Berjalan Kaki Cepat Sejauh 52Km

November walk 50K Challenge Strava

Banyak hal menyenangkan terjadi bulan November ini. Beberapa diantaranya sudah saya tuliskan dalam kompilasi cerita, bisa dibaca di sini. Ada beberapa lainnya yang belum saya tuliskan, nanti akan dibuatkan versi cerita kompilasi yang lainnya.

Sekarang, saya ingin bercerita tentang hobi olahraga yang baru, yaitu berjalan kaki cepat.

Terbiasa dengan olahraga lari, pindah haluan ke jalan kaki cepat pada awalnya sempat melukai ego saya. Merasa duh kok jalan satu jam cuma dapat paling jauh 5.5km. Biasanya kalau lari, satu jam bisa 7km. Tapi, lama – lama perasaan itu saya tepis. Saya kembali ke tujuan awal ingin mencoba hal yang baru dan belajar untuk menyenanginya. Alasan pindah haluan ke jalan kaki cepat dari lari adalah : Ingin mencoba hal yang baru, ingin mengurangi lari karena sedang program menurunkan berat badan, dan ingin memelankan ritme langkah supaya bisa menikmati apa yang saya lewati dengan sadar tanpa terburu.

Sebenarnya mulai coba – coba berjalan kaki cepat akhir tahun 2024 saat saya persiapan Half Marathon tahun 2025. Saya selang seling antara lari dan jalan kaki. Cuma waktu itu berasa ah jalan kaki kok berasa gak keren gini ya. Maklum, biasa jadi anak lari berasa songong gitu hahaha. Jadi jalan kaki cepat tidak terlalu diseriusi. Sesempatnya saja karena masih fokus dengan persiapan Half Marathon.

Lalu setelah pulang dari Liburan sebulan tanpa media sosial dan meneruskan rehat dari media sosial sampai sekarang, saya jadi punya banyak waktu, akhirnya saya manfaatkan untuk berjalan kaki cepat dan mulai mengurangi intensitas lari. Dari yang awalnya merasa jalan kaki cepat itu tidak keren, lama – lama jadi ketagihan dan merasa : wah olahraga ini ternyata aku banget *nelen ludah sendiri :)))

Saat berjalan kaki, meski cepat, saya masih bisa menikmati segala yang saya lewati. Bisa tetap memfoto dan merekam. Bisa mendengarkan dengan jelas suara apapun itu yang melintas. Memelankan langkah dibandingkan lari juga mengajari saya untuk sabar dan sadar. Sabar karena selama berjalan kaki saya bisa fokus ke diri sendiri, berbincang dari hati ke hati dengan otak, dan bisa meredam segala emosi yang ada. Berjalan kaki, membuat saya bisa berkoneksi dengan mental. Sebenarnya hal yang tersebutkan ini, juga saya dapatkan di lari. Hanya saat berjalan kaki cepat, rasanya lebih menghayati

Sama halnya dengan lari, saat berjalan kaki cepat, saya juga memasukkan hasil dari apple watch ke Strava. Lumayan jadi bisa tau sebulan berapa jauh (dalam km) saya bisa berjalan kaki cepat. Lumayan juga bisa dipamer di WhatsApp Story :))) Yang saya masukkan Strava adalah data khusus jalan kaki cepat karena hitungannya olahraga. Bukan total berjalan dalam satu hari. Kalau total dalam satu hari, saya melihat dari aplikasi Steps App.

Biasanya, saya mulai jalan kaki cepat pagi hari setelah mengantar anak – anak ke sekolah. Sesekali siang hari setelah anak – anak kembali ke sekolah dari makan siang di rumah. Untuk olahraga baik lari, jalan kaki cepat, angkat beban, dll saya lakukan saat perut dalam keadaan kosong. Entah rasanya lebih bersemangat olahraga saat perut masih belum terisi makanan apapun. Tenaga masih tinggi.


Karena akhir – akhir ini hujan, jadi pemandangan yang sering saya lihat selain langit yang gelap, yang lainnya adalah pelangi. Cantik sekali. Saya sampai berdecak kagum. Bahkan ada double pelangi. Kalau cuaca sedang cerah, bisa melihat semburat matahari yang muncul. Siang hari bisa melihat langit biru nan cantik meski suhu sudah 1 digit alias dingin sekali. Tapi saya tetap semangat meski dingin luar biasa. Asal tidak hujan, saya akan tetap berjalan kaki cepat di luar rumah.

Melihat data dari Apple Watch ini, lumayan ya ternyata jalan kaki cepat sejauh 5.3km selama 1 jam bisa membakar kalori sampa 220 Cal.

Kenapa sih kalau jalan kaki santai saja tidak usah cepat? Saya analisa sendiri, karena dasarnya saya terbiasa lari, jadi kalau jalan kakipun tanpa direncanakan, jadi cepat. Plus, saya membatasi jalan kaki cepat hanya maksimal 1 jam perhari. Tidak ada alasan khusus, supaya cepet selesai saja dan kembali ke rumah. Alasan lainnya adalah supaya terasa olahraganya. Selain jarak, saya pun mengamati detak jantung. Meski berjalan kaki, saya tetap ingin mendapatkan manfaatnya. Itulah kenapa, meski berjalan kaki, saya memilih dalam tempo yang cepat. Tidak ingin mencoba metode jalan kaki Jepang yang sedang ngetren sekarang? Sudah mencoba tapi saya lebih cocok jalan kaki dengan cara sendiri :))))


Sejak menekuni (Halah, baru juga 4 bulan haha) jalan kaki cepat, kualitas tidur malam hari saya jauh lebih baik. Benar – benar nyenyak sampai bangun pagi. Lumayan saya tidur bisa sampai 7 jam. Ditambah lagi karena saya sedang rehat dari medsos, jadi otak saya bisa relax dan hati tenang. Ini juga mempengaruhi kualitas tidur saya jadi makin lebih baik. Istirahat malam yang cukup dan berkualitas, sangat penting untuk banyak hal. Buat saya, baik untuk ketenangan dan kebahagiaan.

Beberapa bulan belakang, saya sudah berencana untuk ikut beberapa event jalan kaki. 2 kali rencana ikut eh gagal. Yang satu karena tiket sudah habis, sedangkan yang satu karena hujan deras. Sayang, padahal saya sudah bersemangat.

Kembali ke pembahasan Strava, di sana kan bisa ikutan Challenge. Lumayan buat seru2an dan sungguh bisa memotivasi. Biasanya saya ikutan challenge untuk lari, kali ini ikutan untuk jalan kaki. Saya mendaftar challenge untuk berjalan kaki 50km selama satu bulan di November 2025. Senang lho ikutan Challenge seperti ini. Seru rasanya. Jadi benar – benar memotivasi untuk menyelesaikan yang sudah dimulai.

Saya menutup bulan November dengan prestasi cemerlang. Bisa menuntaskan challenge bahkan lebih. Bulan November 2025, saya bisa berjalan kaki cepat total sejauh 52km. Wow bangga dengan prestasi ini. Bisa konsisten. Tepuk dada dan salami diri sendiri. Bangga bisa mengalahkan ego memelankan langkah dari berlari ke jalan kaki cepat.


Saya merasakan banyak sekali manfaat jalan kaki cepat. Selain kualitas tidur yang sangat baik, hal positif lainnya saya jadi bisa mengenali diri sendiri dengan cara banyak berdialog selama 1 jam berjalan kaki cepat. Hasilnya, saya jauh lebih tenang, lebih bisa menerima, menjauhkan otak dari terlalu mikir, dan tentu saja membuat badan jauh lebih sehat. Alhamdulillah kualitas hidup secara mental, jauh lebih baik.

Jadi sehat mental dan raga.

Tahun 2026, saya berencana akan lebih banyak mengikuti event jalan kaki yang ada di Belanda.

Saya tetap akan menekuni berjalan kaki cepat, memberikan waktu satu jam untuk diri sendiri. Bukan untuk sebuah perlombaan. Tapi untuk ketenangan hati dan pikiran. Berkoneksi dengan diri sendiri dan alam. Memelankan langkah untuk hadir secara nyata dan sadar.

Saya tutup November dengan Alhamdulillah. Mari sambut Desember dengan Bismillah. Tinggal satu bulan langkah kaki ditahun 2025.

  • 30 November 2025 –

CPC Loop Den Haag 2025 – Virgin Half Marathon

Virgin Half Marathon

CPC Loop Den Haag adalah acara lari tahunan yang diselenggarakan di Den Haag. Ada beberapa jarak dari 5km, 10k, sampai Half Marathon 21.1km. Itu untuk kategori dewasa. Untuk anak – anak, jaraknya berbeda lagi. Setiap tahun sejak pindah ke Belanda, saya hampir selalu mengikuti acara ini untuk lari jarak 10km. Cerita yang tahun 2015, bisa dibaca di sini. Bahkan saat saya hamil anak terakhir, usia kandungan hampir menginjak trimester tiga, saya ikut juga CPC Loop Den Haag untuk jarak 5km. Cerita lengkapnya ikut acara lari saat hamil besar, bisa dibaca di sini.

Nah, karena sudah bertahun – tahun saya rajin ikut yang kategori 10km, rasanya butuh tantangan baru. Beberapa kali mencoba menguatkan niat untuk naik ke jarak 21.1km alias Half Marathon, beberapa kali pula mengurungkan niat. Merasa kok jauh sekali hahaha. Rasanya kapan selesainya itu lari. Sementara saya kan larinya super lelet. Selama ini pun lari buat saya adalah hobi. Bukan hal yang ambisius harus cepat. Senyamannya saja.

Lalu akhir tahun 2023, saya mengumpulkan niat mendaftar half marathon untuk tahun 2024. Itu beberapa bulan setelah melahirkan. Ternyata belum direstui Allah, mungkin karena masih ada bayi. Disuruh fokus dulu dengan bayi, tidak usah pecicilan :))) Bulan Januari 2024, saya sakit parah sampai 2 minggu tergeletak dan tempat tidur jadi teman setia. Padahal half marathonnya bulan Maret. Setelah masa kritis terlewati, saya butuh waktu untuk penyembuhan sebulan. Walhasil ya selama 2 bulan tak ada latihan. Sebulan menjelang hari H, dengan kesadaran penuh, saya turunkan ke 10km saja. Selain alasan sakit, waktunya pun tidak sesuai dengan bayi kami tidur dan bangun. Jadi ya sudah, half marathon kapan – kapan saja. Cerita CPC Loop tahun 2024, saya tuliskan lengkap di sini. Enak ya punya blog, jadi dokumentasinya lengkap dan terperinci. Itulah kenapa saya tidak bisa berhenti ngeblog. Lebih jelas dokumentasinya.

Akhir tahun 2024, saya niat lagi untuk mendaftar half marathon untuk tahun 2025. Saya sudah berniat bulat, tahun 2025 harus jadi. Tahun yang akan banyak memperingati hari – hari yang bersejarah dalam hidup saya. Jadi saya bertekat kuat untuk latihan secara rutin. Setelah mendaftar sekitaran Oktober – November, saya mulai latihan yang terstruktur. Dari jarak, waktu, sampai intensitas pun terukur. Bahkan saat pagi beku pun saya tetap bangun, untuk latihan lari. Semua saya lewati dengan penuh sungguh – sungguh. Semua latihan ini saya dokumentasikan alias pamerkan di story Instagram apakabar.denald (dan saya taruh di highlight). Tapi sekarang sedang hiatus Instagram.

Niat saya bukan untuk mempercepat tempo lari per menit. Tujuan saya latihan teratur cuma dua : Bisa finish dalam waktu 3 jam dan tanpa cedera.

Bulan Februari, saya ikut race di dekat rumah, 10km. Kok ya pas banget cuacanya sedang dingin parah dan berangin hebat. Jadi lari sambil melawan badai angin. Saya pikir, ya sudah anggap saja latihan buat Half Marathon. Mendekati bulan Maret, saya semakin grogi. Latihan juga saya rasa cukup. Alhamdulillah musim dingin kali ini saya tidak jatuh sakit. Biasanya musim dingin tidak pernah terlewati tanpa sakit.

CPC Loop tahun ini, pas banget dengan Ramadan. Karena saya masih menyusui, jadi saya belum ikutan puasa. Seminggu sebelum hari H, dapat kiriman email dari panitia menginformasikan kalau hari H prakiraan cuaca akan terik. Jadi disarankan memakai pakaian setipis mungkin, minum yang banyak dan cukup terhidrasi. Cuaca yang terik nih membuat mental saya agak goyah. Saya bilang suami, terus apa tidak ya. Takutnya pingsan. Mulai nih bisikan – bisikan untuk turun saja ke 10km.

Tapi saya menguatkan hati untuk tetap maju tak gentar menjalankan ibadah Half Marathon. Bismillah.

Tepat tanggal 9 Maret 2025, jadi tanggal bersejarah dalam perjalanan saya di dunia lari. Half Marathon pertama akhirnya dijalani. Dengan mengucap banyak doa dan deg – degan tidak karuan, terlewati juga garis start. Saya menggunakan pakaian senyaman mungkin dan jilbab setipis mungkin. Saya mulai lari jam 11 siang, karena wave terakhir hahaha wave 3. Pas saya baru mulai lewat garis start, yang wave 1 elite runner sudah sampai finish :)))) padahal mulainya jam 10. Beneran uji mental. Suhu 17 derajat celcius. Bayangkan, biasa latihan disuhu 1 digit sekitaran 5 derajat bahkan 0 derajat, eh pas hari H, suhunya jadi 17 derajat. Mana larinya melawan sinar matahari. Ongkepnya Subhanallah bukan main.

Ya sudah, saya hanya bisa pasrah. Niat saya dari 2 akhirnya jadi 1. Sampai finish dengan sehat, happy, tanpa cedera. Saya sudah tidak memikirkan berapa lama lagi waktu sampainya. Senyampainya saja. Saya yakin pasti dtunggu panitia haha.

Sewaktu di km 4, ada peserta orang Belanda tiba – tiba memelankan lari dan jejer saya, bertanya, “kamu puasa Ramadan? kuat kamu lari cuaca terik begini?” Saya kaget sekaligus terharu ada yang bertanya tentang Ramadan. Saya bilang kalau tidak puasa karena masih memberikan ASI. Dia lalu bilang. “hebat! Sukses ya!!” lalu dia pamit lari lebih dulu.

Saat km 5, ada water station. Wah saya minum langsung banyak. Haus sekali. Panas dan ongkepnya luar biasa. Lalu saya melanjutkan lari. Nah setelah lewat km 6, ada mobil panitia menghentikan lari saya. Mereka bilang, waktu saya lewat dari skema yang mereka tetapkan. Jadi saya disuruh menyudahi lari dan ikut masuk ke mobil mereka. Wah saya kaget donk. Seumur – umur ikut race, baru kali ini disuruh stop lari. Lalu saya bilang, bisa tidak saya melanjutkan lari sampai finish, tapi lari di trotoar. nego ceritanya. Setelah berunding dengan sebelahnya, akhirnya dibolehkan. Saya tidak menoleh ke belakang karena saya pikir jadi peserta HM yang terakhir. Wah ketika menulis ini, saat ini, saya jadi merasakan lagi traumanya. Yang membekas dan membuat saya jadi punya kenangan yang tidak nyaman untuk diingat tentang HM pertama.

Lalu saya melanjutkan lari di trotoar. Sementara truk yang mengambil pembatas – pembatas di jalan raya, bersisian dengan saya lari. Jalan raya kembali dibuka. Jadi sepanjang km ke 7 sampai km ke 15 kalau tidak salah, saya lari di trotoar. Km ke 15 saya lari lagi di jalan raya karena rute steril untuk yang race 10km. Lumayan ya, karena jadi peserta lelet, ikut nebeng rute :))). Nah di titik ini, saya dengar kok banyak suara sirine. Saya pikir apa ambulan atau polisi. Dikemudian waktu saya baru tau kalau banyak peserta half marathin yang tidak sampai finish karena tumbang dan harus dibawa ke RS. Penyebab terbesarnya dehidrasi dan kepanasan parah.

Saat lewat rute pantai yang menanjaknya wassalam curam, saya akhirnya jalan kaki saja sambil foto – foto hahaha anggap istirahat sesaat. Lumayan, mumpung langit biru. Sekalian saya mengunyah energy bar. Lapar berat. Lalu saya lanjut lari lagi. Sewaktu dikm ke 18, saya telpon suami yang sudah menunggu di garis finish bersama anak – anak. bertanya apa saya selesai saja ya. Kok rasanya ga sampai – sampai ini. Mulai halusinasi. Kata suami terus saja karena peserta 5km juga baru saja lewat start. Sayang, kurang 3km lagi. Saya pikir iya, sayang kurang sedikit lagi. ya sudah saya lari sambil selang seling jalan kaki.

Yang paling menyenangkan dari event lari di kota besar dan taraf Internasional. sepanjang jalan pasti ada saja yang menyemangati. Dari berteriak, diberikan camilan, diputarkan musik, sampai dijejeri lari supaya tidak berhenti. Karena saya peserta yang ngotot sampai finish meski waktunya melset jauh, jadi saya pun mendapatkan ekstra penyemangat dari mereka. Terharu lah pokoknya. Diteriakkan nama saya.

Singkat cerita, akhirnya sampai finish juga, bersamaan dengan peserta jarak 5km hahaha. Jadi saya nyempil diantara mereka. Untung saja suami melihat saya, lalu dia berteriak. Saya sampai putar balik lagi untuk mencium anak – anak yang menunggu lama di garis finish. Anak ragil digendong papa di pundak. Saya sampai terharu ditunggu mereka.

Tentu saja setelah selesai Half Marathon, saya pamerkan di semua media sosial saya haha. Salah satu sahabat malah salah fokus dengan lipstick yang saya pakai, kok bisa tetap merah merona meski sudah lari lebih dari 21km. Lha ini juga penting, memilih lipstick yang tepat saat race. Jadi saat difoto tetap bagus :))))

Rasanya tuntas sudah perjuangan latihan selama ini saat saya diberikan medali. Meski catatan waktu meleset jauh dari yang saya rencanakan, bersyukur sekali sampai finish dengan sehat dan tanpa cedera. Meski kebahagiaan saya sempat ternoda karena adegan diciduk panitia :))) tetap rasa syukur tak henti saya ucapkan.

Suami dan anak – anak menyambut saya di pintu keluar dengan bunga. Mereka satu persatu memeluk saya dan mengucapkan selamat karena sudah menyelesaikan Half Marathon yang pertama. Medali Half Marathon ini juga buat mereka, yang selalu saya tinggal saat akhir pekan untuk latihan lari jarak jauh. Mereka di rumah yang merelakan waktu agar saya bisa lari. Saya yang seringnya sudah pergi lari saat mereka belum bangun tidur. Half Marathon yang pertama ini sangat berarti bukan untuk saya sendiri sebagai ajang pembuktian kalau saya bisa, juga buat anak – anak dan suami yang tak pernah putus mendukung dan memberikan semangat pada saya dari sebelum mendaftar, proses latihan selama 6 bulan an, sampai menunggu di garis finish.

Saya betul terharu menahan tangis. Tuntas sudah yang saya jalani selama ini. Latihan disiplin, tetap lari meskipun musim dingin, mengalahkan rasa malas, dan tetap maju sampai titik maksimal kesanggupan. Alhamdulillah saya sanggup sampai garis akhir.

Half Marathon inipun punya arti yang spesial karena :

  • Marayakan 10 tahun tinggal di Belanda dengan segala warna warninya.
  • Merayakan 10 tahun status saya sebagai lulusan S2.
  • Merayakan ulangtahun angka kembar dibulan yang sama Half Marathon.
  • Merayakan 10 tahun sejak pertama ikut CPC Loop Den Haag.
  • Merayakan 10 tahun rutin berlari selama di Belanda.
  • Merayakan diri sendiri yang tak pernah menyerah dan gigih memperjuangkan apapun yang sudah dijalani. Menyelesaikan dengan baik apapun yang sudah dimulai.
  • Merayakan status sebagai Ibu 3 anak dengan 5 kali kehamilan.
  • Merayakan tuntas menyusui sampai ketiga anak yang sampai saat ini dan semoga seterusnya tumbuh sehat, aktif, pintar, kreatif, dan semoga bahagia.
  • Merayakan segala kemenangan dari yang kecil sampai yang besar dan berkah yang sudah didapat selama ini
  • Merayakan 11 tahun pernikahan dan 12 tahun saling mengenal dengan suami.

Half marathon ini sebagai pembuktian meski sampai finish dengan waktu 3 jam 25 menit, Alhamdulillah saya tidak menyerah. Meski ada opsi untuk naik tram saja kembali ke tempat acara (ya km ke 18 sudah sempat memikirkan opsi ini hahhaa) tapi saya masih diberikan kewarasan pikiran untuk lanjut sampai selesai. Banyak peserta yang tidak bisa menyelesaikan sampai finish, saya diberikan kekuatan, kesehatan, sampai menyelesaikan apa yang sudah saya impikan. Yang penting sudah mencoba dan tau rasanya.

Sampai ke rumah, langsung menyantap soto ayam :))).

Buat saya, half marathon pertama ini bukanlah sekedar sebuah medali. Tapi kegigihan, perayaan, dan penghargaan terhadap diri sendiri dan keluarga yang selalu mendukung langkah saya. Dan tak lupa, tentang semangat dan pantang menyerah.

Setelah ini Half Marathon lagi atau Marathon?

Enggak dulu. Saya masih belum sanggup meninggalkan anak – anak dalam waktu lama untuk latihan. Nanti saja kalau mereka sudah lulus SD, mungkin akan memikirkan. Setelah ini, ganti cabang olahraga jalan cepat saja :)))

Tapi, never say never kan ya. Siapa tau tahun depan ikutan HM lagi.

Sekian cerita kali ini. Terima kasih sudah membaca sampai akhir.

  • 25 Oktober 2025-

Kunjungan Dari Copenhagen, Cerita Baking, Race 10km, dan Membaca 34 Buku

Sourdough Roti Manis

Kembali ke cerita kompilasi gado – gado alias semua cerita yang bukan hanya akhir pekan, juga cerita sehari – hari dalam 3 minggu terakhir, saya jadikan satu unggahan.

  • KUNJUNGAN DARI COPENHAGEN

Setelah gagal bertemu Rani saat kami ke Copenhagen bulan Agustus lalu (awalnya mau ke Copenhagen hari Sabtu, dia lagi ikutan lomba lari. Dan kami juga tidak jadi ke Copenhagen. Saat hari minggu, Rani lagi panjat tebing ke Swedia. Selipan terus), akhirnya ketemu Rani malah di Belanda. Berunding ke sana sini enaknya di mana tempat untuk ketemuan, akhirnya saya udang dia ke rumah. Saya pikir lebih nyaman juga buat ngobrol dan saya tidak harus ke mana – mana membawa anak kicik. Saya masakkan Rani menu yang cocok untuk musim gugur. Bakso, mie ayam, dan segala gorengan. Orang Indonesia sih kurang komplit kalau ngobrol tanpa gorengan haha. Selain itu saya membuat tiramisu dan kue lumpur. Semua yang saya hidangkan buat Rani, saya masak semua sendiri. Demi menjamu tamu dari negara maju :)))

Kocaknya, salah satu oleh – oleh yang Rani bawa, sama persis dengan yang Kiki (tinggal di Denmark juga) berikan ke saya waktu kami ketemuan di Ribe. Jadilah saya sekarang punya koleksi coklat lempengan buat makan roti :))) (itu foto terakhir).

Ngobrol panjang lebar dengan Rani. Dari susahnya hidup sebagai pendatang, segala tes yang harus dilalui, sukanya juga hidup di negara masing – masing, sampai ke satu fakta bahwa Rani ini ternyata tau saya pertama kali dari membaca blog ini. Setelahnya kami saling berkoneksi di twitter lalu setahun belakang di Instagram. Wah saya jadi terharu. Rani membaca blog saya pertama kali tahun 2019 sebelum dia pindah ke Belanda. Semacam jumpa pembaca blog ini. Senang ngobrol banyak dengan Rani.

  • CERITA BAKING

Saya mulai rajin baking lagi nih. Setelah mati suri beberapa bulan ini. Lumayan mengisi waktu ya. Kan sedang rehat dari media sosial. Jadi banyak waktu luang sekarang. Bukan hanya baking roti yang menggunakan ragi alami, juga saya membuat kudapan manis. Roti yang saya buat juga bukan hanya yang berasa manis, juga roti keras untuk suami. Dia senang sekali saya kembali sibuk baking. Rumah kembali wangi roti dan butter. Pewangi alami.

  • KE RUMAH YAYANG

Suatu pagi saya menerima pesan dari Yayang. Dia sekeluarga Agustus lalu baru mudik. Dia ingin memberikan saya oleh – oleh. Jadi dia ingin ketemuan. Saya usulkan untuk ketemu di rumahnya saja saat dia sedang libur kerja. Memang jarak rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah saya. Hanya terpaut 10km sekali jalan. Dia bilang, ok. Akhirnya janjian hari Jumat. Saya ke rumahnya dengan naik sepeda. Ini pertama kalinya. Biasanya naik metro. Itupun sudah lama sekali.

Lumayan juga ya PP 22km (karena ada jalan yang ditutup, jadi harus memutar). Hujan agak rintik. Untung saya ada hiburan, anak ragil di boncengan nyanyi tiada henti. Jadi terasa tidak membosankan. Saya membawakan Yayang Banana Cake andalan. Lalu di sana saya bisa mencicipi segala keripik – keripik yang dibawa Yayang dari mudik. Lalu kami makan siang dengan mie ayam dan bakso.

Saya senang bisa ngobrol banyak dan bertukar kabar terkini dengan Yayang. Pulangnya saya dibungkuskan makanan.

  • RACE 10KM

Di kota sebelah, tiap bulan Oktober selalu ada event lari Half Marathon dan jarak – jarak lainnya. Tentu saja saya ikut yang 10km saja. Tahun lalu saya juga ikutan. Awalnya saya ingin ikut yang Half Marathon. Tapi setelah saya pikir – pikir lagi, kok males latihannya. Akhirnya saya mendaftar yang 10km saja. Kebetulan, anak – anak juga ikutan, termasuk anak ragil yang masih umur 2 tahun. Mereka tentu saja ikut yang jarak paling pendek, 600 meter. Eh kok 2 hari mendekati hari H, saya ambruk sakit. Akhirnya, suami yang menggantikan. Sayang daripada nomernya tidak terpakai. Ini dijoki suami sendiri hahaha. Dihasilnya, 10km selesai dalam waktu 1 jam. Sejarah dalam hidup,nama saya bisa selesai 1 jam 10 km :)))

Tahun lalu ada 3 medali, tahun ini menjadi 4 medali karena anak ragil ikutan. Di foto cuma ada 3 karena satunya entah ada di mana. Medali tahun ini bagus karena dari kayu. Unik desainnya. Saya senang sekali anak – anak juga suka dengan lari tanpa kami paksa. Mereka ikut dengan sendirinya. Mereka juga suka dengan olahraga lainnya.

  • MEMBACA 34 BUKU

Salah satu yang saya syukuri dari rehat media sosial adalah bisa membaca buku dengan fokus dan tanpa terdistraksi apapun. Lumayan saya jadi bisa menyelesaikan banyak buku yang isinya berat yang sudah saya beli tahun lalu tapi belum sempat saya baca. Dan akhir bulan September lalu, saya sudah melampaui target 30 buku. Sudah 34 buku terbaca (1 buku tidak ada di goodreads). Kalau sesuai rencana, kemungkinan sampai akhir tahun bisa 40 buku. Saat ini saya sedang membaca 3 buku pararel haha. Saya kalau membaca buku memang suka pararel.

  • LARI DAN JALAN KAKI

Olahraga seperti biasa tetap lari dan angkat beban di rumah. Sejak September, saya jadi senang untuk mencoba menekuni jalan kaki. Ternyata menyenangkan juga. Selama jalan kaki, bisa dengan tenang melihat sekitaran yang saya lewati. Menikmati pemandangan dan mendengarkan suara lebih khusyuk. Sekarang ke manapun, kalau memungkinkan, saya lebih memilih jalan kaki dibandingkan naik sepeda. Misalkan kemaren ke dokter gigi, biasanya saya naik sepeda. Tapi karena saya ada waktu sendiri (anak kicik sedang sekolah) dan cuaca tidak hujan, jadi saya jalan kaki saja ke sana. Lumayan PP bisa 7km.

Saya berencana, tahun depan akan mengurangi ikutan race lari dan beralih ikut event jalan kaki.

  • LANGIT CANTIK

Meskipun akhir – akhir ini warna langit sehari – hari adalah abu – abu, saya beruntung 2 pagi yang berbeda masih bisa melihat semburat warna yang cantik di langit. Dua foto di bawah ini saya lihat dari loteng yang paling atas, pada 2 pagi yang berbeda. Anak – anak saya sudah hafal, kalau langitnya nampak cantik, mereka pasti teriak antusias memanggil saya dan memberitahu lalu meminta saya untuk memfoto langitnya.

Hal – hal yang simple tapi bermakna seperti ini yang jadi penghiburan saya dimusim yang mulai gelap dan hujan terus setiap hari. Alhamdulillah masih diberikan kesempatan melihat langit yang cantik dan hati jadi gembira.

  • DAUN BERUBAH WARNA

Daun sudah mulai berubah warna, banyak yang sudah rontok malahan. Senang kalau melihat warna daun musim gugur. Yang tidak suka adalah melihat langit yang warnanya abu – abu. Ya langit belanda pada umumnya. Saya nikmati saja. Ya bagaimana lagi. Saya syukuri tiap harinya.

Sudah terlhat juga mulai banyak labu di mana – mana.

  • MASAK MEMASAK

Suatu hari, tiba – tiba ingin masak garang asem. Mumpung berlimpah tomat hijau hasil panen yang pernah saya unggah di sini ceritanya. Plus ada banyak belimbing wuluh di freezer. Wah, serumah makannya nambah – nambah. Anak – anak dan suami senang sekali dengan garang asem. Seger dan hangat di badan. Cocok untuk musim saat ini.

  • CERITA RANDOM LAINNYA

Saya kemaren ke dokter gigi. Kunjungan dadakan karena ada sakit di mulut. Setelah minggu lalu ke dokter umum belum membaik, Beliau bilang untuk periksa ke dokter gigi saja.

Karena sampai di komplek klinik terlalu cepat, jadi saya mampir saja ke toko India yang letaknya persis di depan klinik. Setelah memilih beberapa barang untuk dibeli, mata saya tiba – tiba melihat klenthang. Wah mata saya langsung berbinar. Terbayang segarnya sayur asem klenthang, makan dengan tempe goreng, dan sambel terasi belimbing wuluh. Tanpa pikir panjang, saya membeli 3 batang. Klenthang ini buahnya daun kelor. Sayur asem klenthang makanan orang Madura dan khas daerah Jawa Timur wilayah tapal kuda. Biasanya saya membeli Klenthang di pasar di Den Haag. Hanya satu stan yang berjualan, juga punya orang India.

Setelah membayar semua belanjaan, saya ke klinik. Si klenthang ini, karena memang panjang, jadi nongol di tas yang saya bawa. Saat diletakkan di kursi, terlihat mencuat sedikit. Seperti di foto kanan. Setelah diperiksa, dokter gigi tiba – tiba kaget melihat tas saya. Dia tanya apa itu yang mencuat. Dia pikir apa ular hahaha saya menahan tertawa. Saya bilang kalau itu sayur namanya Klenthang. Saya keluarkan dari tas dan memperlihatkan dari dekat. Lalu saya jelaskan juga kalau sayur ini biasanya dibuat sup asem. Dia yang belum pernah melihat klenthang sebelumnya, takjub :)))

Lumayan ya jadi duta makanan Indonesia. Memperkenalkan Klenthang :)))

Cerita penutup unggahan kali ini adalah kami ke Ikea. Setelah membeli beberapa barang yang kami butuhkan, seperti biasa pasti kami makan di restoran. Saat duduk, bangku belakang kami masih kosong. Tidak berapa lama terdengar ada beberapa orang yang sudah menempati. Lalu terdengar suara satu orang yang sedang melakukan video call. Suaranya lumayan kencang dan saya jadi tau, dari negara mana mereka (dari bahasanya tentu saja).

Setelah video call selesai, suara di belakang jadi anteng lagi. Tidak berapa lama, saya mendengar ada suara nyanyian dari telefon salah satu dari mereka. Otomatis saya menoleh. Suaranya itu keras sekali. Ternyata mereka sedang entah menonton film atau menonton konser musik dari telefon genggam karena mata dari 2 orang ini menatap layar telefon.

Saya dan suami jadi tertawa. Saya merasa sedang makan di warung yang ada suara musik dengan genre yang bisa menggoyangkan badan hahaha. Anak saya protes kenapa suara dari telefon mereka keras sekali. Saya bilang, biar nanti ditegur petugas Ikea. Sampai kami selesai makan, mereka masih khusyuk melihat lagu yang diputar di telefon genggam. Dan tetap dengan suara kencang. Dan tidak ada satu pegawai Ikea yang datang menegur.

Entah kenapa, saya kalau bertemu orang – orang dari negara ini, ada saja cerita uniknya. Angap saja ini kebetulan.

Warna – warni akhir pekan.

Selesai sudah rekapan cerita yang lumayan menarik untuk saya tulis di blog. Semoga bisa menghibur untuk yang membaca ya. Meskipun ngeblog sudah tidak populer lagi sekarang, tapi saya tetap akan ngeblog dan menuliskan hal – hal yang simpel seperti ini. Ada kenang – kenangan kalau dibaca lagi.

Sehat – sehat semuanya.

  • 14 Oktober 2025 –

10Km di Oostland Halve Marathon 2024

10km Finisher

Dua minggu lalu, Saya dan anak – anak mengikuti lomba lari yang diadakan di Pijnacker – Zuid Holland. 

Untuk anak – anak, mereka ikut kelompok yang sesuai usia yaitu jarak 600 meter. Sedangkan saya, ikut yang 10km. Foto di bawah ini adalah medali yang saya dan anak – anak dapatkan.

Dua minggu sebelum hari H, tulang di betis terasa agak sakit. Saya coba untuk lari santai, tetap sakit. Saya mulai ragu untuk mendaftar lomba itu. Takut kalau makin cedera. Suami sudah menyarankan untuk dibawa ke Fisioterapi saja, hanya saya menunda. Merasa kalau bisa sembuh dengan sendirinya. Seminggu sebelum lomba, sakit mulai berkurang. Saya mencoba mendaftar online, sudah tutup. Masih bisa mendaftar dengan datang langsung. Akhirnya saya menitip ke suami untuk mendaftarkan saat dia menemani anak – anak ke tempat lomba.

Ini race 10km ke-empat yang saya ikuti ditahun 2024 dan yang berpuluh kali selama lebih dari 10 tahun ikut lomba lari. Harusnya mudah ya karena sudah terbiasa. Nyatanya, masing – masing lomba lari punya tantangan tersendiri. Kali ini, tantangan saya adalah lari melawan angin yang kencang dan rute yang dilalui naik turun jembatan, jadi nafas saya kocar kacir. Lalu di km ke 8, betis saya mulai kram jadi makin cimit2 lah lari sejauh 2km terakhir. Walhasil, total waktu kali ini adalah terlama kedua setelah race 10km di Bromo Marathon 2014. Dan kali ini, saya yang terakhir masuk finish untuk kategori 10km. Baru kali ini terakhir masuk finish. Memanglah ya, semua selalu ada kali pertama. Termasuk pertama kali untuk jadi yang terakhir.

Tetap saya bangga dengan diri sendiri karena sudah berlari sejauh ini. Non-stop tidak berhenti untuk jalan sama sekali (Selama ini juga saya tidak pernah berhenti saat ikut race 10km). Meskipun pace siput, tapi sampai finish dengan gembira, sehat, dan tanpa cedera. Total waktunya, saya ukir di belakang medali.

Saya bangga punya suami yang juga suka olahraga dan lari. Apalagi bisa menginspirasi anak – anak karena melihat saya dan suami rajin ikut lomba lari. Mereka mulai tertarik ikut lomba lari sejak umur 4 dan 3 tahun. Mulai jarak 500 meter sampai bulan lalu sudah naik ke 750 meter dan 1.5km sesuai pertambahan usia mereka. 3 minggu lalu, mereka ikut lomba lari di kampung kami tinggal untuk jarak 750 meter dan 1.5km. 

Dulu saya dan suami selalu ikut lomba bareng. Meski kategorinya berbeda. Sekarang karena sudah ada anak – anak, kami biasanya bergantian ikut race. Kalau bulan ini saya sudah ikut race, saya tanya suami apakah dia bulan depan ada rencana ikut race. Kalau iya, berarti bulan depan saya tidak ikut. Kenapa bergantian? Karena harus jaga anak – anak.

Rajin ya ikut lomba lari? Iya, lumayan jadi motivasi mengumpulkan medali….kalau dapat 😅dan bisa berlari bersama seluruh keluarga. Bonus lainnya, ya apalagi kalau bukan untuk dipamer di media sosial 😄 tapi yang terutama adalah badan sehat dan bugar. Saya ingin menua dengan sehat bugar bahagia, jika memang jatah umur saya panjang.

Harusnya sudah bisa ikut Half Marathon (21km) ya. Harusnya sih, saya juga pengen sekali merasakan bagaimana rasanya lari 21km. Tapi di dunia ini kan tidak semua hal itu pakai rumus Harus. Kalau saya sudah yakin dan mampu, pasti saya akan mendaftar. Siapa tau tahun depan bisa ikutan.

Pulang ke rumah, saya langsung makan soto ayam dan mocca cake. Selalu senang setelah race karena bisa makan super banyak!

Semangat olahraga untuk kita semua dan sehat selalu💪🏽

Sampai dicerita lomba lari berikutnya.

-20 Oktober 2024-

Finisher 10Km CPC Loop Den Haag 2024

Medali 10km CPC Loop Den Haag 2024

Kembali lagi ke tulisan tentang olahraga. Pelan tapi pasti, saya kembali ke dunia lari. Sempat tersendat karena hamil melahirkan yang beruntun, sakit, mudik dan segala alasan dari yang betulan maupun yang mangada-ada (alias males). Tahun ini saya canangkan sebagai tahun lebih fokus pada lari, jalan kaki, bersepeda dan ˆ angkat beban di rumah.

Saya menjadi finisher 10km NN CPC Loop Den Haag 2024 dengan catatan waktu 1 jam 29 menit. Pace cimit : 8 menit 57 detik. Lumayan bukan menjadi yang terakhir sampai finish. Setelah tahun lalu dengan perut besar, jadi 3 orang terakhir yang sampai finish haha. Untuk kategori perempuan usia 40an, saya ada diurutan ke 384 dari 395 peserta.

Ini menjadi medali ke 3 saya untuk kategori 10km di event lari tahunan CPC Loop Den Haag. Pertama mengikuti tahun 2015. Total punya 4 medali di event ini, tahun kemaren saya ikut yang kategori 5km saat sedang hamil. Sekarang bayi yang dikandung badan, mulai belajar jalan. Sempat mellow sebelum start. Tahun lalu dengan perut berisi janin usia trimester dua ikutan lari 5km. Tahun ini pas saya lari, bayinya di rumah sama Papa dan kakak2nya. How time flies.

Bulan November 2023 saat pendaftaran mulai dibuka, saya optimis mendaftar untuk Half Marathon (HM = 21km). Sudah latihan intensif juga. Sempat terhenti latihan karena terkena Covid dan sakit sinusitis paraj. Kemudian lanjut latihan lari secara teratur lagi. Lalu saya tersadar, waktu startnya tidak singkron dengan jam tidur bayi sore hari. Akhirnya saya revisi ke 10km saja. Demi bayi bisa tidur nyenyak. HM bisa tahun depan.

Cuaca hari minggu 10 Maret 2024 lumayan hangat. 7°C tidak hujan, tidak berangin dan sedikit mendung. Saya mulai di startwave 3. Tau diri kalau larinya lelet, jadi pada startwave 3 kupercaya. Startwave ini adalah waktu perkiraan bisa menyelesaikan race. Harus diisi saat mendaftar.

Selama lari, tidak ada hambatan yang berarti. Medan lari pun lumayan menantang ya ada beberapa kali tanjakan. Walhasil betis mulai kram saat 3km terakhir. Ini yang bikin saya mulai lari selow asal sampai finish dengan selamat. Secara perlahan, saya disalip 3 Oma Oma dengan berurutan. Pace lari saya kalah dengan pace jalan cepat para oma tersebut. Menangis dalam betis kram :)))) Saya takjub sekali dengan semangat olahraga di negara ini. Para Oma Opa yang sudah umur 70 tahun bahkan lebih dari 80 tahun, tetap aktif berolahraga sampai ikut event lari 10km, 21km bahkan 42km. Inspirasi buat saya untuk tetap berolahraga sampai usia senja.

Sepanjang perjalanan, seperti biasa sorak sorai dari orang – orang baik di pinggir jalan maupun dari balkon rumah masing – masing yang memasang musik. Meneriakkan nama dari masing – masing peserta. Memang kemeriahan seperti ini yang selalu dirindukan kalau ikutan race dalam skala yang besar. Mereka yang dipinggir jalan inilah secara totalitas menyemangati kami yang sedang berlari.

Bangga sekali dengan diri sendiri saat sampai di garis finish dan menerima medali. Berapapun jaraknya, ada usaha keras dibaliknya. Latihan teratur, jaga makan, tidur yang cukup. Menyusui bayi dulu supaya dia bisa tidur sebelum saya tinggal ke tempat event. Sampai ke rumah, waktunya dia tidur sore, saya kembali menyusui dan menemani tidur. Kalau punya bayi, memang harus tau prioritas dan pintar bagi waktu.

Apresiasi terbesar saya haturkan buat suami yang mendukung apapun hobi dan cita2 saya dengan mengurus anak2 dan bayi di rumah. Tidak pernah melarang saya untuk berkegiatan di luar rumah, travelling sendirian, bertemu teman2, nonton konser, ikut kursus ini itu, ikut ujian apapun. Tau kalau istrinya tidak bisa diam dan sayapun tau diri tentang skala prioritas : tidak lalai dengan kewajiban saya sebagai Ibu, peran sebagai istri dan tidak meninggalkan identitas saya sebagai individu. Mencoba menyeimbangkan, seiring sejalan.

Semoga tahun depan bisa terlaksana mulai serius ikut beberapa event lari untuk Half Marathon (21km). Supaya 2 tahun lagi bisa ikut Full Marathon (42km) *semoga bukan hanya angan semata dan tidak nggedabrus saja 😅

Semangat💪🏽

-12 Maret 2024-

Dobbeloop – 10 KM

Kategori anak-anak yang lebih besar sedang bersiap

Hari minggu pagi (jam 11) kami kembali ikut race lari 10 km. Ini lomba lokal yang diikuti oleh mereka yang tinggal di sekitar Nootdorp. Lokasi lomba di seputaran hutan dan danau Dobbeplaas, karenanya lomba ini dinamakan Dobbeloop. Acara ini diadakan setiap bulan. Jaraknya terbagi : 750m untuk anak-anak kecil, 1.5km untuk anak-anak yang lebih besar, dan 3.2-5-10-15km untuk usia dewasa. Karena peserta dari segala usia, maka acara ini banyak peminatnya. Saya tidak mengira kalau pesertanya akan banyak. Ditambah lagi hari minggu ini memang cuaca sangat bersahabat. Meskipun memang dingin – suhu 5 derajat celcius – (sewaktu bersepeda menuju tempat lomba, padahal saya dan suami sudah berjaket tebal, tetep saja rasanya dingin kayak masuk freezer, tangan saya sampai kebas karena lupa bawa sarung tangan), matahari bersinar cerah sepanjang hari.

Start di sini. Cerah ya, tapi 5 derajat celcius.
Start di sini. Cerah ya, tapi 5 derajat celcius.

Saat kami sampai di tempat acara, ternyata untuk kategori anak-anak baru saja selesai. Senang sekali melihat anak-anak usia sekitar 3 sampai 5 tahun lari-lari kecil bersama orangtuanya. Iya benar, usia 3 tahun sudah ikut bersenang-senang lari bersama orangtuanya. Mereka terlihat senang sekali, seperti bermain mungkin ya rasanya. Saya sampai ikut gemes dengan balita-balita ini. Untuk kategori 750m, saya perhatikan tidak saja diikuti oleh anak-anak kecil tapi mereka yang berkebutuhan khusus juga, dengan pendampingan tentunya.

Kategori anak-anak yang lebih besar sedang bersiap
Kategori anak-anak yang lebih besar sedang bersiap

Peserta kategori anak-anak
Peserta kategori anak-anak. Kecil-kecil begini larinya melesat cepat.

Setelah kategori anak-anak kecil, selanjutnya untuk anak-anak yang lebih besar bersiap berangkat. Kira-kira yang ikut usia 6 sampai 9 tahunan. Meskipun usia masih kecil, tapi mereka larinya cepat sekali. Saya sampai melongo melihat bagaimana mereka berlari sangat kencang dan ada yang memakai teknik berlari juga. Jarak 1.5 km ditempuh sangat cepat. Sebelum 10 menit (bahkan ada yang baru 7 menit), banyak yang sudah sampai finish. Saya sampai senyum-senyum sama suami karena untuk jarak 1.5 km saya membutuhkan waktu lebih dari 10 menit. Senang sekali melihat semangat berolahraga anak-anak ini, didukung oleh orangtua mereka yang juga ikut lari untuk kategori yang berbeda.

Kategori dewasa sedang menunggu giliran berangkat
Kategori dewasa sedang menunggu giliran berangkat

Selanjutnya kategori terakhir yang bersiap. Suami memberi semangat dengan mengatakan kalau kali ini pasti waktu saya lebih baik dari 10 km bulan kemarin di Rottermerenloop bahkan CPC Loop tahun kemarin. Saya juga merasa yakin, setidaknya jika dilihat dari cuaca yang cerah dan tempatnya yang tidak asing karena saya dan suami sering lari di area ini. Seperti biasa setelah start, suami melesat sedangkan saya dengan ritme lari seperti biasanya. Sampai di km ke 4, saya belum yang paling belakang karena ketika belokan dan saya sempat menoleh, masih ada beberapa orang di belakang. Ternyata dari beberapa orang tersebut, mengikuti untuk kategori 5km. Dan sisanya menyusul saya bahkan setelahnya lari jauh di depan. Akhirnya saya menjadi yang paling belakang lagi. Tetapi saya tidak khawatir karena pasti “ditemani” oleh mereka yang 15 km. Dan benar saja, sekitar km ke 7, beberapa yang  kategori 15 km sudah menyalip saya. Saya sampai senyum-senyum sendiri, karena saking santainya saya lari, sampai terkejar oleh mereka yang 15km. Dan beberapa meter sebelum sampai finish, suami sudah menunggu lalu dia menemani saya berlari beriringan menuju finish (dia hanya menemani saja, karena sudah selesai duluan). Waktu tempuh Mas Ewald untuk 10km : 47 menit, sedangkan saya untuk 10 km : 1 jam 20 menit. Waktu ini 5 menit lebih cepat dibandingkan bulan kemarin. Suami bilang kalau waktu dia kali ini adalah catatan tercepat selama mengikuti race 10 km. Saya bilang ke dia kalau saat 47 menit itu, mungkin saya masih di km ke 6. Karena sewaktu saya di km ke 5, waktu menunjukkan 36 menit. Sedangkan mereka yang ikut 15km ada yang sampai finish sebelum 1 jam. Terbayang ya bagaimana cepatnya orang Belanda ini kalau lari. Tapi tetap, yang dari Kenya lebih cepat untuk urusan lari.

Inilah kami setelah lomba. Sebelah kir atas itu jalan yang dilalui.
Inilah kami setelah lomba. Sebelah kiri atas itu jalan yang dilalui. Saking dinginnya, setelah sampai finish suami kembali berjaket.

Cuaca yang sangat bagus hari ini benar-benar sangat sempurna dan mendukung saya untuk tidak berhenti sekalipun sepanjang 10km. Pemandangan sepanjang 10km tersebut adalah hutan, padang rumput, sapi yang sedang merumput dan danau. Benar-benat tidak membosankan. Oh iya, kali ini saya tetap menjadi yang terakhir sampai finish untuk 10km, tetapi di belakang saya masih ada beberapa orang untuk kategori 15km. Namanya juga lari santai, jadinya waktu tempuh segitu sudah bagus. Mudah-mudahan race berikutnya bisa lebih cepat lagi sampai finish.

Bagaimana dengan cerita akhir pekan kalian?

-Den Haag, 23 Oktober 2016-

Brandgrens Run 2015 – Rotterdam

14 Mei 2015 adalah libur nasional di Belanda, hari kenaikan Yesus Kristus. Pada tanggal 14 Mei tersebut juga bertepatan dengan peringatan 75 tahun lalu kota Rotterdam dibom oleh Jerman (Bombardement op Rotterdam), tepatnya pada tahun 1940, pada masa perang dunia kedua. Pada 14 Mei 1940 jam 13:27 dalam waktu kurang dari 15 menit Rotterdam dibom oleh Jerman. Diperkirakan 900 orang meninggal dan 80.000 orang kehilangan tempat tinggal. Setiap tahun Rotterdam memperingati peristiwa ini.

Salah satu acara yang diselenggarakan pada peringatan tersebut adalah lari bersama pada jam 9 malam yang dikenal dengan nama Brandgrens Run. Acara ini diselenggarakan disekitar Gereja Laurens (Laurenskerk), salah satu Landmark, sebagai jantung kota Rotterdam. Mas Ewald ikut serta pada Brandgrens Run tahun ini karena didaftarkan oleh kantornya. Bersama 9 teman kantornya, dan sekitar 1000 partisipan lainnya, mereka berlari sepanjang 12 km.

Selain itu, ada suguhan musikal (Bevrijdingsconcert) dari KRPH (Koninklijke Rotterdamse Post Harmonie). Lagu yang dimainkan mungkin semacam lagu perjuangan karena adakalanya musiknya dinamis, adakalanya musiknya sedih mendayu. Ada beberapa tenda yang menjual makanan dan minuman. Tidak kalah serunya juga anak-anak yang bermain ketangkasan keseimbangan dan dance bersama. Sesaat sebelum tanda start dimulai, ada pertunjukan udara yaitu 3 orang melakukan terjung payung. Seru sekali buat saya yang baru 2 kali ini melihat terjun payung secara langsung. Dan setelahnya acara mengheningkan cipta bersama dengan diiringi alunan saxofone. Merinding terharu rasanya saat itu mendengar alunan suara yang keluar dari saxofone karena dilayar yang besar juga diputar rekaman film pada saat pengeboman. Tepat saat lonceng Gereja Laurens berdentang 9 kali maka peserta laripun diberangkatkan, serentak beberapa orang yang berdiri dipinggir memegang obor yang menyala, membuat suasana semakin dramatis.

-Den Haag, 21 Mei 2015-

Semua foto dan video adalah dokumentasi pribadi

Obor yang dinyalakan tepat jam 9 malam
Obor yang dinyalakan tepat jam 9 malam

KRPH
KRPH

Jam 8 malam di Gereja Laurens. Cuaca sedang mendung
Jam 8 malam di Gereja Laurens. Cuaca sedang mendung

 

Laurenskerk pada saat cuaca cerah
Laurenskerk pada saat cuaca cerah

 

Tenda penjual makanan dan minuman.
Tenda penjual makanan dan minuman.

 

Mereka sedang bersiap nge-dance
Mereka sedang bersiap nge-dance

 

KRPH
KRPH

 

Partisipan lari
Partisipan lari

 

Partisipan lari
Partisipan lari

 

Terjun payung
Terjun payung

 

Terjun payung
Terjun payung

 

Pelari yang paling ganteng... menurut istrinya :D
Pelari yang paling ganteng… menurut istrinya 😀

Pengalaman Berlari – NN CPC Loop Den Haag 2015

Seperti yang sudah pernah saya ceritakan sebelumnya kalau saya dan suami senang sekali berlari. Kami rutin lari bersama setiap minggu. Awalnya berangkat bersama dari rumah, tapi ditengah jalan saya yang pulang lebih dulu, tidak kuat mengikuti rutenya yang lumayan jauh. Kalau saya lari cukup sekali seminggu, sementara suami minimal 2 kali seminggu. Sejak pindah ke Den Haag, saya makin senang berlari karena udaranya bersih, segar (baca:tidak berpolusi), tidak harus berebutan jalan dengan pengendara mobil, angkot, ataupun sepeda motor karena ada tracknya sendiri.

Sebelumnya, kami pernah mengikuti Bromo Marathon 2014, rangkaian bulan madu ceritanya. Suami 21km, saya cukup 10km saja. Pada tanggal 8 Maret 2015, kami kembali mengikuti event lari, kali ini di Den Haag dan bernama CPC Loop Den Haag. Event ini diselenggarakan tiap tahun. Suami kembali mengikuti untuk 21km dan saya tetap tidak naik kelas di 10km. Saya tertarik mengikuti karena ketika saya masih di Surabaya, Suami bercerita kalau CPC Loop ini menyenangkan karena sepanjang jalan kita berlari akan ada orang-orang yang berdiri dan menyemangati kita sampai di garis finish. Bayangan saya waktu itu, mungkin seperti di Bromo Marathon.

Hari yang dinanti tiba, kami berangkat ke tempat acara menggunakan kereta. Ternyata didalam kereta menuju Den Haag Centraal, isinya penuh dengan peserta lari. Saya mulai grogi karena mereka tinggi-tinggi sekali, sementara badan saya irit dengan ukuran kaki yang tidak panjang. Sesampainya ditempat, grogi semakin menjadi. Sepanjang mata memandang nampaknya hanya saya saja yang berbadan mungil. Tapi saya akhirnya menjadi cuek, toh ikut lari ini untuk mencari pengalaman baru, bukan untuk bertanding secara murni mencari hadiah atau medali. Saya dan suami berbeda waktu keberangkatan. Jadi yang 10km berangkat terlebih dahulu jam 2 siang, lalu yang 21km berangkat jam 4 sore.

Ternyata Belanda ini bisa telat juga kalau mengadakan acara. Terbukti waktu keberangkatan yang 10km terlambat 10 menit dari jadwal yang sudah tertera. Setelah tanda start dibunyikan, saya berlari perlahan tapi pasti. Mencoba mencari ritme berlari yang sesuai. Seperti yang sudah diduga, tentu saja saya sering dibalap peserta lari lainnya. Saya sampai merasa jangan-jangan nanti sampai finish urutan paling akhir. Tapi saya tetap cuek, kembali berlari, dan menjaga waktu tetap konstan.

Pada hari itu cuaca sedang cerah. Matahari bersinar terik dengan 13 derajat celcius. Padahal hari-hari sebelumnya Den Haag selalu hujan diselimuti awan pekat yang tebal. Sepanjang jalan antusiasme masyarakat melihat kami yang berlari sangat tinggi. Mereka memberi semangat dengan meneriakkan :

“Kom op, Deny!”

“Goed zo, Deny!”

Deny, Indonesie!”

bahkan ada beberapa rumah yang memutarkan musik penyemangat, contohnya We Are The Champions. Ada juga yang melambaikan bendera-bendera dan memasang kata-kata penyemangat. Meriah sekali sepanjang jalan dengan antusiasme mereka untuk memberi semangat. Saya yang pada satu titik tertentu merasa sangat capek karena panas yang terik, niat ingin berhenti sesaat, tetapi tidak sampai berhenti karena malu dilihat banyak orang yang sudah meneriakkan nama saya. Akhirnya saya terus berlari tanpa berhenti sampai terlihat garis yang dinantikan, yaitu garis finish. Ketika sampai disana, saya menjadi terharu karena ini event lari pertama yang saya ikuti diluar Indonesia.

Waktu untuk Suami 21km adalah 1:56:41  sedangkan saya 10km 1:21:35. Terlihat bagaimana saya berlari sangat santai (baca : lelet). Tapi bersyukur juga, ternyata saya bukan orang terakhir yang sampai garis finish. Setelah saya ternyata masih ada banyak, mungkin ratusan, yang masih dibelakang.

Saya mempunyai niat dan cita-cita besar bisa naik kelas ke 21km untuk event lari selanjutnya supaya bisa berlari bersama suami, ya meskipun saya tahu rasanya susah menyamai waktu berlarinya.

Mari tetap berolahraga sesuai dengan kondisi masing-masing sebagai salah satu cara untuk mensyukuri dan menjaga pemberian Tuhan yang sangat berharga, yaitu Kesehatan.

-Den Haag, 22 April 2015-

<

p style=”text-align: justify;”>Sebenarnya saya sudah dilarang dokter untuk melakukan olahraga yang berat karena sejak lebih 10 tahun lalu divonis menderita Skoliosis yang parah dengan derajat kemiringan lebih dari 50. Olahraga yang diijinkan hanya berenang untuk menjaga kemiringan tidak semakin bertambah parah. Tapi berlari sudah bagian dari saya sejak kecil, jadi saya ingin tetap melakukannya, meskipun sekarang sudah tidak bisa secepat dulu waktunya. Berenang juga masih rutin saya lakukan.

Karena waktu berlarinya berbeda, fotonya pun menjadi terpisah :)
Karena waktu berlarinya berbeda, fotonya pun menjadi terpisah 🙂

Suami 21km, Istri 10km
Suami 21km, Istri 10km

Sepanjang mata memandang dikereta menuju Den Haag Centraal, isinya orang-orang yang akan berlari. Saya sempat grogi melihat kaki-kaki panjang mereka.
Sepanjang mata memandang dikereta menuju Den Haag Centraal, isinya orang-orang yang akan berlari. Saya sempat grogi melihat kaki-kaki panjang mereka.

Grogi bertambah menjelang start karena dikiri kanan depan belakang tinggi-tinggi semua. Hanya saya yang kecil menyempil
Grogi bertambah menjelang Start karena dikiri kanan depan belakang tinggi-tinggi semua. Hanya saya yang kecil menyempil

Ya kira-kira saya nyempil diantara ribuan orang inilah (Foto dari www.nncpcloopdenhaag.nl)
Ya kira-kira saya dan suami nyempil diantara ribuan orang inilah (Foto dari www.nncpcloopdenhaag.nl)

Antusias masyarakat yang melihat dan memberi semangat digaris finish
Antusias masyarakat yang melihat dan memberi semangat digaris finish
IMG_0649

IMG_0648