Prosedur Pengajuan Verblijfsvergunning EU-Langdurig Ingezetene

IND

Beberapa minggu lalu, selang beberapa hari setelah lulus ujian tes teori menyetir mobil, saya mendapatkan surat keputusan dari kantor Imigrasi di Belanda (IND = Immigratie -en Naturalisatiedienst) yang menyatakan bahwa mereka meluluskan pengajuan ijin tinggal yang baru. Jadi total proses pengajuan dari awal sampai keputusan, 3.5 bulan dari maksimal 6 bulan yang dijanjikan pihak IND. Itupun sempat ada “prahara” mereka meminta data tambahan tanpa diduga. Jadi dokumen-dokumen yang saya ajukan sudah lengkap sesuai dengan yang tertera pada formulir, lalu mereka meminta data tambahan lagi. Sehari setelah data tambahan dikirim, mereka langsung memberi keputusan diterima.

Suami sempat mengusulkan supaya saya langsung ganti paspor Belanda saja supaya mempermudah administrasi di Belanda dan lebih praktis semuanya. Dia bilang : kan kamu sudah tinggal di Belanda dan keluarga kita di Belanda. Tapi saya belum menemukan alasan yang kuat mengganti paspor Indonesia menjadi paspor Belanda. Bukan karena saya terlalu nasionalis, tapi ya itu tadi. Saya belum menemukan alasan kuat mengganti paspor. Kalau untuk alasan praktis buat travelling (salah satu yang suami saya bilang), saya belum terlalu perlu karena kami travelling juga paling banyak 4 kali dalam setahun. Itu paling banyak ya, seringnya ya 3 kali. Jadi, saya putuskan untuk saat ini mengajukan perpanjangan ijin tinggal saja, bukan mengganti paspor. Entah kalau nanti sudah menemukan alasan yang kuat, bisa jadi saya akan berubah pikiran mengganti paspor Indonesia ke Belanda. Bisa jadi tetap paspor Indonesia.

IND
IND

Saya akan tuliskan beberapa poin tentang prosedur pengajuannya. Catatan : Ijin tinggal ini sponsor saya adalah suami dengan status saat pengajuan saya sedang tidak bekerja. Saya sedang malas menulis yang terlalu lengkap, jadi beberapa informasi yang akan ditulis di bawah, untuk lebih lengkapnya bisa baca sendiri pada link yang saya berikan *BLOGGER GAK SEPIRO NIAT :))).

  • PEMBERITAHUAN MASA BERLAKU VERBLIJFSVERGUNNING BEPAALDE TIJD AKAN BERAKHIR

Tiga bulan sebelum VERBLIJFSVERGUNNING  (seterusnya akan saya singkat menjadi VV) BEPAALDE TIJD selesai masa berlakunya, IND akan mengirimkan surat pemberitahuan ke alamat kita. Itu tandanya, kita sudah bisa mulai mengajukan permohonan. CATATAN : Jangan mengajukan permohonan sebelum surat dari IND datang atau sebelum 3 bulan masa berlaku VV berakhir. Jika mengajukan sebelum 3 bulan dan kalian sudah membayar, IND akan meminta kalian mengajukan lagi dan mengulangi proses dari awal. Termasuk membayar lagi. Jika belum mendapatkan surat dari IND lebih dari 3 bulan sebelum masa berlaku VV lama akan selesai, silahkan kontak IND untuk memastikan.

VV saya berakhir bulan Desember. Jadi bulan September saya mendapatkan surat dari IND.

  • VV EU-LANGDURIG INGEZETENE

Ijin tinggal namanya VERBLIJFSVERGUNNING tipenya BEPAALDE TIJD jika baru pindah, yang artinya terbatas waktu selama 5 tahun. Jadi semacam bukan permanen residen. Nah setelah 5 tahun, bisa mengajukan ijin tinggal tipe yang baru yaitu yang tidak terbatas waktu (onbepaalde tijd). Nah yang onbepaalde tijd ini ada tipe yang baru yaitu EU-Langdurig Ingezetene (Long Term Residence EU). Apa itu? Silahkan baca sendiri di siniAda banyak keuntungannya. Salah satu yang saya ingat dari surat keputusan yang dikirim oleh IND, hak orang yang memegang ijin tinggal tipe ini, sama dengan hak penduduk Belanda, kecuali tidak bisa ikut pemilu tingkat nasional.

Saya mengajukan VV EU-LANGDURIG INGEZETENE.

  • PENGIRIMAN DOKUMEN

Dokumen apa saja yang diperlukan, silahkan baca di Aanvragen status EU-langdurig ingezetenePengajuannya bisa dengan dua cara : dikirim lewat pos atau online. Saya memilih cara online karena lebih cepat, gampang, dan langsung bisa membayar biaya pengajuannya. Untuk biaya yang harus dibayarkan sebesar €174. Pengajuan lewat online, langkah-langkahnya ada pada link di atas yang saya berikan. Tinggal ikuti saja perbagiannya. Dokumen discan terlebih dahulu sebelum diunggah.

Pastikan semua dokumen yang diunggah sudah lengkap sesuai dengan permintaan dari IND yang tertera di formulir, sesuai dengan kondisi dan situasi aplikan. Jangan sampai ada yang kurang karena kemungkinan besar setelah dikirim lalu ternyata ada yang kurang, pihak IND akan meminta mengulang proses dari awal. Artinya, harus membayar lagi.

  • STIKER DI PASPOR

Setelah selesai mengunggah semua dokumen dan membayar, kita akan mendapat surat dari IND yang menyatakan kapan maksimal keputusan akan diberikan, yaitu 6 bulan setelah tanggal pengajuan. Artinya, selama proses masih berlangsung dan saat VV lama kita sudah selesai masa berlakunya, kita akan menjadi penduduk ilegal. Bagaimana caranya supaya kita tidak tercatat sebagai penduduk ilegal? Ajukan permintaan stiker ijin tinggal yang ditempel pada paspor. Jadi stiker ini adalah ijin tinggal sementara selama ijin tinggal yang baru belum keluar. Ingat, ijin tinggal sementara ini sifatnya hanya berlaku di dalam Belanda. Jadi selama ijin tinggal yang baru belum keluar, kita tidak bisa keluar dari Belanda, kecuali memakai Terugkeervisum yang harganya €157 untuk satu kali perjalanan keluar Belanda dan berlaku selama 90 hari.

Permintaan Stiker di Paspor bisa dengan membuat janji dulu di sini. Saya mengajukan permintaan stiker supaya ke mana-mana lebih tenang dan memang saat itu akan dipakai saat tes teori menyetir. Jika pemohon adalah karyawan, stiker ini bisa diberikan ke HRD sebagai pemberitahuan bahwa ijin tinggal yang baru sedang diproses, sehingga proses penggajian tidak bermasalah.

Stiker ini tidak dipungut biaya alias gratis.

  • SERING CEK STATUS PENGAJUAN DI AKUN IND

Sering-seringlah mengecek status proses aplikasi sudah sampai tahap mana. Kadangkala surat tidak sampai di rumah, sehingga cek di akun IND akan lebih efektif. Cek akun IND ini menggunakan DigiD.

  • BIOMETRIK (FOTO, SIDIK JARI, TANDA TANGAN)

Ditengah proses, saya harus melakukan foto diri, sidik jari, dan tanda tangan di kantor IND. Melakukan Biometrik harus membuat janji terlebih dahulu di sini.

Saat itu, janji antara meminta stiker di Paspor dan melakukan Biometrik saya jadikan satu supaya tidak bolak balik. Biometrik gratis

  • KEPUTUSAN DARI IND

Jika memang semua dokumen lengkap dan pihak IND tidak minta data tambahan, maka keputusan akan ijin tinggal yang baru cepat keluar. Mungkin juga cepat tidaknya tergantung sepi atau ramainya aplikasi yang masuk ke IND. Mungkin lho ya, ini analisa saya saja.

Total waktu untuk ijin tinggal saya yang baru dari awal pengajuan sampai keputusan keluar adalah 3.5 bulan.

  • SURAT UNDANGAN PENGAMBILAN VV YANG BARU

Setelah surat keputusan dikirim, nanti akan ada surat lagi yang datang yang menyatakan di IND cabang mana kartu ijin tinggal bisa diambil. Biasanya sih yang terdekat dengan rumah. Kalau saya, mengambil ke IND cabang Den Haag. Jangan langsung mengambil sebelum surat undangan ini datang karena harus membuat janji dulu kapan bisa diambil dan di IND cabang mana (sesuai yang sudah ditentukan dalam surat). Janji pengambilan kartu ijin tinggal bisa dilakukan di sini. Yang dibawa saat pengambilan VV yang baru adalah : Paspor atau VV yang lama. Jangan lupa kode yang dikirim lewat email setelah membuat janji temu juga ditunjukkan. Datanglah lima menit sebelum janji temu yang sudah kita pilih.

  • VV EU-LANGDURIG INGEZETENE

Selamat, VV EU-LANGDURIG INGEZETENE sudah ditangan. Artinya status tinggal sekarang adalah permanen residen untuk waktu tak terbatas waktu. Meskipun statusnya untuk periode yang lama, tapi setiap 5 tahun sekali, tetap harus memperbaharui kartunya, tanpa perlu mengirimkan dokumen-dokumen lagi. Di kartu VV EU-LANGDURIG INGEZETENE sudah tidak ada nama suami sebagai sponsor, seperti nampak kita adalah sponsor diri sendiri.

Begitulah prosedur pengajuan ijin tinggal tipe VV EU-LANGDURIG INGEZETENE. Semoga informasi yang saya tuliskan berguna. Jika ada yang tidak jelas, silahkan ditanyakan.

-25 Februari 2020-

Thorn – Kota Putih di Belanda

Thorn - Belanda

Sewaktu mencari tempat mau ke mana akan saya lalui pada hari ulangtahun, di mana hanya bisa di Belanda saja karena bukan hari libur, maka saya memutuskan ingin ke provinsi Limburg. Browsing sana sini, lalu saya tertarik untuk mengunjungi Thorn yang disebut sebagai kota putih. Membaca deskripsi dari berbagai sumber, saya semakin penasaran. Lalu saya utarakan hal ini ke suami, dia langsung mengiyakan dan ikut penasaran seperti apa Thorn itu karena memang belum pernah ke sana sebelumnya. Saya tidak terlalu berharap banyak cuaca akan cerah karena beberapa hari sebelumnya salju sempat turun di sekitar tempat tinggal kami. Tidak turun hujan saja sudah sangat saya syukuri. Sewaktu sampai di Thorn, suasananya sangat sepi dan langsung tampak bangunan dan rumah dengan cat putih sepanjang mata memandang. Hanya beberapa turis yang kami jumpai saat itu, memegang peta sambil mengamati beberapa bangunan yang ada dan sesekali membidikkan kamera untuk mengabadikan yang ada di depan mata. Tidak banyak foto yang saya dapatkan di sini, entah karena udara yang begitu dingin atau saya terlalu fokus dengan situasi di sana sehingga lebih menikmati suasana lalu menjadi agak malas untuk mengabadikannya. Hanya sempat merekam beberapa sudut kota ini dalam video.

Thorn - Belanda
Thorn – Belanda
Thorn - Belanda
Thorn – Belanda
Thorn - Belanda
Thorn – Belanda

Sekitar tahun 990, kota Thorn terbentuk karena banyaknya biarawan dari kalangan bangsawan. Setelahnya, kota ini berkembang menjadi kerajaan kecil. Menjelang abad ke-18 para wanita bangsawan yang ada di Thorn melarikan diri untuk menghindari orang Perancis. Lalu, sejumlah besar orang miskin datang untuk tinggal di kota ini. Orang Perancis menghitung pajak berdasarkan dimensi jendela rumah. Karena orang miskin tidak dapat membayar pajak, mereka lalu membuat jendela mereka lebih kecil dengan cara membakarnya. Rumah-rumah itu kemudian dicat putih untuk menyembunyikan perbedaan antara batu bata tua dan baru. Begitulah asal usul kota putih Thorn yang saya baca dari Wikipedia dan mengapa semua rumah di kota ini berwarna putih. Sampai saat ini, rumah di Thorn berpenghuni selayaknya rumah biasa. Selain rumah-rumah lama (dibangun sekitar tahun 1500an) yang masih bisa dilihat dengan kondisi bagus, ada gereja tua dan kapel yang masih terjaga dengan baik. Untuk mengetahui apa saja yang bisa dikunjungi di Thorn, di dekat gereja terdapat pusat informasi untuk turis, jadi kita bisa mendapatkan informasi sejelas mungkin di sana.

Thorn - Belanda
Thorn – Belanda
Thorn - Belanda
Thorn – Belanda
Thorn - Belanda
Thorn – Belanda
Thorn - Belanda
Thorn – Belanda

Thorn ini letaknya tidak terlalu jauh dari Roermond, salah satu Designer outlet yang terkenal di Belanda. Saat ini, Thorn merupakan salah satu kota tujuan wisata karena keunikan warna putihnya tersebut. Para wisatawan yang datang ke Roermond untuk berbelanja, menyempatkan diri untuk mengunjungi Thorn. Jadi jika ada yang sedang liburan ke Belanda dan salah satu tujuannya adalah berbelanja ke Roermond, tidak ada salahnya mampir ke Thorn sebagai alternatif tempat wisata yang tidak terlalu turistik. Tidak usah khawatir, di Thorn banyak dijumpai restaurant dan cafe.

 

-Nootdorp, 11 Oktober 2017-

 

Aplikasi Visa Schengen (Dengan Tujuan Utama Belanda) : Tipe Visa Undangan

Pada tahun 2017 ini, saya berkesempatan mengurus dokumen-dokumen sebagai syarat pengajuan aplikasi Visa Schengen dengan tujuan awal (dan tujuan utama) Belanda dan tipe visa adalah undangan. Tidak tanggung-tanggung, dalam setahun dua kali saya mengundang anggota keluarga, yaitu Ibu dan Adik karena mereka datang dalam waktu yang berbeda. Selaku pihak sponsor adalah Suami. Saya ingin berbagi informasi tentang pengurusan Visa Schengen dengan tipe Visa Undangan untuk Ibu dan Adik dengan catatan yang perlu digaris bawahi adalah kondisi mereka berbeda sehingga ada beberapa dokumen yang berbeda saat pengajuan. Adik saya statusnya bekerja dan pengajuan tinggal selama 30 hari (diantaranya berlibur ke Belgia dan Perancis) sedangkan Ibu saya statusnya pensiun dan pengajuan tinggal selama 90 hari.

Catatan : Ada beberapa dokumen yang dalam bahasa Indonesia, harus diterjemahkan dulu dalam salah satu bahasa ini : Perancis, Inggris, Belanda, atau Spanyol. Ibu dan Adik memilih menerjemahkan dalam bahasa Inggris melalui penerjemah tersumpah yang ada di Surabaya.

Pengajuan Aplikasi Visa Schengen yang dilakukan oleh Ibu dan Adik melalui kantor VFS Global yang ada di Surabaya. Syaratnya sangat mudah dipenuhi, secara jelas bisa dilihat di website VFS Global

 

  • Dokumen Yang Diperlukan : Bisa diunduh di sini. Checklist for a Visa Application. Visit to a Family/Friends
  1. Menuliskan Nama (Sesuai nama yang tertera di paspor). Untuk pengajuan visa, yang menjadi acuan adalah data yang terdapat di paspor, termasuk nama. Ibu saya mempunyai nama berbeda antara KTP dan Paspor karena Paspor sebelumnya dipergunakan untuk naik haji, jadi ada penambahan nama keluarga. Sedangkan di KTP, hanya ada dua suku kata nama tanpa ada nama keluarga. Ini tidak menjadi masalah karena yang akan menjadi acuan adalah nama di paspor.
  2. Menuliskan Kewarganegaraan
  3. Mengisi secara lengkap dan menandatangani formulis aplikasi visa Schengen (bisa diunduh di sini)
  4. Menyertakan Paspor yang asli (yang masih mempunyai masa berlaku minimal 3 bulan dari tanggal saat meninggalkan Schengen area, masih terdapat dua halaman kosong), fotokopi dari halaman di paspor yang ada keterangan detail data pemegang paspor, fotokopi semua visa sebelumnya dan stempel keluar masuk ke suatu negara (Ibu saya tidak menyertakan karena paspor sebelumnya hilang. Adik juga tidak menyertakan karena ini adalah paspor pertama yang dimiliki), fotokopi informasi detail dari visa dan paspor sebelumnya yang dimiliki (Ibu dan Adik tidak menyertakan).
  5. Bukti tinggal di negara tempat mengajukan aplikasi visa. Sebenarnya dengan menggunakan paspor saja sudah cukup karena negara pengajuan aplikasi visa sama dengan negara tinggal. Tetapi Adik dan Ibu pada poin ini melampirkan KTP yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris
  6. Bukti Ijin Kerja. Adik melampirkan bukti surat keterangan kerja dari kantornya (dalam bahasa Inggris), sedangkan Ibu tidak karena statusnya pensiun.
  7. Pas Foto yang sesuai dengan ketentuan paspor Belanda dan pengambilan fotonya tidak boleh melebihi 6 bulan dari waktu pengajuan visa. Ketentuannya bisa dilihat di sini.
  8. Menuliskan rincian perjalanan sejumlah total hari yang diminta. Karena Adik dan Ibu tinggal di rumah kami, jadi tidak perlu menyertakan bukti reservasi hotel hanya menuliskan rencananya mau kemana dan apa yang akan dilakukan selama hari tinggal. Saya membuatkan untuk Adik detail per hari selama 30 hari. Tetapi untuk Ibu karena memang rencananya hanya akan tinggal di rumah, jadi rinciannya secara garis besar saja.
  9. Menyertakan bukti booking tiket pesawat. Ini masih booking ya, belum beli. Ibu dan Adik menggunakan booking melalui KLM karena prosesnya gampang, tanpa harus membayar, dan ada bukti yang dikirimkan ke email. Jadi bisa disertakan saat pengajuan visa.
  10. Melampirkan surat undangan dari pihak sponsor. Surat undangan ini harus ditandatangani oleh Gemeente (pemerintah setempat di mana pihak sponsor tinggal). Surat undangannya adalah berupa formulir bisa diunduh di siniJika pihak sponsornya punya partner, maka mereka berdua harus datang ke Gemeente untuk tanda tangan di depan petugas (jadi jangan ditandatangani dari rumah). Untuk datang ke Gemeente, harus membuat janji terlebih dahulu. Ada yang bisa melalui online pengurusannya (misalkan di Amsterdam). Jadi cek website masing-masing Gemeente tempat tinggal. Untuk mendapatkan tanda tangan di surat undangan, kita harus membayar. Besarannya bervariasi antara satu Gemeente dengan lainnya. Di tempat tinggal kami, membayar €10.5.
  11. Bukti Fotokopi surat kontrak kerja pihak sponsor yang berlaku sampai minimal 12 bulan dari waktu pengajuan visa.
  12. Bukti gaji pihak sponsor tiga bulan terakhir atau bukti sumber pendapatan lainnya. Karena sudah ada bukti gaji dari pihak sponsor (dalam hal ini, bukti gaji suami), maka Ibu dan Adik tidak perlu lagi menyertakan bukti keuangan yang ada di tabungan selama tiga bulan terakhir karena dalam formulir aplikasi akan dinyatakan bahwa semua yang berhubungan dengan pengeluaran selama di Belanda akan menjadi tanggungan pihak sponsor.
  13. Dokumen yang membuktikan pihak yang mengajukan aplikasi akan kembali ke negaranya setelah melakukan perjalanan. Untuk Adik, menyertakan surat keterangan kerja yang menyatakan bahwa yang bersangkutan memang bekerja di sana dan SK kerja untuk memperkuat. Sedangkan untuk Ibu, menyertakan surat tanah atas nama Ibu yang membuktikan bahwa Ibu mempunyai properti di Indonesia. Surat-surat ini diterjemahkan dalam bahasa Inggris.
  14. Pembelian asuransi perjalanan. Ibu dan Adik menggunakan asuransi perjalanan Smart Traveller dari AXASesuai persyaratan yang tertera di checklist, asuransi harus tertera nama pihak yang mengajukan aplikasi, valid selama masa perjalanan dan di area Schengen, serta minimal €30.000 penggantian jika ada perawatan di RS, keadaan darurat, jika terjadi kecacatan bahkan jika terjadi kematian. Pembelian asuransi AXA ini online dan semua dokumen asuransi dikirim via email.
  15. Visa, paspor atau dokumen perjalanan lainnya yang memperlihatkan ijin untuk masuk ke negara tujuan akhir setelah dari area Schengen. Ibu dan Adik tidak menggunakan ini karena memang tujuan akhirnya Belanda.
  16. Biaya Visa yang dibayarkan secara tunai dan langsung pada saat hari pengajuan semua dokumen. Total biayanya = €60 (biaya visa) + €25 (biaya jasa VFS). Pembayarannya dalam bentuk Rupiah dengan kurs yang sudah ditentukan oleh VFS. Bisa di cek di sini untuk memastikan total yang harus dibayarkan dalam Rupiah berapa.

Tambahan : Ini sebenarnya tidak tertera dalam checklist, tapi selalu saya tambahkan ke dalam setiap pengajuan aplikasi. Siapa tahu membuat kemungkinan mendapatkan visa semakin besar. Suami selalu membuat surat undangan pribadi yang ditandatangani, ditujukan kepada pihak yang mengajukan aplikasi yang berisi tentang tujuan mengundang, rencana selama tinggal, dan menyatakan bahwa semua pengeluaran akan menjadi tanggungan suami sebagai pihak sponsor, termasuk tiket pesawat PP. Satu surat undangan pribadi ini disertakan dalam dokumen-dokumen yang diajukan.

Semua dokumen-dokumen tersebut disusun berurutan untuk memudahkan petugas melakukan pengecekan dan diperbanyak satu kali (plus satu kali untuk dokumen pribadi jika memang diperlukan). Jadi dibawa dua bundel dokumen. Tetapi dari pengalaman Adik dan Ibu, yang diminta hanya yang asli saja sedangkan yang fotokopi dikembalikan.

 

  • Pembuatan Janji Temu

Pembuatan janji temu dilakukan online di sini. Pilih kantor VFS yang terdekat dengan tempat tinggal. Langkah-langkahnya sudah jelas tertera pada tautan tersebut. Kalau kantor VFS di Surabaya, jadwalnya tidak perlu mengantri terlalu lama. Untuk pengajuan visa, maksimal 3 bulan sebelum tanggal keberangkatan yang diinginkan dan minimal 3 sampai 4 minggu sebelum waktu keberangkatan. Perlu diperhatikan juga untuk bulan-bulan liburan sehingga harus diantisipasi untuk membuat janji temu jauh hari guna menghindari antrian yang lama.

  • Pengambilan Data Biometrik

Sehubungan dengan adanya pengambilan data biometrik, maka pengajuan aplikasi visa harus datang sendiri tidak bisa diwakilkan, dengan membawa serta semua dokumen yang diperlukan. Kedatangan di kantor VFS tidak boleh lebih dari 15 menit dari waktu yang telah dipilih karena tidak akan bisa masuk ke ruangan dan menunggu di luar.

  • Waktu Proses Aplikasi

Jika merujuk yang tertera di website VFS, maka waktu proses aplikasi adalah 15 hari kerja. Tapi dari pengalaman Ibu dan Adik, dalam 5 hari kerja sudah ada berita yang dikirimkan lewat email kapan bisa mengambil paspornya atau bisa melacak status aplikasi di sini. Paspor bisa diambil sendiri atau bisa menggunakan jasa kurir yang disediakan oleh VFS dengan mengganti biaya kirim sesuai alamat pengiriman. Ibu menggunakan jasa kurir dengan membayar Rp 50.000 dan paspor langsung dikirim ke alamat yang sesuai tertera di paspor atau sesuai permintaan.

Ibu dan Adik mendapatkan lama tinggal sesuai dengan permintaan. Ibu mendapatkan lama tinggal selama 90 hari dengan tipe multiple entries, sedangkan Adik mendapatkan 30 hari juga multiple entries. Untuk tipe visa undangan sama dengan tipe visa turis, maksimal lama tinggal adalah 90 hari dalam periode waktu maksimal 180 hari. Bisa dilakukan perpanjangan, asal memenuhi syarat yang diajukan pemerintah Belanda. Ketentuannya bisa dilihat di sini pada bagian Further Application.

Dari pengalaman tiga kali mengurus visa Schengen ke Belanda dengan tipe undangan (satu kali untuk saya sendiri pada tahun 2014, meskipun saat itu melalui konsulat Belanda yang berada di Surabaya), jika semua dokumen yang diperlukan terpenuhi dan pihak sponsor juga bisa menyertakan bukti kuat dokumen yang diperlukan, maka kemungkinan untuk mendapatkan visa sangatlah besar. Apalagi sejak diambil alih oleh VFS sebagai pihak perantara dalam pengajuan aplikasi, jadi tidak ada lagi wawancara. Mereka hanya mengecek dokumen-dokumen tanpa bertanya secara detail. Berbeda ketika saya mengajukan melalui konsulat Belanda, wawancaranya sangatlah detail.

Begitulah informasi yang bisa saya bagikan sehubungan dengan pengajuan aplikasi visa Schengen dengan tujuan utama Belanda dan tipe visa adalah undangan. Semoga informasi ini bermanfaat.

Tambahan Info : Ibu saya datang ke Belanda sendiri tanpa ada yang menemani. Karenanya, saya memanfaatkan fasilitas dari Garuda yaitu MEET AND ASSISTANCE. Fasilitas ini gratis alias tidak dipungut biaya sama sekali. Jika membeli tiketnya secara online, tinggal menghubungi pihak Garuda lewat online chatting yang ada di website nya. Jika membeli tiket secara langsung, bisa disebutkan untuk ditambahkan fasilitas ini dan alasannya kenapa. Jadi Ibu saya benar-benar ditemani bahkan sampai ada proses di imigrasi di Schiphol dan diantarkan sampai bertemu saya dan suami. Fasilitas ini sangat membantu jika ada anggota keluarga yang baru pertama kali ke LN dan tidak terlalu lancar berbahasa Inggris (atau bahasa setempat) atau untuk orang tua sehingga tidak akan kebingungan.

 

-Nootdorp, 3 Oktober 2017-

Betah di Madurodam – Den Haag

Dalam waktu beberapa minggu kedepan (sudah berjalan seminggu ini juga sih) saya akan menjadi pemandu wisata pribadi adik yang sedang berlibur ke Belanda. Yap!! akhirnya saya bertemu juga dengan adik yang selama 2.5 tahun tidak pernah saling berjumpa muka. Walaupun diawali dengan drama pesawat dan imigrasi, akhirnya adik sampai dengan selamat di Belanda seminggu lalu dengan -tentu saja- membawa barang titipan saya yang jumlahnya tidak seberapa banyak. Barang titipan yang didominasi oleh buku-buku berbahasa Indonesia (lebih dari 20 buku). Sedangkan titipan makanan hanya beberapa saja, salah duanya yang tidak boleh lupa adalah petis madura dan keju Kraft. Jangan heran kalau saya minta Ibu untuk memasukkan keju Kraft ke koper adik karena sudah kangen makan keju itu sejak lama. Ibu saja sampai bingung kenapa saya yang tinggal di negara keju malah minta dibelikan keju Kraft. Yah, namanya selera lidah, saya tidak terlalu cocok dengan keju Belanda. Sudah mencoba beberapa jenis, yang cocok hanya keju asap. Untuk makanan yang lainnya, saya tidak terlalu kepingin. Oh iya, bandeng asap dan otak-otak bandeng juga tidak ketinggalan diangkut. Yummm, terpuaskan sudah keinginan makan bandeng asap dan otak-otak bandeng.

Nah, karena adik akan lumayan lama liburan di Belanda (dan nanti ke beberapa negara tetangga juga), maka saya sudah menyiapkan daftar tempat mana saja yang akan dikunjungi. Tentu saja saya ikut mengantar disesuaikan dengan jadwal kerja dan cuaca di Belanda. Beruntung juga kerja paruh waktu sehingga bisa menemani adik berkeliling ke beberapa tempat wisata. Tapi yang jadi agak hambatan adalah cuaca. Akhirnya kalau hujan sedangkan saya tidak jadwal kerja, kami hanya berdiam di rumah. Tapi berdiam di rumah akhirnya jadi ajang cerita seru, banyak bercerita yang terlewatkan selama 2.5 tahun tidak saling bertemu karena kalau cerita di telfon kan terbatas waktu.

Madurodam - Den Haag
Madurodam – Den Haag
Miniatur Schiphol lengkap dengan pesawat yang beroperasi
Miniatur Schiphol lengkap dengan pesawat yang beroperasi

Minggu lalu saya mengajak adik ke tempat kerja karena mumpung cuaca cerah jadi saya berencana ke tempat wisata yang selama ini saya ingin kunjungi tetapi malas kalau sendirian ke sana. Sedangkan suami tentu saja tidak mau ke sini karena menurut dia terlalu turistik. Suami bilang nanti saja kalau Adik dan Ibu ke Belanda, saya bisa pergi sama-sama ke sini. Jadi setelah selesai kerja, saya dan adik langsung ke tempat wisata yang nampaknya wajib dikunjungi kalau ke Belanda atau paling tidak kalau berkunjung ke Den Haag. Tempat ini tidak jauh dari rumah kami bahkan beberapa kali saya selalu melewati depan bangunannya kalau sedang bersepeda dengan suami ke arah pantai Scheveningen. Akhirnya ada kesempatan juga mengunjunginya.

Madurodam
Madurodam

Saya dan Adik mengunjungi Madurodam. Jadi tempat ini adalah lokasi yang memajang miniatur tempat-tempat dan bangunan-bangunan bersejarah dan terkenal di seluruh Belanda. Entah kenapa sejak pertama datang ke Belanda saya selalu penasaran dalamnya Madurodam itu seperti apa. Untuk mencapai Madurodam, dari Den Haag Centraal bisa ditempuh dengan menggunakan tram no.9 arah Scheveningen dan berhenti di halte Madurodam. Saran saya, untuk membeli tiket masuk Madurodam, lebih baik membeli secara online karena akan mendapat potongan harga sebesar €3 sekaligus tidak perlu lagi mengantri panjang apalagi kalau musim liburan sekolah atau sedang musim panas. Waktu kami ke sana, sedang musim liburan sekolah. Tak heran isinya anak-anak kecil di mana-mana. Tapi itu tidak mengurangi ke khusyukan saya mengelilingi area Madurodam meskipun tidak bisa semuanya karena cuaca yang sangat panas sekali. Tak kuat saya, lelah akhirnya menunggu adik yang berputar ke seluruh area sambil makan popcorn dan memperhatikan anak-anak kecil kegirangan melihat beberapa miniatur yang bisa bergerak jika ada koin yang dimasukkan.

Madurodam - Den Haag
Madurodam – Den Haag
Miniatur pabrik klompen yang bisa mengeluarkan mini klompen
Miniatur pabrik klompen yang bisa mengeluarkan mini klompen trus diangkut dengan mini truk. Gemes deh lihatnya.

Masuk ke Madurodam ini seperti membangkitkan kenangan masa kecil yang selalu kegirangan jika melihat mainan. Apalagi melihat miniatur bangunan yang saya bayangkan seperti mainan yang bisa digerakkan. Melihat miniatur bandara Schiphol dengan pesawat KLM yang bisa bergerak, pabrik klompen yang bisa mengeluarkan klompen sungguhan, pabrik coklat yang mengeluarkan coklat mini. Saya jadi tidak berhenti menyunggingkan senyum selama di sana. Entah kenapa, girangnya bukan main. Apalagi kalau melihat mini kereta api yang sedang melintas, senang bukan kepalang. Kalau tidak karena cuaca panas yang bikin saya gerah, mungkin selama 3 jam kami di sana, bisa berkeliling ke seluruh area. Adik saya yang mengelilingi seluruh area yang memang tidak terlalu luas, juga merasa senang dengan Madurodam. Fasilitas di dalam Madurodam juga sangat membuat pengunjungnya nyaman. Toilet bersih dan tidak bau (penting bagi saya) serta gratis, beberapa tempat makan, kursi-kursi yang nyaman untuk beristirahat, disediakan stroller gratis juga bagi yang punya anak kecil dan tidak membawa stroller. Jalan setapaknya juga ramah bagi penyandang disabilitas.

Jadi jika ada yang sedang berkunjung ke Den Haag dan tertarik melihat miniatur negara Belanda, bisa berkunjung ke Madurodam. Meskipun buat saya tiketnya terbilang tidak murah, tapi wajib saya kunjungi karena tinggal tidak jauh dari sini. Buat bahan cerita, gitu haha. Saya sampai mengirim foto di depan Madurodam ke teman jalan di Belanda dengan keterangan. “Sah jadi turis dan sah tinggal di Belanda karena sudah berkunjung ke Madurodam!!”

Yiaayyy!! Sudah sah jadi turis dan sah tinggal di Belanda 😅
Yiaayyy!! Sudah sah jadi turis dan sah tinggal di Belanda 😅 Muka mencureng karena silau kepanasan

-Nootdorp, 23 Juli 2017-

A happy and healthy 2017!

As the final hours of 2016 here in the Netherlands are ticking away I wish all the readers of our blog a very happy and healthy 2017!

2017 will be a very important year for the people of the Netherlands and Indonesia.

In the Netherlands people feel more and more the (financial) stress of the situation from the unstable economic situation within the European Union and with the Euro. There are many uncertainties around the influx of immigrants from Syria and other Arabic and African countries that could lead to tensions with the Dutch citizens when it comes to social matters (like housing) and cultural differences. In March we will have elections in The Netherlands and I have recently become involved with a new and fresh political party so this promises to be a new and busy experience for me!

In Indonesia I feel worried about what I read in the press about the events concerning the Jakarte governor Mr. Ahok. It would be a very sad situation if religious circumstances would challenge the stability of Indonesia. Religion should not be a reason to silence opinions from individuals or groups in a society. I hope for 2017 that the situation in Indonesia stabilizes and the different religious groups can return to live peacefully and practice their religion with respect to the each other.

Nootdorp, 31 december 2016

Sehari Menjadi Turis di Edam, Volendam, dan Marken

Klompen yang sudah jadi

Saya kembali memeriksa isi tas dan memastikan tidak ada satu barangpun yang tertinggal, terutama dompet dan tiket kereta. Setelah berpamitan pada suami, kaki tergesa melangkah ke stasiun kereta dekat rumah. Saya berharap tidak tertinggal kereta karena tadi begitu sibuk menyiapkan beberapa pepes ikan asin peda dan sambel teri, pesanan dua orang teman. Ikan asin peda saya buat sendiri karena saat beli ikan di pasar ternyata jumlahnya terlalu banyak untuk dimakan sendiri, akhirnya saya punya ide kenapa tidak dibuat ikan asin saja, mumpung sinar matahari sedang berlimpah satu minggu ini pada bulan Agustus. Setelah menjadi ikan asin lalu saya buat pepes dan saya jual kepada dua orang teman yang sebelumnya sudah memesan sambal teri. Lumayan hasilnya bisa saya buat jalan-jalan. Aroma pepes dan sambel teri menguar dipangkuan saat saya sudah duduk di dalam kereta. Saya berharap aroma ini tidak sampai mengganggu penumpang lainnya. Cukup saya saja yang bisa menciumnya.

Setelah berganti kereta, saya mencari tempat duduk dekat jendela, tempat favorit. Masih jam delapan pagi dan aplikasi prakiraan cuaca mengatakan bahwa hari ini hujan tidak akan datang dan suhu berkisar 15 derajat. Untuk ukuran bulan Agustus, seharusnya suhu bisa lebih dari ini. Tapi dengan tidak hujan saja sudah lebih dari cukup, apalagi saya melihat semburat matahari. Bisa kacau rencana hari ini kalau sampai hujan turun. Melalui jendela kereta, saya menikmati suasana pagi sepanjang jalan. Sapi dan domba yang merumput, rumah-rumah mungil tertata rapi, area pertanian, gedung-gedung perkantoran, dan tak luput saya amati juga kegiatan penumpang yang di dalam kereta. Ada yang sibuk membaca buku, asyik mendengarkan musik, berbincang, dan ada yang menikmati sarapan paginya yaitu roti dan segelas kopi. Tiba-tiba saya kangen sarapan nasi pecel pakai peyek teri.

Jam 9 pagi, kereta sampai di Amsterdam Centraal. Saat kaki keluar dari kereta, kepala mulai menoleh ke kanan dan kiri, mencari sosok seorang teman. Ah, dia sudah berdiri di dekat papan pengumuman. Setelah berbincang sesaat, kami lalu bergegas ke kantor informasi turis (VVV) yang berada tepat di depan Stasiun Amsterdam. Ya, hari ini kami akan menjadi turis sehari dengan mengunjungi beberapa tempat tujuan favorit para turis kalau sedang berkunjung ke Belanda. Tempatnya tidak jauh dari Amsterdam. Dengan berbekal tiket bis terusan seharga €9 yang bisa dipakai selama 24 jam serta mempunyai fasilitas wifi gratis dan peta yang kami dapatkan dari VVV, kami akan mengunjungi tiga tempat yang menjadi bagian dari Waterland. Tempat yang akan kami kunjungi adalah Edam, Volendam, dan Marken. Sebenarnya tempat-tempat yang jadi bagian Waterland selain yang saya sebutkan tadi adalah Monickendam, Purmerend, Broek in Waterland, Middenbeemsteer, Graft-De Rijp, Hoorn, dan Landsmeer. Info lengkap tentang rute bus bisa dilihat langsung di website ini. Tiket bus selain bisa dibeli di kantor VVV, juga bisa dibeli online, dan dengan membeli langsung ke sopir di dalam bis. Tidak harus membeli tiket terusan jika memang tujuannya tidak mengunjungi semua tempat itu. Tapi kalau mengunjungi tiga tempat, seperti yang kami lakukan, lebih menghemat kalau membeli tiket terusan saja.

EDAM

Tentu saja saya sangat antusias dengan tujuan jalan-jalan kali ini. Saya sudah mengajak suami untuk mengunjungi beberapa tempat ini sejak setahun lalu, tapi dia nampak tidak antusias. Dia selalu beralasan kalau Volendam itu sangat ramai dengan turis. Tapi kan tidak afdol rasanya kalau saya tidak ikut berkunjung ke tempat yang menjadi daya tarik turis. Untung saja saya punya teman yang suka kelayapan juga, yang pernah saya ceritakan pada tulisan kunjungan ke Kinderdijk. Akhirnya kesampaian juga berkunjung ke Edam, Volendam, dan Marken. Bisa saja saya bepergian sendiri, tapi kalau ada teman yang sejiwa akan semakin seru.

Tujuan pertama kami adalah Edam. Kalau yang suka sekali dengan keju, pasti tidak asing dengan keju Edam. Ya, Edam adalah salah satu tempat penghasil keju di Belanda. Saya pernah menuliskan tempat lain penghasil keju di blog ini, yaitu Gouda. Edam adalah kota kecil yang ada sejak abad ke-12 saat petani dan nelayan mulai menetap di sepanjang sungai Ye. Kota kecil ini berkembang menjadi sebuah kota yang semakin makmur pada abad ke- 17. Kapal memainkan peranan yang penting dalam pertumbuhan ekonomi di Edam. Setelah membuat 33 kapal, Edam menghasilkan banyak kapal yang terkenal di dunia. Salah satunya adalah “Halve Man”, kapal milik orang Inggris Henry Hudson, yang berlayar pada tahun 1609 untuk mencari rute utara menuju Hindia Timur. Perjalanan yang sia-sia karena akhirnya dia berakhir di pulau Manhattan. Selain kapal, perdagangan juga memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Edam. Amsterdam, Hoorn, Enkhuizen, dan Edam adalah kota-kota komersil yang penting di Belanda.

Edam
Edam
Edam
Edam
Edam
Edam
jajaran-rumah-di-edam
jajaran-rumah-di-edam

Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, asosiasi kata yang langsung muncul di kepala saat disebutkan Edam adalah keju. Selama berabad-abad keju Edam sudah tersohor di seluruh dunia. Edam juga terkenal dengan pasar keju yang ada setiap musim panas, setiap hari rabu. Pada saat kami ke sana, ada jadwal tambahan pasar keju. Sayangnya pasar keju tersebut baru dimulai jam 5 sore, jadi kami tidak bisa menyaksikan. Kami masuk ke salah satu toko keju dan saya memutuskan untuk membeli keju rasa pesto, oleh-oleh untuk suami. Sedangkan teman saya selain membeli keju rasa pesto juga membeli rasa yang lainnya. Dia mencoba contoh-contoh keju yang disediakan, menurutnya yang rasa daging asap juga enak, ada yang rasa cabai juga.

Edam
Edam
Tempat Pasar Keju
Tempat Pasar Keju
Timbangan Keju
Timbangan Keju
De Kaasdragers
De Kaasdragers

Kami bisa membayangkan bagaimana keadaan Edam berabad-abad lalu. Menyusuri rumah-rumah dan jalan-jalan tua di Edam, melewati sungai-sungai kecil, berhenti di depan gereja yang merupakan salah satu gereja terbesar di Belanda dan singgah ke beberapa toko yang ada hanya sekedar melihat saja, membuat waktu tak terasa berjalan cepat. Hampir dua jam kami habiskan di Edam. Tidak terlalu banyak turis yang berkunjung, jalanan tidak terlalu ramai, sehingga kami bisa menikmati Edam dengan leluasa.

Edam
Edam
Ngaso sejenak, nunggu tukang jualan tahu tek lewat :D
Ngaso sejenak, nunggu gerobak abang nasi goreng lewat 😀

VOLENDAM

Setelah dari Edam, kami melanjutkan perjalanan ke Volendam. Dari kota kecil yang tidak terlalu ramai, tiba di Volendam suasana langsung berubah, kontras berbeda. Volendam sangat terkenal di kalangan turis, sepertinya semua turis dari penjuru dunia tumplek blek di sini. Rame sekali. Tidak mengherankan karena ada yang mengatakan bahwa jika ingin melihat keindahan Belanda, pergilah ke Volendam. Desa nelayan ini terletak arah timur laut dari Amsterdam, terkenal dengan rumah berwarna warni dan kapal-kapal tua yang bersandar di pelabuhan. Selain itu, di Volendam juga ada pabrik keju. Kita bisa masuk dan melihat proses pengolahan keju, membeli hasil keju, atau masuk ke museum keju. Volendam ini adalah tempat favorit yang nampaknya wajib dikunjungi oleh turis dari Indonesia. Namun hari itu kami tidak bertemu satupun orang Indonesia.

Volendam
Volendam
Ramainya Volendam
Ramainya Volendam
Volendam
Volendam
Jajaran kapal tua, mengingatkan akan Sunda Kelapa
Jajaran kapal tua, mengingatkan akan Sunda Kelapa
Pabrik keju Volendam
Pabrik keju Volendam
Museum
Museum

Keju beraneka rasa di pabrik keju Volendam
Keju beraneka rasa di pabrik keju Volendam

Hal lainnya yang terkenal dari Volendam adalah pakaian tradisional Belanda. Kita bisa mengenakan pakaian tradisional Belanda lengkap dengan klompen serta latar belakang negeri Belanda dan mengabadikannya dalam foto di banyak studio foto di Volendam. Kami masuk ke salah satu studio foto dan melihat kisaran harganya. Salah satu pegawainya mengenali kalau kami berasal dari Indonesia. Dia lalu mengatakan bahwa 70% pengunjung studionya adalah orang Indonesia. Saya tidak bertanya lebih lanjut 70% tersebut dari total berapa pengunjung selama rentang waktu berapa lama. Tetapi dengan melihat beberapa wajah yang saya kenali lewat televisi terpampang di etalase semua studio foto, semakin meyakinkan saya bahwa Volendam memang salah satu tempat wajib dikunjungi oleh turis dari Indonesia. Teman saya sampai terbahak ketika melihat wajah Maya Rumantir dan bertanya tahun berapa foto tersebut sudah ada di sana karena wajah Maya Rumantir masih sangat muda. Dengan membayar €15 untuk satu kali jepret dengan ukuran standar (saya lupa berapa), maka kita sudah punya bukti pernah ke Volendam. Bagaimana dengan kami? Mungkin lain kali kami akan kembali ke Volendam, khusus untuk foto dengan pakaian tradisional Belanda.

Salah satu studio foto di Volendam
Salah satu studio foto di Volendam
Ada wajah yang dikenali?
Ada wajah yang dikenali?
Mungkin karena banyaknya turis Indonesia di Volendam, sampai dibuat tanda dalam bahasa Indonesia
Mungkin karena banyaknya turis Indonesia di Volendam, sampai dibuat tanda dalam bahasa Indonesia

Jadi, jangan lupa kalau ke Volendam untuk foto mengenakan pakaian tradisional Belanda, biar dikatakan sah pergi ke Belanda.

MARKEN

Kami menuju Marken menggunakan kapal dengan membayar €7.5 untuk sekali jalan dan tiketnya bisa langsung beli di tempat. Jika memilih pulang pergi maka harga kapal menjadi €9.95. Kami memilih untuk membeli tiket kapal sekali jalan karena kami tidak akan kembali lagi ke Volendam dan setelah dari Marken akan menggunakan Bus untuk melanjutkan perjalanan karena masih punya tiket terusan. Kapal berangkat setiap 30 menit. Jika ingin pergi menggunakan Bus dari Volendam ke Marken, juga bisa. Karena cuaca mendung dan angin lumayan kencang, saya menggigil kedinginan selama perjalanan 20 menit menuju Marken, ditambah lagi saya tidak membawa jaket. Bersyukurnya di tengah jalan tidak hujan.

Tempat kapal menuju ke Marken
Tempat kapal menuju ke Marken
Marken
Marken
Marken
Marken

Dari hiruk pikuk Volendam, sesampainya di Marken suasana kembali sunyi. Marken tidak terlalu banyak dikunjungi turis. Marken adalah sebuah desa bagian dari wilayah Waterland dengan jumlah penduduk 1.810 pada tahun 2012. Marken membentuk sebuah semenanjung di Markermeer dan sebelumnya sebuah pulau di Zuiderzee. Marken dipisahkan dari daratan setelah mengalami gelombang badai pada abad ke-13. Dulu mata pencaharian utama penduduk Marken adalah nelayan, sedangkan saat ini juga ditunjang dari sektor pariwisata. Dulu banjir kerap datang ke Marken, karenanya tipe rumah di Marken adalah rumah panggung. Kita akan menemui banyak jembatan di Marken dan uniknya jembatan-jembatan ini diberi nama dari nama-nama anggota keluarga kerajaan seperti Maxima, Beatrix, Amalia, dll.

Marken
Marken
Marken
Marken
Marken
Marken
Jembatan-jembatan di Marken diberi nama anggota keluarga kerajaan
Jembatan-jembatan di Marken diberi nama anggota keluarga kerajaan

Suasana di Marken sangat tenang. Menyusuri setiap sudutnya, mata dimanjakan oleh tata letak rumah yang sangat rapi dan berwarna nyaris seragam yaitu hijau. Saking sepinya Marken, saya sampai bilang tidak mungkin ada orang Indonesia yang tinggal di sini. Ternyata dugaan saya salah besar. Dari salah satu rumah, saya mendengar ada yang berbicara menggunakan Bahasa Indonesia (dengan logat Jawa). Ketika kami mengintip dari sela-sela pagarnya ternyata memang ada beberapa orang Indonesia di sana. Kami sampai mengikik, tidak menyangka ada orang Indonesia yang tinggal di Marken.

Marken
Marken
Toko dan tempat pembuatan klompen
Toko dan tempat pembuatan klompen
Tempat pembuatan klompen
Tempat pembuatan klompen. Yang diatas itu klompen yang sudah dibentuk tetapi belum dipercantik.

Jika berkesempatan mengunjungi Marken, jangan lewatkan untuk mampir ke tempat pembuatan klompen. Selain bisa menyaksikan langsung bagaimana klompen dibuat, kita juga bisa langsung membeli klompen dengan berbagai ukuran dan beraneka rupa warna. Selain sebagai oleh-oleh, klompen yang berada di sana juga bisa digunakan sebagaimana fungsi klompen yaitu sebagai alas kaki. Sayang sewaktu kami ke sana, proses pembuatannya sedang tidak berlangsung. Saya mengincar klompen kecil, rasanya ingin kalap membeli kalau tidak ingat harganya yang sudah disesuaikan dengan harga turis.

Klompen yang sudah jadi
Klompen-klompen yang sudah jadi

Perjalanan kami menyusuri Edam, Volendam, dan Marken berakhir saat jam menunjukkan angka lima disore hari. Perjalanan yang menyenangkan karena akhirnya tahu tempat-tempat yang menjadi favorit turis jika datang ke Belanda. Sehari menjadi turis di tempat yang turistik. Kami bergegas menuju halte bus yang akan membawa kami menuju ke Amsterdam Centraal. Sepanjang jalan perut kami keruyukan mencium aroma pepes dan sambal teri. Ingin segera rasanya sampai di rumah seorang teman yang sudah siap menyambut kedatangan kami dengan beraneka ragam masakan Indonesia. Sabtu kami ditutup dengan perbincangan dan gelak tawa sembari menikmati hangatnya nasi, tempe tahu goreng, balado terong, sambel terasi, ikan goreng, dan oseng ikan asin.

Marken
Marken

Jika suatu saat ada kesempatan ke Belanda, kalian ingin berkunjung kemana?

Sumber : Edam , Marken , Volendam

-Den Haag, 2 November 2016-

Semua foto dokumentasi pribadi

Keindahan Naarden, Kota di Dalam Benteng

Het Arsenaal Restaurant

Naarden adalah kota dan kotamadya yang terletak di provinsi Noord Holland, dimana kotanya berbentuk menyerupai bentuk bintang. Naarden terletak 24 km atau sekitar 30 menit berkendara dari Amsterdam. Kota kecil ini dikelilingi oleh benteng dan menjadi contoh yang terkenal di Eropa selama abad ke-16. Benteng di Naarden yang berbentuk bintang, lengkap dengan dinding berlapis dan parit di sekelilingnya. Kondisi benteng ini masih sebagus saat pertama kali dibangun, yaitu 5 abad yang lalu, meskipun pernah mengalami renovasi pada beberapa bagian. Bahkan sampai saat ini, Naarden adalah salah satu kota yang mempunyai benteng terbaik di Eropa

Naarden dilihat dari atas (Sumber : https://nl.pinterest.com/vestingmuseum/naarden-vesting/)
Naarden dilihat dari atas (Sumber : https://nl.pinterest.com/vestingmuseum/naarden-vesting/)

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan untuk berkunjung ke Naarden. Bukan kunjungan yang disengaja untuk jalan-jalan karena saya ikut suami yang sedang ada keperluan kerja di Naarden. Kami berdua baru pertama kali ke sini. Beberapa jam sebelum berangkat, suami sempat mencari informasi apa saja yang bisa dilihat di sana, supaya saya bisa jalan-jalan sendiri sementara dia menyelesaikan urusannya. Ternyata dia menemukan beberapa fakta yang menarik tentang kota di dalam benteng ini.

Berjalan di atas bangunan benteng
Berjalan di atas bangunan benteng
Sungai kecil yang mengelilingi Naarden
Sungai yang mengelilingi Naarden
Salah satu taman di Naarden
Salah satu taman di Naarden
Sungai kecil yang mengelilingi Naarden
Sungai yang mengelilingi Naarden

Pada abad ke-17 saat Raja Perancis Louis XIV dengan bantuan sekutu-sekutunya : Inggris, Cologne, dan Munster, menyerbu Belanda, Naarden dapat diambil alih dengan mudah. Pada saat itu, Belanda merupakan negara yang penting di Eropa Barat karena kekuatan ekonomi dan politik yang dimilikinya. Mereka menguasai Utrecht dan menjadikan kota ini sebagai basis untuk menguasai seluruh Belanda. Sangat disayangkan niat mereka tidak terlaksanakan dengan baik karena beberapa saat kemudian Belanda mengalami tragedi banjir yang sangat besar sehingga menyebabkan mereka susah untuk bergerak. Pada tahun 1673, Naarden kembali ke tangan Belanda dan setelahnya mengalami renovasi di beberapa bagian dengan standar modern.

Naarden
Naarden
Hotel de Ville
Hotel de Ville
De Grote Kerk (Gereja)
De Grote Kerk (Gereja Besar). Kita bisa melihat sekeliling Naarden dari tower di dalam Gereja ini. Sayang waktu kami ke sana bukan jadwal tower ini buka.
Het Spaanse Huis
Het Spaanse Huis

Menyusuri pusat kota Naarden saat jam kerja mungkin pilihan yang tepat karena jalanan sangat sepi. Atau memang keseharian di kota ini juga sepi, saya juga tidak tahu pasti. Tetapi ada untungnya juga kalau suasana sepi seperti ini. Saya bisa mengamati perlahan setiap bangunan yang saya lalui. Merasakan lengangnya jalanan utama, melihat restoran yang menampakkan geliat aktifitasnya saat jam menunjukkan pukul satu siang, dan beberapa toko yang masih tutup, tidak ada tanda-tanda akan membukakan pintu untuk pelanggan yang akan berkunjung. Kota ini tidak terlalu populer dikalangan turis nampaknya. Saat saya datang ke kantor informasi turis, hanya ada dua orang yang memegang peta kota Naarden, yang bisa didapatkan secara gratis di kantor ini. Dan mereka berbincang menggunakan bahasa Belanda.

Naarden
Naarden
Het Arsenaal. Tempat ini dulunya adalah gudang untuk peralatan militer, khususnya senjata dan amunisi. Pada tahun 195 terjadi kebakaran hebat. Ada beberapa bagian dari gedung yang bisa terselamatkan. Sampai tahun 19, gedung ini menajdi milik militer. Saat ini Het Arsenaal meruakan kantor dari arsitek ternama di Belanda yaitu Jan Des Bouvrie
Het Arsenaal  (=gudang). Tempat ini dulunya adalah gudang untuk peralatan militer, khususnya senjata dan amunisi. Pada tahun 1954 terjadi kebakaran hebat. Ada beberapa bagian dari gedung yang bisa terselamatkan. Sampai tahun 1987, gedung ini menjadi milik militer. Saat ini Het Arsenaal merupakan kantor dari arsitek ternama di Belanda yaitu Jan Des Bouvrie.
Het Arsenaal
Het Arsenaal
Het Arsenaal Restaurant
Arsenaal Restaurants
Dinding yang bertuliskan puisi. Mengingatkan akan Leiden yang mempunyai banyak dinding yang ditulis puisi dari penyair-penyair dunia, termasuk Chairil Anwar
Dinding yang bertuliskan puisi. Mengingatkan akan Leiden yang mempunyai banyak dinding yang ditulis puisi dari penyair-penyair dunia, termasuk Chairil Anwar

Meskipun tidak sampai dua jam singgah di Naarden, kota ini meninggalkan kesan yang tersendiri untuk saya. Bukan hanya karena  sejarahnya dan tata kotanya yang unik, tetapi juga saya bisa melihat secara langsung satu-satunya benteng di Eropa yang mempunyai dinding ganda dan parit (Sumber : Amusing Planet). Selain itu, ada alasan lainnya yaitu karena saya selalu tertarik dengan kota-kota kecil dan tidak terlalu ramai turis.

Jika ingin mengetahui sejarah tentang Naarden, bisa mengunjungi Nederlands Vesting Museum
Jika ingin mengetahui sejarah tentang Naarden, bisa mengunjungi Nederlands Vesting Museum
Kantor informasi turis (VVV)
Kantor informasi turis (VVV)
Utrechtse Poort (Gerbang ke Utrecht)
Utrechtse Poort (Gerbang ke Utrecht)

Di kota sekecil ini, ada restoran yang menyediakan makanan Indonesia
Di kota sekecil ini, ada restoran yang menyediakan makanan Indonesia
Naarden
Naarden

Jika sedang berkunjung ke Belanda atau ada rencana ke Belanda, Naarden bisa dijadikan pilihan kota untuk disinggahi. Mencari suasana lain, menepi dari ramainya kota-kota turistik yang ada di Belanda.

-Den Haag, 30 Oktober 2016-

Semua foto adalah dokumentasi pribadi

Cerita Toko Buku di Belanda

Paagman Den Haag. Bagaimana tidak betah di toko buku, kursinya saja kece seperti itu

Saya sejak kecil memang sudah suka membaca, mungkin karena melihat Bapak dan Ibu yang juga suka membaca. Ibu sering membawa pulang hasil kliping murid-muridnya karena memang Ibu guru Bahasa Indonesia. Senang rasanya kalau Ibu sudah membawa pulang kliping-kliping tersebut, saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam di kamar untuk melahap cerita-cerita yang ada dalam kliping. Sewaktu saya dan adik-adik masih kecil, Bapak dan Ibu berlangganan majalah Kuncup, Bobo, Donal Bebek, dan Asterix, berharapnya kami menjadi gemar membaca. Sayangnya, sampai beranjak besar, yang masih bertahan gemar membaca hanya saya, sedangkan adik-adik saya tidak ada yang mempunyai kegemaran membaca. Karena langganan Donal Bebek tersebutlah saya jadi suka dengan karakter Donal Bebek, sampai email pertama saya ada unsur “denald”, cerita lengkap tentang asal usul nama denald bisa dibaca disini.

Ada satu kebiasaan yang saya tidak bisa hilangkan sampai sekarang yang berhubungan dengan kesukaan membaca yaitu kalau makan saya harus ada yang dibaca. Jadi kalau makan tidak ada sesuatu yang bisa dibaca, saya akan mencari-cari dulu bahan bacaan. Hal ini tidak berlaku kalau saya sedang makan rame-rame atau berdua dengan suami. Eh, tapi kalau sedang makan di rumah, kami juga seringnya sibuk dengan bacaan masing-masing. Bacaan disini maksudnya adalah buku, majalah, koran, bukan membaca dari telefon pintar.

Saya tidak tahu apakah karena kegemaran membaca disembarang tempat, bahkan membaca dalam keadaan sedang rebahan dengan cahaya yang tidak bagus yang menyebabkan mata mulai bermasalah sejak SD dan resmi menggunakan kacamata ketika SMP. Sampai saat ini kedua mata saya bermasalah dengan minus 3 dan silinder 2.5. Ibu dulu rajin memberikan air wortel yang dicampur dengan madu untuk membantu menurunkan minus, tetapi tidak berhasil.

Pengeluaran terbesar saya selama ini adalah untuk beli buku. Ada yang bertanya kenapa harus membeli buku dalam bentuk nyata, kenapa tidak dalam bentuk e-book saja. Jawaban saya sederhana, karena sensasi membalik kertas, bunyi kertas, aroma kertas itu tidak bisa terganti. Untuk baju, sepatu, tas, ataupun yang lainnya saya sangat bisa hemat, tetapi tidak untuk buku. Ketika keluar rumah, di dalam tas bisa dipastikan ada satu buku. Saya sering ketinggalan Hp dan rasanya biasa saja, tetapi ketinggalan buku rasanya ada yang hilang, ganjil. Terkesan agak berlebihan ya, tetapi memang itu kenyataannya.

Bertemu suami yang mempunyai kegemaran membaca juga rasanya sangat menyenangkan. Walaupun jenis buku yang kami baca hampir berbeda 180 derajat, tetapi satu sama lain menjadi saling memahami kalau salah satu diantara kami sedang kalap membeli buku atau sedang sibuk dan tidak mau diganggu ketika asyik membaca buku. Jenis buku yang saya baca sebenarnya sangat beragam, tidak khusus pada satu topik saja, yang menarik minat. Sedangkan suami lebih suka membaca buku yang berhubungan dengan sejarah terutama sejarah Romawi. Saya kalau membaca sekilas buku-buku dia mendadak pusing, bukan hanya karena kendala bahasa, tetapi isinya juga tidak seberapa paham meskipun dia sudah mencoba menjelaskan berkali-kali. Saya memang lemah disejarah, tetapi masih ada rasa tertarik untuk hal-hal tertentu yang berhubungan dengan sejarah.

Salah satu tempat kencan favorit kami adalah tempat yang berhubungan dengan buku yaitu perpustakaan, bazar yang juga menjual buku bekas, dan toko buku. Kalau sedang jalan-jalan, kami hampir selalu menyempatkan untuk mampir ke toko buku. Sebenarnya ketika sedang ke toko buku kami tidak sepenuhnya selalu membeli, seringnya hanya membaca saja karena memang suasana toko buku di Belanda memungkinkan untuk membaca buku dalam waktu yang lama. Saya ingat ketika di Indonesia, kalau membaca buku agak lama pasti terkena tegur dari petugas toko buku tersebut. Saya sampai pindah tempat beberapa kali untuk menghindari teguran, belum lagi tempat duduk yang disediakan juga cenderung tidak nyaman. Tapi yang saya bicarakan ini adalah kondisi toko buku “besar” sebelum saya pindah ke Belanda ya. Kalau sekarang mudah-mudahan ada perbaikan dan saya lihat sudah banyak toko buku yang tempatnya nyaman. Sedangkan di Belanda, terkena tegur tidak pernah saya alami jika membaca buku dalam waktu lama, bahkan disediakan tempat duduk yang nyaman. Di beberapa toko buku juga jadi satu dengan kafe. Meskipun menjadi satu dengan kafe tetapi suasananya tetap nyaman, tidak ramai yang berisik.

Van Stockum Den Haag
Van Stockum Den Haag, ada rak khusus tentang Indonesia
Disediakan kursi untuk membaca. Saya pernah nyaris ketiduran di kursi ini karena suasana toko bukunya yang nyama, kursinya empuk, dan saya memang sedang mengantuk :p
Disediakan kursi untuk membaca. Saya pernah nyaris ketiduran di kursi ini karena suasana toko bukunya yang nyama, kursinya empuk, dan saya memang sedang mengantuk :p

Selain toko buku yang menjual buku-buku baru, kami juga rajin mendatangi toko buku yang menjual buku-buku bekas. Biasanya kami datang ke tempat ini kalau ingin mencari buku-buku yang sudah lama, selain tentu saja untuk mendapatkan buku dengan harga murah. Saya pernah membeli buku tentang traveling dan beberapa novel, 6 buah buku seharga 5 euro padahal bukunya tebal-tebal. Jangan membayangkan toko buku bekas dengan keadaan yang kotor, pengap dan sempit karena seperti yang terlihat pada foto-foto di bawah, suasana dalam tokonya rapi dan sangat nyaman. Karena itulah kami betah berlama-lama di sini. Kalau membicarakan toko buku bekas, saya teringat Blauran dan Jalan Semarang di Surabaya, dulu tempat berburu buku kuliah. Dan ketika saya kerja di Jakarta, penasaran dengan Kwitang karena AADC. Kalau ke TIM, saya pasti mampir ke toko buku milik Jose Rizal Manua.

Paagman Den Haag
Paagman Den Haag. Yang ada di rak-rak tersebut adalah buku bekas
Paagman Den Haag. Bagaimana tidak betah di toko buku, kursinya saja kece seperti itu
Paagman Den Haag. Di lantai 1 khusus untuk buku-buku baru. Bagaimana tidak betah di toko buku, kursinya saja kece seperti itu
Toko buku bekas di Delft
Toko buku bekas di Delft

IMG_9264

Toko buku bekas di Delft
Toko buku bekas di Delft

Alasan lain mengunjungi toko buku selain karena suasananya yang nyaman serta untuk mencari dan membaca buku, interior yang unik dalam toko buku juga serta sejarah dibaliknya menjadi daya tarik tersendiri. Selexyz Dominicanen yang terletak di Maastricht mendapatkan julukan salah satu toko buku yang terindah di dunia. Lihat saja interiornya, membuat yang berkunjung kesini menjadi betah. Toko buku ini awalnya adalah gereja yang didirikan tahun 1294 oleh St. Dominic. Gereja dengan arsitektur gothic tersebut sejak tahun 1794 tidak lagi berfungsi sebagai tempat menyelenggarakan kegiatan keagamaan ketika tentara Napoleon mengambil alih (menyita) yang kemudian digunakan untuk tujuan militer. Sejak saat itu, ruangan yang ada di dalam gereja ini digunakan sebagai tempat menyimpan arsip kota, gudang, bahkan untuk tempat menyimpan sepeda. Pada tahun 2005, Boekhandels Groep Nederland (BGN) memutuskan untuk memberdayakan bangunan yang dulunya adalah gereja tersebut menjadi toko buku (sumber). Tidak berlebihan kalau akhirnya Selexyz Dominicanen disebut sebagai salah satu toko buku yang tercantik di dunia karena arsitekturnya yang memukau. Didalam toko buku ini juga ada kafe. Sewaktu saya berkesempatan mengunjungi Maastricht bersama beberapa orang teman 4 bulan lalu, datang ke toko buku ini menjadi sebuah keharusan.

Dominicanen di Maastricht
Selexyz Dominicanen di Maastricht
Dominicane di Maastricht
Selexyz Dominicane di Maastricht
Cafe di Dominicanen Masstricht
Cafe di Selexyz Dominicanen Maastricht.

Sejak awal saya mulai sering melakukan perjalanan, salah satu tempat yang sebisa mungkin untuk dikunjungi adalah toko buku di negara atau kota yang saya datangi. Kalau orang lain mungkin berburu pernak pernik atau hiasan khas suatu kota ketika bepergian, saya berburu buku. Pulang ke rumah seringnya ada saja buku baru yang saya tenteng. Kegiatan tersebut sampai sekarang masih saya lakukan bersama suami. Kalau sedang tidak diburu waktu, dimanapun apakah di Belanda ataukah saat di luar Belanda, toko buku sebisa mungkin untuk kami kunjungi. Kami mempunyai impian bisa mengunjungi toko-toko buku yang mempunyai sejarah menarik maupun arsitektur yang indah di seluruh belahan bumi ini.

Kalau kalian apakah suka membaca? punya cerita menarik seputar toko buku yang pernah dikunjungi? Sekarang sedang membaca buku apa? Saya sedang membaca buku Anthony Bourdain yang berjudul A cook’s tour.

Selamat berakhir pekan

-Den Haag, 16 Juni 2016-

Semua foto adalah dokumentasi pribadi.

Kinderdijk dan Cerita Seorang Teman

Kinderdijk

Saya mengenal dia, panggil saja namanya begitu, berawal dari Facebook. Waktu itu kami masih sama-sama menjadi pejuang cinta, bedanya saya sudah mendapatkan visa, dia masih dalam tahap akan ujian. Saya yang memulai menyapanya karena kami ada beberapa persamaan latar belakang. Waktu bergulir, dia masih berjuang di sana, saya sudah tinggal di Belanda untuk memulai perjuangan yang lainnya. Kami masih saling berkomunikasi meskipun sama sekali belum pernah bertemu muka. Pertengahan tahun kemarin, untuk pertama kalinya kami bertemu karena akhirnya dia memulai lembaran baru dalam hidupnya di negara ini. Kami tinggal di kota yang terhitung jauh satu sama lain.

Setelahnya beberapa kali kami bertemu kembali di beberapa acara. Kami memang jarang berkirim kabar melalui aplikasi whatsapp, seperlunya saja. Sudah tiga kali kami pergi bersama untuk jalan-jalan keliling Belanda, memanfaatkan tiket murah kereta dan memberi ruang kepada suami di rumah juga kami sendiri untuk sejenak meninggalkan rutinitas, melakukan kegiatan yang kami suka. Me time, begitu bahasa kerennya. Kami pernah mengunjungi Maastricht dan Groningen. Suatu hari saya menerima pesan dari dia, ajakan untuk kembali berjalan menyusuri tempat yang lain. Saya mengusulkan Kinderdijk, dan dia langsung mengiyakan.

Sejak lama saya penasaran dengan Kinderdijk. Meskipun tempatnya tidak terlalu jauh dari tempat saya tinggal, tetapi ada saja halangan untuk datang ke tempat ini. Begitu ada kesempatan, tidak saya sia-siakan. Sejak tahun 1997, Kinderdijk termasuk dalam Unesco World Heritage. Di dalam kompleks Kinderdijk ini terdapat 19 kincir angin, satu kincir angin pertama dibuka untuk umum sebagai museum yaitu Museummill Nederwaard dan kincir angin setelahnya yaitu Blokweer juga bisa dikunjungi, tetapi tidak terlalu banyak turis datang ke kincir angin yang terakhir karena memang bentuknya lebih modern dan letaknya lebih jauh dari gerbang utama. Kinderdijk terletak sekitar 16 km disebelah barat Rotterdam.

Bersepeda di kawasan Kinderdijk diantara kabut
Bersepeda di kawasan Kinderdijk diantara kabut
Berkabut
Berkabut
Kinderdijk
Kinderdijk

Tiket masuk Kinderdijk bisa dibeli melalui websitenya (Ada potongan harga 10%, sudah termasuk mengunjungi dua museum) maupun langsung beli di tempat. Area Kinderdijk ini buka 24 jam, tapi kalau untuk masuk ke museum paling lambat jam 5 sore. Banyak cara untuk bisa menikmati Kinderdijk : dengan berjalan kaki, menggunakan sepeda, ataupun menyusuri sungai menggunakan waterbus. Jika menyewa sepeda tarifnya €3/jam. Kami memilih untuk berjalan kaki, tidak ada alasan khusus, hanya ingin menikmati suasana dengan lebih leluasa.

Sehari sebelumnya, saya mendengar ramalan cuaca di radio yang menginformasikan akan ada hujan es pada hari sabtu tengah hari. Saya mulai panik dan menginformasikan ke dia apakah rencana ke Kinderdijk tetap diteruskan. Kami nekat karena memang tidak ada waktu lainnya, tiket kereta saya habis masa berlakunya akhir pekan ini. Seringkali memang hidup butuh nekat, karena kita tidak tahu apa yang sudah menunggu kita didepan sama. Sabtu sebelum berangkat, saya kembali melihat ramalan cuaca, dan tetap terlihat bahwa tengah hari akan ada hujan deras disekitar Kinderdijk. Kabut juga terlihat pekat disekitar tempat tinggal saya. Ya sudahlah, saya pasrah dengan membawa perlengkapan pelindung dari gempuran hujan es. Sesampainya kami di sana, kabut terlihat menyelimuti area Kinderdijk, jadi terlihat misterius. Meskipun berkabut, tetapi udara tidak terlalu dingin, saya hanya menggunakan kaos tidak terlalu tebal dan rok, maklum saja suhu sekitar 25 derajat, terasa gerah. Saya menyimpan perlengkapan “perang” dalam tas ransel. Ternyata sampai kami meninggalkan Kinderdijk, hujan es tidak datang, bahkan cuaca semakin menghangat. Ramalan cuaca tidak selalu benar.

Melihat kincir angin dari dalam museum
Melihat kincir angin dari dalam museum. Didalam Museummill Nederwaard bisa dilihat sejarah sejak awal berdirinya Kinderdijk sampai ditetapkan menjadi Unesco World Heritage dan keadaannya sampai sekarang, juga bisa mendengarkan penjelasan cara kerja kincir angin juga sejarah kehidupan keluarga yang tinggal didalam kincir angin.
Mengobrol dengan Bapak penjaga museum
Mengobrol dengan Bapak penjaga museum
Ibu saya masih punya lho mesin jahit Singer di rumah :D
Ibu saya masih punya lho mesin jahit Singer di rumah 😀

Sepanjang perjalanan menyusuri Kinderdijk kami bercerita banyak hal, selalu begitu saat ada kesempatan bertemu. Salah satu yang menjadi bahan perbincangan kami akhir-akhir ini apalagi kalau bukan tentang ujian bahasa Belanda, karena saya sudah lulus B1, meskipun masih ada sisa ujian yang belum terlaksana untuk keseluruhan ujian integrasi. Tetapi yang pasti, kami menghindari perbincangan menggosipkan orang. Hidup sudah terlalu sibuk bagi kami berdua, jadi memang tidak ada waktu untuk mengurusi hidup orang lain dengan membicarakan di belakang. Apalagi sejak saya memutuskan menghilang sejenak dari Facebook (juga Instagram) sejak tahun kemarin, rasanya memang lingkup pengetahuan saya akan “berita” orang Indonesia yang tinggal di Belanda jauh lebih berkurang, sangat minimal. Tidak mengapa, lebih baik juga untuk hidup saya.

Kami tidak hanya sibuk berbincang satu sama lain, kami juga menyempatkan diri berbincang dengan beberapa orang yang kami temui, salah satunya Bapak penjaga museum. Orang-orang yang kami temui di jalan juga dengan ramah saling menyapa, dari yang berjalan kaki, menggunakan sepeda, bahkan yang menggunakan kapal kecil, menyapa penuh gembira. Bahkan beberapa kali kami diminta tolong untuk memfotokan orang-orang yang kami temui, lalu berbincang sebentar sekedar bertanya mereka berasal dari mana atau sebaliknya mereka yang bertanya pada kami. Selalu senang jika bertemu dengan mereka yang sedang menikmati hari untuk berlibur, aura bahagianya menular, bahkan hanya dari sebuah senyuman. Apalagi menjelang siang, cuaca semakin cerah. Semakin banyak orang berdatangan ke Kinderdijk tidak hanya sekedar menyusuri area ini, tetapi juga melakukan aktifitas lainnya yaitu memancing, ataupun berpiknik di pinggir sungai.

Salah satunya yang berpiknik adalah kami. Saya yang mengusulkan untuk membawa bekal dengan membagi tugas siapa membawa apa. Walaupun belum tahu akan makan dimana, tapi saya yakin akan banyak bangku disepanjang jalan. Ternyata di museum Blokweer ada kebun yang memang disediakan untuk pengunjung berpiknik ataupun sekedar duduk-duduk santai. Disinilah kami piknik menikmati bekal yang kami bawa sembari melihat kincir angin yang berjejer, perahu kecil yang lewat di sungai depan, dan setelahnya kami duduk santai di dek dan berkeliling melihat tanaman yang ada di kebun tersebut.

Makan siang dengan botok tempe kemangi pete, sambel teri super pedes, dan sayuran.
Makan siang dengan botok tempe kemangi pete, sambel teri super pedes, dan sayuran. Nikmatnya, serasa leyeh-leyeh di pinggir sawah.
Kreatif ya, ember bisa dijadikan meja
Kreatif ya, ember bisa dijadikan meja. Di kebun ini saya melihat beberapa keluarga berpiknik dengan anak-anak mereka yang masih kecil. Anak-anak bisa dengan leluasa bermain disini bersama beberapa hewan yang ada didalam kandang. Toilet yang disediakan juga bersih, ada kantin kecil juga yang menjual beberapa minuman dan makanan juga buah tangan.

Perjalanan terus berlanjut, kami menyusuri jalan setapak yang tidak banyak dilalui orang, tetapi mempunyai pemandangan yang lebih indah dibandingkan jalan sebelahnya. Seperti halnya hidup, terkadang kita harus menepi sesaat dari keramaian, mencari jalan alternatif yang lebih sunyi tetapi mendapatkan pembelajaran hidup yang berbeda, yang mungkin jauh lebih baik meskipun mengarah pada tujuan yang sama.

Keseruan lainnya yang kami lalui di Kinderdijk karena saya mempunyai “mainan” baru. Mainan itu bernama tongsis. Ya, betul sekali, pada akhirnya saya punya tongsis pertama kali karena mendapatkan hadiah dari tempat saya bekerja. Karena belum pernah memakai tongsis sebelumnya, dan saya baru mendapatkan dua minggu lalu, jadi kami heboh sendiri mengoperasikan alat ini. Maklum karena masih baru, ada saja kelucuan yang timbul karena gagap bertongsis. Hampir saja alat ini nyemplung ke sungai pada saat kami bertongsis ria diatas jembatan yang sepi orang. Hal-hal yang menimbulkan kelucuan seperti ini bisa membuat kami tertawa tiada henti.

Bukan itu saja yang membuat kami tertawa terpingkal. Saat duduk-duduk dibangku pinggir jalan dekat museum, kami membayangkan ada tukang bakso lewat atau rombong lontong balap lalu kami memesan satu mangkok atau piring dengan minum es degan atau es teh sambil mendengarkan musik dangdut dari rombong penjualnya, yang dilanjutkan makan gorengan plus lombok dan petis udang. Hanya membayangkan saja sudah membuat kami gembira, apalagi bisa jadi nyata ya.

Semakin sore, semakin banyak rombongan turis yang datang. Kami perlahan meninggalkan Kinderdijk dengan mampir sebentar ke bagian depan untuk membeli es krim. Cuaca sore hari sangat terik, kami butuh sesuatu yang menyegarkan. Seperti pengalaman hari itu yang menyegarkan raga kami dengan berbincang dan bercanda tanpa henti sepanjang hari. Dia, yang dulu adalah seorang kenalan, dengan berjalannya waktu berganti menjadi seorang teman.

Sebelum ada telefon sebagai alat komunikasi, peletakan kincir angin ini mempunyai masing-masing arti. Ada 6 bertanda untuk mengabarkan berita duka, berita bahagia, keadaan darurat, sedang tidak beroperasi dalam jangka pendek atau panjang, dan sedang berlangsung perayaan khusus.
Sebelum ada telefon sebagai alat komunikasi, peletakan kincir angin ini mempunyai masing-masing arti. Ada 6 bertanda untuk mengabarkan berita duka, berita bahagia, keadaan darurat, sedang tidak beroperasi dalam jangka pendek atau panjang, dan sedang berlangsung perayaan khusus.

Untuk seseorang yang “sulit” bergaul seperti saya, tidak terlalu banyak teman bukanlah suatu masalah besar. Bahkan sejak kecil saya selalu tidak merasa nyaman jika berada dalam situasi yang bergerombol, berteman dengan banyak orang. Satu teman tetapi berlaku sebenarnya teman jauh lebih cukup buat saya, dibandingkan beberapa orang yang mengaku teman tetapi menikam di belakang. Semoga pertemanan saya dan dia tetap baik-baik saja, semoga, meskipun ada saatnya waktu yang akan menguji semua.

Het was een gezellig dag
Het was een gezellige dag! Tot volgende keer als we samen reizen! (Sebelum ada yang nanya-GR-, ini adalah saya yang ada di foto :D)

Friendship is a natural bond between good people, reciprocal and without ulterior motives -Socrates-

-Den Haag, 29 Mei 2016-

Bersepeda Menyusuri Keindahan Ladang Tulip di Belanda

Ladang Tulip

Memasuki musim semi artinya bunga-bunga mulai menunjukkan keindahan warnanya. Tidak hanya bunga, pepohonan pun mulai berwarna warni dengan indahnya. Sejak pindah ke Belanda, saya menjadi seseorang yang menyukai bunga. Dulu saya tidak terlalu memperhatikan aneka rupa bunga, tetapi sejak tahun lalu, salah satu kesenangan saya adalah berlama-lama di pusat penjualan bunga dan pernak perniknya karena memang lokasinya dekat dengan rumah. Kalau tidak mengingat dirumah tidak terlalu banyak tempat untuk menaruh bunga, pasti pulang dari sana saya selalu menenteng pot bunga. Salah satu bunga yang sukai saat musim semi adalah tulip.

Tulip merupakan salah satu ikon negara Belanda. Tempat yang terkenal dengan beraneka macam tulip dan segala jenis bunga lainnya adalah Keukenhof, yang mampu menyedot turis dari segala penjuru dunia sejak pertengahan maret sampai pertengahan mei setiap tahunnya. Pesona Keukenhof pula yang membuat saya ingin mengunjungi Belanda, melihat tulip dalam wujud nyata, tidak hanya dari majalah Colours setiap saya naik Garuda ketika sedang ada urusan kerja. Dulu saya membayangkan bagaimana rasanya berada diantara jutaan tulip dan bunga-bunga lainnya. Bersyukur pada tahun 2014 akhirnya semesta mewujudkan hal yang selama ini menjadi impian, langkah kaki sampai juga ke Keukenhof. Saya pernah menuliskan pengalaman mengunjungi Keukenhof disini. Ada yang membuat saya penasaran ketika sedang didalam Keukenhof, mata saya tidak lepas memandang ladang tulip diluar area Keukenhof. Warna warni tulip berjejer rapi membentuk bentangan indah selayak karpet alami. Saat itu saya hanya berkata dalam hati, suatu saat ingin mengunjungi ladang tulip tersebut.

Dua tahun berselang, tepatnya satu bulan lalu, saya kembali teringat apa yang saya batin. Saya kemudian mengutarakan ide ke suami tentang mengunjungi ladang tulip. Suami sangat setuju. Akhirnya diputuskan pada akhir pekan pertengahan April kami berpetualang menyusuri ladang tulip dengan bersepeda. Ya, kami berangkat dari rumah di Den Haag menuju area ladang tulip disekitar Lisse, Sassenheim, Noordwijk, dan Noordwijkerhout. Yang saya sebutkan tadi adalah nama kota-kota yang masuk area Duin en Bollenstreek, yang merupakan wilayah pesisir antara Wassenaar dan Haarlem yang memiliki bukit pasir dan budidaya umbi bunga. Kombinasi pantai, bukit, ladang bunga, sejarah peternakan, danau, istana dan perkebunan membuat daerah ini sangat menarik untuk dikunjungi.

Jam 11 siang kami memulai petualangan satu hari bersepeda. Saya sebenarnya agak tidak terlalu yakin apakah sanggup bersepeda dengan radius lebih dari 50km, tapi rasa penasaran akan keindahan ladang tulip mengalahkan rasa tidak yakin tersebut. Senangnya kalau bersepeda adalah kami bisa berhenti ditempat-tempat yang diinginkan sewaktu-waktu. Jadi kalau merasa capek, ya berhenti dulu sambil foto sana sini. Kalau haus, tinggal cari kran air dan langsung minum air langsung dari sana. Kalau melihat tempat wisata seperti danau atau kebun yang penuh burung, langsung masuk tanpa dipungut biaya. Dan suguhan pemandangan selama perjalanan sangat menyenangkan, selain alamnya juga bisa melihat domba, sapi, kuda dimana-mana.

Sapi sedang merumput
Sapi sedang merumput
Domba
Domba
Memotret sambil bersepeda. Tangan kanan memegang stang sepeda, tangan kiri memegang Hp, kaki mengayuh, mata memandang kedepan supaya tetap fokus ke jalan dan tidak tiba-tiba nubruk :D
Memotret sambil bersepeda. Tangan kanan memegang stang sepeda, tangan kiri memegang Hp, kaki mengayuh, mata memandang kedepan supaya tetap fokus ke jalan dan tidak tiba-tiba nubruk 😀
Kalau ditengah perjalanan haus, tidak usah khawatir. Di beberapa ruas jalan ada keran bisa langsung minum air dari sini.
Kalau ditengah perjalanan haus, tidak usah khawatir. Di beberapa ruas jalan ada keran bisa langsung minum air dari sini.

Dari Den Haag, kami menuju Leiden terlebih dahulu. Karena suami sudah hafal luar kepala jalur bersepeda menuju Leiden, kami tidak menggunakan peta atau aplikasi Fietsknoop. Sebenarnya tanpa menggunakan aplikasi ataupun peta juga bisa karena disetiap titik jalur bersepeda selalu tersedia peta dan bisa dilihat kita sedang dititik nomer berapa kemudian melihat pada peta kita ingin ke titik nomer berapa. Petunjuknya sangat jelas, dan mudah-mudahan meminimalisir tingkat tersasar khususnya untuk orang seperti saya yang memang gampang sekali kesasar. Ditengah perjalanan, tanpa sengaja kami melewati kantor VVV di Teylingen. Jadi VVV ini adalah kantor pusat informasi tentang tempat wisata, rute bersepeda (fietsen), rute berjalan kaki (wandelen), museum, taman, dan tempat wisata lainnya yang ingin dikunjungi. Ada banyak brosur yang tersedia disini, kebanyakan gratis tapi ada beberapa yang harus beli, contohnya peta rute bersepeda ini kami beli seharga €1,20. Kalau rute jalan kaki disediakan gratis. Disini kita bisa bertanya apapun yang ingin kita ketahui tentang yang berhubungan dengan tempat wisata. VVV ini ada disetiap provinsi di Belanda. Bagi turis yang ingin bersepeda, bisa menyewa sepeda OV (OV Bicycle) di stasiun. Keterangan lebih lengkapnya bisa dilihat di website resmi mereka atau menyewa di area Keukenhof, hanya saya kurang jelas harga sewa sepedanya berapa.

Peta yang kami gunakan.
Peta yang kami gunakan.
Tanda bersepeda dan peta didepan sana yang menunjukkan pemberhentian dititik nomer berapa.
Tanda bersepeda dan peta didepan sana yang menunjukkan pemberhentian dititik nomer berapa.

Hal seru yang kami rasakan saat bersepeda adalah ketika bertemu sesama rombongan bersepeda lainnya dan kami saling bertegur sapa, saling melemparkan kata “Halo” atau “Hai” atau “Hoi.” Ada saatnya kami menolong keluarga yang nampak kebingungan harus menuju arah mana, ada saatnya kami berbincang dengan mahasiswa-mahasiswa dari Universitas Leiden yang sedang beristirahat. Hal lain yang tidak kalah menyenangkan yaitu kami membawa bekal makan siang dan beberapa makanan ringan lainnya, jadi semacam piknik. Saya yang tidak mau repot memasak, hanya membuat sushi. Kalau menuruti rasa ingin, harapannya bisa membawa nasi bakar, lalapan, ikan asin, tahu dan tempe goreng. Tapi karena rasa malas memasak sedang datang, sushi saja sudah cukup. Sebenarnya kami membawa tikar juga, tetapi karena menemukan bangku yang nyaman untuk tempat makan, maka rencana makan lesehan beralaskan tikar kami simpan dahulu. Makan siang dengan pemandangan serba hijau dan didekat kincir angin ditemani angin yang super kencang menjadi pengalaman tidak terlupakan.

Istirahat sembari menikmati bekal makan siang
Istirahat sembari menikmati bekal makan siang
Bekalnya Sushi
Bekalnya Sushi

Setelah beberapa jam bersepeda melintasi desa, akhirnya satu persatu ladang tulip bisa kami jumpai. Girang bukan kepalang saya rasakan. Ingin loncat-loncat saja rasanya melihat secara dekat hamparan warna warni tulip dan bunga lainnya yang dahulu saya lihat dari dalam Keukenhof. Sekarang saya bisa masuk kedalam ladang tulip secara langsung. Ladang-ladang tulip yang kami lalui ini sebagin besar berada pada jalur rute bersepeda maupun rute berjalan kaki. Jadi terkadang tersembunyi dari jalan besar yang dilalui mobil.

Tulip kuning. Gemes!
Tulip kuning. Gemes!
Tulip ungu
Tulip ungu
Semburat kuning dan oranye
Semburat kuning dan oranye

Secara tidak terduga, ditengah perjalanan kami menjumpai parade bunga. Kami lalu menghentikan laju sepeda dan memarkirnya untuk sesaat larut dalam kemeriahan iring-iringan parade bunga. Kalau dua tahun lalu saya harus berdesakan untuk melihat parade bunga ini di Keukonhof, namun kali ini saya berada dibarisan pertama tanpa harus berdesakan dengan penonton lainnya. Bahkan suami menonton parade bunga sembari duduk di rerumputan. Hanya sekitar 30 menit kami melihat parade ini dan kembali mengayuh sepeda untuk melanjutkan perjalanan. Informasi parade bunga atau dalam bahasa Belanda adalah Bloemencorso bisa dilihat pada website resmi mereka di Bloemencorso Bollenstreek.

Bloemencorso Bollenstreek
Bloemencorso Bollenstreek
Bloemencorso Bollenstreek
Bloemencorso Bollenstreek

Kalau melihat ladang bunga seperti ini, serta merta ingatan saya langsung tertuju pada berita rusaknya kebun bunga Amaryllis di Jogjakarta. Karena hasrat eksistensi diri atau hasrat ingin mengunggah foto di media sosial, harus dibayar dengan merusak keindahan bunga dikebun tersebut. Selama mengunjungi beberapa ladang tulip, saya melihat pengunjung lainnya bersikap santun, tidak merusak, tidak menginjak-nginjak ataupun tidur gegoleran hanya untuk mengikuti nafsu mengunggah foto diri di media sosial. Kalaupun ingin mengambil foto diantara tulip-tulip, maka mereka berjalan sangat hati-hati, memastikan bahwa kaki mereka tidak menginjak satupun bunga. Mudah-mudahan sikap seperti ini juga bisa ditiru di Indonesia. Menikmati keindahan dengan cara yang wajar dan santun, tidak hanya memuaskan hasrat eksistensi tetapi tidak mengindahkan etika dan tata krama.

Menikmati tulip melalui lensa kamera
Menikmati tulip melalui lensa kamera
Hamparan tulip
Hamparan tulip
Terpesona
Terpesona
Hyacinth
Hyacinth

Saya sudah bercerita beberapa kali melalui tulisan-tulisan terdahulu bahwa cuaca di Belanda itu sangat cepat berganti dalam satu hari, karenanya melihat prakiraan cuaca sangatlah dibutuhkan disini karena tingkat keakuratan yang tinggi. Sampai ada yang menyebut bahwa dalam satu hari bisa terjadi 4 musim. Hal ini kami buktikan selama bersepeda sabtu kemarin. Dalam satu hari melintasi kota dan desa kami harus berjuang dengan segala cuaca. Di satu kota cuaca hangat  dengan matahari bersinar cerah, kemudian di kota sebelahnya mendung gelap, hujan dan angin sangat kencang sampai saya nyaris jatuh dari sepeda beberapa kali karena tidak sanggup menahan laju angin. Setelahnya panas kembali, lalu tiba-tiba hujan es. Iya, dimusim semi seperti ini masih saja hujan es. Malah saya mendengar siaran berita dibeberapa kota dibagian utara turun salju. Pada hari minggu saat saya menulis postingan ini, hujan es tidak berhenti turun ke bumi. Tetapi dengan melalui beberapa cuaca dalam satu hari kemudian melihat pelangi muncul di ladang tulip paling akhir yang kami kunjungi, rasanya lengkap sudah petualangan satu hari bersepeda menyusuri keindahan ladang tulip. Kami berhitung sampai 3 kali melihat pelangi selama perjalanan pulang, sampai suami berseloroh ada kabar gembira apa yang sudah menunggu dengan pertanda 3 pelangi tersebut.

Pelangi di ladang tulip.
Pelangi di ladang tulip.

Belum semua tempat bisa kami kunjungi, mungkin tahun depan kami akan kembali lagi kesini, tidak melalui rute sepeda, mungkin melalui rute jalan kaki. Kami sudah rindu rasanya menghirup aroma wangi bunga yang menguar selama perjalanan, berjumpa gadis kecil yang menunggu tulip untuk dijual, ataupun membeli bunga tulip di kios tanpa penjaga dan cukup menaruh uang sesuai harga yang tertera pada kotak yang sudah tersedia. Kunjungan selanjutnya kami ingin menyusuri pantai, menyaksikan matahari terbenam dan tetap melintasi ladang tulip melewati rute lainnya. Jam 10 malam kami tiba dirumah setelah menempuh 90 km bersepeda sejak jam 11 pagi. Rasa capek terbayarkan dengan melihat kembali foto-foto selama bersepeda yang beberapa kami bagikan melalui cerita di blog ini.

Jika ada yang tertarik untuk melihat keindahan tulip, kami sarankan untuk datang pertengahan april sampai akhir april karena itu adalah waktu terbaik saat tulip sedang mekar-mekarnya. Sampai bertemu di cerita tulip selanjutnya, dan kami menunggu cerita tulip versi kalian 🙂

Taun depan kami akan mengunjungi kalian kembali wahai tulip-tulip yang indah
Tahun depan kami akan mengunjungi kalian kembali wahai tulip-tulip yang indah

-Den Haag, 24 April 2016-

Semua foto adalah dokumentasi pribadi