Dobbeloop – 10 KM

Kategori anak-anak yang lebih besar sedang bersiap

Hari minggu pagi (jam 11) kami kembali ikut race lari 10 km. Ini lomba lokal yang diikuti oleh mereka yang tinggal di sekitar Nootdorp. Lokasi lomba di seputaran hutan dan danau Dobbeplaas, karenanya lomba ini dinamakan Dobbeloop. Acara ini diadakan setiap bulan. Jaraknya terbagi : 750m untuk anak-anak kecil, 1.5km untuk anak-anak yang lebih besar, dan 3.2-5-10-15km untuk usia dewasa. Karena peserta dari segala usia, maka acara ini banyak peminatnya. Saya tidak mengira kalau pesertanya akan banyak. Ditambah lagi hari minggu ini memang cuaca sangat bersahabat. Meskipun memang dingin – suhu 5 derajat celcius – (sewaktu bersepeda menuju tempat lomba, padahal saya dan suami sudah berjaket tebal, tetep saja rasanya dingin kayak masuk freezer, tangan saya sampai kebas karena lupa bawa sarung tangan), matahari bersinar cerah sepanjang hari.

Start di sini. Cerah ya, tapi 5 derajat celcius.
Start di sini. Cerah ya, tapi 5 derajat celcius.

Saat kami sampai di tempat acara, ternyata untuk kategori anak-anak baru saja selesai. Senang sekali melihat anak-anak usia sekitar 3 sampai 5 tahun lari-lari kecil bersama orangtuanya. Iya benar, usia 3 tahun sudah ikut bersenang-senang lari bersama orangtuanya. Mereka terlihat senang sekali, seperti bermain mungkin ya rasanya. Saya sampai ikut gemes dengan balita-balita ini. Untuk kategori 750m, saya perhatikan tidak saja diikuti oleh anak-anak kecil tapi mereka yang berkebutuhan khusus juga, dengan pendampingan tentunya.

Kategori anak-anak yang lebih besar sedang bersiap
Kategori anak-anak yang lebih besar sedang bersiap
Peserta kategori anak-anak
Peserta kategori anak-anak. Kecil-kecil begini larinya melesat cepat.

Setelah kategori anak-anak kecil, selanjutnya untuk anak-anak yang lebih besar bersiap berangkat. Kira-kira yang ikut usia 6 sampai 9 tahunan. Meskipun usia masih kecil, tapi mereka larinya cepat sekali. Saya sampai melongo melihat bagaimana mereka berlari sangat kencang dan ada yang memakai teknik berlari juga. Jarak 1.5 km ditempuh sangat cepat. Sebelum 10 menit (bahkan ada yang baru 7 menit), banyak yang sudah sampai finish. Saya sampai senyum-senyum sama suami karena untuk jarak 1.5 km saya membutuhkan waktu lebih dari 10 menit. Senang sekali melihat semangat berolahraga anak-anak ini, didukung oleh orangtua mereka yang juga ikut lari untuk kategori yang berbeda.

Kategori dewasa sedang menunggu giliran berangkat
Kategori dewasa sedang menunggu giliran berangkat

Selanjutnya kategori terakhir yang bersiap. Suami memberi semangat dengan mengatakan kalau kali ini pasti waktu saya lebih baik dari 10 km bulan kemarin di Rottermerenloop bahkan CPC Loop tahun kemarin. Saya juga merasa yakin, setidaknya jika dilihat dari cuaca yang cerah dan tempatnya yang tidak asing karena saya dan suami sering lari di area ini. Seperti biasa setelah start, suami melesat sedangkan saya dengan ritme lari seperti biasanya. Sampai di km ke 4, saya belum yang paling belakang karena ketika belokan dan saya sempat menoleh, masih ada beberapa orang di belakang. Ternyata dari beberapa orang tersebut, mengikuti untuk kategori 5km. Dan sisanya menyusul saya bahkan setelahnya lari jauh di depan. Akhirnya saya menjadi yang paling belakang lagi. Tetapi saya tidak khawatir karena pasti “ditemani” oleh mereka yang 15 km. Dan benar saja, sekitar km ke 7, beberapa yang  kategori 15 km sudah menyalip saya. Saya sampai senyum-senyum sendiri, karena saking santainya saya lari, sampai terkejar oleh mereka yang 15km. Dan beberapa meter sebelum sampai finish, suami sudah menunggu lalu dia menemani saya berlari beriringan menuju finish (dia hanya menemani saja, karena sudah selesai duluan). Waktu tempuh Mas Ewald untuk 10km : 47 menit, sedangkan saya untuk 10 km : 1 jam 20 menit. Waktu ini 5 menit lebih cepat dibandingkan bulan kemarin. Suami bilang kalau waktu dia kali ini adalah catatan tercepat selama mengikuti race 10 km. Saya bilang ke dia kalau saat 47 menit itu, mungkin saya masih di km ke 6. Karena sewaktu saya di km ke 5, waktu menunjukkan 36 menit. Sedangkan mereka yang ikut 15km ada yang sampai finish sebelum 1 jam. Terbayang ya bagaimana cepatnya orang Belanda ini kalau lari. Tapi tetap, yang dari Kenya lebih cepat untuk urusan lari.

Inilah kami setelah lomba. Sebelah kir atas itu jalan yang dilalui.
Inilah kami setelah lomba. Sebelah kiri atas itu jalan yang dilalui. Saking dinginnya, setelah sampai finish suami kembali berjaket.

Cuaca yang sangat bagus hari ini benar-benar sangat sempurna dan mendukung saya untuk tidak berhenti sekalipun sepanjang 10km. Pemandangan sepanjang 10km tersebut adalah hutan, padang rumput, sapi yang sedang merumput dan danau. Benar-benat tidak membosankan. Oh iya, kali ini saya tetap menjadi yang terakhir sampai finish untuk 10km, tetapi di belakang saya masih ada beberapa orang untuk kategori 15km. Namanya juga lari santai, jadinya waktu tempuh segitu sudah bagus. Mudah-mudahan race berikutnya bisa lebih cepat lagi sampai finish.

Bagaimana dengan cerita akhir pekan kalian?

-Den Haag, 23 Oktober 2016-

Brandgrens Run 2015 – Rotterdam

14 Mei 2015 adalah libur nasional di Belanda, hari kenaikan Yesus Kristus. Pada tanggal 14 Mei tersebut juga bertepatan dengan peringatan 75 tahun lalu kota Rotterdam dibom oleh Jerman (Bombardement op Rotterdam), tepatnya pada tahun 1940, pada masa perang dunia kedua. Pada 14 Mei 1940 jam 13:27 dalam waktu kurang dari 15 menit Rotterdam dibom oleh Jerman. Diperkirakan 900 orang meninggal dan 80.000 orang kehilangan tempat tinggal. Setiap tahun Rotterdam memperingati peristiwa ini.

Salah satu acara yang diselenggarakan pada peringatan tersebut adalah lari bersama pada jam 9 malam yang dikenal dengan nama Brandgrens Run. Acara ini diselenggarakan disekitar Gereja Laurens (Laurenskerk), salah satu Landmark, sebagai jantung kota Rotterdam. Mas Ewald ikut serta pada Brandgrens Run tahun ini karena didaftarkan oleh kantornya. Bersama 9 teman kantornya, dan sekitar 1000 partisipan lainnya, mereka berlari sepanjang 12 km.

Selain itu, ada suguhan musikal (Bevrijdingsconcert) dari KRPH (Koninklijke Rotterdamse Post Harmonie). Lagu yang dimainkan mungkin semacam lagu perjuangan karena adakalanya musiknya dinamis, adakalanya musiknya sedih mendayu. Ada beberapa tenda yang menjual makanan dan minuman. Tidak kalah serunya juga anak-anak yang bermain ketangkasan keseimbangan dan dance bersama. Sesaat sebelum tanda start dimulai, ada pertunjukan udara yaitu 3 orang melakukan terjung payung. Seru sekali buat saya yang baru 2 kali ini melihat terjun payung secara langsung. Dan setelahnya acara mengheningkan cipta bersama dengan diiringi alunan saxofone. Merinding terharu rasanya saat itu mendengar alunan suara yang keluar dari saxofone karena dilayar yang besar juga diputar rekaman film pada saat pengeboman. Tepat saat lonceng Gereja Laurens berdentang 9 kali maka peserta laripun diberangkatkan, serentak beberapa orang yang berdiri dipinggir memegang obor yang menyala, membuat suasana semakin dramatis.

-Den Haag, 21 Mei 2015-

Semua foto dan video adalah dokumentasi pribadi

Obor yang dinyalakan tepat jam 9 malam
Obor yang dinyalakan tepat jam 9 malam
KRPH
KRPH
Jam 8 malam di Gereja Laurens. Cuaca sedang mendung
Jam 8 malam di Gereja Laurens. Cuaca sedang mendung

 

Laurenskerk pada saat cuaca cerah
Laurenskerk pada saat cuaca cerah

 

Tenda penjual makanan dan minuman.
Tenda penjual makanan dan minuman.

 

Mereka sedang bersiap nge-dance
Mereka sedang bersiap nge-dance

 

KRPH
KRPH

 

Partisipan lari
Partisipan lari

 

Partisipan lari
Partisipan lari

 

Terjun payung
Terjun payung

 

Terjun payung
Terjun payung

 

Pelari yang paling ganteng... menurut istrinya :D
Pelari yang paling ganteng… menurut istrinya 😀

Pengalaman Berlari – NN CPC Loop Den Haag 2015

Seperti yang sudah pernah saya ceritakan sebelumnya kalau saya dan suami senang sekali berlari. Kami rutin lari bersama setiap minggu. Awalnya berangkat bersama dari rumah, tapi ditengah jalan saya yang pulang lebih dulu, tidak kuat mengikuti rutenya yang lumayan jauh. Kalau saya lari cukup sekali seminggu, sementara suami minimal 2 kali seminggu. Sejak pindah ke Den Haag, saya makin senang berlari karena udaranya bersih, segar (baca:tidak berpolusi), tidak harus berebutan jalan dengan pengendara mobil, angkot, ataupun sepeda motor karena ada tracknya sendiri.

Sebelumnya, kami pernah mengikuti Bromo Marathon 2014, rangkaian bulan madu ceritanya. Suami 21km, saya cukup 10km saja. Pada tanggal 8 Maret 2015, kami kembali mengikuti event lari, kali ini di Den Haag dan bernama CPC Loop Den Haag. Event ini diselenggarakan tiap tahun. Suami kembali mengikuti untuk 21km dan saya tetap tidak naik kelas di 10km. Saya tertarik mengikuti karena ketika saya masih di Surabaya, Suami bercerita kalau CPC Loop ini menyenangkan karena sepanjang jalan kita berlari akan ada orang-orang yang berdiri dan menyemangati kita sampai di garis finish. Bayangan saya waktu itu, mungkin seperti di Bromo Marathon.

Hari yang dinanti tiba, kami berangkat ke tempat acara menggunakan kereta. Ternyata didalam kereta menuju Den Haag Centraal, isinya penuh dengan peserta lari. Saya mulai grogi karena mereka tinggi-tinggi sekali, sementara badan saya irit dengan ukuran kaki yang tidak panjang. Sesampainya ditempat, grogi semakin menjadi. Sepanjang mata memandang nampaknya hanya saya saja yang berbadan mungil. Tapi saya akhirnya menjadi cuek, toh ikut lari ini untuk mencari pengalaman baru, bukan untuk bertanding secara murni mencari hadiah atau medali. Saya dan suami berbeda waktu keberangkatan. Jadi yang 10km berangkat terlebih dahulu jam 2 siang, lalu yang 21km berangkat jam 4 sore.

Ternyata Belanda ini bisa telat juga kalau mengadakan acara. Terbukti waktu keberangkatan yang 10km terlambat 10 menit dari jadwal yang sudah tertera. Setelah tanda start dibunyikan, saya berlari perlahan tapi pasti. Mencoba mencari ritme berlari yang sesuai. Seperti yang sudah diduga, tentu saja saya sering dibalap peserta lari lainnya. Saya sampai merasa jangan-jangan nanti sampai finish urutan paling akhir. Tapi saya tetap cuek, kembali berlari, dan menjaga waktu tetap konstan.

Pada hari itu cuaca sedang cerah. Matahari bersinar terik dengan 13 derajat celcius. Padahal hari-hari sebelumnya Den Haag selalu hujan diselimuti awan pekat yang tebal. Sepanjang jalan antusiasme masyarakat melihat kami yang berlari sangat tinggi. Mereka memberi semangat dengan meneriakkan :

“Kom op, Deny!”

“Goed zo, Deny!”

Deny, Indonesie!”

bahkan ada beberapa rumah yang memutarkan musik penyemangat, contohnya We Are The Champions. Ada juga yang melambaikan bendera-bendera dan memasang kata-kata penyemangat. Meriah sekali sepanjang jalan dengan antusiasme mereka untuk memberi semangat. Saya yang pada satu titik tertentu merasa sangat capek karena panas yang terik, niat ingin berhenti sesaat, tetapi tidak sampai berhenti karena malu dilihat banyak orang yang sudah meneriakkan nama saya. Akhirnya saya terus berlari tanpa berhenti sampai terlihat garis yang dinantikan, yaitu garis finish. Ketika sampai disana, saya menjadi terharu karena ini event lari pertama yang saya ikuti diluar Indonesia.

Waktu untuk Suami 21km adalah 1:56:41  sedangkan saya 10km 1:21:35. Terlihat bagaimana saya berlari sangat santai (baca : lelet). Tapi bersyukur juga, ternyata saya bukan orang terakhir yang sampai garis finish. Setelah saya ternyata masih ada banyak, mungkin ratusan, yang masih dibelakang.

Saya mempunyai niat dan cita-cita besar bisa naik kelas ke 21km untuk event lari selanjutnya supaya bisa berlari bersama suami, ya meskipun saya tahu rasanya susah menyamai waktu berlarinya.

Mari tetap berolahraga sesuai dengan kondisi masing-masing sebagai salah satu cara untuk mensyukuri dan menjaga pemberian Tuhan yang sangat berharga, yaitu Kesehatan.

-Den Haag, 22 April 2015-

<

p style=”text-align: justify;”>Sebenarnya saya sudah dilarang dokter untuk melakukan olahraga yang berat karena sejak lebih 10 tahun lalu divonis menderita Skoliosis yang parah dengan derajat kemiringan lebih dari 50. Olahraga yang diijinkan hanya berenang untuk menjaga kemiringan tidak semakin bertambah parah. Tapi berlari sudah bagian dari saya sejak kecil, jadi saya ingin tetap melakukannya, meskipun sekarang sudah tidak bisa secepat dulu waktunya. Berenang juga masih rutin saya lakukan.

Karena waktu berlarinya berbeda, fotonya pun menjadi terpisah :)
Karena waktu berlarinya berbeda, fotonya pun menjadi terpisah 🙂

Suami 21km, Istri 10km
Suami 21km, Istri 10km

Sepanjang mata memandang dikereta menuju Den Haag Centraal, isinya orang-orang yang akan berlari. Saya sempat grogi melihat kaki-kaki panjang mereka.
Sepanjang mata memandang dikereta menuju Den Haag Centraal, isinya orang-orang yang akan berlari. Saya sempat grogi melihat kaki-kaki panjang mereka.

Grogi bertambah menjelang start karena dikiri kanan depan belakang tinggi-tinggi semua. Hanya saya yang kecil menyempil
Grogi bertambah menjelang Start karena dikiri kanan depan belakang tinggi-tinggi semua. Hanya saya yang kecil menyempil

Ya kira-kira saya nyempil diantara ribuan orang inilah (Foto dari www.nncpcloopdenhaag.nl)
Ya kira-kira saya dan suami nyempil diantara ribuan orang inilah (Foto dari www.nncpcloopdenhaag.nl)

Antusias masyarakat yang melihat dan memberi semangat digaris finish
Antusias masyarakat yang melihat dan memberi semangat digaris finish
IMG_0649

IMG_0648