Dila di twitter tentang bagaimana dan berapa lama mengukusnya. Asli, dari keempat tantangan, yang terakhir ini paling bikin deg-deg an. Lalu Dila bilang kalau sisa adonannya dibuat Bapao. Wah ide cemerlang juga. Jadi satu resep bisa dibuat dua macam. Saya akhirnya mengekor langkah Dila.

Bapao

Isian Bao Bun : Ayam fillet bumbu kebab saya tambahi berbagai macam saos. Rasanya gurih. Lalu sayurnya saya pakai bayam, wortel, diberi daun koriander, dan ditaburi wijen. Isian Bapaonya sama dengan ayam bumbu saos.

Sewaktu membuat Bao Buns, cuaca di Belanda sedang panas-panasnya, sampai 30 derajat celcius. Saya membuat Bapao 9 buah dan Bao Buns 6 buah, semua ludes tandas tak bersisa saat makan malam. Saya hanya makan 3 Bao Buns.

Melihat antusias para pasukan, jadi saya berencana membuat Bao Buns dan Bapao lagi minggu depan. Awalnya males-malesan, sekarang malah ketagihan haha.

Makan malam Bao Bun dan Bapao

Selesai juga tantangan selama 4 minggu di bulan Juni. Seru sekali, saya jadi kenal satu orang di twitter yang ikut tantangan ini juga (selain Dila), yaitu Mita. Wah Mita ini jago membuat kue. Saya sampai konsultasi di twitter cara membuat kue ulangtahun. Dijelaskan sejelas mungkin oleh Mita. Akun IG Mita @Pramitayaa. Senang karena tantangan baking jadi menambah kenalan baru.

Selamat berakhir pekan!

-27 Juni 2020-

Belajar Membuat Roti

Belajar Membuat Roti

Baking is not my thing. Kenapa? karena harus patuh dan saklek dengan takaran, tidak bisa seperti memasak yang kalau kurang rasa bisa ditambahkan bahan tanpa takaran. Terus terang selama ini kalau memasak saya tanpa takaran. Pakai feeling saja. Sedangkan kalau membuat roti atau kue kan tidak bisa seperti itu. Makanya saya paling males berurusan dengan oven untuk membuat kue atau roti. Jarang sekali malahan. Oven seringnya dipakai untuk urusan yang berhubungan dengan memasak. Setahun palingan hanya 2 kali saya membuat kue. Membuat roti? Duh ya ngapain bikin sendiri wong membeli di toko kue atau supermarket lebih gampang. Apalagi rumah kami dekat ke toko roti.

Itu cerita sebelum 3 bulan lalu. Saat itu belum terpikir sama sekali kalau keadaan yang akhirnya membuat saya “terpaksa” untuk belajar membuat roti. Pandemi. Terakhir saya ke pusat perbelanjaan yang dekat rumah, 13 Maret 2020. Nyaris 3 bulan lalu. Setelahnya sampai saat ini, kami memutuskan untuk berbelanja mingguan online, sudah tidak pernah ke Supermarket fisik lagi (kecuali suami masih beberapa kali ke supermarket retail). Intinya kami menghindari pusat keramaian, termasuk toko roti. Permasalahannya adalah, anggota keluarga lainnya (kecuali saya), nyaris setiap hari makan malam dengan roti. Lah kalau tidak ke toko roti, bagaimana dengan makan malam? sedangkan belanja mingguan online hanya datang setiap akhir pekan, itupun harus berjuang ekstra untuk mendapatkan slot.

Akhirnya saya bilang suami, ok aku akan belajar untuk bikin roti sendiri. Suami nanya : tepung apa yang kamu butuhkan, biar aku belikan di supermarket retail. Saya terdiam sesaat, karena tidak tahu tepung apa untuk roti. Pengetahuan saya tentang roti nul putul.

Beberapa roti empuk yang pernah saya buat

KEBERADAAN TEPUNG DAN RAGI MENJADI LANGKA

Sewaktu kami terakhir ke Supermarket, sempat iseng-iseng melihat tepung terigu. Lho kok semua habis. Stok ragi pun habis. Kami sempat ke toko turki, ada beberapa pak sisa tepung terigu. Saya ambil 2kg. Waktu itu juga tidak berpikir tepung terigu ini buat apa. Asal ambil saja, latah. Sampai rumah, saya ternyata punya satu wadah ragi. Keesokan harinya, isenglah saya mulai membuat roti isi. Resep awal cari di YouTube. Di tutorialnya dijelaskan untuk mengetes raginya aktif atau tidak. Namun saya lewatkan bagian ini. Walhasil, dengan keterbatasan pengetahuan ditambah kengeyelan yang hakiki, roti pertama yang saya buat bantet sodara-sodara. Miris. Tapi kok ya habis aja dimakan. Entah orang-orang memang senang rasanya atau memang saking laparnya.

Setelah itu, suami dengan inisiatif yang tinggi, ke supermarket retail. Pulangnya dia dengan bangga bilang sudah beli tepung dan ragi. Tapi saya belum melongok. Baru sempat lihat ke pantry, lah saya langsung ketawa ngakak. Dia beli tepung terigu (terwebloem) 25kg. Gawe oppooo tepung sak mene akehe. Dipikir aku arep luluran tepung ta piye. Dia bilang, yang kemasan kecil tidak ada. Hanya kemasan 25kg tersisa beberapa karung. Selain itu, dia juga beli tepung gandum utuh 10kg. Dan satu lagi, dia beli ragi fresh 1kg. Cleguukkk. Ragi 1kg ini buat dicamilin ta yok opo. Antara ngakak juga berpikir keras, haduh piye iki. Akhirnya saya bagi-bagi ke beberapa teman yang memang kesusahan mendapatkan terigu dan ragi. Mengurangi rasa bersalah karena punya terigu dan ragi banyak. Dua benda ini sangat langka saat Maret dan April. Saat ini sudah mulai ada lagi meskipun ya belinya musti tahu diri. Jangan sampai menumpuk.

Focaccia dan Brioche salah dua favorit di rumah
Focaccia dan Brioche salah dua favorit di rumah

BELAJAR TENTANG JENIS TEPUNG

Diantara puyeng bagaimana harus memulai membuat roti, bersyukurnya saya ada grup WhatsApp yang anggotanya suka berbagi ilmu tentang dunia per-roti-an. Ini grup kecil sih hanya beberapa orang saja yang kebanyakan tinggal di Belanda, ada yang tinggal di Perancis, Belgia, Indonesia, dan Scotlandia. Bahkan mereka sudah canggih membuat roti menggunakan ragi alami. Saya kelas ragi fresh. Akhirnya saya mulai serius belajar tentang tepung dari grup ini. Selain itu saya juga mulai sering membaca artikel-artikel tentang tepung dan memperbanyak mencari sumber-sumber terpercaya di YouTube. Kalau ada yang tidak paham, saya langsung tanyakan di grup.

Sejauh ini, grup inilah yang banyak membantu saya dari nol putul tentang tepung dan roti, sekarang perlahan menjadi sedikit mudeng. Teman-teman di grup TaBas (Tahu Bakso) sangat membantu. Khususnya buat Bude Tari, yang tetap telaten menjelaskan apapun kebingungan saya. Beliau sejak bertahun-tahun sudah konsisten membuat roti sendiri, bahkan menggunakan ragi alami. Sebagai informasi, di Belanda jenis-jenis tepungnya agak membingungkan saya, saking banyaknya. Ini diluar tepung yang sudah berkawan akrab dengan saya macam tepung beras, tapioka, ketan, terigu, dll. Beda dengan di Indonesia yang tepung terigunya ada spesifikasi yang jelas : terigu protein tinggi, sedang, dan rendah. Nah di Belanda tidak ada yang seperti itu. Tidak ada pembagian yang jelas. Jadi ya dicoba dan dilihat sendiri kandungan proteinnya di tiap kemasan. Tapi, setiap merek kandungan proteinnya bisa jadi berbeda. Nah, nanti sejalannya waktu dan sudah banyak mencoba, jadi tahu tepung mana yang cocok untuk membuat roti.

Sandwich dan Burger buatan sendiri, Bun juga buat sendiri
Sandwich dan Burger buatan sendiri, Bun juga buat sendiri

Jenis tepung yang selama ini pernah saya gunakan untuk membuat roti adalah : Tarwebloem (basic flour), Patentbloem (all purpose flour), Volkoren (tepung gandum utuh), Semolina, Speltmeel, dan Zelfrijzendbloem. Pusing ya membaca deretan jenis tepungnya. Ini masih sebagian kecil dari banyak jenis-jenis tepung di sini. Paling tidak, dari tepung-tepung tersebut saya jadi tahu mana yang cocok untuk jenis roti apa. Saya sih tidak rewel, mau membuat roti tergantung persediaan tepung yang ada saja di rumah. Tinggal campur-campur sesuai prosentase proporsi, lalu ditambahi bubuk gluten untuk menaikkan kadar gluten sehingga adonan bisa kalis dengan bagus. Bubuk gluten pun selama ini masih belum sempat beli. Dapat donasi dari Anis.

ULENI TANGAN DARIPADA MESIN

Persoalan tepung sudah lumayan terlewati, meskipun sampai sekarang saya tetap tekun membaca dan menyimak diskusi tentang tepung. Menarik. Orang lain koleksi tas bermerek, saya koleksi jenis-jenis tepung. Selalu tertarik mencoba kalau tahu ada jenis tepung yang baru dipelajari.

Dua bulan pertama membuat roti, saya konsisten menguleni dengan tangan, manual. Saya tidak punya mixer khusus roti atau mesin pembuat roti. Saya punya mixer sih, tapi bukan khusus untuk adonan roti. Ya mixer biasa. Frekuensi saya membuat roti, hampir tiap hari. Dalam seminggu, mungkin hanya dua hari menu makan malam selain roti. Selebihnya, tetap ngeroti. Kalau ada yang tahu saya menguleni pake tangan, pasti terkedjoet. Menurut mereka, hebat bisa telaten menguleni tanpa bantuan mesin. Padahal menurut saya, sejauh ini sangat menyenangkan menguleni pakai tangan. Sambil ngelamun, tahu-tahu adonan sudah kalis. Saya kalau menguleni tidak pernah lama. Paling lama 15 menit. Tapi 10 menit sudah cukup. Pernah nyoba sampai 30 menit saat adonan Brioche yang memang lengket sekali.

Sebulan lalu, saya kepikiran untuk membeli mixer, penasaran apa bedanya mengadon dengan manual tangan. Bertanya-tanya di grup, disarankan untuk membeli Den Bosch yang memang khusus untuk mengadon roti. Bukan Stand Mixer. Tipe yang saya beli adalah Bosch Keukenmachine Universal Plus MUM6 N11. Dari review yang saya baca dan lihat di YouTube, produk ini bagus dan memang khusus untuk membuat roti. Lebih direkomendasikan dibandingkan stand mixer, jika kebutuhannya digunakan setiap hari (atau untuk jualan). Dila menanyakan ini, jadi sekalian saya cantumkan di sini.

Akhirnya, sebulan ini saya sudah punya mesin mengadon roti. Walaupun begitu, baru tiga kali saya menggunakannya, saat itu sedang repot mengerjakan beberapa hal, jadi mesin ini sungguhlah membantu. Saya puas menggunakannya. Selebihnya, saya masih setia mengulen pake tangan. Entahlah, ada kepuasan tersendiri kalau menguleni sampai kalis. Dan tangan menyentuh adonan dari yang awalnya lengket sampai menjadi kalis, itu rasanya menyenangkan. Puasnya tidak bisa digambarkan.

JENIS ROTI DAN SUMBER BELAJAR

Selama 3 bulan ini, jenis roti yang saya buat lumayan beragam. Dari roti empuk manis ala Indonesia, rustic bread, beberapa roti Italia, Roti perancis, dan beberapa roti lainnya. Saya membuat roti bukan hanya sekedar untuk mencoba rasa ingin tahu, tapi yang lebih penting apakah yang memakan akan doyan apa tidak. Pasokan rustic bread untuk suami selalu bisa terpenuhi. Untuk makan malam, bisa terakomodasi. Semua aman dan senang. Roti tawar juga begitu. Semua jenis roti yang selama ini kami beli, sejauh ini saya bisa membuatnya.

Karena tiap hari selalu mengotak atik resep roti dan banyak belajar, sekarang lumayan PD membuat formula roti sendiri, memadu padankan metode, trial and trial, mengkombinasikan isi, mengkombinasikan biji-bijian yang akan dimasukkan dalam roti, mengkombinasikan tepung, belajar membuat bentuk-bentuk roti lebih bervariasi, dll. Intinya selalu merasa ingin belajar lebih baik lagi. Sempat terpikir untuk membuat serius tentang roti ini dengan cara ambil kursus atau sekolah. Tapi nanti saja kalau keadaan sudah aman. Sekarang belajar otodidak dulu.

Variasi rustic bread dan roti tawar
Variasi rustic bread dan roti tawar

Kalau sumber belajar, saya lebih banyak dari YouTube karena langsung bisa melihat caranya. Tapi saya juga rajin membaca blog-blog para pembuat roti. Selain itu, saya juga beberapa kali nanya-nanya ke Dila di twitter yang berhubungan dengan Roti. Kami lagi seru-serunya belajar tentang roti. Pengalaman Dila bisa dibaca di sini.

Beberapa sumber ini yang saya sering lihat untuk mencari ide dan belajar :

  • Bake With Jack. Yang menyarankan Channel ini, Bude Tari. Ternyata memang benar, cara penyampaiannya simpel dan enak buat dijadikan bahan belajar buat pemula macam saya.
  • Apron. Ini untuk cari-cari ide roti lembut.
  • Cook Kafemaru. Ini sama kayak Apron karena base nya sama dari Jepang.
  • Kalau yang punya IG, bisa ditengok akun IG nya Bude Tari @pawone_tari. Sering dibagi resep-resep roti (dengan ragi alami, ragi instan, maupun ragi fresh) dan informasi apapun sehubungan dengan memasak dan membuat roti juga kue. Saya satu grup dengan Bude Tari.
  • Weekendbakery. Awal-awal belajar membuat roti juga dari sini.
  • Karena saya tidak punya akun IG, jadi yang sering saya buka ya YouTube dan blog. Sebenarnya ada beberapa lagi sumber belajar dan ide, tapi kok mendadak lupa. Nanti kalau ingat, saya tambahi lagi. Intinya di YouTube banyak banget sumber yang bisa dibuat belajar. Saya juga berbagi informasi dengan beberapa teman di FB.

TANTANGAN BARU

Ingin menantang diri sendiri untuk belajar tentang Sourdough. Nanti tapi kalau sudah mood dan ragi fresh yang saya punya tinggal sedikit. Sebenarnya sekarang saat yang tepat. Mumpung cuaca menghangat. Jadi, mari niatkan.

Sekarang saya ingin mengikuti Baking Challenge yang diadakan Mbak Yoyen di blognya. Semoga konsisten.

Belajar membuat roti
Belajar membuat roti

Lho, panjang juga ya cerita saya kali ini. Semoga tidak bosan membaca. Mumpung niat menceritakan awal mula belajar membuat roti. Apakah mulai bosan? Sejauh ini, belum. Mudah-mudahan tidak, karena saya senang saat mereka doyan sekali makan roti buatan saya lalu muncul komentar : Lekker, Heerlijk sampai dicium2 pipi saya haha terharu. Belum lagi mencium aroma roti yang sedang dioven, menyenangkan, menenangkan, dan membahagiakan. Keseluruhan proses membuat roti, sangat saya nikmati. Kepuasaan karena bisa membuat sendiri semua roti yang kami konsumsi selama ini, tidak ada duanya.

-2 Juni 2020-