Bersyukur

Bersyukur dengan segala kesusahan yang ada dalam hidup kita, yang selalu kita hadapi, karena dengannya maka kita belajar untuk menjadi dewasa.

Bersyukur atas segala kesulitan karena Dia sudah menjanjikan setelah kesulitan akan ada dua kemudahan.

Bersyukur atas segala yang kita tidak punya. Kalau kita memiliki semuanya, lalu apa lagi yang akan kita cari? Karenanya kita akan berusaha lebih keras, berikhtiar lebih kencang dengan jalan yang benar untuk mendapatkan apa yang kita butuhkan.

Bersyukur bahwa Dia tidak mengabulkan setiap doa dan keinginan yang kita panjatkan, karena Dia lebih mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Ada kalanya Dia tidak selalu memberikan yang kita minta, dan mengganti dengan yang lebih baik, atau menunggu saat yang tepat kapan doa akan dikabulkan.

Bersyukur atas segala ketidaktahuan kita, karenanya kita akan mempunyai kesempatan setiap saat untuk selalu belajar dan menambah ilmu.

Bersyukur akan kesalahan yang telah kita perbuat, karenanya kita belajar untuk memperbaiki dan menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.

Bersyukur saat kita terjatuh, karenanya kita merasakan sakit dan belajar untuk bangkit.

Bersyukur dengan semua ujian yang telah Dia hampirkan dalam kehidupan kita, karenanya kita menjadi lebih yakin bahwa Dia tidak akan menguji umatNya melebihi kemampuan yang dimiliki.

Bersyukur atas hal-hal baik sangat mudah kita lakukan. Namun bersyukur atas segala kesulitan yang dihadapi membutuhkan keikhlasan hati.

Mari sama-sama untuk belajar bersyukur atas segala kesulitan yang dihadapi, daripada terus menerus meratapi. Semoga lebih membawa berkah dalam setiap Hamdalah yang terucap diantara iringan doa.

Seseorang mengatakan : Percaya saja, Tuhan menggengam semua doa. Lalu dilepaskanNya satu persatu disaat yang paling tepat.

http://raosanfikri.blogspot.nl/2014/06/awali-doa-dengan-bersyukur.html
http://raosanfikri.blogspot.nl/2014/06/awali-doa-dengan-bersyukur.html

-Den Haag, 27 Agustus 2015-

Featured Image dari http://wiwihhasim.blogspot.nl/2014/08/mengeluh-atau-bersyukur.html

Tulisan yang Terpilih untuk Menang – Kejutan Akhir Tahun yang Menyenangkan

Ini tentang cerita sebuah kejutan manis menjelang akhir tahun. Tadi malam sekitar jam 10, seperti biasa menjelang tidur saya menjelajah Twitter, karena social media ini seringkali membuat saya jadi gampang mengantuk, pengganti buku walaupun fungsinya tidak sepenuhnya bisa menggantikan buku. Mata terpaku pada salah satu akun yang saya follow . Jia Effendie, salah seorang penulis buku, pencerita, penulis puisi, pembaca puisi, dan editor yang memang saya kagumi tulisannya sejak dia mempunyai blog di Multiply. Bahkan saya juga pembeli setia buku-bukunya. Mungkin saya pernah menceritakan sebelumnya kalau saya itu penggila puisi dan cerita pendek. Saya penikmat puisi dan sangat menikmati waktu, ketika bermain dengan kata-kata. Iya, saya adalah pencinta aksara yang terjalin menjadi sebuah cerita. Karenanya saya sangat jatuh cinta dengan Bahasa Indonesia. Ah, mari kembali lagi ke bahasan utama, melantur terlalu panjang. Jadi, tadi malam Jia mengumumkan semacam sayembara : membuat tulisan tentang Menemukan Teman Hidup diblognya. Saya membaca persyaratannya, ternyata tidak sulit. Tulisan ditunggu sampai jam 12 malam. Mata menahan kantuk, tapi saya penasaran ingin ikut. Saya buka laptop, lalu perlahan mengotak-atik tulisan lama yang pernah diposting juga diblog ini tentang “301113 – Masa Dimana Semuanya Bermula. Setelah otak-atik sebentar, saya kirim, lalu tidur. Tidak berharap banyak akan menang, karena saya tahu selera Jia akan sebuah tulisan sangatlah tinggi. Jadi niatnya iseng, lumayan kalau bisa nambah teman.

Sekitar jam 2 dini hari saya terbangun, seperti biasa waktunya ngobrol sama suami. Resiko LDR beda benua salah satunya harus semacam jadi Hansip di Pos Ronda, terjaga sampai dini hari. Saya melihat ada email yang masuk. Begitu saya buka, tarraaa!! Ternyata tulisan saya yang menang. Waahh, senangnyaa! Padahal saya membaca tulisan-tulisan lainnya juga tidak kalah bagus. Alhamdulillah 🙂

Saya akan mendapatkan hadiah sebuah buku dari Winna Efendi berjudul Happily Ever After. Seperti biasa, hadiah buat saya adalah bonus. Melihat nama terpampang itulah rasa yang sangat luar biasa. Seperti pengakuan akan sebuah karya.

Dan ini bukan kali pertama saya menang semacam kuis yang berawal dari Twitter, dan semuanya memang selalu berhubungan dengan tulisan. Awal saya mulai aktif di Twitter, sekitar 2009, menang kuis pertama kali dari Detik, membuat tulisan tentang liburan. Saya menang payung, mug, kaos, buku, dan pulpen. Setelahnya ikut kuis-kuis yang berhubungan dengan menulis puisi dan cerpen, sampai beberapa tulisan saya termuat dalam beberapa buku tentang antologi cerpen dan puisi. Saya pernah menuliskan ceritanya disini. Dan sekarang, tulisan saya menang lagi. Senangnya bukan main 🙂 Selain Twitter, saya juga pernah menang kartu pos lewat Instagram. Jadi, social media tidak selalu menyebalkan. Hubungan saya dengan Twitter dan Instagram serta Blog sejauh ini yang paling menyenangkan. Lumayan bisa mengumpulkan pernak-pernik hadiah, bahkan sampai bisa membuat buku juga berawal dari social media.

Namun impian besar saya tetaplah sama. Mempunyai buku berisi hasil karya sendiri, bukan antologi. Buku tentang Puisi atau Cerita Imajinasi.

Tahun masih belum berakhir, dan saya sedang menunggu kejutan yang lain. Bagaimana denganmu?

Ini tulisan saya yang menang tadi malam

-Bekasi, 27 Desember 2014-

Teruntukmu

Semuanya aku mulai dengan sesuatu yang sederhana

Menyukaimu karena hal sederhana

Merindumu juga dengan cara yang sederhana

Berpikir sederhana sehingga berusaha untuk tidak membencimu karena sesuatu

Bahkan aku selalu berdoa dengan bahasa yang sederhana

Aku hanya sanggup berbuat yang sederhana

Namun jangan paksa aku untuk bermimpi yang sederhana

Karena sesuatu yang berhubungan dengan kamu, tak pernah sederhana

Pengharapanku

Setapak menujumu

Lantunan rasa yang setia bergelayut disetiap langkahku

Dan rajutan doa yang terselip dalam desah asaku

Semua aku lakukan dengan cara yang luar biasa

Karena kamu memang istimewa

Teruntukmu, yang (tak pernah lupa untuk) tersebut disetiap sujudku

-Banjarmasin, 13 Desember 2011-

Selain senang menulis cerita pendek, terapi yang lain ketika perasaaan sedang tidak nyaman ataupun sedang senang, saya juga selalu menumpahkan dalam sebuah puisi. Iya, entah kenapa saya selalu menyukai bertutur melalui sebuah puisi. Puisi bagi saya adalah cara untuk berimajinasi, berkhayal, dan memperkaya kosakata Bahasa Indonesia. Bagaimana tidak, saya selalu melihat padanan kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) setiap saya menulis puisi, agar kata-kata yang tercipta tidak monoton. Seperti yang sudah pernah saya ceritakan sebelumnya disini bahwa salah satu puisi saya pernah masuk dalam sebuah buku antologi. Tapi, apapun itu, menulis bagi saya adalah sebuah kesenangan. Puisi, cerita pendek, maupun tulisan ringan lainnya adalah cara saya untuk berekspresi. Bersyukur kalau ternyata menjadi berguna bagi yang membaca. Makin senang jika membuat jadi bertambah teman dan saling berbagi pengetahuan.

Jadi, apa yang suka kamu lakukan untuk berekspresi?

-Situbondo, 11 Desember 2014-

The Vow

Wedding Day

“I have given you my hand to hold, so i give you my life to keep. I promise to support, to honor, and to always respect you because it’s your heart that moves me, your head that challenges me, your humor that delights me, and i wish to hold your hands until the end of my days”

-August 9, 2014-

301113 – Masa Dimana Semuanya Bermula

Prosesi Jawa

Hari ini setahun yang lalu…

Saya dan kamu adalah dua asing dalam ruang yang berbeda. Kamu melihat saya, tanpa ada niat untuk menyapa. Hanya memandang dari sudut ruang yang berbeda. Saya memulai menyapa kamu. Tanpa ada rasa, tanpa ada asa. Hanya sebuah sapaan biasa. Iseng tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Kamu membalas sapaan saya, lugas, tegas, tanpa ada kata yang bias. Kita kemudian saling bertegur sapa, memulai percakapan yang jauh dari kata istimewa. Saya dan kamu memulai semuanya dari sepotong kata. Delapan bulan kemudian, saya dan kamu melebur menjadi kita, berucap janji setia saling menjaga selamanya dan tidak akan menyia-nyiakan yang telah dipersatukanNya menjadi ikatan yang tidak akan lepas seberapa kuat goncangan dan ujian yang ada dihadapan.

Hari ini setahun kemudian…

Saya dan kamu telah berubah menjadi kita dalam ruang yang sama. Kita yang pada awalnya memulai dengan sapa yang sederhana, melanjutkan langkah dengan sebongkah doa agar niat tetap kuat, saling bergandengan tangan sampai maut memisahkan. Meskipun saat ini kita masih terpisah oleh jarak namun selalu yakin bahwa keikhlasan hati untuk saling bersama mampu meretas rentang yang membentang. Jalan kita masih panjang dan tidak pernah tahu apa yang ada didepan. Mari kita jalani segalanya secara sederhana namun dengan langkah luar biasa. Langkah penuh cinta, saling berbagi tawa, suka dan duka dalam balutan doa.

Teruntuk kamu, suami dan teman terbaik dalam hidupku, Mas Ewald. Terima kasih sudah menemukan saya. The most wonderful thing i decided to do was to share my life and heart with you. Thank you

NB : 301113 adalah mahar pernikahan kami, sebuah penanda tentang masa dimana semuanya bermula.

Dan puisi dibawah ini saya tulis pada waktu itu untuk seseorang yang kelak akan menjadi imam saya. Sekarang coretan kata ini saya berikan untuk suami tercinta sebagai tanda mata karena yakin telah menjadikan saya sebagai istrinya.

Coretan Kata Untuk Suami Tercinta
Coretan Kata Untuk Suami Tercinta

-Surabaya, 30 November 2014-

Tuan Bersuara Merdu

Tuan, aku melihatmu terpaku menatap bulir hujan yang perlahan luruh ke tanah aspal didepan kedai kopi. Sudah satu jam berlalu, bahkan kopimu pun sudah mulai membeku. Namun rahang kerasmu tetap termangu menatap rintik air yang menari riang, seolah ingin mengajakmu berdendang.

Tuan, aku duduk disudut ruang, hanya mampu menatapmu bimbang. Tanganku gelisah memainkan cangkir yang tak berisi apa – apa, pun air yang tak berwarna. Menggerakkan kaki dengan irama tak berarah, gelisah. Aku mencoba bertahan hanya untuk sekedar menatap lekuk indah wajahmu, ingin merasakan setiap hembusan hangat nafasmu, walaupun semua hanya dalam imajinasiku karena kita terpisah oleh rindu.

Tuan, biarkan aku menebak apa yang engkau pikirkan. Sebenarnya aku tidak pintar membaca isi kepala, namun aku sudah terlatih meraba isi hati, apalagi hatimu. Berhentilah berpura – pura karena kita tidak lagi di era mereka, gadis berkepang dua dan anak lelaki bercelana pipa,  yang saling menyatakan cinta tanpa berani bertatap mata.

Tuan, jangan mengikat terlalu erat pada masa lalu. Nanti engkau merasa nyaman disitu dan tak mau beranjak menuju awal yang baru.

Tuan, aku bukan ingin menunggu. Aku hanya ingin mempersilahkanmu untuk menghampiriku dan melantunkan semua mimpi yang telah engkau susun dikepalamu. Meracaukan kastil asa yang kau bangun melalui lempengan doa.

Tuan, aku bukanlah cermin yang indah untukmu dan kau bukan pula cermin yang sempurna untukku. Kita hanyalah dua insan yang terperangkap bisu, saling bertumpu pada gerimis waktu.

Tuan, Tuhan tidak akan pernah menangkupkan tangan kita jika kau tidak berusaha untuk menelusupkan jemarimu diantara hangat kepalan tanganku, lalu menggenggam dan membawanya menelusuri ruang hatimu.

Tuan, aku tidak mau banyak bicara ataupun bertanya. Teriring doaku yang selalu menyelimutimu sampai saatnya nanti aku dan kamu bersatu.

Untukmu, yang selalu kusebut dengan, Tuan bersuara merdu.

-Jakarta, 8 Agustus 2011-

Gambar dipinjam dari sini

Together Forever

Let’s build a future
Let’s make it fast
Let’s share a history
That was meant to last
Let’s move on forward
In love You and I
Together .. Forever

-Penggalan lirik lagu yang diciptakan oleh Mas E dan dinyanyikan pada hari pernikahan kami-