Vaksin Corona Ketiga (Booster)

Vaksin Ketiga (booster)

Mumpung masih hangat, jadi mari dituliskan (sebelum terbit madingnya *kriikk). Jadi, saya sudah suntik booster. Ini benar – benar dadakan, tanpa persiapan, tanpa pemberitahuan beberapa hari sebelumnya. Pun, saya tidak mendaftar.

Jadi begini ceritanya.

Saya ini tidak terlalu menyimak tentang vaksin ketiga. Setiap sore beritanya ada di TV, tapi ya sekilas saja saya memperhatikan, karena di Belanda baru dimulai. Setahu saya, kira – kira Januari pertengahan baru giliran saya bisa dapat (berdasarkan tahun kelahiran, itupun kalau lancar). Dan yang kedua, kalau tidak suntik booster, QR Code vaksin pertama dan kedua tidak bisa dipakai lagi. Saya sejak awal memang sudah berencana akan suntik booster. Satu – satunya alasan adalah supaya QR Code masih tetap bisa dipakai demi untuk kedepannya bisa liburan tanpa terkendala masalah pervaksin-an. Bisa sih tanpa bukti vaksin ya tapi harus tes dulu sebelumnya, atau malah ada negara yang mewajibkan vaksin dulu sebelum masuk ke sana. Intinya, saya tidak mau dibuat pusing kedepannya tentang vaksin ini. Tujuan utama saya ya mudik. Jadi saya tidak terlalu berpikir tentang proteksi badan terhadap Corona setelah vaksin ketiga. Yang penting nanti pas mudik, tidak terhadang tentang bukti vaksin. Itu saja. Meskipun kata menteri kesehatan Belanda setelah vaksin ketiga akan ada vaksin – vaksin selanjutnya, ya sudah itu dipikirkan nanti saja. Sekarang ya sekarang.

Beberapa waktu lalu, sekitar jam makan malam, ada dua surat yang diantarkan langsung ke rumah. Suami yang mengambil dan membaca, bilang kalau itu surat undangan untuk vaksin ketiga (booster) corona yang dilakukan di klinik huisarts (dokter keluarga). Jadi itu surat undangan langsung dari klinik tersebut. Membaca surat cuma selembar tersebut, saya awalnya Suudzon (berburuk sangka) karena kok nampak tidak formal. Tidak ada cap atau tanda tangannya atau apa gitu yang meyakinkan. Tapi disitu disebutkan jenis Vaksin apa yang akan kami dapatkan.

Nah, di surat undangan, disebutkan kalau cara penjadwalan suntiknya berdasarkan huruf pertama nama terakhir. Kami berdua, dapat hari pertama. Jadi cuma dua hari saja jadwal suntik booster di klinik. Selama dua hari dipakai vaksin, klinik ditutup untuk pemeriksaan lainnya. Hanya untuk mengambil atau membeli obat di apotek dalam klinik masih bisa. Suami keesokan hari setelah saya vaksin, menelepon klinik ingin membuat janji diperiksa. Ditolak oleh mesin penjawab, disuruh telpon besok paginya lagi.

Ok, kembali lagi ke bahasan vaksin. Disebutkan juga, kalau tidak datang sesuai jadwal, tidak akan bisa suntik di klinik pada waktu lainnya. Artinya harus lewat jalur GGD (Municipal Health Service). Yang vaksin pertama dan kedua memang jalurnya lewat GGD (atau ada yang lewat huisarts ya, saya juga tidak terlalu paham). Makanya kami kaget tiba – tiba dapat undangan dari klinik untuk suntik di sana. Saya masih ragu apa mau di GGD atau di klinik. Kalau di GGD, kok lokasinya yang terdekat di Delft dan kemungkinan besar dapat Moderna (Mama mertua sudah suntik 2 minggu lalu di GGD dan dapat Moderna. Vaksin 1 dan 2 Beliau adalah Pfizer). Jadi, malam itu saya belum memutuskan besok paginya mau suntik apa tidak. Sementara suami sudah memutuskan, dia cukup dua kali vaksin saja. Dia tidak mau suntik apa – apa lagi yang berhubungan dengan vaksin. Sudah males nuruti pemerintah katanya. Wes mbuh karepmu.

Besok paginya, saya ke kota mengantar pesanan. Sempat lupa perkara vaksin. Setelah sampai rumah kembali dan setelah makan siang, saya mencoba untuk menelepon GGD, ingin menanyakan apa benar undangan yang dari klinik ini. Masih dalam rangka Suudzon, ini jebakan batman apa bukan. Lahir dan besar di negara yang banyak marabahaya, jadinya terbawa sampai di sini, apa – apa musti waspada. Dari pihak GGD Den Haag menjelaskan, kalau sudah dapat surat undangan dari klinik huisarts dan jika memang saya ingin vaksin, bisa langsung ke sana karena memang bisa dilakukan di klinik juga. Wah jadi lega mendapatkan pencerahan seperti itu. Lalu hilang Suudzonnya.

Oh ya, syarat untuk bisa suntik booster di klinik tersebut berdasarkan surat undangan adalah usia 18+, vaksin yang kedua minimal 3 bulan lalu, dan dalam 2 bulan terakhir tidak positif Corona. Itu syarat utamanya. Ada juga syarat – syarat lainnya yang berhubungan dengan kondisi kesehatan. Saya lalu berangkat ke klinik sepedahan hanya 5 menit saja. Surat harus dibawa karena tidak bisa suntik tanpa membawa surat. Sesampainya di sana, saya lihat antrian di luar tidak terlalu panjang.

Vaksin ketiga

Saya menuju barisan, antri, lalu antrian mulai maju perlahan. Setelahnya macet sampai 45 menit. benar – benar tidak maju sama sekali. Suhu -2 derajat celcius plus agak berangin. Dinginnya menampar -nampar pipi. Pas saya lihat ke belakang, antrian sudah mengular kira – kira 40-50 meter. Orang – orang yang antri sudah kasak kusuk, tapi jelas saya tidak paham karena suaranya tidak terlalu keras. Tiba – tiba ada mobil berhenti, turun seorang perempuan membawa beberapa box warna putih. Ohhh ternyata antrian stuck karena stok vaksin di klinik habis. Pantes.

Antrian mulai maju cepat, lalu masuk pendataan, mengecek surat dan ID dan penulisan bukti di kertas. Setelahnya diarahkan masuk ruangan mana. Kalau di GGD dulu, Saat vaksin harus duduk. Sementara booster ini, nyuntiknya sambil berdiri. Cepet sekali prosesnya. Di surat undangan dibilang, kalau mau menunggu 15 menit setelah suntik, bisa saja tapi menunggunya tidak di dalam gedung melainkan di parkiran (kliniknya sungguh mungil, jadi ga cukup tempat menunggu). Juga dibilang kalau vaksin 1 & 2 tidak ada keluhan yang berat atau efek yang parah ke badan, kemungkinan besar vaksin ketiga juga akan biasa saja. Karena Vaksin pertama (Pfizer) dan Vaksin kedua (Pfizer) saya tidak ada keluhan apapun setelahnya (hanya jadwal mens yang berantakan 3 bulan pertama, setelahnya kembali normal), jadi saya memutuskan langsung pulang.

SETELAH VAKSIN

Beberapa jam setelah vaksin, keadaan masih aman terkendali. Saya tidak merasa ada yang berbeda dengan badan. Lengan pun tidak sakit. Tidak mengantuk parah. Tidak gampang lapar. Sampai malam menjelang tidur pun masih ok. Keesokan harinya, juga baik – baik saja. Tidak merasa sakit apapun. Lalu saya beraktifitas seperti biasa, bahkan saya tetap ber Chloe Ting 30 menit. Semua lancar – lancar. Setelah lewat 24 jam setelah vaksin, badan tidak ada rasa sakit sedikitpun, lengan tidak, semua baik dan aman terkendali. Jadi saya simpulkan, efek vaksin ketiga (Pfizer – booster) di badan saya tidak ada efek sakitnya. Entah nanti apakah jadwal mens akan terganggu lagi apa tidak. Mudah – mudahan tidak. Mama mertua yang mendapatkan Moderna divaksin ketiga ini (setelah yang pertama dan kedua adalah Pfizer), juga tidak ada keluhan apapun setelahnya. Sama seperti sebelumnya.

Begitulah cerita saya vaksin ketiga (booster) lewat jalur undangan dari klinik dokter keluarga. Kalau lewat jalur GGD, saat ini masih untuk mereka yang kelahiran tahun 1965 dan sebelumnya. Jadi, saya lumayan beruntung dapat jalur express. Tidak semua klinik huisarts di Belanda bisa sebagai tempat suntik vaksin ketiga ini. Entah kriteria kliniknya seperti apa. Dalam waktu dua minggu setelah vaksin, buktinya otomatis sudah ada di QR Code.

Sehat – sehat semua buat kita.

-23 Desember 2021-