Berkunjung ke Pusat Kota Gouda

Pasar Keju Gouda

Jika mendengar kata Gouda, apa yang ada dipikiran? Yap, Keju! Meskipun bukan penyuka keju, tetapi sejak tinggal di Indonesia saya sudah familiar dengan Gouda karena saat menyusuri lorong susu dan keju di supermarket, keju Gouda dengan mudah dapat ditemukan. Di Belanda, tiga kota penghasil keju yang terkenal adalah Gouda, Edam, dan Alkmaar. Gouda menyumbang sekitar 60% produksi keju di Belanda. Meskipun Gouda lekat dengan keju, sesungguhnya ada sisi menarik lain dari kota Gouda. Ketika berkunjung ke pusat kota Gouda, maka akan terlihat beberapa bangunan bersejarah dengan bentuk yang menawan, kanal dengan undakan, maupun taman disudut kota.

Balai Kota (Stadhuis) Gouda
Balai Kota (Stadhuis) Gouda

Gouda terletak diprovinsi Zuid Holland. Selain terkenal dengan keju, kota ini juga dikenal sebagai penghasil stroopwafel dan lilin. Ada beberapa acara terkenal di Gouda yang seringkali menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung, salah satunya adalah Pasar Keju Gouda. Pada awal April sampai akhir Agustus setiap tahun, tepatnya hari kamis pukul 10.00 – 12.30 salah satu pasar keju tradisional di Belanda digelar di Gouda. Kenapa disebut tradisional? Karena petani membawa langsung keju ke pasar (yang terletak disekitar Stadhuis) dengan menggunakan gerobak yang disebut brik, proses uji kualitas, ditimbang digedung timbang, diberi harga, kemudian dijual. Menyenangkan jika berada dipasar seperti ini adalah bisa mencicipi keju secara gratis. Sayang sekali tahun kemarin saya tidak bisa menyaksikan secara langsung pasar keju ini karena hari dan jamnya bertepatan dengan saya sekolah. Beruntungnya saya mendapatkan salah satu foto dari Rurie.

Pasar Keju Gouda
Pasar Keju Gouda. Foto : Rurie

Saya mengenal Rurie dari Melly yang tinggal di Jerman. Beruntung akhirnya saya kenal dengan Rurie, jadi punya alasan untuk berkunjung ke Gouda. Maklum, Gouda dan Den Haag jaraknya tidak terlalu jauh, secara psikologis biasanya kalau tempat yang dekat dikunjunginya menyusul dikemudian hari, justru tempat yang jauh didatangi lebih dahulu. Rurie punya usaha katering spesialis makanan Indonesia bernama Kios Kana. Kios Kana ini menerima pesanan dan pengiriman dari dan ke seluruh Eropa. Saya beberapa kali pesan ke Kios Kana untuk makanan yang tidak bisa (belum bisa lebih tepatnya) saya buat sendiri, contohnya baso ikan, ikan asin, cumi asin, pempek, dan lumpia semarang isi tahu. Saya ketagihan dengan Ikan asin dan cumi asin buatannya, oh iya baso ikannya juga enak sekali. Kios Kana ini kios serba ada, tidak hanya menyediakan beragam masakan Indonesia, tetapi juga beberapa barang atau bumbu yang berhubungan dengan Indonesia, semuanya (diusahakan) ada. Selain usaha Katering, Rurie juga seorang fotografer dan mempunyai usaha fotografi bernama Rurie van Sark Photography.

Saya kerumah Rurie dalam rangka menjaga putrinya yang masih bayi. Akhirnya Rurie mengajak saya untuk berkeliling ke pusat kota Gouda. Karena saat itu cuaca sedang panas dan bertepatan dengan bulan Ramadan yang 19 jam jadinya saya tidak mau uji nyali berkeliling terlalu lama, menghemat energi menuju buka puasa jam 10 malam. Beberapa tempat dibawah ini yang saya datangi :

De Waag atau gedung timbang selain menjadi tempat untuk penimbangan keju ketika pasar keju dilaksanakan, juga berfungsi sebagai museum keju dan beberapa kerajinan tangan dipajang disana.

De Waag
De Waag
Timbangan Keju
Timbangan Keju
Keju Gouda
Keju Gouda

 

Salah satu sudut De Waag
Salah satu sudut De Waag

Balai kota atau dalam bahasa Belanda adalah Stadhuis selain menjadi tempat kantor pemerintahan juga sebagai pelaksanaan pernikahan. Stadhuis Gouda ini dibangun pada tahun 1450. Pada saat saya sedang kesana, sedang berlangsung satu pernikahan.

Stadhuis Gouda
Stadhuis Gouda
Stadhuis dimalam hari. Foto : Rurie
Stadhuis dimalam hari. Foto : Rurie

Sint Janskerk adalah adalah gereja dengan tinggi 123meter yang menjadikan gereja tertinggi di Belanda dan terkenal didunia karena kemegahan 72 jendela kaca patri.Gereja ini pernah mengalami kebakaran hebat pada tahun 1552.

Sint Janskerk
Sint Janskerk
Bagian dalam Sint Janskerk. Sumber : http://www.sintjan.com/
Bagian dalam Sint Janskerk. Sumber : http://www.sintjan.com/

Selain bangunannya, taman dan kanal-kanal di Gouda juga sangat menarik. Berjalan diseputar pusat kota (centrum) Gouda tidak akan membosankan Saya lupa untuk memotret pusat perbelanjaan di Gouda.

Kanal di Gouda
Kanal di Gouda
Salah satu taman di Gouda
Salah satu taman di Gouda

Selain terkenal dengan pasar keju, setiap bulan Desember di Gouda ada festival cahaya atau disebut Kunslicht. Puncak acaranya ketika ribuan lilin dinyalakan serentak (yang disebut Kaarstlicht) di Markt Square diiringi oleh paduan suara Natal.

Kunslicht. Foto : Rurie
Kunslicht. Foto : Rurie
Kunslicht. Foto : Rurie
Kunslicht. Foto : Rurie

Setelah saya ajak berkeliling ke Pusat Kota Gouda melalui tulisan ini, tertarik untuk mengunjungi Gouda? Info tentang Gouda bisa didapat langsung pada website resmi kota Gouda.

-Den Haag, 10 Januari 2016-

Semua foto yang tidak ada keterangan sumbernya adalah dokumentasi pribadi.

Christmas Market di Köln – Jerman

Seperti yang pernah saya tuliskan pada postingan terdahulu bahwa tujuan saya dan suami ke Köln karena ingin mengunjungi Christmas Market. Ini kunjungan pertama kami, karenanya sangat antusias meskipun hujan deras sepanjang perjalanan hampir 3 jam dari Den Haag sampai di Köln. Bahkan di Köln sendiri hujan tidak berhenti sampai malam hari kami menuju Kerpen untuk menginap dirumah Beth. Saya pikir dengan hujan, sedikit angin dan suhu sekitar 5 derajat celcius, tidak banyak orang yang datang ke beberapa tempat Christmas Market. Tetapi saya salah. Dari empat tempat yang kami datangi, semuanya penuh, meskipun tidak sampai uyel-uyelan. Biasanya saya melihat suasana seperti ini (Christmas Market) di film-film menjelang Natal. Sekarang bisa merasakan sendiri. Rasanya senang luar biasa. Atmosfirnya susah dikatakan karena larut dengan suasananya. Dulu sewaktu di Surabaya atau Jakarta, saya senang ke mall menjelang Natal begini. Melihat lampu warna warni, hiasan natal, mendengarkan lagu-lagu. Sama senangnya kalau masuk bulan puasa dan menjelang Idul Fitri, saya juga suka ke mall, selain karena menikmati suasananya, juga berburu barang diskon :D.

Ada Lima Christmas Market yang terkenal di Köln yaitu : Cathedral Christmas Market, Angel’s Christmas Market, Old Town Christmas Market, Harbour Christmas market, Gay and Lesbian Christmas Market. Kami mengunjungi tiga tempat pertama dan satu Christmas market kecil, simpel karena lokasinya berdekatan jadi bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari satu lokasi satu ke lainnya. Christmas Market ini berlangsung sejak 23 November sampai 23 Desember 2015. Masing-masing tempat mempunyai keunikan tersendiri. Terutama dari simbol yang ada distandnya.

Cathedral Christmas Market

Cathedral Christmas Market ini letaknya persis didepan (depan atau mana ya, saya juga rancu bagian depannya mana :D) Köln Cathedral yang juga tepat didepan The Roman-Germanic Museum. Yang khas adalah pada semua stand tendanya berwarna merah dan ditengah-tengan area ada pohon natal tinggi sekali.

Cathedral dimalam hari
Cathedral dimalam hari

IMG_7272

IMG_7273

IMG_7274

IMG_7275

IMG_7276

IMG_7277

Angel’s Christmas Market

Angel’s Christmas Market ini terletak di Neumarkt, kira-kira 10 menit berjalan kaki dari Cathedral Christmas Market. Stand disini khas dengan patung Angel diatap bagian depan.

IMG_7279

IMG_7280

Lihat ada Angel diatas kan?
Lihat ada Angel diatas kan?

IMG_7282

IMG_7283

IMG_7284

Ini sayur, tapi saya tidak tahu sayur apa :D cuma numpang lewat trus motret.
Ini sayur, tapi saya tidak tahu sayur apa 😀 cuma numpang lewat trus motret.
Ingin punya patung Angel seperti itu
Ingin punya patung Angel seperti itu

Old Town Christmas Market

Sesuai dengan namanya, Christmas Market ini terletak di Old Town. Pada saat perang dunia kedua, hampir 72% area kota Koln hancur, penuh puing termasuk area Old Town. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membangun kembali area ini yang sudah terkenal disegala penjuru dunia karena terdapat Katedral, Gereja Roma Groß St. Martin (St. Martin) dan Balai Kota. Di Old Town Christmas Market ini uniknya adalah terdapat arena Ice Skating. Suami menawarkan apakah saya mau mencoba? Wah Mas, jalan saja sering jatuh tanpa sebab, apalagi Ice Skating.

FullSizeRender

FullSizeRender_1
Mejanya berbentuk kuda

IMG_6896

IMG_6901
Memberi nama di tapal kuda

IMG_6902

IMG_6926

IMG_6958

IMG_7023

Arena Ice Skating
Arena Ice Skating

IMG_7290

Gluhwein
Gluhwein

Karena terlalu antusias keliling semua lokasi sambil incip-incip gratis makanan yang boleh saya makan, kami sampai lupa membeli sesuatu untuk kenang-kenangan. Sampai dirumah suami bergumam “lho kok kita ga beli apa-apa ya. Cuman makan ini itu gratisan haha” untungnya Mas Ewald membawa pulang gelas Glühwein. Oh ya, yang belum tahu Glühwein menurut suami adalah minuman yang terbuat dari campuran dari anggur merah, rempah (kayu manis, cengkeh, adas), kulit jeruk atau lemon. Bahan-bahan tersebut kemudian dipanaskan dan biasanya disajikan dalam cangkir. Minuman ini benar-benar populer di Christmas Market. Kata suami rasanya enak. Dia sampai minum 3 cangkir ditempat yang berbeda.

Begitulah pengalaman kami mengunjungi Christmas Market di Köln – Jerman. Senang? luar biasa pastinya. Sudah tidak sabar ingin berkunjung ke Christmas Market dikota lainnya di Jerman tahun depan.

Selamat hari senin ya semua. Sudah libur atau menjelang libur Natal ya ini? Kalau belum libur, pasti sudah tidak konsentrasi kerja lagi ya sekarang 🙂 Jadi teringat dulu sewaktu masih kerja di Jakarta, akhir tahun adalah saat yang paling dinanti semua karyawan dikantor saya, karena kami pasti mendapatkan libur akhir tahun selama 2 minggu dan mendapatkan bonus akhir tahun :).

-Den Haag, 21 Desember 2015-

Semua foto disini adalah dokumentasi pribadi.

Berkunjung ke Arnhem

Ketika membaca postingan Mbak Yoyen tentang Sonsbeekmarkt pada bulan Maret lalu, saya langsung terpana dengan jajaran pemandangan makanan dipostingan tersebut. Langsung saya menunjukkan tulisan Mbak Yo tersebut ke suami untuk dibaca. Dia juga terpana karena belum pernah mendengar Sonsbeekmarkt sebelumnya. Akhirnya kami sepakat untuk mengunjungi Arnhem pada bulan Juni. Iya, saya suka latah kalau ada postingan yang berhubungan dengan makanan, padahal kalau sudah sampai tempatnya ya tidak terlalu banyak makan. Selain akan ke Sonsbeekmarkt, saya bertanya pada Mbak Yo tempat manalagi yang bisa dikunjungi. Mbak Yo yang memang tinggal di Arnhem menyarankan untuk ke Openluchtmuseum dan Museum Bronbeek. Tentu saja suami memilih untuk ke Museum Bronbeek dibanding Openluchtmuseum. Padahal saya ingin sekali ke Openluchtmuseum. Kenapa tidak bisa langsung langsung tiga tempat dalam satu hari? Karena pak suami pasti lama sekali kalau sudah masuk museum. Waktu ke Museum Bronbeek saja sampai hampir tutup museumnya kami masih didalam. Satu persatu dibaca, sementara saya membaca juga tapi cuma sekilas saja. Maklum, kami memang beda keyakinan kalau masalah yang satu ini.

Singkat cerita, setelah mendapatkan tiket kereta dagkaart kami langsung memutuskan kapan akan pergi. Kalau memakai dagkaart bisa lebih mengirit untuk bepergian jarak jauh. Jarak tempuh dari Den Haag – Arnhem antara 1.5 jam sampai 2 jam. Tergantung waktu datang kereta saat transit. Waktu itu saya mendapatkan seharga €14 bisa dipakai seharian. Ternyata waktu di Arnhem bisa juga dipakai untuk naik bis, asal perusahaan transportasinya sesuai dengan yang tertera ditiket. Dagkaart bisa dipakai ke seluruh Belanda dalam waktu satu hari. Dagkaart ini ada yang hanya bisa dipakai senin-jumat, ada yang bisa dipakai hanya sabtu-minggu, ada yang bisa dipakai seluruh hari. Dagkaart dijual di HEMA, Kruidvart, Blokker, dan Albert Heijn (AH). Untuk mengetahui promosi ini bisa dicek ke website Treinreizeger.

SONSBEEKMARKT

Sonsbeekmarkt ini adanya setiap hari minggu pada minggu pertama setiap bulan sejak bulan Maret sampai Desember setiap tahunnya. Jadi hari minggu besok adalah yang terakhir pada tahun ini. Sonsbeekmarkt bertempat di Sonsbeekpark. Kalau ke Arnhem naik kereta, maka lokasi Sonsbeekpark ini tidak jauh dari Arnhem Centraal, penunjuk jalannya jelas, bisa dijangkau sekitar 10 menit jalan kaki. Saya sendiri terpesona dengan Sonsbeekpark yang luas dan sejuk, sepanjang mata memandang hamparan rumput hijau dan pohon-pohon. Selain itu, diarea ini juga terdapat hutan. Lengkap mata dimanjakan oleh pemandangan yang menyegarkan. Ditengah-tengah Sonsbeekpark ada gedung putih atau yang dikenal sebagai De Witte Villa. Gedung ini berfungsi selain sebagai restaurant juga cafe, juga sebagai tempat pertemuan atau tempat mengadakan pesta yang berkapasitas sampai 600 orang. De Witte Villa dibangun pada tahun 1744 dan direnovasi pada tahun 2014.

IMG_2360

IMG_2367

IMG_2507

IMG_2993

Sonsbeekmarkt sudah ada sejak tahun 2012. Markt sendiri adalah bahasa Belanda yang artinya pasar. Yang menyenangkan di Sonsbeekmarkt adalah tidak hanya makanan dan minuman saja yang dijual, tetapi segala jenis barang ada. Makanan dan minumannya fresh, bahkan rotinya homemade. Produk yang dijual kebanyakan adalah produk lokal. Jadi terbayang kan pengalaman merasakan langsung produk lokal. Tidak hanya itu saja, penjualnya juga senang menerangkan dengan ramah tentang apa yang dijual. Saking senangnya mereka bercerita, saya sampai takjub mendengarkan ada satu stand yang menjual roti menerangkan proses pembuatan roti yang dia jual. Di stand lain yang menjual Sate, saya malah diajak berbincang karena yang menjual bisa dengan lancar berbicara bahasa Indonesia dan dia bilang kalau pernah bekerja selama 2 tahun di Jakarta, tetapi harus meninggalkan pekerjaannya tersebut dan memilih pulang ke Belanda untuk membantu usaha keluarganya tersebut. Awal mula dia mengajak berbincang karena saya celingak celinguk didepan stand tersebut, lalu dia menyapa “Hai, kami berjualan sate ayam biasanya, tapi kali ini kami hanya membawa sate babi, jadi kamu tidak bisa makan karena ini tidak boleh buat kamu.”Saya jadi terharu.

IMG_2391

Ikan siap dipanggang
Ikan siap dipanggang

 

Homemade bread dengan berbagai macam rasa.
Homemade bread dengan berbagai macam rasa.
Pizza
Pizza
Jus buah
Jus buah

IMG_2411

IMG_2384

Bapak yang sedang nggipasin sate pakai blankon
Bapak yang sedang ngipasin sate pakai blankon
Taplaknya batik. Mas yang disana yang fasih berbahasa Indonesia. Yang pakai blankon tadi bapaknya.
Taplaknya batik. Mas yang disana yang fasih berbahasa Indonesia. Yang pakai blankon tadi bapaknya.
Saya makan Oyster dikucuri jeruk nipis. Segar sekali
Saya makan Oyster dikucuri lemon. Segar sekali

Hampir disetiap stand makanan ada testernya. Jadi kami berkeliling sambil icip-icip gratis. Lama-lama kenyang juga. Akhirnya setelah berputar mencari makanan apa yang cocok untuk makan siang, suami mengajak makan gado-gado distand makanan Indonesia yang punya ibu dari Suriname. Suami ini memang kalau makan diluar menunya cuma dua, kalau tidak soto ya gado-gado. Awalnya saya tidak tahu kalau Ibu ini bisa bahasa Indonesia. Begitu saya mengucapkan terima kasih, malah diajak ngobrol bahasa Jawa. Saya lupa kalau Suriname banyak orang Jawanya. Akhirnya kami mengobrol menggunakan bahasa Jawa.

IMG_2422

Ujung-ujungnya makan gado-gado
Ujung-ujungnya makan gado-gado

MUSEUM BRONBEEK

Museum Bronbeek ini museum tentang KNIL (Koninklijk Nederlands-Indie Leger). Walaupun saya tidak setekun suami untuk membaca semua informasi didalamnya, yang saya rasakan setelah keluar dari museum ini sedih sekali, entah kenapa. Jangan bertanya lebih lanjut tentang sejarah pada saya. Kalau ingin tahu  apa saja yang ada didalam museum ini, saya rekomendasikan untuk langsung membaca tulisan Crystal tentang Museum Bronbeek. Saya saja baru paham ketika membaca tulisan dia, padahal saya yang lebih dulu ke museum ini. Dibelakang museum ada restoran Indonesia yang bernama Kumpulan juga ada rumah untuk para veteran. Sewaktu saya kesana, ada satu veteran yang sedang bertandang ke Museum. Beliau bercerita tentang sejarah pada saat ada di Jakarta. Saya yang waktu itu masih belum terlalu paham bahasa Belanda, ya agak sepotong-sepotong menangkap isi ceritanya. Sedangkan suami jangan ditanya, seperti punya dunia sendiri kalau sudah masuk museum, tidak bisa diganggu gugat, menekuri satu persatu seluruh bagian museum. Saya lupa tiket masuk museum ini berapa. Kalau yang suka sekali berkunjung ke museum, lebih baik membeli museumkaart. Kartu ini bisa digunakan ke seluruh museum di Belanda (yang jumlahnya lebih dari 400) dalam waktu satu tahun, cukup dengan membayar €55. Ini sangat menghemat jika setiap minggu pergi ke museum dan tiket masuknya anggap saja satu kali masuk €10. Bisa dihitung sendiri hematnya berapa.

IMG_2439

IMG_2444

IMG_2447

Sementara suami tekun membaca, saya tekun foto-foto saja :)
Sementara suami tekun membaca, saya tekun foto-foto saja 🙂

IMG_2452

Ini ruangan favorit saya, bisa duduk sambil melihat film. Adem ruangannya. Tempat memutar film itu adalah ranjang.
Ini ruangan favorit saya, bisa duduk sambil melihat film. Adem ruangannya. Tempat memutar film itu adalah ranjang.

IMG_2466

IMG_2469

IMG_2477

Kantin
Kantin

IMG_2489

Semacam mesra berpegangan tangan :D
Semacam mesra berpegangan tangan 😀
200 tahun Waterloo
200 tahun Waterloo

Beruntung sekali sewaktu ke Arnhem cuaca cerah cenderung panas. Padahal berhari-hari sebelumnya selalu turun hujan dan cuaca seperti ini khas Belanda : sebentar hujan, sebentar ada matahari, angin kencang muncul, hujan lagi dan seterusnya. Saya senang dengan Arnhem. Tidak sehiruk pikuk Den Haag. Jalan yang kami lalui tenang dan lengang. Mudah-mudahan suatu saat bisa berkunjung kembali ke Arnhmen. Ada beberapa tempat lagi yang ingin kami datangi.

Kelihatannya njomplang ya, padahal...memang iya :D Tapi saya tidak semungil itu kok, beda sudut mengambilnya saja *pembelaan
Kelihatannya njomplang ya, padahal…memang iya 😀 Tapi saya tidak semungil itu kok, beda sudut mengambilnya saja *pembelaan

-Den Haag, 2 Desember 2015-

Semua foto adalah dokumentasi pribadi.

Food Truck Festival 2015 – Den Haag

Sejak membaca tulisan Mbak Yoyen tentang Food Truck Festival, saya langsung mencari informasi kapan mereka datang ke Den Haag. Saya memang suka latah kalau berhubungan dengan makanan. Begitu tahu mereka akan datang pada bulan September, saya langsung membuat reminder di Hp. Dan dua minggu sebelumnya, saya sudah mengingatkan suami untuk mengkosongkan jadwal pada hari minggu 13 September 2015 khusus untuk datang ke Trek Food Truck Festival ini, sembari tetap berdoa supaya cuaca cerah ceria. Meskipun ketika membaca prakiraan cuaca, Den Haag akan diguyur hujan setelah jam 5 sore. Karenanya kami memutuskan berangkat sekitar jam 3 sore karena memang jarak Westbroekpark, tempat acara ini berlangsung tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 35 menit naik sepeda.

image8

image4

Meja dan kursinya bagus. Pengen diangkut rasanya :D
Meja dan kursinya bagus. Pengen diangkut rasanya 😀

Saya sangat bersemangat karena ini kali pertama datang ke Food Truck Festival. Sesampainya disana, sudah sangat ramai. Tetapi tidak sampai penuh sesak. Banyak yang duduk dirumput membawa semacam tikar, berpiknik. Senang sekali melihat suasana santai disini. Bisa dimaklumi kalau ramai karena hari minggu kemarin adalah hari terakhir dan Den Haag adalah kota terakhir (total 8 kota)di Belanda dari rangkaian acara ini pada tahun 2015. Jadi meskipun mendung tetapi semakin sore semakin banyak yang datang karena acara ini berlangsung sampai jam 10 malam. Saya senang sekali melihat aneka segala rupa truck dengan desain yang unik dan sangat menarik. Tidak hanya itu, beraneka makanan yang dijual juga sangat menggugah selera. Rasanya ingin dibeli semua dan dimakan kalau tidak ingat harga (harganya sih rata-rata, tapi kalau dibeli semua kan tetap jatuhnya bikin kantong bolong :D). Bagaimana tidak lapar mata, sejak melewati pintu masuk yang tidak dipungut biaya, hidung kami sudah digelitik dengan semerbak aroma makanan dari segala penjuru. Perut otomatis keroncongan. Jadi sambil berkeliling mengamati satu persatu truck-truck dan deretan menu, kami juga memilih makanan mana yang kira-kira cocok untuk dimakan.

image13

image5

image5 (2)

image15

image7

image16

Paella. Awalnya mau beli, tapi melihat paha ayam yang besar muncul disitu jadinya mengurungkan niat. Aslinya saya tidak tahu Paella ini apa, dan Suami sudah pergi entah kemana, jadinya hanya melirik sekilas. Saya pikir ini semacam nasi goreng aya. ternyata bukan. Makanan dari Spanyol.
Paella. Awalnya mau beli, tapi melihat paha ayam yang besar muncul disitu jadinya mengurungkan niat. Aslinya saya tidak tahu Paella ini apa, dan Suami sudah pergi entah kemana, jadinya hanya melirik sekilas. Saya pikir ini semacam nasi goreng ayam. ternyata bukan. Makanan dari Spanyol.

Senang juga mengamati proses memasaknya yang langsung bisa terilihat. Karenanya saya semakin ngiler dan kalap mata ingin membeli ini dan itu. Bersyukur masih bisa dikontrol.

image10

image12

image11

Ayam di truck makanan India. Ketika saya mengambil foto ayam ini, saya tidak tahu kalau Mas yang pegang ayamnya sedang tersenyum dan berpose. Dipikir saya sedang mengambil gambar utuh. Karenanya ketika saya selesai dan mengucapkan terima kasih, dia tersenyum sumringah. Baru tahu ketika suami cerita dengan tertawa ketika kami sudah melangkah menjauh kalau Mas tadi pose dan tersenyum. Saya jadi merasa bersalah hanya membidik ayamnya saja. Tapi tetap saya tertawa terpingkal.
Ayam di truck makanan India. Ketika saya mengambil foto ayam ini, saya tidak tahu kalau Mas yang pegang ayamnya sedang tersenyum dan berpose. Dipikir saya sedang mengambil gambar utuh. Karenanya ketika saya selesai dan mengucapkan terima kasih, dia tersenyum sumringah. Baru tahu ketika suami cerita dengan tertawa ketika kami sudah melangkah menjauh kalau Mas tadi pose dan tersenyum. Saya jadi merasa bersalah hanya membidik ayamnya saja. Tapi tetap saya tertawa terpingkal.
Dari Suriname
Dari Suriname

image1 (2)

image4 (2)

image3 (2)

Tidak hanya truck yang menjual makanan, disana juga ada live music dan truk entah apa namanya karena tidak berhubungan dengan makanan sama sekali temanya. Tetapi nuansa truknya homey sekali.

image6

image14

Lalu kami akhirnya makan apa? Setelah berputar kesana kemari tidak jelas mau membeli apa, akhirnya kami membeli Churros, Takoyaki dan Kokosballetjes. Njekethek ya, belinya cuman 3 macam saja, kelilingnya hampir satu jam :p. Sudah kenyang mencium segala macam aroma. Pulangnya kami mendapat majalah secara cuma-cuma berisi liputan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan makanan dan banyak sekali resep makanan juga.

image1-3

Menyenangkan sekali datang ke Food Truck Festival ini. Kalau tahun mendatang ada lagi, Insya Allah kami akan datang kembali.

-Den Haag, 14 September 2015-

Semua dokumentasi adalah milik pribadi

Swan Market – Den Haag

Saya senang sekali kalau sedang Summer seperti ini. Kenapa? Tentu saja karena bisa sering merasakan hangatnya Matahari. Meskipun cuaca di Belanda juga masih sering hujan, tetapi seringkali diakhir pekan cuaca menjadi sangat menyenangkan. Matahari bersinar cerah sehingga sayang sekali kalau akhir pekan hanya dihabiskan dengan berdiam diri dirumah. Saya dan Suami selalu mencari informasi tentang acara disekitar Den Haag atau kota lainnya yang bisa didatangi ketika hari sabtu atau minggu. Iya, kami biasanya hanya menghabiskan satu hari diluar, satu hari lainnya kami gunakan untuk leyeh-leyeh dirumah atau mengunjungi Mertua.

Satu bulan lalu, tepatnya 19 Juli 2015, kami mendatangi Swan Market yang diadakan di Kerkplein Den Haag. Sebenarnya apa sih Swan Market itu? Kalau ditilik dari namanya jelas ini adalah Pasar. Jika dibaca dari situs resminya, Swan Market adalah pasar yang menjual segala sesuatu yang berhubungan dengan gaya hidup, produk makanan olahan rumahan (homemade), aksesoris, interior rumah, barang-barang vintage, juga ada beberapa food truck, serta ada live musicnya. Sebenarnya pasar yang seperti ini bukan pertama yang saya datangi. Karena pada bulan Juni saya berkesempatan mengunjungi Arnhem untuk melihat Sonsbeekmarkt (tulisan tentang ini menyusul). Serupa, tapi tidak sama karena kalau di Sonsbeekmarkt diadakan ditaman yang bagus sekali bernama Sonsbeekpark hari minggu pertama disetiap bulannya, sedangkan Swan Market ini yang di Den Haag diadakan di Centrum dekat gereja, dan kota pelaksanaannyapun bisa berpindah. Swan Market dimulai saat musim dingin tahun 2010 di Rotterdam. Swan Market diadakan di Den Haag, Rotterdam, Dordrecht dan Tilburg. Selain di Belanda, Swan Market juga ada di Antwerpen, Belgia.

Aneka jenis Jamur
Aneka jenis Jamur

Aneka jenis telenan
Aneka jenis telenan

Aneka jenis barang-barang vintage
Aneka jenis barang-barang vintage

Pada dasarnya saya senang mengunjungi pasar-pasar yang jenisnya seperti ini karena bisa mencicipi beraneka jenis makanan, meskipun untuk saya harus memilih mana yang bisa dimakan dan yang tidak. Dan mematut diri disetiap tenda melihat barang-barang apa yang ada disana, memperhatikan satu persatu, merupakan keasyikan tersendiri. Kali ini kami memborong aneka jenis jamur yang masih segar. Serta bisa menikmati live music sambil kita makan dan minum serta beristirahat sejenak.

  
Mungkin jika ada yang sedang disekitar Den Haag, bisa mendatangi Swan Market tanggal 16 Agustus 2015, atau langsung cek website resminya untuk melihat jadwal yang terdekat dikotamu. 

Ini enak sekali. Namanya Kokos Balletjes.. Kelapa muda parut dikasih gula trus digoreng. Varian rasanya juga bermacam-macam. Ada yang campur coklat, orisinil, rasa vanila. dll. Bude saya di Ambulu sering membuat seperti ini. Tapi lupa apa namanya kalau di Ambulu.
Ini enak sekali. Namanya Kokos Balletjes.. Kelapa muda parut dikasih gula trus digoreng. Varian rasanya juga bermacam-macam. Ada yang campur coklat, orisinil, rasa vanila. dll. Bude saya di Ambulu sering membuat seperti ini. Tapi lupa apa namanya kalau di Ambulu.

Selamat berakhir pekan bersama keluarga, teman dan orang-orang tersayang. Semoga akhir pekan ini cuaca cerah ceria di Belanda, karena kalau tidak ada halangan ingin melihat pesta kembang api dipantai Scheveningen. 

-Den Haag, 14 Agustus 2015-

Semua foto adalah dokumen pribadi.

Menyusuri Leiden

Hari minggu kemarin rencananya tidak pergi kemana-mana. Ingin baca-baca buku dirumah sambil menemani Suami yang sedang mengerjakan tesis. Tiba-tiba sabtu malam Suami mengutarakan niat untuk mengajak saya ke Leiden hari minggunya karena ada beberapa literatur yang harus dipinjam dari perpustakaan. Wah saya senang sekali karena bisa napak tilas jejak Lintang salah satu tokoh dibuku Negeri Van Oranje. Karena buku inilah obsesi saya untuk melanjutkan kuliah di Belanda semakin menjadi. Ternyata jalan cerita berubah, ke Belanda bukan karena kuliah, tetapi menikah 🙂

Hari minggu 15 Februari 2015, cuaca cerah, 6 derajat celcius, matahari bersinar terang, tetapi angin masih membawa hawa dingin yang menggigit. Kami tiba di Leiden Centraal jam 1 siang. Rencananya makan dulu, karena belum ada makanan masuk perut pada saat siang. Apa daya restoran yang ingin dituju belum buka. Akhirnya kami memutuskan langsung menuju perpustakaan sambil jalan-jalan menyusuri beberapa tempat yang sering dikunjungi wisatawan. Kincir angin tempat Museum De Valk. Kami tidak masuk kedalamnya, hanya melewati sepintas. Museum De Valk juga merupakan salah satu icon Leiden. Kemudian kami juga berkunjung ke de Burcht, benteng yang menyerupai kastil dibangun pada tahun 1150 sebagai tempat pertahanan warga Leiden dari bahaya banjir pada saat itu (menurut informasi yang tertera dipapan pintu masuknya). Dari atas de Burcht kita juga bisa melihat keindahan sekeliling kota Leiden dan melihat dengan jelas objek-objek wisata penting ko­ta itu mulai dari gedung Balai Kota, Gereja Pieterkerk, St Pancras­kerk, Museum Windmill, Morrspoort, Academy Building sampai Hortus Botanicus. Bahkan ada yang menyebutkan, jika singgah ke Leiden tetapi belum ke de Burcht, sama saja belum berkunjung ke Leiden.

Setelahnya kami menyusuri jalan disebelah kanal melihat gedung pemerintahan, Gereja dan Universitas Leiden. Karena saya tidak mempunyai kartu anggota jadi tidak boleh masuk kedalam perpustakaan (bisa masuk setelah mengisi form, tapi kemarin saya belum melakukannya. Mungkin kunjungan berikutnya), maka saya jalan-jalan sekitaran kampus saja. Leiden juga terkenal sebagai kota kelahiran Rembrandt van Rijn, dan kemarin begitu ketemu dengan rumahnya malah lupa difoto. Ada museum yang terkenal lainnya juga di Leiden yaitu Rijksmuseum van Oudheden (kami tidak masuk, hanya lewat didepannya saja). Selain itu, di Leiden juga terkenal dengan dinding-dinding yang bertuliskan puisi sastrawan terkenal dunia. Saya juga menjumpai masjid di lingkungan Universitas Leiden.

Hortus Botanicus merupakan tempat yang kami kunjungi terakhir. Jadi, menurut keterangan yang ada di papan pintu masuknya, Hortus Botanicus ini adalah kebun raya tertua di Belanda dan salah satu yang tertua didunia. Hortus Botanicus mempunyai hubungan sejarah dengan Kebun Raya Bogor yang didirikan oleh C.G.L Reindwart pada tahun 1817 yang dikemudian hari manjadi salah satu pejabat di Hortus Botanicus. Karena masih musim dingin, tidak banyak bunga yang bisa kami temui. Satu yang berkesan yaitu rumah kaca yang beriklim tropis mengingatkan saya akan tegalan rumah mbah didesa. Masuk kedalam Hortus Botanicus ini membayar 7 euro atau gratis jika mempunyai kartu tanda mahasiswa di Universitas Leiden.

Dibawah ini beberapa foto hasil jalan-jalan di minggu siang 🙂

Kincir angin tempat Museum De Valk
Kincir angin Museum De Valk

IMG_0247

Kantor pemerintahan Leiden. Sedang proses Renovasi
Kantor pemerintahan Leiden. Sedang proses Renovasi
Karena hari minggu kemarin matahari sedang cerah ceria, banyak yang mencari kehangatan sambil ngobrol-ngobrol. Meskipun udara tetap dingin, tetapi lumayan dapat sinar matahari
Karena hari minggu kemarin matahari sedang cerah ceria, banyak yang mencari kehangatan sambil ngobrol-ngobrol. Meskipun udara tetap dingin, tetapi lumayan dapat sinar matahari
de Burcht. Benteng di Leiden yang dibangun pada tahun 1150 sebagai tempat pertahanan warga Leiden dari bahaya Banjir
de Burcht. Benteng di Leiden yang dibangun pada tahun 1150 sebagai tempat pertahanan warga Leiden dari bahaya Banjir
Pemandangan kota yang bisa dilihat dari atas benteng De Burcht
Pemandangan kota yang bisa dilihat dari atas de Burcht
De Burcht. Burcht sendiri artinya adalah Benteng
de Burcht. Burcht sendiri artinya adalah Benteng

IMG_0301

Hortus Botanicus Universiteit Leiden
Hortus Botanicus Universiteit Leiden
Rumah kaca yang beriklim tropis. Asli mirip banget dengan tegalan mbah di Jember
Rumah kaca yang beriklim tropis. Asli mirip banget dengan tegalan mbah di Jember
Bunganya masih kecil
Bunganya masih kecil
Disekitar Hortus Botanicus
Disekitar Hortus Botanicus
Karena tidak boleh masuk kedalam perpustakaannya, akhirnya saya muter-muter diseputar kampusnya.
Karena tidak bisa masuk kedalam perpustakaannya, akhirnya saya muter-muter diseputar kampusnya.
Lingkungan kampus Universitas Leiden
Lingkungan kampus Universitas Leiden
Lingkungan kampus Universitas Leiden
Lingkungan kampus Universitas Leiden
Terdapat Masjid dilingkungan kampus Universitas Leiden : Masjid Al Hijra
Terdapat Masjid dilingkungan kampus Universitas Leiden : Masjid Al Hijra
Gerbang Leiden sebelah barat. Lambang dari Leiden adalah dua kunci merah yang saling menyilang dengan latar belakang putih. Leiden disebut sebagai "Sleutelstad" ("kota kunci")
Gerbang Leiden sebelah barat. Lambang dari Leiden adalah dua kunci merah yang saling menyilang dengan latar belakang putih. Leiden disebut sebagai “Sleutelstad” (“kota kunci”)
Jalan setapak menuju Gereja
Jalan setapak menuju Gereja
Gereja sekaligus menjadi tempat berlangsungnya beberapa kegiatan pemerintahan
Gereja sekaligus menjadi tempat berlangsungnya beberapa kegiatan pemerintahan
Menurut Suami, ini pompa air letaknya disamping Gereja
Menurut Suami, ini adalah pompa air yang usianya sudah sangat tua, letaknya disamping Gereja
Bangunan sebelah kiri Rijksmuseum van Oudheden
Bangunan sebelah kiri Rijksmuseum van Oudheden

IMG_0238

Kapal yang bersandar di Kanal pada aliran sungai Rijn
Kapal yang bersandar di Kanal pada aliran sungai Rijn

KULINER :

SELERA ANDA

Setelah puas berjalan-jalan, juga karena sudah sangat lapar, maka selanjutnya adalah makan. Pilihan jatuh di Restoran Indonesia Selera Anda. Letaknya dekat sekali dengan Leiden Centraal, sekitar 5 menit jalan kaki. Restoran ini menyediakan makanan yang langsung bisa dipilih dari etalase, kemudian dipanaskan menggunakan microwave. Paketnya juga bermacam. Secara rasa, menurut kami standar, tidak ada yang istimewa, dan tidak ada rasa khasnya. Ruangannya bersih terdiri dari 5 meja. Dari pengamatan, yang datang ke Selera Anda kebanyakan membeli dibawa pulang. Pelayanannya ramah, sempat berbincang juga dengan bapak-bapak yang menunggu didepan restoran.

Selera Anda
Selera Anda
Variasi makanannya
Variasi makanannya
Nasi, 2 jenis lauk, 2 jenis sayur dan telur = 10.75 Euro
Salah satu paketnya : Nasi, 2 jenis lauk, 2 jenis sayur dan telur = 10.75 Euro
Suasana dalam restorannya
Suasana dalam restorannya

ES KRIM

IMG_0357

"Forget Love... I'd rather fall in Chocolate!"
“Forget Love… I’d rather fall in Chocolate!”
Pilihan Es Krimnya
Pilihan Es Krimnya
Yummmyy!!
Yummmyy!!

Dan jalan-jalan 4 jam hari itu ditutup dengan es krim coklat yang lezat. Kami berdua memang penggemar es krim. Jadi bisa dipastikan kalau sedang jalan-jalan yang dicari es krim.

Semoga foto-foto yang tersajikan tidak membosankan meskipun ceritanya hanya sekilas saja.

Semua foto yang ada disini adalah dokumentasi pribadi

-Den Haag, 18 Februari 2015-

Kencan Dan Nyasar

Tadi malam ceritanya kencan buat merayakan 6 bulan pernikahan. Iya, 6 bulan dimana kami merasa seperti baru kemarin menikah. Ya iya pastinya. Setelah 5 bulan pisah dan baru berkumpul kembali 10 hari ini, jadi merasa baru 🙂 Bukan merayakan juga sih tepatnya, hanya ingin makan malam lanjut nonton film. Karena kami berdua pencinta Sushi, akhirnya diputuskan sejak minggu kemarin kalau makan malamnya all you can eat Sushi. Sejak minggu kemarin Mas Ewald sudah pesan tempat untuk hari senin 9 februari 2015. Dia juga sudah memberi tahu kalau tempatnya, Restaurant Yuniku ini dekat dengan kantor, tinggal jalan kaki. Saya bertanya apakah halal? dan menurutnya saat itu yang namanya restaurant Sushi pasti tidak menjual makanan yang diharamkan. Saya menegaskan, apakah ada tulisan halalnya? dia tidak bisa memastikan. Beberapa hari lalu saya mencoba mencari tahu dari websitenya. Tidak melihat ada tulisan Halal. Saya mulai was-was, kemudian bilang ke Suami kalau ternyata nanti tidak ada tulisan Halalnya, pindah restaurant saja. Jadi kami sudah mempunyai alternatif tempat makan. Ternyata ketika sampai disana, di daftar makanannya tercantum tulisan Halal. Jadi makan dengan lahap akhirnya.

Jadi ada semacam “drama” sebelum kami mulai berkencan. Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya kalau beberapa kali saya sudah bisa dan biasa naik angkutan umum disini, tanpa nyasar. Sejak hari minggu, Mas Ewald juga sudah beberapa kali memberi petunjuk harus naik apa sampai ke Zoetermeer, tempat restaurant tersebut berada. Saya juga sudah hapal luar kepala. Bahkan senin paginya, saya dikirim lewat email hasil google map untuk menuju kesana. Jadi rutenya : Saya akan naik bis dari halte di Ypenburg jam 16:18 (nama haltenya Weidevogellan), lalu setelah 3 halte saya harus berhenti di Station Leidschenveen. Setelahnya saya harus lanjut dengan trem nomer 3 atau 4 menuju ke Stadhuis Zoetermeer. Nah, saya harus turun disitu karena Mas Ewald akan menjemput saya. Simpel kan. Jadi saya sudah siap-siap sejak jam 2 siang. Berdandan poles ini itu, maklum kalau dirumah tidak berdandan. Tampil cantik dengan berdandanan untuk suami kan salah satu ibadah :). Jam 4 sore saya sudah keluar rumah, berjalan sekitar 5 menit menuju halte. Menunggu sekitar 12 menit disana, duduk kedinginan. Saya berpikirnya lebih baik menunggu daripada terlalu mepet waktunya atau ketinggalan. Setelah bisnya datang, saya duduk dekat pintu, dekat mesin check in/out. Setelah menghitung sampai 3 halte, saya berpikir setelah ini saya turun. Tapi saya lihat dilayar, kok yang tertera bukan Station Leidschenveen melainkan Leidschenveen Centrum. Wah, berarti bukan ini, pikir saya waktu itu. Akhirnya saya tetap duduk, tidak keluar. Bis terus berjalan sampai melewati 3 halte. Perasaan saya sudah tidak enak, ada yang aneh ini, sepertinya saya nyasar. Kemudian saya menelepon Suami, setelah saya beritahu nama stasiun berikutnya, dia bilang memang saya seharusnya turun di Leidschenveen Centrum. Lha wong namanya beda dengan petunjuk, makanya saya tidak turun. Benar kata pepatah nih, malu bertanya sesat dijalan, nyasar :). Saya berusaha tidak panik, nada bicara saya atur senormal mungkin, supaya Suami juga tidak panik. Untungnya (masih untung, Indonesia sekali hehe) langsung ada bis kearah sebaliknya menuju Leidschenveen Centrum. Sesampainya disana saya menuju keatas untuk ganti naik trem. Ternyata trem nomer 3 datang ketika saya baru sampai diatas. Dan keretanya berhenti sekitar 50 meter didepan saya. Walhasil saya langsung berlari kencang. Beruntungnya ada mas mas yang baik hati untuk menahan pintu keretanya. Ketika saya sudah masuk ke trem, saya mengucapkan terima kasih ke mas mas tersebut, baik sekali. Oh iya, Mas Ewald selalu mengingatkan saya agar jangan sampai lupa check in/out ov-chipkaart apapun keadaannya, karena sering ada pemeriksaan mendadak didalam bis, trem atapun kereta. Bersyukurnya kemarin masih ingat untuk check in/out ov-chipkaart, karena kemarin di trem saya terkena pemeriksaan. Petugasnya menyapa saya dengan tersenyum sambil berbicara sedikit bahasa Indonesia “Terima Kasih”, “Selamat Jalan”, dan “Sama-Sama”. Kok ketahuan ya saya dari Indonesia (berharap banget ada yang mengira dari Yunani haha Yuk Deny sih ini bukan Yunani *kriikk krikkk).

Perjalanan selanjutnya lancar sampai Mas Ewald menjemput saya di Stadhuis Zoetermeer. Dia terkejut melihat saya berdandan. Cantik katanya. Ya iyaa, istri sendiri dipuji. Tidak sia-sia juga poles sana sini meskipun ya hasilnya tidak jauh berbeda dengan sehari-hari :D. Selalu ada pengalaman pertama, termasuk nyasar, supaya belajar jangan lagi mengulang kesalahan yang sama. Entah dikemudian hari nyasar ditempat yang berbeda haha. Ya mudah-mudahan lain kali lebih pintar. Entah karena efek nyasar atau memang sudah waktunya makan, sesampainya di Yuniku, saya lapar sekali. Kami sampai jam 5 sore, masih sepi, baru ada 2 meja yag terisi. Pertama lihat langsung suka dengan dekorasinya dan tata letak mejanya. Kemarin tidak sempat foto-foto ruangannya, tapi bisa langsung dilihat di website pada link diatas. Pelayanannya ramah dan cepat. Saking ramahnya, kami meminta tolong foto beberapa kali dilayani dengan penuh senyuman. Jadi all you can eat ini sistemnya ada 5 kali pemesanan. Masing-masing pesan 5 jenis makanan per orang. Awalnya seperti biasa masih makan dengan kalap. Sampai pemesanan ke 5 saya sudah menyerah. Tidak sanggup lagi, hanya memesan buah dan udang. Mas Ewald bertahan sampai terakhir. ada sebanyak 130 menu kalau tidak salah. Secara menyeluruh puas makan disini, Suasana tidak terlalu ramai, tempat nyaman, penyajian cepat, rasa enak sekali, dan pelayanan ramah dan cepat. Sangat merekomendasikan Yukiniku ini. Hanya satu saya merasa sup rasanya terlalu asin.

Setelah hampir 2 jam makan, perut kekenyangan, kami langsung bergegas menuju bioskop Utopolis untuk menonton film The Theory Of Everything, yang diadaptasi dari memoir Jane Hawking, mantan istri Stephen Hawking, yang berjudul Travelling to Infinity : My Life with Stephen. Hawking adalah seorang Professor dibidang Fisika yang terkenal dengan penemuannya yang bernama Hawking Radiation, menderita amytrophic lateral sclerosis (ALS) yang divonis dokter hanya mempunyai kesempatan hidup 2 tahun pada saat umur 21 tahun, dimana kenyataannya disebutkan difilmnya pada saat diputar tahun 2014 sudah berumur 72 tahun dan tetap produktif dengan beberapa penemuan yang lainnya. ALS adalah penyakit yang mempengaruhi sel-sel saraf di otak dan sumsum tulang belakang yang menyebabkan kelemahan otot dan atrofi. Penyakit ini menyebabkan kematian neuron motorik, yang berarti otak kehilangan kemampuan untuk mengendalikan gerakan otot. Ketika otot dalam diafragma dan dinding dada gagal, penderita akan kehilangan kemampuan untuk bernapas tanpa bantuan ventilasi. Kebanyakan orang dengan ALS hanya bertahan 2 sampai 5 tahun setelah diagnosis. Lebih jauh tentang film ini dapat dibaca disini. Secara garis besar, The Theory Of Everything merupakan bentuk penghargaan tertinggi yang dapat diberikan industri perfilman untuk Stephen dan Jane Hawking. Melalui gaya narasi yang membuat penonton hanyut secara emosional, wajar saja jika film ini akan menjadi salah satu contender kuat di ajang penghargaan 87th Academy Awards pada tanggal 22 Februari 2015 mendatang. Saya dan Suami puas selesai menontonnya karena akting dari Eddie Redmayne sebagai Stephen Hawking dan Felicity Jones sebagai Jane Hawking sangat total. Saya juga suka karena film ini berlatar belakang Inggris, jadi kental dengan aksen British. Saya suka dengan aksen British, terdengar seksi :). Oh iya, kemarin disela film diputar, tiba-tiba ada jeda dan ada tulisan Pauze dilayar. Saya tanya ke Mas Ewald apakah biasa seperti ini, dia bilang belum pernah nonton film ada pauzenya. Karena satu ruangan hanya ada 8 orang, maka mereka memanfaatkan untuk keluar membeli makanan atau ke kamar mandi. Jedanya lumayan lama, 10 menitan.

Begitulah sekelumit cerita saya tadi malam berkencan dengan suami yang diwarnai dengan acara nyasar. Pulang dari bioskop suasana menuju stasiun sudah sangat sepi, kami berjalan bersenda gurau mentertawakan kejadian nyasar saya. Terkadang, yang membuat kita sedih, kecewa, ataupun terluka disuatu masa, suatu saat ketika mengingatnya kembali, kita sudah mampu mentertawakannya. Begitulah hidup, seperti roda berputar yang tidak pernah diam dan selalu bergerak. Karenanya, sangat perlu untuk memanfaatkan sebaik mungkin untuk hal-hal berguna waktu yang tidak akan pernah bisa diputar ulang, kecuali pintu doraemon muncul menjadi nyata 🙂

-Den Haag, 10 Februari 2015-

semua foto disini adalah dokumentasi pribadi

http://restaurantyuniku.nl/
http://restaurantyuniku.nl/
Logo Halal
Tulisan Halal

IMG_0179

IMG_0181

IMG_0182

Muka bahagia karena perut kenyang hatipun senang riang gembira haha
Muka bahagia karena perut kenyang hatipun senang riang gembira haha

Catatan Kuliner : Mas Bule dan Sambal

Ikan Panggang Super Yummy

Terinspirasi dari Cerita Tentang Suami Part 2

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi sambal adalah sambal /sam·bal /n makanan penyedap yg dibuat dari cabae, garam, dsb yg ditumbuk, dihaluskan, dsb, biasanya dimakan bersama nasi. Jenisnya pun bermacam. Ada Sambel terasi, bawang, mangga, kecap, kemiri dan lainnya. Saya termasuk penggila sambal. Tidak bisa makan enak kalo tidak didampingi dengan sambal yang super pedas. Saya juga suka bereksperimen membuat aneka jenis sambal. Akhir-akhir ini saya suka sekali membuat sambal matah. Gampang sekali bahannya : Cabe merah kecil, bawang merah, bawang putih, kencur, sereh, seledri. Semuanya dipotong kecil-kecil, dicampur jadi satu. Banyaknya sesuai selera. Bahannya semua mentah . Terakhir dikucuri jeruk nipis. Kalau mau bisa ditambah garam sesuai selera. Penampilan sambal matah jika disandingkan dengan ikan panggang seperti foto diatas. Super sedap *dipuji sendiri 😀

 Lho kok jadi cerita resep sambal. Kembali lagi ke topik. Mas E sebelumnya pernah makan sambal di Den Haag, karena dia sering makan di restaurant-restaurant Indonesia yang banyak sekali disana. Tapi kalau makan sambal di tempat aslinya pasti akan beda sensasi. Dan level pedasnya disana pasti beda dengan Indonesia. Level aman, menurutnya. Awalnya saya tidak yakin dia akan suka yang namanya sambal, apalagi pedas. Tapi sewaktu pertama kali ke Indonesia saya membuatkan sambal terasi mentah super pedas, ternyata dia suka. Awalnya saya tanya “pedes banget ga?” lalu dijawab “nggak, biasa”. Beberapa saat kemudian baru kepedesan sampai hidung meler, keringetan, dan muka merah. Semakin dia meler-meler seperti itu, jiwa sadis dan penyiksa saya semakin terpuaskan *istrinya super sadis.

Masakan pertama yang saya buat untuk Mas E ketika pertama kalo ke rumah untuk melamar. Langsung sambel terasi :)
Masakan pertama yang saya buat untuk Mas E ketika pertama kali ke rumah untuk melamar. Langsung sambel terasi 🙂

Kalau saya membuat sambal pedasnya tidak sesuai standar dia, suka diprotes. Sekarang level pedasnya sama dengan saya *asyiikk ada partner in crime. Intinya pengalaman pertama dia dengan sambal pedas bikin ketagihan. Tidak hanya sambal, semua makanan yang saya masak buat dia, harus ada unsur pedasnya. Sop, nasi goreng, apapun itu, harus ada cabe yang nongol. Dan anehnya, perut dia baik-baik saja. Tidak pernah sakit perut.

Beberapa masakan yang saya buat selama Mas E di Indonesia

Sop sayuran pedas
Sop sayuran pedas
Nasi goreng pedas petai ikan asin. Iya, suami saya senang makan petai :)
Nasi goreng pedas petai ikan asin. Iya, suami saya senang makan petai 🙂
Sambel Tempe
Sambel Tempe
Makanan seperti ini yang biasa saya masak untuk Mas E selama dia di Indonesia. Tapi bisa bikin naik 3kg dalam sebulan :D
Makanan seperti ini yang biasa saya masak untuk Mas E selama dia di Indonesia. Tapi bisa bikin naik 3kg dalam sebulan 😀

Dan ini adalah makanan paling ekstrim yang pernah dimakan Mas E selama sebulan di Indonesia

Bebek Galak, Jember. Sambelnya juara! Mas E makan sampai habis tak bersisa.
Bebek Galak, Jember. Sambelnya juara! Mas E makan sampai habis tak bersisa.
Serius makan karena kepedasan. Karena makan pakai tangan, setelah makan tangannya kepanasan :)
Serius makan karena kepedasan. Karena makan pakai tangan, setelah makan tangannya kepanasan 🙂

Sebelum pulang ke Belanda, September lalu, dia sudah berpesan untuk dibelikan cobek dan ulekan. Katanya mau bikin sambel sendiri sebelum saya nyusul kesana. Ibu saya sampai terheran, ini kenapa ada bule kok lidahnya jawa. Akhirnya 2 hari sebelum pulang, ibu membelikan ulekan, cobek dan menggoreng terasi. Ada teman ibu yang baru pulang dari Lombok dan memberikan oleh-oleh terasi Lombok. Enak banget. Semuanya digoreng, kemudian dibungkus plastik rapat-rapat. Mas E minta diajari caranya membuat sambal. Walhasil H-1 adalah training langkah-langkah membuat sambal terasi. Saya juga mengajari caranya mengulek, bagaimana memegang ulekan, bahan-bahan apa saja yang perlu dicampurkan. Saya bilang sama dia, kalau bahannya tidak pakem, mau dimodifikasi ya silahkan. Antara terharu, lucu, bahagia ketika makan sambal hasil ulekan suami yang pertama kali.

DSC_0160-1DSC_0161 (2)DSC_8900-2

Beberapa waktu setelah sampai di Belanda, suami mulai mempraktekkan membuat sambel terasi. Saya ceritakan ke Ibu, beliau tertawa senang. Menantu bulenya sudah mandiri membuat sambal. Dan sambal favorit suami adalah sambel terasi mentah. Oh iya, sambal yang dibuat dia selama ini sambel mentah semua karena dia memang tidak terlalu suka makanan yang digoreng.

Sambel mentah terasi ala Belanda
Sambel mentah terasi ala Belanda
Sudah semakin jago membuat sambal :)
Sudah semakin jago membuat sambal 🙂

Menikah itu seperti mencari ilmu. Perjalanan tiada akhir, dan selalu menemukan hal yang baru. Termasuk saya dan suami yang selalu senang mencoba sesuatu yang belum pernah kami coba atau lakukan sebelumnya. Selalu ada yang pertama dalam hidup,  sekecil apapun itu. Nikmati, rasakan, dan bagikan jika dirasa berguna bagi orang lain. Dari secobek sambal, saya merasakan bagaimana Mas E sedang belajar untuk mencoba hal baru dalam hidupnya. Belajar mengerti kebiasaan disekitar saya, bahkan masyarakat Indonesia secara umumnya.

Punya pengalaman unik seputar sambal?

-Surabaya, 12 November 2014-